BAB I PENDAHULUAN
Gigi geligi dengan karies yang diikuti dengan gangren pulpa dan infeksi di periapikal serta infeksi periodontal mempunyai potensi cukup besar untuk menyebarkan infeksi ke berbagai tempat dalam rongga mulut (1). Berdas Berdasark arkan an sejarah sejarah,, potens potensii penyeba penyebaran ran abses abses dentoa dentoalve lveola olarr hingga hingga menyebar menyebabkan sepsis lanjut dan kematian telah diketahui sejak zaman purba alaupun peran bakteri dalam proses ini tidak diketahui hingga pergantian abad ke!"#. $etika the Bills of %ortality (&ondon) mulai dimasukkan sebagai penyebab kematian pada aal 1'##an, gigi disebutkan sebagai penyebab kematian nomor lima atau enam. *etelah pergantian abad ke!"#, infeksi dental dikatakan merupakan penyebab angka kematian yang menembus 1#!+# ("). -eran -eran bakteri bakteri dalam dalam patoge patogenesi nesiss lesi tak terbanta terbantahka hkan n namun namun teknik teknik diagnostik diagnostik modern modern belum mengidentif mengidentifikasi ikasi patogen patogen penyebab penyebab tunggal. tunggal. bses dentoalveolar disebabkan oleh campuran banyak bakteri yang terdiri dari berbagai anaer anaerob ob faku fakulta ltati tif, f, sepert sepertii Streptococcus Streptococcus kel kelom omp pok viridans dan kelompok kelompok Streptococcus anginosus, anginosus , dan anaerob obligat, terutama spesies anaerob kokus, Prevotella Prevotella aan nd Fusobacterium. Fusobacterium. $eha $ehadi dira ran n bakt bakter erii anae anaero rob b cultivable dan uncultivable cenderung cenderung mendominasi. mendominasi. *ebagian besar abses gigi dapat diatasi dengan dengan terapi terapi bedah, bedah, seperti seperti drainas drainasee nanah nanah dan elemina eleminasi si penyeb penyebab ab infeks infeksi, i, dengan dengan penggu penggunaan naan antibi antibiotik otik terbata terbatass pada pada penyeb penyebaran aran infeks infeksii lanjut lanjut ("). (").
/ibutuhkan penelitian kilinis berkualitas baik sebagai ukuran baku untuk terapi ideal (0).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
nfeksi merupakan proses masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, dan selanjutnya mikroorganisme tersebut mengadakan penetrasi dan menghancurkan host secara perlahan!lahan, hingga berkembang biak (+). bses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus. -us merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan. bses pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi dentoalveolar. nfeksi dentoalveolar dapat didefinisikan sebagai infeksi pada gigi dan jaringan sekitarnya (seperti periodontium dan tulang alveolar) yang menghasilkan pus. *alah satu bentuk dari kondisi ini adalah abses dentoalveolar. bses dentogen biasanya bersumber dari gigi, gangren, infeksi saku periodontal dan gigi molar ketiga baah yang bererupsi sebagian (2). bses dentoalveolar terbagi menjadi tiga, yaitu (')3 1. bses -eriapikal yang berasal dari pulpa gigi dan biasanya berasal dari infeksi sekunder karies gigi. %erupakan abses yang paling umum terjadi pada anak!anak. $aries gigi menyerang lapisan gigi dan memungkinkan bakteri masuk ke pulpa gigi, menyebabkan pulpitis. -ulpitis dapat berlanjut menjadi nekrosis, dengan invasi bakteri ke tulang alveolar menyebabkan abses.
bses periapikal atau disebut juga abses alveolar akut yang dimulai di daerah periapikal disebabkan oleh pulpa nekrotis. bses ini terjadi segera setelah trauma pada jaringan pulpa atau dapat juga setelah periode laten lama yang kemudian secara mendadak berkembang menjadi infeksi akut dengan simptom inflamasi seperti rasa sakit yang hebat tanpa disertai dengan pembengkakan. 4etapi infeksi dapat menjalar menembus tulang alveolar keluar dan menimbulkan abses subperiostal atau supraperiostal. *ebelun menimbulkan abses!abses ini, infeksi dapat menimbulkan selulitis pada regio jaringan yang bersangkutan. 5aringan lunak menjadi padat dan keras pada palpasi, keadaan demikian disebut iridant. *elama ini pasien merasakan keadaan yang sangat tidak nenyenangkan sampai terbentuknya abses. -eraatan ditujukan untuk mengobati dan melokalisir iridant selama periode indurasi, membatasi infeksi pada tempat tersebut dan kemudian menghilangkan penyebab infeksi. -emberian antibiotika yang tepat baik dosis maupun aktunya dapat membantu mengatasi keadaan infeksi yang hebat dan membahayakan. 6ntuk membantu melokalisasi infeksi dapat dilakukan dengan kompres hangat dan sering kumur dengan air hangat 7 *etelah terbentuk abses baru dilakukan insisi dan drenase. *ecara fisiologis pada saat ini tubuh telah membentuk barier disekeling abses, sehingga pada palpasi dapat dirasakan adanya fluktuasi. *emakin dalam letak abses semakin sukar untuk diketahui adanya fluktuasi dengan palpasi. 4indakan selanjutnya ialah melakukan trepanasi gigi tersebut
untuk mengurangi tekanan, namun apabila dengan trepanasi tidak mengurangi rasa sakit, maka harus dilakukan pencabutan gigi tersebut. 8ilosofi untuk tidak melakukan pencabutan gigi dalam keadaan infeksi akut telah ditinggalkan. 9arus disadari baha tulang alveolar itu padat, sehingga satu!satunya jalan untuk mempercepat pengeluaran pus yang terkumpul di apeks gigi ialah dengan pencabutan. Bila pencabutan ditunda!tunda maka infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitarnya menimbulkan septikemi atau osteomiolitis atau keduanya. -encabutan gigi dengan infeksi akut harus dilakukan setelah pasen dilindungi cukup dengan antibiotika sampai konsentrasi dalam darah cukup tinggi. ntibiotika dipilih yang sesuai nituk mikroorganisme penyebab. :kstraksi gigi lebih dan satu atau pembedahan radikal harus dihindarkan sampai infeksi reda. 6ntuk abses periapikal yang telah menembus tulang dan membentuk abses di luar tulang harus dilakukan insisi dan drenase abses serta pencabutan gigi sekaligus. Bi1a gigi hendak dipertahankan, maka sebelumnya ditrepanasi dulu dan di insisi untuk drenase abses. nsisi ekstra oral atau pun intra oral harus dipilih tempat yang tidak merusak berkas neurovaskuler. pabila sulit mencari yang aman, insisi dilakukan hanya sampai submukus, kemudian dilanjutkan dengan arteri klem sampai ke tulang, kemudian arteri klem dibuka sehingga pus akan mengalir keluar. ". bses -eriodontal, melibatkan jaringan penyangga gigi (ligament periodontal, tulang alveolar). $asus ini paling banyak terjadi pada deasa, tapi dapat juga terjadi pada anak!anak dengan impaks dari badan asing gingiva.
bses berkembang dan infeksi periodontal yang disebabkan oleh bakteri pyogen. -us yang terbentuk di dalam soket akan dikeluarkan melalui saku periodontal. 4api pada suatu saat gusi pada permukaan saku menutup sehingga pus yang berada di dalam saku gusi tidak dapat keluar menimbulkan suatu abses periodontal dengan gejala;gejala klinis gigi sakit pada sentuhan, gigi terasa memanjang, gigi goyang, pembengkakan pada gusi sekitar gigi tersebut, eritema, pembengkakan kelenjar limf regional yang sakit pada perabaan. -eraatan terdiri dari insisi untuk pembuatan drenase. plikasi arteri klem untuk membesarkan lubang drenase harus mencapai dasar poket. 4indakan ini dikerjakan setelah pasien dilindungi dengan antibiotika dulu sebelumnya untuk mencegah penyebaran infeksi ke tulang alveolar dan penyebaran infeksi menjadi septikemi. $alau fase akut telah reda, apabila gigi masih dapat dipertahankan, karena kerusakan tulang hanya pada satu dinding alveolar, dilakukan kuretase dan peraatan periodonsium lanjutan.
te>ggorokan sehingga pasien mencari pengobatan kepada dokter umum. =ang menarik dari infeksi pericoronal ini ialah simpton dan tanda; tandanya seperti abses peritonsilar dan infeksi streptokokal tenggorokan sehingga pasien diraat untuk diagnosa penyakit itu dan berulang;ulang. *ampai suatu saat gigi nolar ketiga dapat didiagnosa sebagai penyebab penyakit tadi. *impton yang khas dari infeksi perikoronal molar tiga baah ialah adanya limfadenopati, trismus, sakit pada regio molar tiga dan keadaan umum yang gelisah disertai kenaikan suhu tubuh. *imptom!simptom ini bervariasi dari setiap kasus yang timbul. danya pembengkakan di sekitar gusi yang menutup gigi molar tiga baah mengakibatkan kesukaran mengunyah. 6ntuk mempercepat mengecilnya jaringan itu, maka perlu drenase dengan dren karet atau perban yodoform yang ditetesi eugenol untuk mengurangi rasa sakit dan tiap hari diganti. -asien kumur air hangat selama lima menit dengan interval setengah jam. -engobatan dengan antibiotika diberikan agar cepat mereda. -engambilan gigi impaksi dilakukan apabila keadaan gigi tersebut tidak mungkin erupsi dengan baik dan penyakit sering kambuh. pabila posisi baik,
tempat
cukup maka
dapat
dilakukan
operkulektomi
untuk
mempertahankan gigi tersebut. /iagnosis abses odontogen dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis. -emeriksaan penunjang seperti rontgen dapat dilakukan untuk melihat letak abses dengan lokasi terdalam gigi (').
2.2
Etiologi
$ebanyakan infeksi yang berasal dari rongga mulut bersifat campuran (polimikrobial), umumnya terdiri dari dua kelompok mikroorganisme atau lebih. $arena flora normal di dalam rongga mulut terdiri dari kuman gram positif dan aerob serta anaerob gram negatif maka yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah kuman!kuman tersebut. *ecara umum biasanya diasumsikan baha infeksi di rongga mulut disebabkan oleh *treptococcus dan *taphylococcus serta mikrooganisme gram negatif yang berbentuk batang dan anaerob (?). 2.3
Patofisiologi Infeksi Oontogenik
*aat infeksi meleati akar gigi dan ligamentum periodontal apikal maka akan timbul osteomyelitis localized apical . $erusakan tulang pada osteomyelitis mempunyai kesamaan dengan proses nekrosis pada inflamasi pulpa gigi. -ada dasarnya peningkatan tekanan hidrostatik disebabkan oleh transudasi cairan ekstraseluler yang diikuti dengan eksudasi sel!sel inflamasi sehingga mengganggu masuknya aliran darah yang baru pada regio tersebut. -ada jaringan lunak peningkatan tekanan cairan interstitial dapat dikurangi oleh pembengkakan. pabila jaringan lunak telah terisi oleh struktur keras yang termineralisasi seperti rongga medulla tulang atau kanal pulpa, peningkatan tekanan tidak dapat dihindari. *ehingga pulpa atau jaringan lunak medulla mengala mi kematian akibat iskemik. 5aringan yang mati tersebut memperoleh makrofag atau histiocytes pada proses kemotaksis. 5aringan yang termineralisasi menghalangi penggabungan makrofag dan berdiferensiasi ke dalam osteoklas yang meresorbsi mineral tulang (+).
-roses nekrosis dan resorpsi tulang meluas dengan pola melingkar hingga mencapai korteks tulang. -ada titik ini proses resorpsi tulang diperlambat oleh jaringan mineral padat sehingga menyebabkan perubahan bentuk kavitas tulang. *aat lapisan cortex bony berhasil ditembus, maka proses infeksi dapat berlanjut ke jaringan lunak. Bakteri patogen yang memicu proses inflamasi autolitik ini akan tetap ada di semua tingkatan infeksi. Bakteri ini tidak hanya menyebarkan proses inflamasi melalui produk antigen, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan tulang secara langsung. Streptococcus umumnya ditemukan pada tahap aal infeksi,
dimana
bakteri
ini
menyerang
jaringan melalui
penggabungan
hyaluronidase yang menyebabkan rusaknya glikoprotein ekstraseluler dari jaringan ikat. *aat streptococcus dalam tahap pertumbuhan, bakteri ini memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan flora anaerobik infeksi odontogenik. 8lora tersebut mengolah oksigen lokal dan zat!zat metabolisme untuk membuat lingkungan menjadi lebih asam. 8lora ini juga menghasilkan produk nutrien untuk bakteri anaerobik yang muncul setelah tiga hari timbulnya gejala klinik. Bakteri anaerobik seperti Prevotella dan Porphyromonas spp, menghasilkan collagenase yang dapat menghancurkan kolagen sebagai matriks protein ekstraseluler jaringan ikat terbanyak (+). dapun 8aktor!faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegaatan infeksi odontogenik adalah3 ! ! ! ! !
5enis dan virulensi kuman penyebab /aya tahan tubuh penderita 5enis dan posisi gigi sumber infeksi -anjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot!otot danya tissue space dan potential space
*aat infeksi telah memasuki bony cortical plate, proses inokulasi bakteri yang diikuti dengan inflamasi dan nekrosis dimulai sekali lagi pada jaringan lunak. 5aringan yang paling mudah terserang yaitu jaringan ikat yang tidak tervaskularisasi dengan baik. 5aringan tersebut mudah lepas dan terpotong sekalipun oleh tekanan hidrostatik yang rendah. *ehingga penyebaran infeksi yang mengikuti pola resistensi, dihalangi oleh struktur vaskularisasi yang padat dan baik seperti otot, fascia, organ!organ, dan tulang. nfeksi fasial profunda dihalangi oleh struktur!struktur yang termasuk dalam anatomi rongga!rongga fasial profunda. *ebagai contoh apabila infeksi gigi yang baru menembus cortex bony tertahan oleh periosteum di sekeliling tulang, maka dapat terjadi abses subperiosteal. -roses ini dapat terjadi pada infeksi rongga mandibula atau pada abses subperiosteal palatal. *ebaliknya, apabila periosteum juga telah terserang maka perlekatan otot lokal dapat langsung menyebarkan infeksi ke dalam jaringan lunak. @ontohnya, apabila perlekatan otot buccinator pada permukaan lateral maksilla terletak di bagian inferior kortikal dan terjadi perforasi pada akar mesiobukal gigi molar pertama rahang atas maka infeksi dapat masuk dan menyebar di seluruh rongga bukal. 4etapi apabila infeksi tersebut menyerang tulang dan periosteum di bagian inferior perlekatan otot tersebut, maka infeksi akan meleati daerah antara permukaan oral otot buccinator dan mukosa oral kemudian masuk ke rongga vestibular (+).
Gambar 1. lur potensial penyebaran infeksi yang berasal dari gigi (+).
2.3.1 Pe!"alanan Infeksi #igi
8oramen pulpa yang sempit pada ujung akar gigi meskipun diameternya tidak cukup untuk dilakukan drainase pulpa yang terinfeksi, tetapi dapat bertindak sebagai reservoir dari bakteri dan dapat menyebabkan bakteri masuk ke jaringan periodontal dan tulang. 5alan masuk bakteri ini menunjukkan masalah yang biasa terjadi apabila hanya antibiotik yang digunakan untuk meraat fistula dari abses gigi. *ekali dilakukan drainase dapat menghentikan papulasi bakteri pada rongga pulpa kemudian diikuti dengan perpindahan bakteri tersebut ke jaringan periapikal dari pulpa yang tidak diraat, jadi dapat kembali menjadi sumber infeksi. nfeksi
gigi yang serius, yang meluas ke luar soket, pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh infeksi pulpa daripada infeksi periodontal. pabila infeksi telah meluas meleati apeks gigi, patofisiologi proses infeksi dapat berubah, tergantung pada jumlah dan virulensi organisme, resistensi host, dan anatomi daerah yang terlibat (1).
*kema. -erjalanan infeksi pada gigi (/aud dan $arasutina, "##1)
Bila infeksi tetap terlokalisir pada ujung akar gigi, maka infeksi tersebut dapat berkembang menjadi infeksi periapikal kronis. Biasanya kerusakan tulang yang cukup dapat memberikan gambaran radilolusensi yang bagus pada gambaran radiografi gigi. -roses ini menunjukkan adanya infeksi fokal pada tulang, tetapi gambaran radiolusensi garden variety yang disebabkan oleh karies gigi harus dapat dibedakan dengan osteomielitis.pabila infeksi telah meluas ke ujung akar, maka infeksi dapat berlanjut ke ruang medullar yang lebih dalam dan berkembang menjadi osteomielitis yang luas (?).
Gambar ". -enjalaran bses. $eterangan3 a. b. c. d. e. f.
bses *ubmukosa (*ubmucous bscess) bses Bukal (Buccal *pace bscess) bses *ubmandibular (*ubmandibular bscess) bses -erimandibular bses *ubkutan (*ubcutaneous bscess) *inusitis %aksilaris
2.3.2 Ta$a%&Ta$a% Infeksi
/ari proses inflamasi dan destruksi jaringan dapat diketahui tahap!tahap infeksi dalam perjalanan klinis infeksi odontogenik. 4ahap inokulasi diaali dengan penyebaran aal (mungkin oleh streptococcus) ke dalam jaringan lunak. 4ahap ini ditandai dengan pembengkakan jaringan lunak, lengket, dan agak halus yang disertai dengan sedikit kemerahan. *elama tahap selulitis proses inflamasi
mencapai puncak dan menyebabkan pembengkakan yang berarna sangat merah, keras, dan amat sakit disertai functio laesa seperti trismus atau ketidakmampuan mendorong lidah ke depan. -ada tahap ke tiga yaitu pembentukan abses banyak terjadi nekrosis. stilah fluktuasi sering disalah artikan untuk menggambarkan edema ringan. 8luktuasi adalah pergerakan cairan dalam lesi yang dipalpasi secara bimanual atau bidigital menggunakan tangan atau jari. -ergerakan cairan disebabkan oleh aliran pus di dalam kavitas abses. 4ahap akhir dari infeksi odontogenik yaitu pecahnya abses yang terjadi secara spontan atau dengan drainase terapeutik (A). 4abel 1 3 4ahap!tahap infeksi
•
Ka!akte!istik /urasi
•
asa sakit
Inok'lasi •
Sell'litis 0!? hari •
# !
•
0 •
6kuran
•
&okalisasi
•
a
-alpasi
besar
dan lokal •
kecil
•
terbatas
•
keras,
•
fluktuasi,
sangat
halus •
•
sedang!berat
menyebar
r
Carna
•
•
i •
dan
menyeluruh •
h
berat
•
A(ses .D 2 hari
r
kemerahan
halus •
sekitarnya
n $ualitas kulit
g
•
menebal
•
•
4emperatur
n
permukaan
!
Functio laesa
s e
membulat dan mengkilap
a •
pada
daerah
i •
merah
•
panas
•
panas sedang
•
berat
•
berat sedang
•
@airan jaringan
•
4ingkat malaise
•
$eparahan
•
Bakteri
d•
serous, bercak • pus
a
pus
n g
•
berat
•
berat
•
k
•
perkutaneus
e c i l m
•
e n y e b a r •
lunak,lengket, agak halus
•
normal
•
normal
•
•
panas ringan
minimal tidak ada
•
edema
atau
•
sedang!berat •
sedang! berat
gabungan •
anaerobik
•
ringan
•
ringan
•
aerobic
*umber 3 8lyn 4. 4he timing of incision and drainage E Fral and maillofacial surgery knoledge update "##1E . osemont 3 merican ssociation of Fral and %aillofacial *urgeons)
2.) Penanganan A(ses
ncisi dan drainase dapat membersihkan material toksik purulen tubuh dan mengurangi tekanan udara jaringan, memperbaiki perfusi darah yang mengandung antibiotik dan elemen defensif dan meningkatkan oksigenisasi daerah infeksi.
bses harus didrainase dengan pembedahan pada saat yang sama dilakukannya terapi dental. ncisi dan drainase merupakan prosedur pembedahan yang paling tua dan biasanya paling sederhana. ncisi tajam yang cepat pada mukosa oral yang berdekatan dengan tulang alveolar biasanya cukup untuk menghasilkan pengeluaran pus yang banyak. -engetahuan yang seksama mengenai anatomi facial dan leher sangat penting untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang membatasi daerah dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi ahli bedah. 9anya mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari infeksi. dealnya, abses harus didrainase ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan drainase spontan. ncisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda aal dari HpematanganI abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif, sebelum adanya perkembangan klasik fluktuasi. -rinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat melakukan incisi dan drainase 3 1.
Bila memungkinkan lakukan incisi pada kulit dan mukosa yang sehat. ncisi yang ditempatkan pada sisi fluktuasi maksimum di mana jaringannya nekrotik atau mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan,
".
jaringan parut yang tidak estetis. 4empatkan incisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis,
0.
seperti di baah bayangan rahang atau pada lipatan kulit alami. pabila memungkinkan tempatkan incisi pada posisi yang bebas agar
+.
drainase sesuai dengan gravitasi. &akukan pemotongan tumpul, dengan clamp bedah rapat atau jari, sampai ke jaringan paling baah dan jalajahi seluruh bagian kavitas
abses dengan perlahan!lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu dan dapat diekskavasi. -erluas pemotongan ke akar gigi
2.
yang bertanggung jaab terhadap infeksi 4empatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan
'.
jahitan. -ertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang
?.
submandibula. 5angan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari aktu yang ditentukanE lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. danya drain dapat mengeluarkan eksudat dan dapat menjadi pintu gerbang
A.
masuknya bakteri penyerbu sekunder. Bersihkan tepi luka setiap hari dalam membersihkan bekuan darah dan debris.
keadaan
steril
untuk
Gambar 0. $eterangan3 , -eriapical infection of loer premolar etends through buccal plate and creates sizable vestibular abscess. B, bscess is incised ith no. 11 blade. @, Beaks of hemostat are inserted through incision and opened so that beaks spread to break up any loculations of pus that may eist in abscessed tissue. /, *mall drain is inserted to depths of abscess cavity ith hemostat. :, /rain is sutured into place ith single black silk suture.
4eknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut 3 1. ".
plikasi larutan antiseptik sebelum insisi. nestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan
0.
dilakukan dengan anestesi infiltrasi. 6ntuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka direncanakan insisi 3
a. %enghindari duktus (Charton, *tensen) dan pembuluh darah besar. b. /rainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus sesuai gravitasi. c. 5ika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral. d. nsisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat
+.
fluktuasi positif. /rainase abses diaali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan unjung terbuka.
2.
Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan
pijatan lunak untuk mempermudah pengeluaran pus. -enembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan
'.
drainase. -encabutan gigi penyebab secepatnya.
Te!a%i Anti(iotik
-enggunaan
antibiotik
pada
peraatan
dentoalveolar
abses
yang
terlokalisir dengan baik dan mudah didrain mungkin tidak penting karena drainase pembedahan dan terapi dental dapat mengatasi infeksi pada kebanyakan pasien. bses dan selulitis pada pasien yang menderita immunocompromized dan pada mereka yang mempunyai tanda dan gejala sistemik seperti trismus atau peningkatan suhu biasanya diindikasikan membutuhkan antibiotik. bses yang lokasinya jelek dan meluas serta mereka yang menderita selulitis difus membutuhkan terapi antibiotik.
-ada pasien dengan daya tahan host menurun, seperti mereka yang menderita
diabetes
yang
tidak
terkontrol,
pasien
yang
menderita
immunosuppresed atau immunocompetent , yang menerima dialisis renal, atau pasien yang harus diraat karena sakit serius, suplemen antibiotik diperlukan untuk infeksi dentoalveolar karena dikhaatirkan adanya sepsis tiba!tiba yang menyebar bahkan dari sumber yang kecil. nfeksi dental yang fatal dapat ditemukan pada pasien yang menderita immunosuppresed . dealnya, pemilihan antibiotik untuk terapi infeksi odontogenik tergantung dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu kultur dan tes sensivitas. $arena kebanyakan infeksi dentoalveolar terjadi pada pasien sehat yang raat jalan yang terdapat di kantor atau klinik, kultur tidak rutin dilakukan dan biasanya tidak diperlukan. -endekatan rasional yang praktis terhadap pemilihan antibiotik empiris dapat diterima, baik secara etis maupun legal, apabila pemilihan didasarkan pada data ilmiah dan pengalaman modern dengan mikrobiologi dari flora infeksi oral. 8lora infeksi oral yang berkembang terus!menerus telah dibuktikan kebenarannya. *ejumlah studi menunjukkan adanya infeksi mayoritas yang terdiri dari gabungan flora aerobik dan anaerobik ('2!?#) atau hanya terdiri dari anaerobik ("2!0#), sementara hanya terdapat 2 aerobik. &ebih dari J# terdiri dari bakteri anaerob. Frganisme terpisah yang paling sering dan berkembang terus!menerus adalah streptococci aerobik (K!, L!, dan M!), streptococci anaerobic ( Peptostreptococcus), Bacteroides ( Porphyromonas, Prevotella), Fusobacterium, dan Eikenella. =ang jarang ditemukan Bacteroides fragilis, bakteri gram negatif
anaerobik yang normalnya berada di dalam perut dan pelvis. Frganisme pada kulit seperti Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis sekarang ini dilaporkan lebih jarang dibandingkan pada dekade era antibiotik terdahulu, tetapi mempunyai insiden tinggi pada infeksi facial nonodontogenik pada anak. Corybacterium aerobic dan Propionibacterium anaerobic yang keduanya merupakan bakteri gram!posotif adakalanya ditemukan. -enicillin merupakan antibiotik empiris pilihan untuk infeksi dental selama hampir lima dekade yang telah dibuktikan kemanjurannya. 4etapi, mikroorganisme dan populasi mikroorganisme dari kebanyakan ekosistem dapat dan berkembang dalam merespon seleksi lingkungan atau terhadap pengaruh mutatory, apakah pada lantai hutan hujan tropis atau pada sulcus gingival omo sapiens. -opulasi beberapa mikrospesies oral menunjukkan adanya perubahan besar dan dapat diukur dalam susceptibilitasnya terhadap penicillin, dan produk !" lactamase organisme seperti Bacteroides yang sekarang sering kali ditemukan tidak sensitif lagi terhadap penicillin, dengan beberapa laporan yang melaporkan +# resisten. Bahkan streptococcus, yang sejarahnya sensitif terhadap penicillin, adakalanya dilaporkan resisten terhadap penicillin. 4elah ditemukan juga adanya beberapa strain Bacteroides yang resisten terhadap clindamycin. /aftar antibiotik yang digunakan pada peraatan abses odontogenik. (0) Anti*i+!o(ials A'lt Dosage Peiat!i+ Dosage Na!!o,&s%e+t!'* agents
-enicillin N$ "2# 7 2## mg O'h 2# mg Pkg OAh moicillin 2## mg OAh 12 mg P kg OAh
@ephaleinQ "2# 7 2## mg O'h "2 7 2# mg Pkg Pd O'!Ah :rythromycin L "2# mg O'h 1# mg P kg O1'h zithromycin LR 2## mg 1d, then "2# or 2## mg O "+h 1# mg P kg P d 1d, then 2 mg P kg P d O"+h +d @larithromycin L "2# 7 2## mg O1"h or 1g -F O"+h 12 mg P kg P d O1"h /oycycline L Li 1## mg O1"h 1 7 " mg P kg O1"h 1d, then 1 7 " mg P kg O "+h 4etracycline L Li "2# mg O'h 1".2 7 "2.# mg P kg O1"h
B!oa&s%e+t!'* agents
@lindamycin L 12# 7 0## mg OAh 1# mg P kg OAh moicillin P clavulanate A?2 mg O1"h +2 mg Pkg O1"h %etronidazole plus 1 of the folloing3 L "2# mg O'h or 2## mg O1"h ?.2 mg P kg O'h or 12 mg P kg O1"h -enicillin N$ "2# 7 2## mg O'h 2# mg Pkg or moicillin 2## mg OAh 12 mg Pkg OAh or :rythromycin L "2# mg O'h 1# mg P kg OAh
BAB III PENUTUP
A. SI-PULAN bses dentogen biasanya bersumber dari gigi, gangren, infeksi •
saku periodontal dan gigi molar ketiga baah yang bererupsi
•
sebagian. bses dentogen terdiri dari bses periapikal, bses periodontal,
•
dan -ericoronitis. -enjalaran abses
meliputi3
bscess),
Bukal
bses
bses (Buccal
*ubmukosa *pace
(*ubmucous
bscess),
bses
*ubmandibular (*ubmandibular bscess), bses -erimandibular,
•
bses *ubkutan (*ubcutaneous bscess), dan *inusitis %aksilaris. -rinsip peraatan pada infeksi spasium ajah pada dasarnya meliputi3 pemberian obat (analgesik dan antibiotik), tindakan operasi (pencabutan gigi, insisi dan drainase), peraatan gigi
(peraatan saluran akar), dan kombinasi dari ketiganya. B. SAAN -erlu diingat baha sekecil apapun abses odontogen, hendaklah ditangani dengan tepat dan akurat, sehingga tidak terjadi komplikasi lanjut yang menyebabkan penyebaran yang lebih luas dengan res iko yang fatal.
DA/TA PUSTAKA
1. /aud %:., $arasutisna 4. "##1. nfeksi odontogenik 1thed. Bandung. Bagian Bedah %ulut 8akultas $edokteran Gigi 6npad. p31!1"
". obertson /. dan *mith . 5.. #he microbiology of the acute dental abscess. doi3 1#.1#JJPjmm.#.##021?!# 5 %ed %icrobiol 8ebruary "##J vol. 2A no. " p3122!1'" 0. *heta dan -rakash *. $rishna. $ental abscess% & microbiological revie'( /ent es 5 (sfahan). "#10 *ep!FctE 1#(2) p32A272J1. +. 4opazian G., Goldberg %9., 9upp 5. "##+. Fral and %aillofacial nfection. +th ed. -hiladelphia. C.B *ounders @F. p31!"J 2. -eterson &arry 5, /./.*., %.* . "##0. Contemporaray )ral and *axillofacial Surgery. 8outh :dition. %osby. *t. &ouise. p 0'?!0?'. '. Balentine, 5erry. http3PPemedicine.medscape.comParticlePJ#J0?0!overvie. /iakses 1# %aret "#12. ?. *mith, G. "##?. *axillofacial Surgery. :ditor3 Booth, -C. %osby. *t. &ouise. p31220. A. 8lyn 4. "##1.#he timing of incision and drainage + )ral and maxillofacial surgery kno'ledge update+ . osemont 3 merican ssociation of Fral and %aillofacial *urgeons). %osby. *t. &ouise.p32! 1#