DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HERPES ZOSTER
I.
PENDAHULUAN
Herpes Herpes zoster zoster merupa merupakan kan penyakit penyakit infeksi infeksi oleh Varicella zoster virus (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi sebagai reaktivasi VZV setelah infeksi primer. Kemudian akan masuk melalui saraf selama episode aal !a!ar air, menetap di ganglion spinalis posterior. Herpes zoster umumnya terjadi pada orang deasa, terutama orang tua dan individu yang mengalami imunitas tubuh yang kurang. "dapun fak faktor tor
pent pentin ing g
yang ang
mem mempen pengaru garuh hi
peny enyakit akit
ini ini
adal adalah ah
umur umur,,
obat obat
imunos imunosupr upresif esif,, limfoma limfoma,, kelelah kelelahan, an, ganggu gangguan an emosio emosional nal,, dan terapi terapi radiasi radiasi yang berdasarkan hasil penelitian terbukti juga dapat terlibat dalam pengaktifan kemb kembali ali viru viruss herp herpes, es, yang yang kemu kemudi dian an perja perjala lana nan n ke saraf saraf senso sensori rik k dan dan menginfeksi kembali. (#,$) Herpes Herpes zoster zoster merupa merupakan kan reaktiv reaktivasi asi varise varisella lla laten laten dan berkem berkemban bang g seki sekita tarr $%& $%& pada pada oran orang g dea deasa sa dan dan '%& '%& pada pada oran orang g yang ang menga engala lami mi penurunan sistem imun, namun banyak laporan kasus yang menunjukkan menunjukkan baha herpes zoster juga dapat terjadi pada remaja bahkan pada anakanak. .(#) ada anakanak dengan herpes zoster yang tidak memiliki riayat !a!ar air, air, kemung kemungkin kinan an mereka mereka telah telah mempero memperoleh leh penyak penyakit it !a!ar !a!ar air sebelum sebelumnya nya melalui transplasenta. ada individu dengan imunitas menurun, herpes zoster mungkin !ukup parah dan dapat memiliki gambaran klinis yang tidak biasa, misalnya persisten, krusta, lesi verukosa pada pasien "*+, atau hiperhidrosis pas!a herpetik. enyakit kulit diseminata (didefinisikan sebagai lebih dari $% vesikel di luar area dermatom primer atau berdekatan) dan-atau keterlibatan viseral terjadi pada sekitar #%& dari orang yang memiliki imunitas menurun. () Varicella-zoster ricella-zoster virus adal adalah ah angg anggot otaa kelu keluar arga ga viru viruss herp herpes. es. pes pesies ies lainnya lainnya patogen bagi manusia termasuk Hepes simpleks virus-1 (HVl (HVl)) dan HV$, HV$, sitomegalov sitomegalovirus irus , Epstein-Barr , Human herpes virus/ virus/ (HHV/ (HHV/)) dan HHV0, HHV0, yang yang menye menyebab babkan kan roseola roseola,, dan sarkoma sarkoma kaposi kaposi yang yang terkait terkait virus virus herpes herpes yang yang disebut disebut HHV1. HHV1. VZV ini mengan mengandun dung g kapsid kapsid yang yang berben berbentuk tuk
1
isokahedral dikelilingi dengan amplop lipid yang menutupi genom virus, dimana genom ini mengandung molekul linear dari double-stranded +2" ( Deoxyribonucleic acid ). +iameternya #'%$%% nm dan memiliki berat molekul sekitar 1% million. 3eskipun virus ini memiliki kesamaan struktural dan fungsional dengan virus herpes simpleks, namun keduanya memiliki perbedaan dalam representasi, ekspresi, dan pengaturan gen sehingga keduanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan gen.(4,') Varisella dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama, yang disebut sebagai Varicella zoster virus (VZV) .Varisella merupakan infeksi primer dengan tahap viremik setelah virus menetap di dalam sel saraf ganglion sensoris yang menular pada paparan aal dan biasanya terjadi pada anakanak. edangkan virus herpes zoster adalah reaktivasi dari sisa virus laten. Virus ini memasuki host melalui sistem pernapasan (nasofaring) infiltrat pada sistem retikuloendotelial dan akhirnya masuk kedalam aliran darah. 5ukti viremia bermanifestasi sebagai lesi pada tubuh yang menyebar.(4) II.
PATOGENESIS
atogenesis herpes zoster pada umumnya belum diketahui. ada aalnya virus men!apai ganglion diduga dengan !ara hematogenik, transport neural retrograde atau keduanya, menjadi laten pada sel ganglion. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi ganglion kranialis. Kadangkadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranial sehingga memberikan gejalagejala gangguan motorik. (#) elama infeksi varisella primer, virus di dalam darah akan bereplikasi dalam kelenjar getah bening regional selama $4 hari. Viremia
sekunder
berkembang setelah siklus kedua replikasi virus dihati, limpa, dan organ lain. erjalanan virus ke epidermis yang menginvasi selsel endotel kapiler sekitar #4#/ hari. etelah paparan VZV kemudian perjalanan dari lesi
kulit dan
mukosa untuk menyerang akar ganglion dorsalis dimana virus tersebut masih dapat teraktivasi dikemudian hari.() enyebab reaktivasi tidak diketahui se!ara pasti tetapi insideni herpes zoster berhubungan erat dengan menurunnya imunitas terhadap VZV. Herpes zoster juga dapat terjadi se!ara spontan atau dapat diinduksi oleh stress, demam, terapi radiasi, kerusakan jaringan (misalnya trauma). elama herpes zoster virus
2
terus berepikasi pada akar ganglion dorsalis yang terkena akan menyebabkan nyeri ganglionistis. eradangan dan nekrosis saraf dapat mengakibatkan neuralgia berat yang dapat menyebabkan virus menyebar ke saraf sensoris. (,4) *nfeksi virus VZV memi!u imunitas humoral dan seluler, namun dalam mempertahankan latensi, imunitas seluler lebih penting pada herpes zoster. Ketika immunitas seluler spesifik pada VZV menurun pada level kritis, reaktivasi virus tidak berlangsung lama. Virus akan bereplikasi dan menyebar ke dalam ganglion. *ni dapat menyebabkan nekrosis neural dan peradangan. roses ini dapat juga disertai dengan adanya neuralgia yang berat. *nfeksi VZV kemudian akan menyebar ke saraf sensorik sehingga dapat menyebabkan neuritis yang intens. Kemudian akan berlanjut ke ujung saraf di kulit sehingga akan menghasilkan karakteristik kluster dari vesikel zoster. (4)
III.
A
DIAGNOSIS
A!A"!E#$# DA! %E&A'A ('$!$# "namnesis yang perlu ditanyakan dalam menegakkan diagnosis herpes zoster se!ara umum sama seperti dalam mendiagnosis penyakit lainnya. 2amun pada herpes zoter ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien, seperti umur, kapan keluhan tersebut mulai mun!ul, dimana lokasi aalnya, apakah mengalami penyebaran atau tidak, apakah disertai rasa nyeri, panas atau terbakar, apakah ada riayat kontak, apakah ada riayat keluhan sebelumnya dan apakah telah mendapat terapi sebelumnya. emua hal tersebut dibutuhkan untuk menyingkirkan dignosis banding dari herpes zoster. (4) enyakit ini dapat dibagi menjadi fase yaitu fase preeruptif, fase eruptif akut dan fase kronis (neuralgia post herpetik). ($) a. 6ase preeruptif atau preherpetik neuralgia 7ejala prodomal yang timbul ialah rasa terbakar, gatal dan nyeri yang terlokalisir mengikut dermatom atau belum timbul erupsi difus setelah 4' hari berikutnya. 8andatanda prediktif pada herpes zoster ialah adanya hiperesthesi pada daerah kutaneus pre erupsi yang lunak sejajar dengan dermatom. +isertai juga gejala demam, nyeri kepala dan malaise yang terjadi beberapa hari sebelum gejala lesi timbul, limfadenopati regional juga bisa terjadi pada pasien. 2yeri segmental dan gejala lain se!ara bertahap mereda
3
apabila erupsi mulai mun!ul. 7ejala prodromal mungkin tidak didapatkan b.
pada anakanak. ($) 6ase eruptif 9rupsi pada kulit diaali dengan plak eritematosa terlokalisir atau difus kemudian makulopapular mun!ul se!ara dermatomal. :esi kulit yang sering dijumpai adalah vesikel herpetiformis berkelompok dengan distribusi segmental unilateral. Kemudian vesikelvesikel ini terumblikasi dan ruptur sebelum menjadi krusta yang terjadi dalam aktu $ hingga minggu. +alam #$$4 jam tampak lesi jernih, biasanya timbul di tengah plak eritematosa, dalam masa $4 hari vesikel bersatu, setelah 0$ jam akan terbentuk pustul. Vesikel baru akan tumbuh terus dan berlangsung selama #0 hari. 5iasanya pada penderita lansia dan memiliki daya imunitas lemah, masa perbaikan lebih lama dan erupsinya lebih luas, vesikel hemoragik, ada nekrosis kulit, infeksi sekunder bakteri atau skar yang biasa berubah menjadi keloid dan hipertrofik.($) 9rupsi pada kulit boleh terjadi pada satu atau dua dermatom yang berdekatan. Kadangkadang beberapa vesikel mun!ul di garis tengah dan erupsi pada dermatom jarang terjadi simestris bilateral atau asimetris. ebanyak '%& penderita dengan uncomplicated zoster terjadi viremia dengan gambaran $% hingga % vesikel tersebar dipermukaan kulit dan diluar dermatom.($) 5agian sering terkena adalah dada (''&), kranial $%& (dengan keterlibatan 2.8rigeminal), lumbal (#'&) dan sakral ('&). 9rupsi yang sedikit dapat men!apai keseluruhan dermatom. (/,0) ada kondisi parah, rasa nyeri dapat didiagnosis salah yaitu sebagai infark miokard, pleuritis. Kadang rasa nyeri tidak diikuti oleh erupsi kulit herpes zoster dan manifestasi klinis ini dikenal sebagai ; zoster sine herpete) (yaitu zoster tanpa ruam). +alam beberapa kasus, ajah, leher, kulit kepala atau ekstremitas mungkin terlibat.(/)
4
7ambar #. apuleritematosa(/)
7ambar $ .Vesikel(/)
!.
7ambar .
5
Variasi dari sindroma zoster tergantung dorsal root yang terkena, dan intensitasnya tergantung reaksi inflamasi yang terjadi pada motor root dan anterior horn cells 2yeri abdominal, pleura atau gangguan elektrokardiografi yang disebabkan keterlibatan viseral. 5eberapa sindrom yang disebabkan oleh Herpes Zoster, yaitu= a. Keterlibatan motorik >nset terjadinya pada '& kasus dengan penderita yang tua dan melibatkan nervus spinalis. 9rupsi dan nyeri diikuti dengan penurunan motorik. 5iasanya mengikuti dermatom yang disebabkan oleh virus dan bisa juga terjadi pada segmen dermatom yang berbeda. Herpes zoster pada anogenital bisa menyebabkan adanya gangguan defekasi dan urinasi. (0) b. Herpes zoster trigeminal ada kasus herpes zoster trigeminal yang biasa terjadi adalah sebanyak dua pertiga kasus terjadi pada bagian mata.
dan
mukosa
bu!!al
menunjukkan
adanya
keterlibatan
divisi
mandibularis. ada zoster orofasial, sakit gigi adalah petandanya .(0)
7ambar 4. Herpes Zoster oftalmikus
(0)
!. Herpes zoster otikus 2. fasialis merupakan saraf yang utama berjalan dengan serabut saraf sensoris vestigial pada telinga bagian eksternal (pinna dan meatus) dan fossa tonsilaris. 5iasa menyebabkan rasa nyeri dan vesikel biasanya terdapat pada daerah meatus auditorius eksterna saja, jarang melibatkan bagian lebih yang
6
dalam. "dapun faktor tertekannya 2.fasialis merupakan salah satu faktor terjadinya acial palsy disertai dengan nyeri pada telinga dan yang berkaitan dengan
sindroma
amsay-Hunt .
8ertekannnya
2.vestibulokoklearis
menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, vertigo dan keterlibatan 2.intermedius mengakibatkan gangguan penge!apan pada dua pertiga lidah dan mengubah sistem lakrimasi. (0)
7ambar '. Bell+s .alsy.(/) d. indroma amsay-Hunt indrom ini adalah akibat dari gangguan 2.fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (bell+s palsy), kelainan kulit sesuai dengan perjalanan saraf, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea,juga gangguan penge!apan. ($)
B
.E"E$(#AA! .E!/!&A!% a. 8es mear 8zank Hapusan lesi ditempatkan pada slide ka!a dan diarnai dengan 7iemsa.
7
7ambar /. 8zank mear (1) b. 5iopsi 5iopsi dari lesi herpes zoster menunjukkan gambaran patognomonik, tetapi biasanya dilakukan hanya untuk mengetahui gambaran histopatologi lesi atipikal. 5iopsi tidak dapat membedakan HZV dan HV# atau HV$ juga terhadap lesi se!ara diagnosis klinis.(1) e!ara histopatologis terlihat peradangan nekrosis ganglion, terutama intraepidermal dan berisi banyak virus sel raksasa ( *iant cell ). +alam dermis atas penuh dengan eritrosit dan e?travasasi sel darah merah, tetapi terlihat sejumlah limfosit yang jarang. ada masa vesikulasi dapat ditemukan virus di vesikel epidermis dan vaskulitis di lapisan dermis. :ima tanda spesifik se!ara histopatologis yaitu vesikel di intraepidermal, degenarasi balon, degenerasi retikuler, sel raksasa berinti banyak dan badan inklusi eosinofil intranukleus yang sering disebut 'ipschutz bodies(1,@)
8
7ambar 0. 7ambaran 5iopsi. (@) c .olymerase 0hain eaction (AB) 8es AB merupakan metode sensitif yang terbaik, spesifitas sangat tinggi dan aktu yang digunakan lebih !epat. 8es AB dilakukan dari spesimen yang menunjukkan sensitivitas @0& dimana tes ini lebih baik daripada kultur. AB memberikan hasil yang !epat dan dapat membedakan HZV dan HV# dan HV$. +engan AB, HZV dan HV dapat dibedakan dalam aktu / jam.(1) d. Kultur virus Kultur virus merupakan pemeriksaan yang dapat membedakan VZV dan HV yang dilakukan dengan biakan dari !airan vesikel, darah, !airan serebrospinalis, jaringan yang terinfeksi atau melalui identifikasi langsung antigen VZV atau asam nukleat pada spesimen. "kan tetapi VZV sangat labil sehingga hanya %/%& kultur dari kasus yang terbukti positif. engambilan virus yang infeksius dapat juga merupakan !ara yang dipakai untuk analisa berikutnya misalnya uji sensitivitas obat antivirus. Kultur harus dilakukan
9
pada saat lesi berupa vesikel agar didapatkan sel hidup dan virus akan segera rusak jika lesi telah menjadi pustular. ada keadaan imun rendah, VZV dapat bertahan sampai seminggu. 3eskipun kultur sangat spesifik tetapi masih memiliki sensitivitas yang rendah dan pada gejala klinis yang khas kultur dapat dilakukan dan biasanya 8es 8zank sudah boleh mengkonfirmasi Herpes zoster.(1) e. 8es serologik 8es ini digunakan untuk mendiagnosa riayat varisella dan herpes zoster dan
untuk
membandingkan
stadium
akut
dan
konvalesen
(fase
penyembuhan). 8es ini juga dapat mengidentifikasi dan mengisolasi individu yang diduga mengalami herpes zoster sehingga dapat digunakan sebagai pen!egahan. 8eknik yang paling sering digunakan adalah solid-phase enzyme-linked immunoabsorbent assay Kekurangan dari tes ini adalah tidak memiliki sensitivitas dan spesifitas terhadap orang yang memiliki antibodi herpes zoster dan menunujukkan hasil positif palsu pada orang tersebut. (1) 0
D$A%!#$# BA!D$!% a. Herpes impleks Herpes zoster dapat mun!ul di daerah genital sehingga harus didiagnosis banding dengan herpes simpleks. ering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, nyeri, dan gatal. (4)
7ambar 1. :esi pada penderita herpes simpleks ($) b. +ermatitis kontak Herpes zoster juga bisa di diagnosa dengan dermatitis kontak alergi. ada dermatitis kontak alergi, penderita umumnya mengeluh gatal. ada
10
yang akut dimulai dengan ber!ak eritematosa yang berbatas jelas, kemudian diikuiti oleh edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pe!ah dan menimbulkan erosi atau eksudasi. ada yang kronik terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, dan batasnya tidak jelas. (4)
7ambar @ .:esi pada penderita dermatitis kontak alergi pada tangan yang memberikan gambaran adanya vesikel, erosi dan krusta
(4)
!. 7igitan serangga Herpes zoster juga bisa didiagnosa dengan gigitan serangga. ebagai !ontoh, penyakit kulit dermatitis marin menyerupai gejala yang dimiliki oleh herpes zoster. :esi dermatitis marin ini sering didapatkan sesudah mandi di laut. :esi mula timbul dalam aktu 4 hingga $4 jam selepas terpapar dengan air laut dengan gejala seperti eritema, papula, ma!ula dan urtikaria yang disertai dengan rasa nyeri dan sensasi panas. :esi akan berlanjutan menjadi vesikulopapul yang akan pe!ah menjadi krusta, seterusnya akan sembuh dalam jangka aktu 0 smpai #% hari. +ermatitis marin ini juga turut disertai dengan gejala sistemik seperti subfebril, menggigil serta mual, muntah, nyeri kepala, spasma otot, dan malaise.
11
7ambar #% .lesi pada penderita dermatitis marin. IV.
PENATALAKSANAAN
1 2EA.$ 2.$(A' ada herpes zoster fasa akut, aplikasi kompresi dingin, losen !alamine atau soda bikarbonat mampu mengurangi gejala luka dan memper!epat pengeringan pada lesi vesikuler. alep yang oklusif, krem, atau losen yang mengadungi glukokortikoid tidak boleh diaplikasikan pada lesi herpes zoster. 8erapi topikal pada lesi herpes zoster dengan antiviral tidak efektif. (4) 8erapi topikal yang dapat diberikan berupa 'idocaine-0ontainin* .atch '& dan capsaicin cream. ada studi yang pernah dilakukan, 'idocaine0ontainin* .atch '& diberikan pada area yang sangat sakit dan sangat efektif sebagai obat terapi topikal pada pasien herpes zoster yang mampu mengurangi rasa nyeri.(#%) asien usia lebih dari #1 tahun dengan gejala H2 lebih dari / bulan direkomendasikan untuk menggunakan capsaicin cream %,%0'& pada area yang nyeri 4 kali sehari selama / minggu. 9fek samping dari obat ini berupa rasa terbakar, menyengat dan timbul lesi eritem pada area kulit. (#%) 3 A!2$V$/# 8ujuan utama terapi herpes zoster adalh (#) mengurangi ekstensi, durasi, dan severitas nyeri dan ruam pada dermatom primerC ($) men!egah terjadinya penyakit di bagian tubuh yang lainC () men!egah dari terjadinya postherpeti! neuralgia. >bat antivirus yang biasa digunakan berupa asiklovir, famsiklovir dan valaksilovir. 3ekanisme kerja ketiga obat tersebut adalah ketiga obat tersebut dimetabolisme menjadu gugus trifosfat yang akan menghambat +2" polimerase virus. (##)
12
ada pasien yang normal, pemberian asiklovir oral (1%% mg ' kali sehari selama 0 hari), famsiklovir ('%% mg setiap per 1 jam untuk 0 hari), dan valasiklovir (# g kali sehari selama 0 hari) mampu memper!epat proses penyembuhan lesi dan durasi serta severitas nyeri akut yang dialami oleh pasien herpes zoster (pasien dengan umur kurang dari '% tahun) yang diraat dalam jangka aktu 0$ jam selepas timbulnya gejala pada kulit. asien dengan umur lebih dari '% tahun dan disertai dengan lesi herpes zoster pada bagian oftalmikus pula diberikan pengobatan seperti berikut, asiklovir (1%%mg peroral sebanyak ' kali sehari selama 0 hari), atau valasiklovir (#g peroral setiap per 1 jam selama 0 hari) atau famsiklovir ('%%mg peroral setiap per 1 jam selama 0 hari). engobatan ini diberikan pada pasien yang diraat dalam jangka aktu 0$ jam selepas timbulnya gejala pada kulit. (4) ada pasien dengan penurunan tingkat imunitas yang ringan atau pasien H*V, diberikan asiklovir (1%% mg peroral sebanyak ' kali sehari selama 0#% hari) atau valasiklovir atau famsiklovir. ada pasien dengan penurunan tingkat imunitas yang berat, diberikan asiklovir (#% mg-kg se!ara intravena setiap per 1 jam selama 0#% hari).(4) 8abel 8erapi "ntivirus Herpes Zoster (4) K989B"27"2
B97*392
!ormal Dsia E'% tahun
Dsia F'% tahun dan disertai dengan lesi
8erapi simptomatik atau
6am!i!lovir '%% mg tiap 1 jam selama 0
hari Vala!y!lovir # g tiap 1 jam selama 0
hari "!y!lovir ' ? 1%% mg selama 0 hari
6am!i!lovir '%% mg tiap 1 jam selama 0 hari
herpes zoster pada
bagian oftalmikus
Vala!y!lovir # g tiap 1 jam selama 0 hari
"!y!lovir ' ? 1%% mg selama 0 hari
$mmunocompromised
13
"ild compromised
6am!i!lovir '%% mg tiap 1 jam selama
0#% hari Vala!y!lovir # g tiap 1 jam selama 0#%
hari "!y!lovir ' ? 1%% mg selama 0#% hari
denganinfeksi H*V#
"!y!lovir #% mg-kg55 *V tiap 1 jam #evere compromise
selama 1#% hari
6os!arnet 4% mg-kg55 *V tiap 1 jam Acyclovir resistance
4 (2$(#2ED rednison memiliki manfaat dalam mereduksi nyeri dalam aktu jangka pendek
tetapi
menghilang dalam aktu jangka panjang. rednison
menigkatkan jumlah pasien yang sembuh dari nyeri herpes pada bulan pertama dan tidak didasari dengan pemberian asiklovir atau tidak. "siklovir dan prednison memberikan efek yang signifikan terhadap pasien agar kembali beraktifitas seperti biasa. Kortikosteroid dapat segera diberikan pada pasien dengan nyeri sedang hingga berat setelah diagnosa ditegakkan. 3ekanisme kerja dari kortikosteroid menghambat proliferasi limfosit 8, imunitas seluler dan ekspresi gen. asien dengan kontraindikasi pemberian kortikosteroid seperti hipertensi, diabetes, gastritis, osteoporosis, dan psikosis harus dievaluasi dengan teliti.8erapi kortikosteroid hanya diberikan dengan kombinasi obat antiviral (#%) 8erapi dengan kortikosteroid oral (prednison 4% mg tiap hari selama 0 hari, kemudian di turunkan ' mg $ minggu kedepan) dapat mengurangi gejala akut (fase inflamasi) pada herpes zoster. 8etapi terapi ini dilakukan dengan kombinasi terapi antivirus.(#$) 5 A!A'%E#$( 8ingkat nyeri hebat yang tinggi merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya H2 dan nyeri akut juga menyebabkan sensitisasi sentral serta genesis untuk terjadinya nyeri yang kronik. >leh sebab itu nyeri pada herpes zoster harus dikontrol se!ara agresif. 8ingkat nyeri hebat ditentukan dengan menggunakan skala nyeri yang standar dan mudah. "nalgetik yang
14
diberikan adalah analgetik yang opioid dan nonopioid dengan tujuan untuk membatasi nyeri di baah skala atau 4 dari skala % smpai #% serta tidak mengganggu siklus tidur pasien. ilihan pengobatan, dosis, dan aktu pemberian analgetik adalah berdasarkan tingkatan nyeri, penyakit yang menyertai dan respon terhadap obat. "pabila
nyeri masih tidak berkurang,
anastesi regional atau lokal bisa dilakukan untuk mengontrol nyeri akut. (4) Herpes zoster yang disertai nyeri harus diterapi se!ara dini dan agresif. engobatan
ini
harus
menggunakan
prinsip
;anal*esic
ladder G,
dari
para!etamol-2"*+ kemudian kodein, morfin atau o?y!odone. Kebutuhan terapi analgesik meningkat seiring dengan masa perdiode akut, sehingga harus di pantau se!ara teratur (setiap $ hari) sampai keluhan nyeri dapat dikontrol. (#$)
6 A!2$(!V/'#A! #. 7abapentin 8erapi gabapentin pada pasien usia lebih dari #1 tahun dengan gejala H2 lebih dari bulan mampu mengurangi tingkat keparahan nyeri pada pasien tersebut. 7abapentin diberikan sebanyak %% mg/%% mg (dibagi menjadi dalam tiap hari) selama 4 minggu. asien yang tidak dapat menerima dosis tinggi, dosis dapat diturunkan menjadi #$%% mg (dibagi menjadi dalam tiap hari). 9fek samping dari obat ini berupa rasa mengantuk, pusing dan edem perifer. $. regabalin 8erapi gabapentin pada pasien usia lebih dari #1 tahun dengan gejala H2 lebih dari bulan mampu mengurangi tingkat keparahan nyeri pada pasien tersebut. enentuan dosis berdasarkan !reatinine !learan!e rate (AAB) pasien. asien dengan AAB F/% m:-menit diberikan dosis ?$%% mg tiap hari. asien dengan AAB %/% m:-menit diberikan dosis ?#%% mg-hari. emua pasien pada aalnya diberikan dosis ?'% mg-hari kemudian dinaikkan menjadi ?#%%mg-hari selama $ minggu. 7 2$080'$0 A!2$DE.E##A!2# (8A") "ntidepressan 8risiklik (8A") diindikasikan pada penanganan H2. 3ekanisme kerja 8A" dalah menghambat uptake norepinefrin dan serotonin. "ntidepressan trisiklik yang biasa digunakan adalah nortriptilin, amitriptilin,
15
dan desipramin dengan dosis #% $' mg-hari. alaupun terbukti efektif dalam terapi H2, obat ini memiliki efek samping berupa mulut kering, ati*ue, dizziness, sedasi, konstipasi, retensi urin, palpitasi, hipotensi ortostatik, kenaikan berat badan, penglihatan kabur dan pemanjangan I8. enggunaan obat golongan ini harus lebih hatihati pada orang tua dan pasien dengan riayat aritmia kordis atau penyakit jantung. +osis aal #% mg setiap malam ($ jam sebelum tidur) dengan titrasi ditingkatkan $% mg setiap 0 hari menjadi '% mg kemudian menjadi #%% mg dan #'% mg tiap malam (#). V.
PENCEGAHAN
Vaksin 9oster alah satu pen!egahan terhadap herpes zoster adalah dengan !ara menstimulasi kekebalan terhadap VZV (Vaksin zoster), terutama pada pasien yang berusia tua karena dapat men!egah komplikasi yang ditimbulkan oleh herpes zoster. Vaksin zoster mengandung VZV yang telah dilemahkan.(4) Vaksinasi pada usia /%0@ tahun dapat men!egah kirakira setengah kasus herpes zoster dan duapertiga kasus H2 serta dapat mengurangi tingkat keparahan nyeri pada pasien. alaupun demikian, terapi medis (terapi antivirus dan analgesik) tetap dipertimbangkan pada episode herpes zoster tanpa memandang status munisasi.(#4) Vaksin zoster diberikan dengan dosis %,/' m: yang diinjeksi se!ara subkutan. 9fek yang timbulkan berupa rasa nyeri, bengkak dan kemerahan pada lokasi suntikan serta dapat menimbulkan efek sakit kepala dan kelelahan. (#4) emberian vaksin zoster dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riayat anafilaktik setelah pemberian vaksin, kehamilan, riayat penyakit akut yang parah (riaayat penyakit tuberkulosis paru yang tidak diobati), leukimia, limfoma atau penyakit neoplasma ganas lainnya yang dapat mengganggu sumsum tulang atau sistem limfatik atau dengan "*+ atau manifestasi klinis infeksi H*V.(4) VI.
PROGNOSIS
rognosis bagi penyakit herpes zoster umumnya baik. ada herpes zoster oftalmikus, prognosis nya bergantung pada tindakan peraatan se!ara dini. (#) eraatan sejak dini dari herpes zoster dapat menghindarkan dari kompilikasi terburuk yang dihadirkan herpes zoster ini yaitu postherpeti! neuralgia.
16
ostherpeti! 2euralgia (H2) adalah komplikasi yang paling umum dan paling ditakuti dan penyebab utama morbiditas. Bisiko H2 meningkat terutama pada pasien usia lebih dari '% tahun dan kejadian ini meningkat pada pasien yang mengalami nyeri hebat atau lesi parah selama episode akut atau yang memiliki riayat prodromal sakit dermatomal sebelum ruam mun!ul. asien melindungi area hiperestesia dari sedikit tekanan, yang mengaktifkan gelombang lain nyeri. Basa sakit kadangkadang begitu parah sehingga menyulitkan pasien untuk melakukan ekstensi. Keputusasaan dan bunuh diri sering terjadi jika harapan dan dorongan hidup pasien tidak ada. ($)
DAFTAR PUSTAKA
#. +juanda ". *lmu enyakit Kulit dan Kelamin. ' th ed.
17
. 5olognia <:, ?man 32, !hmader K9. Varicella and Herpes 9oster . *n = olff K7,:". Katz, *. 7il!hrest, 5". aller, ". :effeld, +<. ;itzpatrick+s 5.
Deramatolo*y $n %eneral "edicine. 1thed= 3!7ra HillC $%#$. p. 114%# Bo?as 3. Herpes 9oster and .ostherpetic !eural*ia< Dia*nosis and 2herapeutic 0onsiderations. "lternative 3edi!ine Bevie. $%%/. ##($)= #%$
##. /. steopath "sso!. $%%0C#%0(suppl )= 1#. 11. 7unaan, ulistia. 6armakologi dan 8erapi. ?man 32, :evin 3<,
18