Qowaidul i'lal TERJEMAH QAWA'IDUL I'LAL ILMU SHOROF ( LENGKAP) oleh Belajar oleh Belajar Ilmu Nahwu Shorof Tata Bahasa Arab Online pada Online pada 26 Januari 2011 jam 3:18 19 KAIDAH I'LAL ILMU SHOROF KAIDAH KE 1 . Apabilah ada Wawu atau Yya‟ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah, maka Wawu atau Ya‟ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh asalnya , dan asalnya . Praktek I’lal : asalnya ikut pada wazan . Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya sebelumnya ada Huruf berharkah berharkah Fathah, maka maka menjadi . asalnya ikut pada wazan . Ya‟ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi . asalnya ikut pada wazan . Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya sebelumnya ada Huruf berharkah berharkah Fathah, maka maka menjadi . asalnya ikut pada wazan . Ya‟ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi . (*Alif pada lafazh dinamakan Alif Layyinah). Perhatian:
Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya‟ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh . Apabila setelah wawu atau ya‟ itu ada huruf mati/sukun, maka 2. diklarifikasikan sbb: Jika Wawu atau Ya‟ tsb bukan pada posisi Lam Fi‟il, maka tidak boleh di-I‟lal, di-I‟lal, karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: , , . Jika Wawu dan Ya‟ tsb berada pada posisi Lam Fi‟il, maka tetap berlaku Kaidah I‟lal I‟lal ini. Contoh asalnya . Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan Ya‟ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya‟ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh didi -I‟lal. , , . Contoh: 1.
KAIDAH KE 2 , , . Apabila wau atau ya‟ berharokat berada pada „ain fi‟il Bina‟ Ajwaf dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, mati/sukun, maka harakat wawu atau ya‟ tsb harus dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh: asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya ikut pada wazan . harkah wawu dipindah pada huruf sebelumnya, karena wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, maka menjadi asalnya ikut pada wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya, karena Ya‟-nya Ya‟-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya mengucapkannya, mengucapkannya, maka menjadi Perhatian:
Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya‟ tersebut dalam Kaidah ini, tidak berlaku apabila setelah Wawu atau Ya‟ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan. Contoh: KAIDAH KE 3 , , , . Apabila ada wawu atau ya‟ jatuh sesudah s esudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya‟ tersebut berada pada „Ain Fi‟il k alimah alimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya ikut pada wazan . wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah Zaidah dan berada pada „Ain „Ain Fi‟il Isim Fa‟il, maka maka menjadi
asalnya ikut pada wazan . Ya‟ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada „Ain Fi‟il Isim Fa‟il, maka menjadi
asalnya ikut pada wazan wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi .
asalnya ikut pada wazan
Ya‟ diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif Zaidah dan berada pada akhir kalimah Isim Masdar, maka menjadi . KAIDAH KE 4 . Apabila wau dan ya‟ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti ya‟. Kemudian ya‟ yang pertama di-idgham-kan di-idgham- kan pada ya‟ yang kedua. Contoh lafadz asalnya adalah dan asalanya adalah Praktek I’lal:
asalnya
mengikuti wazan . wau diganti ya‟ karena berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi . Kemudian ya‟ yang pertama di -idghamkan pada ya‟ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi asalnya mengikuti wazan . wau diganti ya‟ karena berkumpul dalam dalam satu kalimah dan salah satunya satunya didahului dengan sukun, sukun, maka menjadi . Kemudian ya‟ yang pertama di -idghamkan pada ya‟ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi KAIDAH KE 5 Apabila Wau atau Ya‟ menempati ujung akhir kalimah, dan ber harakah dhammah, maka disukunkan. Contoh: asalnya dan asalnya ek ek I’lal: Prakt
asalnya mengikuti wazan . Wau di ujung akhir kalimah berharakah dhammah, maka disukunkan menjadi . asalnya mengikuti wazan . Ya‟ di ujung akhir kalimah ber harkah dhammah, maka disukunkan menjadi . Perhatian:
mengikuti wazan . Wau diganti Ya‟, karena jatuh sesudah harakah kasrah, maka menjadi , kemudan Ya‟ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas Ya‟ maka menjadi menjadi , kemudian Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Ya‟ dan Tanwin, maka menjadi
asalnya
asalnya
mengikuti wazan . Ya‟ disukunkan karena beratnya harakah dhammah atas Ya‟ maka menjadi , kemudian Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya bertemunya dua mati yaitu Ya‟ dan Tanwin, maka menjadi
asalnya mengikuti wazan wau pada fa‟ fi‟il diganti Hamzah, karena kedua wau berkumpul dalam satu kalimah, maka menjadi . Kemudian Kemudian Ya‟ dibuang untuk meringankannya, maka menjadi . Dan didatangkanlah tanwin sebagai pengganti dari Ya‟ yang dibuang, maka menjadi . KAIDEAH KE 6
Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tsb diganti ya‟. Contoh: asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah kalimah empat huruf dan sebelumnya sebelumnya bukan huruf yang yang didhammahkan, maka menjadi asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah kalimah empat huruf dan sebelumnya sebelumnya bukan huruf yang yang didhammahkan, didhammahkan, maka menjadi Perhatian:
asalnya ikut wazan . wau diganti ya‟, karena berada pada akhir kalimah empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, didhammahkan, maka menjadi kemudian ya‟ diganti alif karena berharkah jatuh sesudah sesudah harkah fathah, maka maka menjadi kemudian alif
dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu Alif dan Tanwin, maka menjadi KAIDAH KE 7
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf mudhara‟ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan . wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara‟ah, maka menjadi asalnya mengikuti wazan . wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah kasrah nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara‟ah, maka menjadi . Kemudian Dhad-nya difathahkan untuk meringankan huruf ithbaq juga huruf Halaq yaitu „Ain, maka menjadi Perhatian:
Huruf Mudhara‟ah : – – – Huruf Halaq : – – – – – Huruf Ithbaq : – – –
KAIDAH KE 8 Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fi‟il, maka Wau tersebut harus diganti Ya‟. Contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya ikut wazan harkah kasrah, maka menjadi asalnya
, wau diganti Ya‟ karena jatuh sesudah
(praktek I‟lalnya telah disebut pada Kaidah I‟lal ke 5)
KAIDAH KE 9 .
Bilamana ada Wau atau Ya‟ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau Ya‟ tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya‟) kepada huruf sebelumnya (lihat kaidah I‟lal ke 2). Contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan , harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena Wau berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I‟lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi , maka Wau dibuang untuk menolak bertemunya bertemunya dua mati/sukun, maka menjadi menjadi , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi asalnya mengikuti wazan , harkah Ya‟ dipindah ke huruf sebelumnya, karena Ya‟ berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I‟lal ke 2) untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi , maka Ya‟ dibuang untuk menolak bertemunya bertemunya dua mati/sukun, maka menjadi menjadi , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi KAIDAH KE 10
Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul berkumpul dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus diidghamkan pada huruf yang kedua, – – ini ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah i‟lal ke 18 insyaallah)– , karena beratnya pengulangan/memilah-milahnya. contoh asalnya dan asalnya , dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya
ikut pada wazan , huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi , kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf Dal yang kedua, maka menjadi / /
/ / asalnya
mengikuti wazan , harkah Dal yang pertama dipindah pada huruf sebelumnya untuk melaksanakan syarat Idgham, maka menjadi , bertemu dua huruf mati/sukun yaitu kedua Dal, maka Dal yang kedua diberi harkah untuk menolak bertemunya dua mati/sukun, baik diberi harkah harkah kasrah karena kaidah; “apabilah “apabilah ada huruf mati mati mau diberi harkah, berilah harkah kasrah”. atau diberi harkah fathah karena ia paling ringannya ringannya harkah. atau diberi harkah harkah dhammah, karena mengikuti mengikuti / / , harkah „Ain fi‟il pada fi‟il mudhari‟nya, mudhari‟nya, maka menjadi kemudian Dal yang pertama di-idgham-kan pada Dal yg kedua maka menjadi / / , kemudian Hamzah Washal-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi / / . Praktek I‟lal untuk lafazh tunggu update.
ada pada Kaidah I‟lal ke 18, InsyaAllah.
KAIDAH KE 11 . Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama. contoh asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah fathah. maka menjadi asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka menjadi asalnya mengikuti wazan berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti Ya‟, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah kasrah. maka menjadi . asalnya mengikuti wazan ; berkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti wau, karena ia sukun dan sebelumnya ber-harkah dhammah. maka
menjadi kemudian wau-nya dibuang untuk meringankan meringankan ucapan, maka menjadai selanjutnya hamzah-nya dibuang karena sudah tidak dibutuhkan lagi, maka menjadi Per Per hatian :
Wau pada lafazh dibuang untuk meringankan ucapan, sedangkan pada lafazh cukup tanpa membuang wau, karena menjaga dari keserupaan – . dengan fi‟il amar -nya -nya lafazh – KAIDAH KE 12 . Wau atau ya‟ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya sukunnya tidak asli – asli – dengan dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya – (lihat (lihat kaidah ilal ke 2). Contoh: asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka menjadi (lihat kaidah I‟lal ke 2). Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah kaidah I‟lal ke 1). Maka menjadi menjadi . asalnya mengikuti wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka menjadi (lihat kaidah I‟lal ke 2). Kemudian Ya‟ diganti Alif, karena asalnya Ya‟ berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I‟lal ke 1). Maka menjadi . KAIDAH KE 13 . Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya‟, kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh: asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, maka menjadi kemudian huruf Tha‟nya dikasrahkan untuk memantaskan Ya‟. Maka menjadi menjadi . asalnya mengikuti wazan wau diganti ya‟ karena berada di akhir kalimah Isim Mutamakkin dan sebelumnya ada harkah dhammah, kemudian huruf Dal‟nya dikasrahkan untuk maka menjadi memantaskan memantaskan Ya‟. Maka menjadi . KAIDAH KE 14
Bilamana terdapat Ya‟ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan didhammahkan maka ya‟ tersebut harus diganti wau. contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan ya‟ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, didhammahkan, maka menjadi .
asalnya mengikuti wazan ya‟ diganti wau karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, didhammahkan, maka menjadi . KAIDAH KE 15
Sesungguhnya Isim Maf‟ul bilamana ia terbuat dari Fi‟il Mu‟tal „Ain (Bina‟ Ajwaf) maka wajib membuang wau maf‟ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi‟ilnya). contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi (lihat i‟lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya beratnya mengucapkan maka wau maf‟ulnya dibuang maf‟ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi .
asalnya mengikuti wazan harkah Ya‟ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi (lihat i‟lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (ya‟ dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf‟ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi . KAIDAH KE 16
. Bilamana Fa‟ Fi‟il kalimah kali mah wazan berupa huruf Shad, atau Dhad, atau Tha‟, atau Zha‟ (huruf Ithbaq), maka huruf Ta‟ yg jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti Tha‟, demi mudahnya mengucapkannya. mengucapkannya. Digantinya Ta‟ dengan Tha‟ karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: asalnya dan asalnya Praktek I’lal:
asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya mengucapkannya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi . asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya mengucapkannya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi .
asalnya
mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi de mi mudahnya mengucapkannya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi kemudian Tha‟ pertama di-idghamkan di-idghamkan karena dua huruf huruf sejenis, maka menjadi .
asalnya
mengikuti wazan Ta‟ diganti Tha‟ karena demi mudahnya mengucapkannya mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi kemudian Tha‟ diganti Zha‟ karena samasama -sama huruf isti‟la‟, maka menjadi kemudian Zha‟ pertama di-idghamkan di -idghamkan karena dua huruf sejenis, maka menjadi . KAIDAH KE 17 .
Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan berupa wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta‟ (Ta‟ zaidah wazan ) yang jatuh sesudah hurufhuruf tersebut harus diganti Dal, demi mudahnya mengucapkannya. mengucapkannya. Digantinya Ta‟ dengan Dal‟ karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya . Praktek I’lal:
asalnya
mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta‟ yang ya ng jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi . kemudian dal yang pertama di-idghamkan di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka maka menjadi .
asalnya
mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta‟ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi .kemudian Huruf Dal diganti Dzal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi kemudian dzal yang pertama di-idghamkan pada dzal yang kedua karena satu jenis, maka menjadi . (juga boleh dibaca Dal dengan di-i‟lal di-i‟lal sbb: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena karena satu jenis, maka menjadi menjadi .)
asalnya mengikuti wazan Ta‟ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan huruf Ta‟ yang jatuh susudah huruf Zay dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi . KAIDAH KE 18
)
(.
. Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf wau, atau Ya‟, atau Tsa‟, maka huruf Fa‟ Fi‟ilnya tersebut harus diganti Ta‟ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” ( ) sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” ( – ) bersifat Jahr sedangkan huruf Ta‟ bersifat Hams. Contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya . (penting) dan apabila Fa‟ Fi‟ilFi‟il -nya tsb berupa huruf Tsa‟, boleh
mengganti mengganti Ta‟nya wazan dengan Tsa‟, karena keduanya samasamasama bersifat Hams. contoh: asalnya . Praktek I’lal:
asalnya
mengikuti wazan Wau diganti Ta‟ untuk mudahnya mengucaplan huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta‟ bersifat Hams, maka menjadi kemudian Ta‟ per tama tama di-idghamkan di-idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka . menjadi
asalnya
mengikuti wazan Wau diganti Ta‟ untuk mudahnya mudahnya mengucaplan huruf Layn sukun dengan huruf yang berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta‟ bersifat Hams, maka menjadi kemudian Ta‟ pertama di-idghamkan di-idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi .
asalnya
mengikuti wazan huruf Tsa‟ diganti Ta‟ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi kemudian Ta‟ pertama didi idghamkan pada Ta‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi Dan boleh juga dibaca diba ca Tsa’ dengan Praktek I’lal sbb: asalnya mengikuti wazan huruf Ta‟ diganti Tsa‟ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi kemudian Tsa‟ pertama di-idghamkan di-idghamkan pada Tsa‟ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi Penti Penti ng un tuk diketa diketahui hui :
asalnya
mengikuti wazan huruf Hamzah yang kedua diganti Ya‟ karena ia sukun dan sebelumnya ada huruf berharkah kasrah, maka menjadi kemudian huruf Ya‟ diganti Ta‟ (tanpa mengikuti m engikuti kias*) maka menjadi . * Pergantian Ya’ dengan dengan Ta’ tidak mengikuti mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz. KAIDAH KE 19
. Bilamana Fa‟ Fi‟il wazan dan berupa huruf , , , , maka boleh Ta‟ dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: asalnya dan asalnya dan asalnya da n asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan asalnya dan a salnya dan asalnya . Praktek I’lal :
asalnya
mengikuti wazan huruf Ta‟ yang pertama disukunkan sebagai sebab syarat idgham maka menjadi maka Ta‟ yang pertama di-idghamkan di-idghamkan pada Ta‟ yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan permulaan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi
asalnya
mengikuti wazan huruf huruf Ta‟ diganti Tsa‟ karena berdekatan Makhrojnyamaka Makhrojnyamaka menjadi menjadi kemudian huruf Tsa‟ yang pertama disukunkan disukunkan sebagai sebab syarat idgham idgham maka menjadi maka Tsa‟ yang pertama didi-idghamkan pada Tsa‟ yang kedua karena dua huruf sejenis, berikut mendatangkan Hamzah di permulaannya agar memungkinkan permulaan permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi Per Per hatian :
I‟lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan musti. Sebagai pengalaman bagi kita, karena ini jarang ditemukan. dan yang banyak digunakan adalah berupa bentuk asalnya.