REAKTUALISASI PANCASILA PADA GENERASI MILENIAL
Eva Ria Fransiska
Universitas Negeri Malang
[email protected]
ABSTRAK
Teknologi adalah salah satu sarana penting di era modernisasi. Segala aspek
dalam kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi, termasuk dalam
perkembangan generasi-generasinya. Generasi milenial adalah generasi yang
tidak dapat terlepas dari gadget dan teknologi. Oleh karena itu sebagai
generasi milenial, remaja dituntut aktif di dunia media sosial. Tidak dapat
dipungkiri bahwa media sosial merupakan media pertukaran informasi dengan
cepat dan murah, oleh karenanya media sosial menjadi pion penting sarana
informasi untuk generasi milenial. Pesatnya kemajuan teknologi media sosial
memudahkan masuknya berbagai macam pengaruh luar, termasuk sistem nilai dan
gaya hidup yang notabene seringkali bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Sedangkan derasnya informasi yang masuk tidak berbanding lurus
dengan tameng yang telah dibangun. Jika hal tersebut dibiarkan, besar
kemungkinan nilai-nilai Pancasila akan tergilas habis oleh segala macam
budaya global yang datang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
reaktualisasi nilai-nilai luhur Pancasila, utamanya untuk generasi
milenial.
Kata Kunci: Reaktualisasi, Pancasila, generasi milenial
LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan kehidupan manusia tidak lepas dari adanya
teknologi, termasuk dalam ranah sosial dan pendidikan. Teknologi adalah
mencakup segala perangkat yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Sebagai
bangsa yang merdeka pada abad ke-20 ini, mengharuskan bangsa Indonesia ikut
berlomba-lomba dalam membangun dan melakukan proses peningkatan teknologi
agar dapat menanggulangi tantangan-tantangan pada masa ini[1]. Selain itu,
kehadiran arus globalisasi dan upaya modernisasi negara-negara di dunia
juga menyebabkan perkembangan teknologi menjadi suatu tuntutan yang harus
dipenuhi oleh badan-badan penyedia perangkat teknologi. Salah satu
teknologi yang paling berperan dalam kehidupan manusia adalah internet.
Internet merupakan singkatan dari interconnection networking yaitu
jaringan yang menggabungkan beberapa komputer dan terhubung dalam sebuah
internet protocol (IP), mecakup secara luas keseluruh dunia[2]. Semenjak
kemunculan internet pada tahun 1969 dan kemudian mengalami kemajuan yang
sangat pesat pada kisaran tahun 1993/1994, kehadiran internet telah mampu
membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Terutama dalam
hal kebebasan untuk berkomunikasi dan menyebarkan berbagai informasi kepada
seluruh penjuru dunia, tanpa mengenal batas-batas wilayah geografis.
Banyaknya manfaat dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet juga
berbanding lurus dengan dampak negatif yang dihasilkan. Secara garis besar
dampak negatif penggunaan internet adalah pertama semakin berkurangnya
sifat sosial manusia, hal ini dikarenakan mereka lebih suka berkomunikasi
menggunakan media berbasis internet dari pada bertemu dan bertukar sapa
secara langsung. Kedua, pornografi dan tindak kejahatan lainnya marak
berseliweran pada beranda-beranda pada hampir setiap web internet dan tanpa
filter gambar maupun adegan. Tentu saja ini akan berdampak buruk terhadap
perkembangan generasi selanjutnya, dan jika hal ini dibiarkan terus menerus
maka generasi-generasi muda Indonesia, terutama generasi milenial yang mana
mereka terlahir dan hidup pada jaman teknologi tinggi ini, akan mengalami
degradasi sosial dan moral.
Degradasi sosial dan moral yang berkepanjangan sedikit banyak dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di masa
depan. Oleh karena itu, penting untuk menanggulangi degradasi moral dan
sosial yang ada. Salah satu cara yang dapat digunakan guna menanggulangi
masalah tersebut adalah dengan kembali kepada nilai-nilai Pancasila. Maka
dari itu, perlu untuk melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
khususnya untuk generasi milenial dan kepada masyarakat Indonesia umumnya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka masalah yang akan di bahas meliputi:
1. Bagaimana kehidpan Pancasila hari ini?
2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?
3. Bagaimana reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial?
TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah yang telah diambil adalah yang pertama
adalah untuk mengetahui eksistensi dan kehidupan Pancasila pada masa kini.
Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh
generasi milenial, dan kemudian yang terakhir adalah untuk mengetahui
reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial. (Tujuan selalu menjawab
rumusan masalah, jadi jumlah jabaran sama dengan jumlah rumusan masalah).
ANALISIS
Eksistensi Pancasila hari ini
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti
lima dan Sila berarti dasar. Pancasila adalah lima dasar yang menopang
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengalaman Pancasila berasal dari nilai-
nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang telah di
ekstrak sedemikian rupa oleh orang-orang hebat pendiri bangsa Indonesia.
Oleh karenanya, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai jiwa dari bangsa
Indonesia.
"Pancasila lahir dari dua himpitan ideologi besar yang pada saat itu
menguasai dunia. Ibarat bayi yang baru lahir, Pancasila harus
menghadapi dua raksasa yang sudah memiliki segalanya: kekuasaa,
senjata, modal, dan tentu saja pasukan. Akan tetapi bayi Pancasila ini
kemudian bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin besar. Dan mulai
diperhitungkan dalam percaturan ideologi dunia.[3]"
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional.
Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila mengandung
nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dijadikan pedoman oleh seluruh
warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya
di mata dunia sampai dengan saat ini. Lalu, bagaimana kondisi Pancasila
sebagai Pandangan hidup bangsa pada era globalisasi ini?
Nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh
globalisasi yang selalu membawa karakter individualistik. Pancasila tidak
lagi mampu dijadikan sarana untuk menahan dampak globalisasi yang hadir.
Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.
Pancasila hanya dianggap sebagai simbol dan garnis saja. Pelengkap dan
pemanis, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini terlihat dari begitu pesat
masuknya dampak-dampak globalisasi yang masuk begitu saja ke Indonesia
tanpa tedeng aling-aling dan filter. Dampak globalisasi tentu bukan hanya
mengenai dampak positif saja, dampak negatif dari adanya arus tersebut juga
berbanding lurus dengan dengan dampak positif yang ditawarkan. Salah satu
dampak dari masuknya arus globalisasi yang membawa konsep modernisasi
adalah kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia, dan
merupakan fenomena yang aktual bahwa globalisasi sesungguhnya membawa misi
liberalisasi dengan pesan-pesan visi dan misi Hak Asasi Manusia (HAM) serta
demokrasi, kebebasan dan keterbukaan.[4]
Globalisasi adalah tantangan bagi setiap negara pada abad ke-20 ini.
Diantara basis modernisasi dan globalisasi terbesar terletak pada aspek
teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi yang
bersifat bebas, menyeluruh dan dapat memutus jarak antar belahan bumi satu
dan lainnya tentunya dapat membawa beragam informasi dari seluruh belahan
dunia. Informasi mengenai budaya, bahasa dan tren kekinian pun dapat
diperoleh dengan mudah melalui situs-situs yang di sediakan oleh internet
ataupun melalui media komunikasi dan informasi lain. Arus informasi yang
semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing
yang negatif juga semakin besar.
Seperti yang telah diketahui, bahwa tidak semua informasi yang
didapatkan dari dunia maya merupakan informasi yang baik dan mendidik,
banyak juga di antara informasi-informasi tersebut yang melenceng dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Contoh kecil yang seringkali
ditemui pada kehidupan sehari-hari adalah dari cara berpakaian banyak
remaja-remaja yang cenderung berdandan seperti artis-artis Barat. Dapat
dikatakan bahwa pakaian tersebut merupakan pakaian minim bahan serta
memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya tidak patut untuk
diperlihatkan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya berbusana tersebut
tidak sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu
akan mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan
mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak
semestinya, contohnya adalah untuk membuka situs-situs porno. Selain itu,
internet juga seringkali dijadikan ajang pemecah belah bangsa dengan cara
menyebarkan berita-berita yang tidak bertanggung jawab ataupun menyebarkan
ajaran-ajaran radikal yang berpotensi menghancurkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain internet, kecanggihan teknologi komunikasi
seperti handphone juga telah mengubah masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang individualistik dan memiliki rasa sosial yang rendah,
mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone dari pada bertatap
muka langsung dengan seseorang, karena menganggap hal tersebut adalah
merepotkan. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak
kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap
lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga
mereka bertindak sesuka hati. Hal ini jelas membuktikan bahwa nilai
Pancasila sebagai tameng dan pandangan hidup bangsa sudah mulai memudar.
Kerakteristik Generasi Milenial
Secara bahasa manusia berasal dari kata "manu" (Sansekerta), "mens"
(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain)[5]. Manusia merupakan
makhluk sosial, yang mana dalam setiap kehidupannya mereka tidak dapat
terlepas dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia membutuhkan
interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan makhluk yang
terus berkembang mengikuti jaman. Pendeknya, kodrat manusia bukan sesuatu
yang kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan tidak "di-kapsul-
kan"[6]. Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam
dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi milenial
merupakan perwujudan dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan
teknologi. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980
sampai dengan tahun 2000. Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya
hidup pada generasi mengalami perubahan yang drastis dibandingkan dengan
generasi sebelumnya, yaitu generasi X. Terutama sejak diperkenalkan dengan
pemanfaatan teknologi. Kehidupan sosial pada generasi ini sangat tergantung
kepada teknologi informasi dan komunikasi yang ada, dalam hal ini teknologi
informasi dan komunikasi yang paling banyak dipergunakan adalah teknologi
berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini merupakan generasi dengan
tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut
menyebabkan generasi milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai
sumber informasi dan komunikasi karena internet dirasa lebih menjanjikan
kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Berikut adalah karakteristik
generasi milenial:
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia
luar melalui internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui
laptop, mobile phone mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan
komunitas dunia maya. Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang
menyebabkan mereka sangat tergantung dengan keberadaan internet
(Oblinger & Oblinger)
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu
berhubungan dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam
memperoleh informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam
memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun. Mereka dengan
cepat bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan kadang
mereka melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas
email ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan mungkin
mereka lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan
(Oblinger & Oblinger).
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial,
apakah itu chatting dengan teman-teman lama, memposting buku harian
web (blogging), berbagi informasi dan bersosialisasi melalui situs
jejaring sosial semacam facebook, twitter dan lain-lain. Mereka
terbuka terhadap keanekaragaman, perbedaan, dan mereka nyaman
berinteraksi dengan orang asing yang tidak dikenal sekalipun (Oblinger
& Oblinger).[7] Generasi milenial adalah orang-orang yang paling
sering, bahkan selalu terhubung dengan media sosial. Kadang, apa yang
dilakukan di media sosial hanya menunjukan eksistensi keseharian
mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi hati melalui media
sosial.[8]
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah
politik, fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk
membantu sesama jika dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby
boom pada saat usia yang sama.[9]
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung
kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka
juga memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan
perasaannya, pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-
cara hidup.[10]
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos
kerja yang buruk, sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan
televisi atau ponsel pintar. Banyak yang menyebutnya sebagai generasi
galau karena sering tidak betah di suatu tempat atau menekuni suatu
hal.[11]
Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu
diperhatikan lebih untuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini
adalah dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terutama
generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila. Internalisasi nilai-nilai
liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan masyarakat
Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang
sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang ialah pembudayaan
dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan
mendasar.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga
bangsa Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam negeri. Dengan
demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini peran Pancasila tentulah
sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia.
Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter
masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai
Pancasila pada generasi milenial. Melakukan reaktualisasi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia merupakan suatu
imperatif yuridis dan imperatif politis. Karena Pancasila adalah dasar
filsafat negara Indonesia dalam segi yuridis dan politis. Oleh karena itu,
agar nilai-nilai Pancasila tidak punah oleh arus globalisasi yang sangat
dahsyat, maka reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tidak dapat ditunda-tunda
lagi.[12]
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yang pertama adalah dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik
formal dan non formal yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah
pada taraf sekolah-sekolah formal melalui internalisasi pendidikan karakter
pada semua mata pelajaran di semua jenjang pendidikan dari mulai pendidikan
anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi.
"Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai
Pancasila ditemukan baik secara struktural maupun kultural. Pada
tingkat struktural, negara belum sepenuhnya memiliki instrumen yang
memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level implementatif sejak
dini. Memang Pancasila telah didesain sebagai kurikulum yang diajarkan
di sekolah-sekolah, tetapi tidak punya kekuatan implementatif.
Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya didesain dengan sekadar
tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih
implementatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-
nilai Pancasila akan lebih mengena dan tepat sasaran, misalnya tentang
bagaimana mengajarkan secara praktis dan memberi contoh untuk
menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi."[13]
Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-
nilai Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
dapat dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
kerja dan juga lingkungan masyarakat. Contohnya adalah aktualisasi melalui
keteladanan para pemimpin baik pemimpin formal (pejabat negara) maupun
informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh orang tua dan guru di lingkungan
pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila,
diharapkan masyarakat luas akan mengikuti.
Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah
guna mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila,
terutama pada generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan
implementasi Pancasila di dunia pendidikan merupakan yang paling efektif,
karena pendidikan tidak hanya mecetak manusia-manusia yang cerdas,
terampil, namun juga mencetak manusia yang diharapkan dapat mempertahankan
mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media
sosial. Cara pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran
terhadap situs-situs yang berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal
yang berkaitan dengan pornografi, pornoaksi, premanisme dan sejenisnya.
Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari pihak keluarga, sekolah,
pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah dengan
memasukkan konten-konten mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap
media cetak maupun elektronik. Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila
melalui media sosial sangat penting untuk dilakukan karena generasi
milenial merupakan generasi yang sangat dekat dengan teknologi, utamanya
adalah media sosial.
KESIMPULAN
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional.
Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata
dunia sampai dengan saat ini. Namun pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila
kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang selalu
membawa karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan
sarana untuk menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini,
Pancasila dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan
teknologi. Generasi ini merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980
sampai dengan tahun 2000. Oleh karenanya, generasi ini merupakan generasi
dengan tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini. Ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi milenial
lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi
karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan
akses. Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya
tentu akan mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita
akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak
semestinya.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah
sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia.
Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter
masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai
Pancasila pada generasi milenial. Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama adalah melalui internalisasi
nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap bidang pelajaran pada lembaga-lembaga
pendidikan baik formal dan non formal. Langkah kedua adalah dengan
pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara langsung
dalamn kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi
dan kajian-kajian ilmiah. Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi
Pancasila melalui media sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar
Filsafat dan Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Gajahmada.
KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis tentang Manusia).
Yogyakarta: Kanisius
Mangunwijaya, Y. B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Notonagoro. 1980. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran
Tudjuh.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Malang: Wisnuwardhana Malang Press
Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP.
Yogyakarta: Mediakom.
Wulandari, Dian. 2011. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan
Net Generation (artikel).
(https://www.repositiory.petra.ac.id>net_generation1, diakses pada
05 Mei 2017).
Ardian, Bagas. 2015. Lunturnya Ideologi Pancasila di Kehidupan Generasi
Muda. (Online).
(https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-lunturnya-
ideologi-pancasila-di-kehidupan-generasi-muda/, diakses pada 20 Juli
2017).
Wibisono, Nuran. 2016. Memahami Generasi Galau. (Online).
(https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY, diakses tanggal 05
Juli 2017).
Rani, Rezita. 2017. Ciri-Ciri Generasi Millennial. Sebagai Anak Millennial,
Kamu Setuju Nggak Nih?. (Online). (http://trivia.id/post/ciri-ciri-
generasi-millennial-sebagai -anak-millennial-kamu-setuju-nggak-nih-
1489737777, diakses pada 05 Mei 2017).
Sumardjoko, Bambang. 2017. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila pada Masa
Kini. (Online).
(https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-
nilai-pancasila-pada-masa-kini-1496431646, diakses pada 19 Juli
2017).
Wahyuningsih, Agustin. 2015. Mengenal generasi millenial dan
karakteristiknya. (Online). (https://www.brilio.net/life/mengenal-
generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html, diakses pada
20 Juli 2017).
-----------------------
[1] Lih. Mangunwijaya, Y.B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya,
hal. 6
[2] Lih. Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP,
hal. 9
[3] Lih. Surono. 2014. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015), hal.1
[4] Lih. Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara, hal. 8
[5] Lih. KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
[6] Lih. Leahy, Louis. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis Tentang
Manusia), hal. 22
[7] Lih. Wulandari, Dian. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan
Kebutuhan Net Generation, hal 2-5
[8] Lih. http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-millennial-sebagai -anak-
millennial-kamu-setuju-nggak-nih-1489737777
[9] Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-
karakteristiknya-150320a.html
[10] Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-
karakteristiknya-150320a.html
[11] Lih. https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY
[12] Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar
Filsafat dan Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, hal. 8
[13] Lih. Sumardjoko, Bambang. 2017.
(https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-
pancasila- pada-masa-kini-1496431646).