REFERAT ANAK
Hospital Malnutrition
Diajukan Kepada dr. Qodri Santosa, Sp.A
Disusun Oleh Sigit Dwiyanto
G1A210105
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2012
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT ANAK
Hospital Malnutition
”
”
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Bedah di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Telah disetujui dan dipresentasikan Pada tanggal .............. Desember Desember 2012
Disusun Oleh Sigit Dwiyanto
G1A210105
Purwokerto, Purwokerto, ................ Desember Desember 2012
Pembimbing,
dr. Qodri Santosa, Sp.A
Daftar Isi
Lembar Pengesahan Daftar Isi Pendahuluan Tinjauan Pustaka Mal Nutrisi Malnutrisi Pada Anak Pembahasan Hospital Malnutrition Penyebab Penatalaksanaan Kesimpulan Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Malnutrisi biasa terjadi di masyarakat. Namun, bisa juga terjadi saat dirawat di rumah sakit, istilahnya malnutrisi klinis. Tak hanya terjadi di rumah sakit kecil dan besar di dalam negeri, rumah sakit di luar negeri pun menghadapi masalah malnutrisi klinis ini. Istilah malnutrisi sering diartikan sebagai kurang gizi. “Mesk ipun
pengertian
sesungguhnya malnutrisi adalah salah makan, malnutrisi bisa berarti terlalu banyak makan atau kurang makan,”. Jika seseorang menjalani rawat inap di rumah sakit, bukan jaminan pasien itu tidak akan mengalami malnutrisi. Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan pasien mengalami malnutrisi saat rawat inap. Kondisi pasien malnutrisi di rumah sakit bisa saja terjadi karena sudah malnutrisi saat masuk RS. Atau juga kondisi pasien sewaktu masuk dalam kondisi gizi baik, namun selama perawatan menjadi buruk. Satu contoh sederhana, pasien selama dirawat inap tidak mau makan otomatis gizinya akan memburuk. Entah karena berbagai alasan seperti tidak berselera, menu yang tidak memikat, lingkungan sekitar yang tidak membuat berselera (misalnya, satu ruangan dengan pasien yang kerap batuk berdahak), dan memang pasien itu sendiri mengalami gangguan pencernaan. Menurut data yang ada, di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1989 pasien mengalami malnutrisi saat masuk 45.9%. Tak hanya RS Cipto, di RS Sumber Waras Jakarta tahun 1995 pasien yang mengalami malnutrisi saat masuk 42.26%. Sedangkan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta tahun 2001 saat masuk, pasien malnutrisi 41.2% dan perlu terapi gizi 78.57%. Data terakhir di RS Hasan Sadikin Bandung 2006 saat masuk pasien malnutrisi 71.8% sampai yang berat mencapai 28.9%. Malnutrisi yang terjadi selama dirawat di RS sebenarnya iatrogenik (dibuat oleh dokter) dan dapat digolongkan sebagai kelalaian dokter.
B.
TUJUAN
Referat ini disusun untuk mengetahui : 1.
Penyebab malnutrisi
2.
Dampak atau efek dari malnutrisi
3.
Langkah-langkah penanggulangan malnutrisi
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Malnutrisi Primer Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun, meskipun dapat dijumpai pada anak lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun. Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati. Anak tampak sering rewel, cengeng dan banyak menangis. Pada stadium lanjut yang lebih berat anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. Pertumbuhan sel-sel otak baru atau mielinasi sel otak juga terganggu yang berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita malnutri primer yang berat. Kematian mendadak dapat terjadi karena gangguan ototjantung. B. Malnutrisi Sekunder Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak Tetapi karena adanya
gangguan pada fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, gangguan metabolisme, gangguan kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain. Data penderita gagal tumbuh di Indonesia belum ada, di negara maju kasusnya terjadi sekitar 1-5%. Artinya bila di Indonesia terdapat sekitar 30 juta anak, maka diduga terdapat 300.000 - 500.000 anak yang kurang gizi bukan karena masalah ekonomi. Bila di Jakarta terdapat 1 juta anak maka sekitar 10.000 - 50.000 anak mengalami kurang gizi bukan karena masalah ekonomi. Kasus tersebut bila tidak ditangani dengan baik akan jatuh dalam keadaan gizi buruk. Gambaran yang sering terjadi pada gangguan ini adalah adanya kesulitan makan atau gangguan penyerapan makanan yang berlangsung lama. Tampilan klinis gangguan saluran cerna yang harus dicermati adalah gangguan Buang Air Besar (sulit atau sering BAB), BAB berwarna hitam atau hijau tua, sering nyeri perut, sering muntah, mulut berbau,lidah sering putih atau kotor. Manifestasi lain yang sering menyertai adalah gigi berwarna kuning, hitam dan rusak disertai kulit kering dan sangat sensitif. Berbeda pada malnutrisi primer, pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar. pada kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis tuberkulosis (TB). Overdiagnosis adalah diagnosis TB yang diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi TB. Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada. Hal lain adalah kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Sebaiknya bila diagnosis TB meragukan dilakukan konsultasi ke dokter ahli paru anak.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Hospital malnutrion adalah kesalahan maupun kekurangan gizi yang terjadi di rumah sakit. Sedangkan malnutrion adalah gangguan gizi yang dapat diakibatkan oleh Masukan nutrisi yang tidak cukup jumlah atau macamnya yang disebabkan oleh asupan makanan yang kurang, gangguan pencernaan atau absorbsi dan Kelebihan makanan. B. Penyebab Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malnutrisi. Dana Anak-Anak PBB atau UNICEF (United Nations Children's Fund) menyatakan bahwa ada dua penyebab langsung terjadinya kasus gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan. Sedangkan, malnutrisi yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai di samping perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan anak. Pengelolaan lingkungan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab turunnya tingkat kesehatan yang memungkinkan timbulnya beragam penyakit. Meski Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, bahkan
tahun
lalu
kembali
berhasil
memenuhi
sendiri
kebutuhan
pangannya
(swasembada pangan), namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum bisa memenuhi kebutuhannya akan bahan pangan. Faktor ekonomilah yang menjadi masalahnya. Demikian pula, dengan perawatan kesehatan yang masih menjadi barang mewah di negeri ini. Kemiskinan telah membuat banyak penduduk Indonesia memilik akses yang sangat terbatas terhadap produk pangan yang berkualitas. Berdasarkan catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), jumlah penduduk yang masuk kategori
miskin pada 2008 mencapai 41,7 juta jiwa. Jadi, jangan heran jika kasus gizi buruk masih sering terjadi. Tetapi, kemiskinan bukanlah satu-satunya akar masalah gizi buruk. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah menjadi faktor penting terjadinya kasus gizi buruk. Tak sedikit kasus gizi buruk menimpa keluarga yang sebenarnya mapan secara ekonomi. Penyebabnya, keluarga tersebut tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah gizi dan kesehatan. Ibarat rantai, banyak faktor yang saling berkait menjadi penyebab terjadinya lingkaran gizi buruk yang tidak ada habisnya. Perlu ada upaya untuk memutus mata rantai penyebab gizi buruk ini. C. Dampak Penyebab utama kasus gizi buruk di kota metropolitan tampaknya bukan karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder adalah gangguan peningkatan berat badan atau gagal tumbuh (failure to thrive) yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak. Sedangkan penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. D. Upaya Penanggulangan 1.
Membentuk
tim
dalam keseluruhan
operasi
proses
sadar
gizi
pencegahan
(OSG)
dan
yang
bertanggung
penanggulangan
jawab
gizi buruk
2. Perawatan gizi buruk melalui Puskesmas perawatan dan Rumah Sakit di kelas 3 (kelas ekonomi) dengan gratis 3.Melakukan
operasi sadar gizi yang mencakup
deteksi dini penemuan kasus
melalui operasi timbang dengan mengukur balita. 4.Puskesmas rlukan
melakukan
perawatan
dan
tindak lanjut kasus mendapatkan
gizi buruk
makanan
yang
tambahan.
tidak meme Memberikan
bantuan pangan darurat bagi keluarga miskin 5.
Memberikan
penyuluhan
gizi dan kesehatan
melalui Posyandu,
Agama, Perkumpulan Keagamaan dan kelompok potensial lainnya.
Tokoh
Protokol Malnutrisi Kalau anak menerima kurang makanan/susu, akibat malnutrisi. Tanda-tanda malnutrisi: Berat badan rendah-bawah garis merah di grafik dari MTBS. Kadang-kadang, anak bisa berat badan rendah, tetapi karena juga pendek, masalah kurang dari anak dengan malnutrisi saja. Kurus. Anak kelihatan kurus dengan kulit longgar, misalnya kulit diatas pantat, kaki dan lengan. Kepalanya kelihatan terlalu besar daripada badannya. Perut bisa kosong atau kembung daripada badannya Kelakuan-Anak gelisah atau kurang sadar-misalnya dia tidak diam kalau digendong, atau dia tidak menjawab kalau keluarga panggil namanya. Oedem-kaki, lengan atau perut. Kalau ada oedem, ini sudah tanda malnutrisi berat. Luka kulit-nama ini „dermatosis‟. Kulit di sekitar anus sering dermatosis. Kulit mau lepas dan sering warna lebih coklat atau putih daripada kulit biasa untuk anak itu. Infeksi bisa masuk lewat luka ini. Rambut warna dan susunan beda, misalnya, rambut warna merah atau kuning dengan sususan kering. Riwayat anak muntah-muntah, mencret sudah lama, kurang makan dan minum, batuk,
kurang sadar. Sering ada juga tanda-tanda penyakit yang lain, misalnya
pneumonia, gastroenteritis akut/mencret kronik, campak (morbilli) atau malaria. Karena anak dengan malnutrisi sudah sakit lama di rumah, juga tidak bisa sembuh dengan cepat. Yang paling baik kalau manajemen malnutrisi berbagi sampai 3 bidang: Tahap 1. (1-7 hari). Pengobatan untuk dehidrasi, hipoglikemia, hipotermia dan infeksi. Diet khusus (lihat nanti). Biasanya anak kurang nafsu makan dalam tahap 1. Tahap 2. (3-4 hari). Anak mulai nafsu makan, kelakuan lebih biasa Tahap 3. (14-21 hari). Berat badan meningkatkan dengan cepat. Ingatkan-yang paling banyak anak-anak yang meninggal kena lebih daripada satu penyakit, misalnya ada malnutrisi dan malaria, atau ada malaria dan pneumonia, lalu untuk masing-masing anak dengan marasmus atau kwashiorkor, harus cari penyakit yang lain juga.
Masalah dengan malnutrisi: Hipotermia: Kalau anak dengan malnutrisi punya kurang lemak, sering menderita hipotermia. Kalau suhu anak kurang dari 35,5 centigrade, atau anak meraba dingin, menghangatkan anak-hipothermia sangat berbahaya untuk anak dengan malnutrisi. Ganti kain basah dengan cepat dan tutup jendela/pintu dekat anak sehingga ada kurang angin. Hipoglikemia: Kalau anak kurang lemak, dan sering sudah lama sejak minum dan makan biasa, anak dengan malnutrisi bisa hipoglikemia. Seperti hipotermia, hipoglikemia sangat berbahaya untuk anak. Sering ada riwayat sudah lama sejak anak makan atau minum susu. Tanda-tanda hipoglikemia:
Kurang sadar/tidak sadar, gelisah dan rewel, lemah, anak
tidak bisa jelas bicara, kejang, hipotermia, Kalau anak kelihatan keadaan jelek untuk apa saja alasan Kalau ada tanda-tanda seperti ini, cek GDS. Kalau GDS kurang dari 65, berikan anak dex 10% (atau dex 40% kalau tidak ada dex 10%) seperti protocol GDS. Kalau ada malnutrisi berat, anak bisa GDS sangat tinggi (misalnya lebih dari 250). Kalau GDS tinggi, periksa ulang setelah 4 jam. Sering dengan malnutrisi, GDS bisa sangat tinggi, dan tiba-tiba turun, lalu jangan lupa periksa GDS ulang kalau anak terima cairan tanpa dextrose (misalnya RL). Dehidrasi: Penilaian keadaan tanda-tanda dehidrasi lebih sulit dengan malnutrisi berat. Misalnya, malnutrisi berat menyebabkan kulit longgar dan mata cekung sendiri, tanpa dehidrasi. Kalau ada anamnesis mencret air sering dengan kurang keseringan buang air kecil, orang tua bilang mata anak kelihatan cekung, ubun-ubun kurang, anak kurang sadar atau nadi lemah, kemungkinan tinggi ada dehidrasi berat. Berikan cairan Ringer Lactate (RL). Tambah 50cc Dextrose 40% dalam RL supaya anak terima gula dan cairan. Kalau GDS lebih dari 250, masuk RL kosong, dan periksa GDS setelah 4 jam; biasanya, GDS sudah turun, dan bisa mulai RL dengan dextrose.
Anak perlu cairan lewat infuse DAN cairan (Oralit) lewat mulut atau NGT-1/2 gelas masing-masing mencret kalau usia kurang dari 1 tahun, 1 gelas Oralit kalau usia lebih dari 1 tahun. Meja untuk jumlah cc untuk anak dengan dehidrasi berat dan malnutrisi berat Berat badan anak/kg
Berapa tetes (MACRO) selama 1 jam
2-3
10-15
4-5
20-25
a
6-7
30-35
l
8-9
40-45
a
10-11
50-55
u
12-13
60-65
14-15
70-75
s
16-17
80-85
e
18-19
90-95
t
20-21
100-105
K
e l ah 1 jam anak masih punya tanda-tanda dehidrasi berat, ulang RL tetes sama. Setelah ini, lanjut cairan oral (atau NGT)-ASI kalau ada, dan Oralit, dengan cairan D ¼ .
Kalau anak dehidrasi berat tetapi tidak bisa pasang infuse karena anak terlalau sakit, pasang NGT untuk Oralit 20cc/kg masing-masing jam (misalnya, kalau anak 10kg, berikan 20 X 10 (200cc) setiap jam). Ketika anak tanpa tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun biasa, anak sadar biasa, anak sudah buang air kecil, mata kurang cekung, turgor kulit membaik), bisa mulai memberikan anak makanan. Sepsis (infeksi): Kemungkinan tinggi bahwa semua anak dengan malnutrisi berat kena infeksi.
Kalau anak menderita infeksi specifik (mislanya pneumonia, meningitis, infeksi kulit), memberikan anak antibiotika cocok untuk infeksi itu (melihat protocol meningitis dan pneumonia). Kalau tidak ada tanda-tanda infeksi specifik, memberikan anak: Ampicillin-dosis 4 kali 25mg/kg. Misalnya, kalau anak 10kg, berikan dia 25 X 10=250mg. Lalau dosis 4 X 250mg sehari. Kalau anak lanjut keadaan sama, bisa ganti dengan amoxicillin oral setelah 2 hari, selama 5 hari atau Gentamicin-dosis 5mg/kg berbagi sampai 2 kali sehari. Mislalnya, kalau anak 10kg, berikan dia 5 X 10mg = 50mg, berbagi 2 kali, lalu dosis 2 kali 25mg sehari, selama 5 hari. Antibiotika „first line‟. Kalau anak kelihatan sakit sekali (mislanya dia dehidrasi berat, dia kurang sadar, dia hipotermia atau hipoglikemia), atau kalau setelah 2 hari ampicillin dan gentamicin anak belum mulai membaik, berikan anak cefotaxime-2 kali 50mg/kg. Misalnya kalau anak 10kg, berikan dia 50 X 10 = 500mg. Lalu dosis 2 X 500mg, sampai dosis maximum 2 X 3g. Lanjut antibiotika selama 5-7 hari. Malaria: Kalau anak kena malaria , yang paling penting memberikan dia cairan kalau dia infeksi atau dehidrasi sebelum mulai obat malaria. Setelah ini, memberikan obat malaria seperti biasa. Tuberkulosis: Ada beberapa anak dengan malnutrisi berat juga kena TBC. Dengan anak, lebih susa membuat diagnosa TBC karena jarang ada lendir dari paru-paru untuk periksa di laboratorium. Lalu, dengan anak, kita harus membuat diagnosa TBC dari anamnesis, gejala umum dan kadang-kadang RO thorax kalau kita curiga anak kena TBC. Informasi ini dari „Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis‟. Hal-hal yang mencurigakan TBC dalam anak: 1) Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif 2) Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah immunisasi dengan BCG. 3) Berat badan turun tanpa sebab jelas atau tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive)
4) Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebabyang jelas 5) Batuk-batuk lebih dari 3 minggu 6) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang specifik 7) Skrofuloderma 8) Konjunctivitis fliktenularis 9) Tes tuberculin yang positif (>10 mm) 10) Gambaran foto rontgen sugestif TBC
Kalau anak kena 3 atau lebih hal-hal ini positif, mulai obat TBC, dosis seperti ini:
Jenis obat
Isoniasid
Berat badan <10kg
Berat badan 10-20kg
Berat badan 20-33kg
1 X 50mg
1 X 100mg
1 X 200mg
Rifampisin
1 X 75mg
1 X 150mg
1 X 300mg
Pirasinamid
2 X 75mg
2 X 150mg
2 X 300mg
(INH)
Tablets:
Isoniasid 300mg Rifampisin 450mg Pirasinamid 500mg
Obat seperti ini: Isoniasid dan rifampisin selama 6 bulan.Pirasinamid selama 4 bulan (berhenti setelah 4 bulan dan lanjut INH dan rifampisin saja). Anemia: Kalau anak kena anemia dengan malnutrisi berat, manajemen tidak sama dengan anemia dalam, mislanya, pasien biasa dengan malaria falciparum. Kalau anak dengan malnutrisi berat terima darah ketika dia tidak perlu, ini bisa menyebabkan masalah dengan jantung karena ada terlalu banyak cairan dalam anak. Lalu, anak dengan malnutrisi berat dan anaemia hanya perlu transfuse darah kalau Hb 4 atau lebih rendah,
atau kalau sudah ada kemungkinan ada masalah dengan jantung. Anak dengan masalah jantung biasanya kelihatan:
Pucat, napas cepat (lebih dari 50/menit kalau anak kurang
dari 1 tahun, dan lebih dari 40/menit kalau anak lebih dari 1 tahun), nadi cepat (misalnya lebih dari 150/menit), tangan dan kaki dingin, hati lebih besar Kalau anak dengan malnutrisi perlu darah transfuse, hanya memberikan dia 10cc/kg (misalnya, kalau anak 10kg, jumlah darah 10 X 10 = 100cc), dan berikan lassix 1mg/kg sebelum darah masuk (misalnya, kalau anak 10kg, berikan dia 1mg X 10kg = 10mg lassix (1cc). Untuk anak-anak yang lain dengan Hb kurang dari 10, memberikan sulfus ferrosus (SF). Jangan mulai SF sampai anak mulai sembuh (biasanya yang paling awal untuk memberikan SF 7 hari setelah anak masuk rumah sakit, dan anak sudah mulai membaik). Ini karena SF bisa meningkatkan kemungkinan infeksi dalam anak dengan malnutrisi berat. Memberikan SF selama 1 bulan kalau bisa (atau 2 minggu).
Dosis SF:
Berat badan/kg
Dosis
Sulfus
ferrosus
sehari 2-4
¼ tab
5-7
½ tab
8-10
¾ tab
11-13
1 tab
14-16
1 ¼ tab
17-20
1 ½ tab
Berbagi dosis SF 2 kali sehari. Misalnya, dari meja di atas, kalau anak 10 kg, berikan SF ¾ tablet sehari. Berbagi ini sampai 2 kali sehari.
Vitamin: Semua anak dengan malnutrisi berat punya kekurangan vitamins. Berikan Lycalvit 1 X 1cth sehari kalau anak kurang dari 6 tahun, dan 1 X 2cth sehari kalau anak lebih dari 6 tahun.
Vitamin A:
Kalau anak kena tanda-tanda kekurangan vitamin A (misalnya ada
luka dalam mata), atau anak kena campak (morbilli) saat diperiksa atau ada riwayat anak kena campak dewasa ini, berikan Vitamin A: Berat badan
Hari 1
Hari 2
Kurang dari 10kg
100,000 IU
100,000 IU
Lebih dari 10kg
200,000 IU
200,000 IU
K a l a u anak tidak kena tanda-tanda kekurangan vitamin A, dan tidak kena tanda-tanda campak, berikan: 1 X 100,000 IU kalau anak kurang dari 10kg 1 X 200,000 IU kalau anak lebih dari 10kg. Cacing: Memberikan semua anak lebih dari 1 tahun obat cacing: Albendazole: 1 X ½ tab (tab 400mg) kalau anak 1-2 tahun 1 X 1 tab (tab 400mg) kalau anak lebih dari 2 tahun. Kalau tidak ada albendazole, memberikan pirantel pamoat 1 X 10mg/kg. Misalnya, untuk anak 10kg, memberi 10mg X 10kg = 100mg (tab. 125mg) Memberikan obat cacing setelah 3-4 hari. Dermatosis: Sering anak dengan kwasiorkor kena luka-luka kulit, khususnya di sekitar anus, tetapi juga tempat badan lebih umum. Lebih baik kalau luka tidak ditutup. Mengoles petroleum jelly untuk luka tanpa kulit, dan gentian violet untuk luka-luka lebih kecil. Kalau anak kena luka seperti ini, pasti perlu antibiotika (sama dengan sudah didiskusi). Mencret: Kalau mencret lanjut setelah anak mulai membaik, ada kemungkinan ini karena ada infeksi dalam usus. Berikan metronidazole, dosis 3 kali 7.5mg/kg/hari. Misalnya,
kalau anak 10kg, dosis 7.5mg X 10kg = 75mg. Lalau dosis 3 X 75mg. (tab metronidazole 500mg). Kalau anak kena buang air besar kurang keras, tetapi tidak seperti mencret air, dan berat badan masih meningkatkan, ini tidak masalah. Berat badan: Timbang anak 2 kali seminggu. Yang paling baik kalau anak meningkatkan lebih dari 10g/kg/hari (misalnya, untuk anak 10kg, ini 10g X 10kg = 100g/hari). Kalau anak meningkatkan kurang dari 5g/kg/hari, kita harus cari alasan. Ingatkan, biasa untuk anak kena kwashiorkor turun berat badan sebelum mulai naik (karena cairan dihilang).
DIIT: PROTOCOL DIIT BUSUNG LAPAR Pengaturan makanan - tahap I
4-6 jam
- ORS kalau ada dehidrasi
- tahap II
1-2 hari
- Modisko 1
- tahap III
2-5 hari
- Modisko 2
- tahap IV
5-14 hari
- Bubur gizi
- tahap V
> 14 hari
- makanan biasa + vitamin
Tahap I
4 – 6 jam pertama - kalau ada dehidrasi atau anak pasien menderita diare memberi ORS - memberi 50-100ml/KG BB dicairkankan (tambah 50% ekstra air) - kalau sesudah 6 jam anak pasien masih diare, lanjut memberi 100ml/Kg BB ORS/hari - anjurkan Ibu untuk melanjutkan memberi ASI
Kalau pasien sudah tidak menderita dari kekurangan cairan, mulai memberi modikso 1. Seharusnya proses ini mulai dalam 24 jam waktu masuk RS.
Tahap II
Kalau pasien menderita dari gizi buruk, permukaan usus menjadi tipis dan tidak bisa mencerna dan menyerapkan makanan. Kemudian saat ini pasien juga punya nafsu makan menurun berarti gizi masuk tubuh melalui makanan juga menurun. Karena itu penting tahap II untuk memberi makanan nilai gizi tinggi supaya pasien yang makan sedikit bisa dapat cukup gizi. Tahap II membutuh sekitar 1-2 hari, tergantung dari jenis komplikasi-komplikasi lain.
Sebaiknya memberi makanan sering dalam porsi kecil.
Kalau memberi terlalu banyak dan terlalu cepat, kelebihan gizi bisa menyebabkan kelumpuhan jantung atau masalah lain yang cukup serius dan pasien punya resiko meninggal lebih tinggi.
Kebutuhan gizi sehari - tenaga
- 100kal/BB/hari
- protein
- 0.6-1.0gr/BB/hari
- kalium (keseimbangan elektrolit) - vitamin-vitamin (khusus vitamin A) - seng (memperbaiki usus)
Modisko 1
- per 100 ml
- Susu skim/LLM
- 20gr/2 sdm
- 100 kal
- Minyak
- 40 g/4 sdm
- 0.5 g protein
- Gula
- 100gr/10 sdm
- Air
- 1000ml
Memberi 100ml per Kg BB
Tahap III
Kalau pasien menerima modisko 1, sesudah 2 hari bisa mulai memberi modisko 2 tetapi kalau pasien tidak bisa menerima lanjut dengan modisko 1 selama 2 hari.
Modisko 2 - Susu skim
- 60 g/ 6 sdm
- per 100 ml
- minyak
- 40 g/ 4 sdm
- 107 kal
- gula
- 80 g/ 8 sdm
- 3.2 g protein
- M2N1 (M3)
- 50 g/ 5 sdm
- air
- 1000 ml
Memberi 100-120ml per Kg BB
Kalau pasien menerima makanan lewat NGT, mengisi modisko di kantung (infus yang kosong) sambung dengan NGT dan menggunakan sistem drip supaya sepanjang hari pelan-pelan makanan (gizi) masuk tubuh.
Tahap IV
Kebutuhan gizi sehari - tenaga
- 150-200kal/BB/hari
- protein
- 4-5 gr/BB/hari
- multi vitamin khusus kalium, besi, seng dan vitamin-vitamin
Nafsu makan semakin kuat dan kebutuhan gizi dalam tubuh juga akan meningkat supaya mempercepatkan proses penyembuhan
Dalam tahap ini bisa memberi bubur bergizi seperti bubur kacang hijau; - bubur per 100 gr - kacang hijau - santan/minyak
-
- gula - bayam (daun-daun yang lembek) - telur/ikan/tempe - 3 x sehari memberi bubur bergizi - 2 kali sehari memberi susu campur madu/gula dengan buah-buahan - Tahap IV membutuh sekitar 2 minggu tergantung keadaan busung lapar awalnya - Dalam tahap ini berat badan akan naik lebih cepat. Tahap V - Kalau perkembangan lancar sesudah 3 minggu boleh memberi makanan biasa yang bergizi - Supaya makanan mempunyai nilai gizi tinggi memberi nasi campur minyak atau santan, sayuran bervariasi campur kacang hijau dan lauk pauk, ekstra susu - Membutuh kira-kira 6 minggu untuk kembali ke berat badan biasa tergantung keadaan busung lapar awalnya. Catatan - zat asam folat, kalium, seng dan vitamin A boleh diberikan mulai tahap I - zat darah boleh diberikan dalam tahap II