BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Abses Bezold ini pertama kali didefinisikan oleh seorang otolaringologis Jerman, Friedrich Bezold. Dalam penelitian kerjanya terhadap mayat, Bezold melaporkan supurasi/nanah membentang dari sisi medial dari proses mastoid ke insisures digastrikus, dan ia menunjukkan bahwa nanah ini menyebar ke leher, facial plans dari sternocleidomastoideus (SCM), dan otot-otot digastrikus, meluas ke sekitar pembuluh besar, daerah retropharyngeal, laring, mediastinum, dan bahkan otot-otot tulang belakang. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). Abses Bezold ini harus diingat meskipun merupakan komplikasi yang jarang. Diagnosis sering dibuat terlambat karena kejadian ini tidak diakui secara umum. Abses berkembang dari waktu ke waktu dengan penyebaran nanah ke jaringan dalam oleh erosi mastoid. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). Kejadian abses Bezold sekarang ini sangat jarang karena penggunaan antibiotik. Doan dkk. melaporkan melihat 27 kasus abses Bezold antara tahun 1966 dan 2001. Uchida dkk melaporkan 18 kasus abses Bezold antara tahun 1960 dan 2002. Coalescent mastoiditis berkembang pada 50% kasus otitis media pada awal
abad ke-20, sementara
20% pasien yang
menderita
mastoiditis
mengembangkan abses subperiostial pada saat Bezold bekerja. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014).
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Abses Bezold adalah komplikasi yang sangat jarang terlihat dari otitis media dan mastoiditis supuratif kronis. Diagnosisnya cukup signifikan. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). Abses Bezold adalah abses serviks yang mendalam yang timbul dari mastoiditis akut . Ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1881, oleh sebuah studi di mayat di mana sekresi purulen itu diamati menguras dari permukaan medial proses mastoid melalui alur digastrikus ( 1-2 ) . dileher , proses supuratif ini meluas antara otot digastrikus dan sternokleidomastoid. (Spyros Cardoso Dimatos dkk, 2015).
C. Anatomi Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi oleh membran timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen timpani, di inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi oleh tuba Eustachius, semikanal m. tensor timpani, arteri karotis dan di posterior dibatasi oleh eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda timpani, fosa inkudis,dan dibaliknya terdapat antrum mastoid. Kavum timpani
2
terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior membrane timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas bawah membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel) dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang telinga. Di dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan yang membantu gerak normal gendang telinga. Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan yang membantu gerak normal gendang telinga. Prosesus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan suatu tonjolan di bagian bawah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus zigomatikus dibagian anterior dan lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan posteriornya. Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada usia 3 dan 4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia dewasa. Proses pneumatisasi ini bervariasi pada individu,
3
sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus mastoid terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama sekali dan tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel mastoid dapat meluas ke daerah sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke pars skuamosa tulang temporal. Formasi abses leher mengikuti anatomi regional. Tip mastoid, pneumatisasi pada dewasa, terdiri dari sel-sel udara berdinding tipis. Bagian lateral dari prosesus mastoideus terdiri dari tulang yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding bagian medial. Selain itu, bagian
lateral
berfungsi
sebagai
tempat
insersi
dari
m.digastrikus,
m.sternokleidomastoideus, m. kapitis splenius dan m. kapitis longissimus. Bagian lateral yang tebal dari prosesus mastoid dan pertemuan dari otot leher berfungsi sebagai barrier kuat penahan erosi pus di bagian lateral. Pus di mastoid mengikis melalui area yang tidak kuat yaitu tip mastoid di bagian inferior dan medial. Dengan demikian, abses terkumpul jauh di dalam otot-otot leher sehingga sulit untuk di deteksi dini. ( Dian Putri, 2015)
Gambar 1. M. sternokleidomastoideus.
4
D. Epidemiologi Abses Bezold ini harus diingat meskipun merupakan komplikasi yang jarang. Diagnosis sering dibuat terlambat karena acara ini tidak diakui secara umum. abses yang berkembang dari waktu ke waktu oleh penyebaran nanah ke dalam jaringan dalam oleh erosi mastoid. Insiden abses Bezold ini sekarang sangat jarang karena penggunaan antibiotik. Doan et al. melaporkan melihat 27 kasus abses Bezold antara tahun 1966 dan 2001. Uchida et al melaporkan 18 kasus abses Bezold antara tahun 1960 dan 2002. Coalescent mastoiditis dikembangkan di 50% kasus otitis media pada awal abad ke-20, sementara 20% dari pasien yang menderita mastoiditis dikembangkan abses subperiostial pada saat Bezold bekerja. Perkembangan abses Bezold ini biasanya lambat. Mungkin berkembang setelah beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Hal ini dapat hampir tidak teraba karena merupakan leher abses yang mendalam. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014).
E. Etiologi Organisme yang paling umum yang menyebabkan penyakit yang luas seperti umumnya gram positif coccus terutama Streptococcus. Organisme lainnya dapat E. coli, Proteus, Kleibsiella, Staphylococcus dll ini seluruh spektrum mikroba umumnya sensitif terhadap antibiotik.( Ameya Bihani, Jyoti. P. Dabholkar, 2015).
5
Faktor etiologi adalah strain sensitif Streptococcus pneumoniae dan anak riwayat status imun, indikasi bahwa tidak ada faktor di atas yang diperlukan untuk adanya komplikasi. Hanya palatoplasti nya dapat dilaporkan sebagai faktor predisposisi, karena anak-anak dengan bibir sumbing telah peningkatan Insiden manifestasi otologic,seperti otitis media kronis dengan efusi atau cholesteatoma, meskipun komplikasi ini jenis belum pernah dilaporkan dalam literatur bahasa Inggris ( I.M.Vlastos, dkk, 2010).
F. Patogenesis Patogenesis abses Bezold ini telah dikaitkan dengan tingkat pneumatisasi dari tulang mastoid. infeksi dari tulang mastoid, menyebabkan nya dinding untuk keluar tipis dapat dengan mudah bertindak sebagai jalur untuk proses penyakit menyebar melalui itu. Dengan tidak adanya pneumatisasi luas, dinding tulang mastoid tebal dan sulit untuk mengikis Kehadiran puing kolesteatoma di menginfeksi kronismastoid dapat menghalangi fokus menular ke pendengaran eksternal kanal dan memungkinkan fokus untuk menemukan titik lemah dalam mastoid ( Reza Javad Rashid, dkk, 2013). Jika serangan supuratif akut yang tidak diobati atau gagal untuk menanggapi, proses inflamasi terus berlanjut dan ada akumulasi nanah di sel udara mastoid. Tuba eustachius atau perforasi pada membran timpani tidak cukup untuk mengeringkan nanah yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan nekrosis dinding tulang dari sel inferior memproduksi abses Bezold ini ( Meenesh R. Juvekar, 2012).
6
Gambar 2. Representasi skematik dari Penyebaran Infeksi dari Otitis Media (Panel A) dan Temuan Operative (Panel B).Panel B menggambarkan pandangan ahli bedah, dengan pasien dalam posisi terlentang dan telinga kanan menghadap ke atas (Konstantina M. Stankovic, dkk, 2013) G. Manisfestasi Klinis Pasien dengan abses Bezold ini datang dengan keluhan demam, cairan berbau busuk dan leher bengkak dengan tortikolis. Para pasien juga mungkin memiliki disfagia atau odynophagia (Ameya Bihani, Jyoti. P. Dabholkar, 2015). Demam dan malaise Demam persisten, meskipun antibiotik yang memadai. Hal ini dapat setinggi 40 C. Nyeri terdapat di bagian atas leher dan sternomastoid tersebut. Gerakan leher dibatasi/ tortikolisis cairan telinga adalah purulen, berlimpah dan berbau busuk
nyeri mastoid yang ditimbulkan oleh
tekanan ( Meenesh R. Juvekar, 2012).
7
H. Diagnosis Diagnosis abses Bezold ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting dalam penegakan diagnose awal. Bagi Penderita OMSK dengan keluhan nyeri di leher, Abses Bezold dapat menjadi salah satu diagnosa ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). 2. Pemeriksaan Fisik Abses Benzold dapat di diagnosa sebagai abses skunder karena terleak di dalam facia superficial
yang mengelilingi otot sternocleidomastoideus
dan
trapezius, sehingga susah untuk di palpasi secara klinis ( Jason A Mckellop,2010). Perforasi membrane tumpani tidak selalu di temukan di setiap kasus, Membran timpani terkadang intak atau hiperemis pada kasus dengan kurun waktu dibawah 5 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sekret purulen dan berbau busuk dari telinga, edema dan polip pada kanal auditori eksternal, gerakan leher yang sangat terbatas, Massa yang Tendernes pada saat di palpasi dan pembengkakan ringan pada SCM ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014).
8
3. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada temuan yang khas di pemeriksaan laboratorium. CT scan merupakan cara terbaik untuk mendiagnosa abses benzol, sangat berguna untuk diagnose dan penatalaksanaan. CT scan tulang temporal dan leher memegang peranan penting dalam diagnosa, membantu untuk membedakan abses bezold dengan abses leher lainya. Kelebihan penggunaan CT-scan dapat mendingnosa abses yang tidak dapat di diagnosa secara klinis. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). Pada CT-scan dapat dilihat adanya opak unilateral pada telinga tengah dan rongga mastoid yang biasanya terjadi bersamaan dengan erosi ujung tulang mastoid yang menyebar secara inferior (Jason A Meckllop,2010)
Gambar 3.
(A) Potongan axial kontras CT scan memperlihatkan
opasifikasi sel udara mastoid disertai erosi tulang dan proses inflamasi yang agresif (B) Algoritma jaringan lunak menunjukkan abses multiloculated melibatkan otot-otot paraspinal (Jason A Meckllop,2010).
9
I. Penatalaksanaan Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa dan operatif. Bila diagnosis Abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum luas harus diberikan. Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan. Berdasarkan literatur, operasi dini umumnya dianjurkan untuk mengevakuasi abses dengan drainase pus dari sel mastoid di regio leher yang dilakukan secara bersamaan ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). J. Komplikasi Infeksi dapat menyebar ke caudal mastoid tip melalui vena besar untuk sampai ke ruang periviseral, laring atau mediastinum, lalu turun otot–otot kolumna vertebra kemudian ke ruang retrofaringeal, mengikuti a. subklavia menuju ruang suprasternal dan melintasi bagian kontalateral leher. Menurut Bezold (1881) bahwa kematian umumnya terjadi karena adanya perluasan abses di dasar tengkorak atau pada vertebra yang menyebabkan kompresi otak dan medula spinalis ( Viresh Aurora,2015). K.
Prognosis Abses bezold dapat menyebabkan kematian jika menyebar hingga ke
columna vertebrata dan basis crani hingga ke saraf pusat, diagnosa dan terapi awal sangat penting ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014).
10
BAB III KESIMPULAN Abses Bezold ini pertama kali didefinisikan oleh seorang otolaringologis Jerman, Friedrich Bezold. Dalam penelitian kerjanya terhadap mayat, Bezold melaporkan supurasi/nanah membentang dari sisi medial dari proses mastoid ke insisures digastrikus, dan ia menunjukkan bahwa nanah ini menyebar ke leher, facial plans dari sternocleidomastoideus (SCM), dan otot-otot digastrikus, meluas ke sekitar pembuluh besar, daerah retropharyngeal, laring, mediastinum, dan bahkan otot-otot tulang belakang. ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014). Abses bezold dapat menyebabkan kematian jika menyebar hingga ke columna vertebrata dan basis crani hingga ke saraf pusat, diagnosa dan terapi awal sangat penting ( Abdullah Onur Goksel, dkk, 2014).
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Onul Goksel, dkk, 2014, Bezold’s Abscess Secondary To Cronic Otitis Media Case Report, Journal Of Contenmporary Medicine, di akses 14 Oktober 2015. http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=45518. Ameya Bihani, Jyoti P. Dabholkar, 2015, A Rare Case Of Bezold’s Abscess Presenting As Parapharyngeal Abscess, International Journal Of Otorhinolaryngology And Head And Neck Surgery. www.ijorl.com/index.php/ijorl/article/download/56/13.
Dian Putri , 2015, Abses Bezold, Doc Slide , diakses 15 oktober 2015, www.dokumen.tips/documents/refrat-abses-bezold.html. Hugo Valter Lisboa Ramos, 2015, Bezold’s Abscess : Case Report And Literature Review, Universi Dade Federal De Goias. Di akses 14 oktober 2015. http://www.researchgate.net/publication/237752016_Bezold's_abscess_case_repor t_and_literature_review_Abscesso_de_Bezold_relato_de_caso_e_reviso_de_litera tura. I.M. Vlastos, dkk, 2015, Acute Mastoiditis Complicated With Bezold Abscess, Sigmoid Inus Trombosis And Ocipital Osteomiyelitis In A Child, European Review For Medical And Pharmacological Sciences. http://www.researchgate.net/publication/45648041_Acute_mastoiditis_complicate d_with_bezold_abscess_sigmoid_sinus_thrombosis_and_occipital_osteomyelitis_ in_a_child. Jason .A. Mckellop, dkk, 2010, Emergency Head And Neck Radiology: Neck Infections, Med Scape Multi Specialty, www.medscape.com/newarticle/729323-4.
Konstantina M. Stankovic, dkk, 2013, Case 2-2013:bA 20-Year-Old Man With Recurrent Ear Pain, Fever, Headache, The New England Journal Of Medicine, diakses 7 0ktober 2015. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcpc1200089.
Meenesh R. Juvekar, 2012, Ear Bezold’s Abscess , diakses 15 oktober 2015, www.specialist-ent.com/default.spx 12
Reza Javad Rashid, dkk, 2013, A Case Of Bezold’s Abscess With An Unusual Extension To The Upper Thorax, Journal Of Clinical And Analitical Medicine. http://www.researchgate.net/publication/266419579_A_Case_of_Bezold's_Absces s_with_an_Unusual_Extension_to_the_Upper_Thorax.
Viresh Arora, 2015, Bezold’s Fistula: An Unusual Presentation Of Choleosteatoma, Indian Journal Of Otollogy, Vol.21. Issue. http://www.indianjotol.org/article.asp?issn=09717749;year=2015;volume=21;issue=1;spage=67;epage=71;aulast=Arora.
13