Manaj. Tata Operasi Darat
PROSES PELAYANAN JASA KEBANDARUDARAAN DI SEMUA BANDARA TERMASUK DI INDONESIA
NUR ANNISA FITRI
1412025001
PRODI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan suatu wilayah membutuhkan jasa angkutan yang harus memadai, tanpa adanya transportasi sebagai sarana yang menunjang mobilisasi penumpang dan barang maka sulit mengharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi bagi sebuah negara.
Salah satu jasa layanan transportasi yang sering digunakan saat ini adalah transportasi menggunakan pesawat udara yang memerlukan infrastruktur pendukung berupa bandar udara, dimana bandar udara berskala besar untuk pengusahaaannya dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura yang merupakan Badan Usaha Milik Negara dibawahi oleh Departemen Perhubungan.
Bandar udara selama ini telah dipersepsikan sebagai pintu gerbang suatu daerah, wilayah bahkan negara dan juga telah menjadi simbol prestise tersendiri yang akan diingat oleh penumpang pesawat udara baik domestik maupun internasional. Bahkan saat ini pelayanan bandara yang prima akan menjadi refleksi dari pelayanan pariwisata, mengingat bandara tidak lagi menjadi gerbang keluar-masuk penumpang semata tapi juga menjadi sarana rekreasi, hiburan, dan pusat pelayanan informasi pariwisata
Untuk lebih jelas mengenai terminal penumpang bandara, terlebih dahulu akan dibahas mengenai Sistem Terminal Bandara. Sistem Terminal Bandara adalah bagian yang menghubungkan sisi darat dan sisi udara pada bandara. Sisi udara (Air Side) yang meliputi : Runway, Apron, dan Taxiway sedangkan sisi darat (Land Side) meliputi : Terminal bandara yang di dalamnya terdapat counter check-in, ruang tunggu serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang dan parkir kendaraan. Sistem terminal dibagi menjadi dua bagian besar yaitu terminal keberangkatan dan terminal kedatangan baik domestik maupun internasional.
Suatu terminal penumpang dalam bandar udara harus menyediakan sistem yang fungsional dalam melaksanakan proses penumpang dan barang bawaannya yang terkait erat dengan sistem pengoperasian angkutan udara baik dalam segi ketersediaan dan kalayakan fasilitas serta peralatan maupun dari segi pengaturannya. Prinsip sistem yang fungsional pada terminal penumpang bandar udara harus menyangkut kenyamanan, kemudahan, dan kecepatan dalam memproses penumpang dan barang bawaannya. Tahap pemprosesan yang menyangkut sirkulasi penumpang ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat pelayanan suatu terminal bandar udara, baik dari segi tahapan yang dapat dengan mudah untuk dikuantifikasikan tingkat pelayanannya maupun yang tidak mudah dikuantifikasikan. Tahapan yang dapat dikuantifikasikan antara lain jarak berjalan dari satu titik proses menuju ke titik proses selanjutnya, atau ketersediaan dan kelengkapan fasilitas-fasilitas pada tiap komponen. Sedangkan tingkat pelayanan yang tidak dapat dikuantifikasikan misalnya orientasi penumpang berdasarkan kejelasan informasi yang tersedia, atau papan penunjuk yang mudah dimengerti dengan penempatan yang tepat, kondisi ruang pada tiap-tiap bagian proses pada bangunan terminal dan sebagainya.
Dalam kajian ini akan dilihat dari berbagai aspek yang mendasari, diantaranya adalah penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana dalam mengimbangi jumlah pertumbuhan pengguna jasa bandar udara, tingkat pemahaman masyarakat pengguna jasa terhadap aturan dan standar keselamatan penerbangan, kepedulian penyedia dan pemandu jasa untuk melayani pengguna jasa secara lebih baik sampai kepada kualitas pelayanan jasa kebandarudaraan itu sendiri apakah telah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penjelasan diatas, maka dapat penulis mendapatkan permasalahan sebagai berikut :
Jelaskan definisi dan apa saja yang termasuk dalam Zona Lanside, Zona Terminal dan Zona Airside?
Deskripsikan alur dari proses pelayanan jasa kebandarudaraan dalam Zona Lanside, Zona Terminal dan Zona Airside?
Jelaskan apa yang dimaksud Free Commercial Zone?
Apa saja yang termasuk kegiatan utama bandara? Jelaskan!
Apa saja yang termasuk kegiatan penunjang bandara? Jelaskan!
Bagaimana tanggung jawab pengelolaan bandar udara?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, penulis dapat memiliki tujuan sebagai berikut:
Untuk mengetahui definisi dan apa saja yang temasuk dalam Zona Lanside, Zona Terminal dan Zona Airside.
Untuk mengetahui alur dari proses pelayanan jasa kebandarudaraan dalam Zona Landside, Zona Teminal dan Zona Airside.
Untuk mengetahui penjelasan tentang Free Commercial Zone.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kegiatan utama bandara.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kegiatan penunjang bandara.
Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pengelolaan bandar udara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi dan Yang Termasuk dalam Zona Lanside, Zona Terminal dan Zona Air Side
2.1.1. Zona Lanside
Sisi Darat (Zona Landside) suatu bandar udara dirancang dan dikelola untuk mengakomodasikan pergerakan kendaraan darat, penumpang, dan angkutan kargo di kawasan bandar udara. Sisi darat bandar udara terdiri atas terminal dan area keluar/masuk (Ground Access). Terminal bandar udara berfungsi untuk menyediakan fasilitas pergerakan penumpang dan bagasi dari sisi darat ke pesawat udara pada sisi udara. Selain itu terminal juga sebagai perkantoran pendukung operasi perusahaan pengguna jasa andar udara dan pendukung peningkatan pendapatan bandar udara. Adapun, area keluar/masuk berfungsi untuk menyediakan fasilitas pergerakan kendaraan darat ke dan dari sekitar wilayah perkotaan serta di antara berbagai bangunan yang ada pada tanah milik andar udara. Disamping itu, ada juga termasuk area keluar/masuk ialah bangunan pendukung operasi atau tata kelola bandar udara, terminal antar-moda jaringan penghubung bandar udara dan pasarnya (catchment area), perparkiran kendaraan darat, serta sistem penerangan, pembuangan limbah, dan ruang terbuka pendukung lingkungan.
Yang termasuk dalam Sisi Darat (Zona Landside) sebagai berikut:
Curb adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal.
Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi.
Drop Off/Pick Up adalah area yang digunakan untuk menurunkan atau menjemput penumpang.
2.1.2. Zona Terminal
Sisi Terminal (Zona Terminal) adalah suatu terminal bandar udara merupakan sebuah bangunan di bandar udara di mana penumpang berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang membolehkan mereka menaiki dan meninggalkan pesawat. Di terminal, penumpang membeli tiket, menitipkan bagasinya, dan diperiksa pihak keamanan. Bangunan yang menyediakan akses ke pesawat (melalui gerbang) disebut concourse. Tetapi, sebutan "terminal" dan "concourse" kadang-kadang digunakan berganti-ganti, tergantung konfigurasi bandara.
Yang termasuk dalam Zona Terminal sebagai berikut:
SCP
SCP merupakan singkatan dari Security Check Point atau dalam bahasa Indonesia berarti Titik Pemeriksaan Keamanan / Tempat Pemeriksaan Keamanan. SCP adalah area dimana para petugas keamanan penerbangan (AVSEC) melakukan kegiatan pemeriksaan terhadap setiap orang dan barang bawaannya yang akan masuk ke dalam area DKT. DKT adalah area dimana setiap orang dan barang yang hendak mesuk ke dalamnya harus memiliki Ijin Masuk yang sah misalnya ID Cart dan tiket, serta telah memalui proses pemeriksaan keamanan di SCP dan diawasi pergerakannya oleh petugas Keamanan. SCP (Security Check Point) dibagi menjadi dua, sebagai berikut:
SCP 1 adalah area pemeriksaan pertama yang terletak tepat di pintu masuk terminal keberangkatan.
SCP 2 adalah area pemeriksaan kedua setelah melalui pemeriksan pertama yang terletak di pintu masuk ruang tunggu keberangkatan.
Check In Counter
Check-in Counter adalah suatu tempat pelaporan seseorang penumpang yang akan bepergian dari suatu tempat tertentu (origin) ke tempat tujuan (destination) dengan menggunakan pesawat udara.
Baggage Handling
Baggage Handling merupakan suatu kegiatan menangani barang bawaan penumpang dari stasiun keberangkatan hingga stasiun tujuan. Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang ground handler ini memiliki urutan yang dimulai dari pemeriksaan bagasi oleh security check, penimbangan bagasi dan pelabelan bagasi serta diberikan baggage claim tag, lalu melakukan pembayaran apabila bagasi melebihi ketentuan, kemudian bagasi dibawa dan dimasukkan ke dalam pesawat (loading proses), dan setelah sampai di stasiun tujuan bagasi akan diturunkan atau dibongkar (unloading proses) oleh petugas lalu bagasi dibawa ke bagian pengambilang bagasi (baggage claim area).
Airport Tax
Airport tax adalah biaya yang dibebankan oleh pengelola bandar udara kepada penumpang pesawat yang menggunakan bandar udara yang bersangkutan karena ikut memanfaatkan jasa-jasa pelayanan dan penggunaan fasilitas bandar udara tersebut. Airport Tax dikelola langsung oleh otoritas bandar udara, dalam hal ini PT Angkasa Pura I, yang mencakup bandar udara di wilayah tengah dan timur Indonesia, dan PT Angkasa Pura II, yang mencakup bandar udara daerah barat di Indonesia.
Boarding Room
Boarding Gate atau Waiting Room adalah tempat ruang tunggu penumpang yang akan naik ke pesawat atau merupakan proses terakhir dari suatu pemberangkatan. Pada saat penumpang memasuki pintu masuk keberangkatan, petugas/staff yang bertugas di gate, akan memeriksa kembali dokumen penumpang. Dengan tujuan untuk memastikan kembali apakah penumpang tersebut merupakan penumpang yang akan berangkat menggunakan airlines sesuai rute atau tidak, dan mencocokkan seat numer penumpang yang ada didalam boarding pass atau transit card dengan information sheet, dan departure card.
Transit Area
Transit Area adalah suatu tempat ruang perhentian sementara untuk berganti pesawat (atau melanjutkan pesawat yang sama, tapi dengan mayoritas penumpang yang berbeda) untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
Baggage Claim Area
Baggage Claim Area adalah suatu area yang dimana penumpang menunggu dan menggambil barang bawaan atau bagasinya di conveyor belt area.
Karantina
Karantina adalah pembatasan aktivitas yang ditujukan terhadap orang atau binatang yang telah kontak dengan orang/binatang yang menderita penyakit menular pada masa penularan. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit pada masa inkubasi jika penyakit tersebut benar-benar diduga akan terjadi. Karantina juga tempat untuk menahan ternak impor yg baru datang dr luar negeri, guna mencegah penyebaran penyakit menular. Ada tiga macan karantina yaitu karantina untuk manusia, karantina untuk binatang dan karantina untuk tumbuhan.
2.1.3. Zona Airside
Zona Air Side atau Sisi Udara adalah kawasan atau bagian yang berhubungan dengan pesawat terbang gerakan pesawat terbang. Yang termasuk dalam Zona Airside sebagai berikut:
Docking/Undocking And Aircraft Preparation
Docking/Undocking And Aircraft Preparation adalah Persiapan penumpang untuk menduduki tempat yang telah diberikan dan menaruh bagasi di dalam cabin dan kemudian pesawat dilakukan pengecekkan ulang dan terakhir sebelum Take Off.
Parking/Taxi
Parking/Taxi adalah suatu tempat yang dijadikan oleh pesawat sebagai tempat parkir setelah landing.
Take Off
Lepas landas atau lebih dikenal dengan Take Off adalah tahap penerbangan di mana suatu pesawat terbang pada suatu transisi dari berjalan di landasan taksi untuk terbang di udara, pada umumnya diatas suatu landasan pacu.
Landing
Mendarat atau dalam bahasa Inggrisnya Landing adalah bagian terakhir dari suatu penerbangan, di mana suatu penerbangan pesawat terbang kembali ke landasan. Pesawat terbang pada umumnya mendarat di suatu bandar udara diatas landasan pacu atau helikopter yang mendarat di helipad.
Apron
Apron didefinisikan sebagai area terbuka pada suatu bandara yang diharapkan dapat memuat pesawat untuk maksud menaikkan dan menurunkan penumpang, barang pos atau muatan, mengisi bahan bakar serta pemeliharaan. Kebutuhan dan ukuran apron sebaiknya diperkirakan berdasarkan pada tipe dan ramalan volume lalu lintas pada suatu bandar udara. Selain sebagai tempat keberadaan pesawat, apron dihubungkan oleh taxiway, jalan layanan apron dan parkir untuk perlengkapan layanan, bisa dimasukkan dalam satu bagian sistem apron.
Pre-embaration Screening
Pre-embaration Screening adalah pengecekkan atau pengembalian barang yang ada di dalam bagasi pesawat untuk ke tempat confayer belt.
Deskripsi Alur Dari Proses Pelayanan Jasa Kebandarudaraan Dalam Zona Lanside, Zona Terminal dan Zona Airside
Zona Landside
Para penumpang menuju ke Bandar Udara hanya bisa dilalui oleh transportasi darat misalnya transportasi roda empat maupun transportasi roda dua. Untuk para penumpang yang akan meninggalkan transportasinya disuatu bandar udara tersedia parking area. Sedangkan drop off/pick up area adalah area yang digunakan untuk menurunkan atau menjemput penumpang.
Zona Terminal
Step pertama, para penumpang melewati SCP 1 guna untuk pengecekkan bagasi koper dan barang bawaannya (security check). Step kedua, penumpang menuju check in counter/baggage handing untuk mengetahui tempat dimana penumpang mendapatkan boarding pass, mengetahui dimana ruang tunggu, tempat duduknya dan nomor penerbangannya dan menitipkan bagasi yang dilaporkan dan dimasukan melalui check- in yang berisi barang-barang milik pribadi. Step ketiga, jika para penumpang membawa barang bawaan melebihi kapasitas, penumpang tersebut harus membayar airport tax yang sudah tersedia areanya di bandara. Step keempat, para penumpang menuju ke SCP 2 guna untuk memastikan bagasi yang akan dibawa ke cabin pesawat.
Step kelima, para penumpang menuju ke boarding room atau waiting room untuk menunggu waktu masuk ke dalam pesawat. Step keenam, jika para penumpang melakukan perjalanan transit penumpang akan menuju ke tempat transit area. Step ketujuh, para penumpang akan mengambil bagasi mereka di conveyor belt atau baggage claim area. Setelah mereka mendapatkan bagasi yang dikehendaki, mereka harus menyerahkan nomor label bagasi yang tertempel pada boarding pass atau tiket awal kepada petugas baggage service untuk dicocokkan apakah bagasi yang diambil benar milik mereka dan menghindari tertukar bagasi dengan penumpang lain. Penjelasan tersebut merupakan alur didalam zona terminal.
Zona Airside
Step alur untuk zona airside, step kedelapan adalah Docking/Undocking and Aircraft Preparation merupakan persiapan penumpang untuk menduduki tempat yang telah diberikan dan menaruh barang bawaan diatas cabin, kemudian pesawat melakukan pengecekkan terakhir sebelum berangkat. Step kesembilan, setelah penumpang memasuki area dalam pesawat, pilot akan memberikan informasi bahwa pesawat akan melakukan take off atau lepas landas. Step kesepuluh, setelah penumpang melakukan perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan, pilot akan memberikan informasi bahwa pesawat akan melakukan landing. Step kesebelas, setelah landing para penumpang harus meninggalkan pesawat dan pesawat akan parkir yang sering disebut dengan apron. Dan step terakhir, setelah penumpang menggambil bagasi di confayer belt area dan petugas bandara tersebut akan melalukan pengecekkan baggage claim tag jika kode tersebut cocok maka bagasi tersebut dapat diserahkan proses ini sering disebut pre-embaration screening.
Free Commercial Zone
Kawasan Bebas Komersial (Free Commercial Zone) sebuah Zona Bebas adalah daerah dikukuhkan oleh Menteri Keuangan di bawah bagian 3 (1) Kawasan Tindakan (Zona Act), 1990 di mana kegiatan komersial dilakukan dengan pengawasan kepabeanan minimal bebas. Kawasan Bebas Kewenangan (Free Zone Authority) ditunjuk oleh Menteri berdasarkan Bagian 3 (2) dari Kawasan Bebas Tindakan (Free Zona Act) 1990 untuk mengelola, memelihara dan mengoperasikan zona. Di bawah Bagian XV dari GST Act 2014, FCZ dianggap sebagai tempat luar Daerah Pabean Principal (PCA). Kawasan yang terletak di pelabuhan dan bandara serta pelabuhan luar dan bandara. Kawasan bebas yang komersial yang terletak di luar pelabuhan / bandara adalah mereka yang terletak di Stulang Laut, Johor Bahru, Bukit Kayu Hitam, Kedah, Pengkalan Kubor dan Rantau Panjang, Kelantan. kegiatan komersial seperti perdagangan (termasuk perdagangan eceran), istirahat bulking, grading, penandaan ulang, mengemas dan kegiatan nilai tambah lainnya diperbolehkan untuk dilakukan di FCZ.
Barang atau jasa yang disediakan dalam FCZ adalah setiap penyediaan barang dilakukan dalam FCZ tidak dikenakan GST, kecuali Menteri ditentukan oleh perintah diumumkan dalam Berita. Namun, barang-barang yang digunakan atau dikonsumsi di zona selain barang untuk tujuan kegiatan perdagangan komersial dan ritel akan dikenakan GST. GST dikenakan biaya pada penyediaan jasa dilakukan dalam terlepas zona apakah zona terletak di pelabuhan / bandara atau di luar pelabuhan / bandara. Umumnya layanan standar dinilai kecuali untuk beberapa layanan yang disediakan di zona yang terletak di pelabuhan / bandara yang tercantum di bawah Pajak Barang dan Jasa (Zero Nilai Supplies) Orde 20XX. pasokan seperti layanan yang nol dinilai.
Pada umumnya, barang dipasok dari FCZ ke PCA dikenakan GST pada impor. Dengan demikian, GST harus dibayarkan bersama-sama dengan bea cukai, jika ada, pada semua barang dirilis untuk konsumsi rumah. Namun, jika seseorang yang terdaftar di PCA memiliki persetujuan bawah Disetujui Perdagangan Skema (ATS), pembayaran GST pada pasokan seperti barang ditangguhkan. Pembayaran GST pada pasokan barang dari FCZ ke daerah yang ditunjuk atau ke sebuah gudang di bawah bagian 70 dari GST Act 2014 juga ditangguhkan. Deklarasi barang kena pajak harus dibuat dalam bentuk Bea Cukai No.1 di FCZ. bea masuk, jika ada, dan GST harus dibayar di pos pemeriksaan di FCZ. Deklarasi barang yang dikeluarkan dari FCZ ke gudang berikat atau ICD harus dibuat dalam bentuk Bea Cukai No.8. Persediaan layanan yang diberikan kepada PCA dari penyedia layanan di FCZ adalah pasokan lokal. Dengan demikian, layanan akan dikenakan GST dan pajak keluaran harus diperhitungkan dalam faktur pajak jika penyedia layanan adalah orang yang terdaftar. Pengobatan GST serupa diberikan untuk layanan yang disediakan oleh setiap orang di FCZ untuk PCA atau gudang di bawah bagian 70 dari Undang-Undang GST.
Kegiatan Utama Bandara
Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara dan Pemadam Kebakaran (Airport Rescue And Fire Fighting Service)
Rescue and Fire Fighting Service (RFFS) atau di Indonesia sering di sebut Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK). Rescue & Fire Fighting adalah Unit kerja yang menjadi ketentuan Dasar pada saat sebuah Bandara akan di operasikan. Keberadaan Rescue & Fire Fighting di sebuah Bandara merupakan syarat mutlak yang tidak bisa dihindari untuk menjaga keselamatan penerbangan. Ketentuan mengenai syarat harus adanya Rescue & Fire Fighting tertuang dalam annex 14 dalam Peraturan Penerbangan Sipil Internasional atau lebih dikenal dengan International Civil Aviation Organization (ICAO). Mengenai Rescue & Fire Fighting sendiri lebih jelas diuraikan dalam Doc. 9137 /AN/ 898 part.1 Dalam dokumen ini dijelaskan secara rinci Tentang Airport Rescue & fire Fighting.
Tujuan PKP-PK adalah menyelamatkan jiwa dan harta dari suatu pesawat udara yang mengalami kecelakaan atau kebakaran di bandar udara dan sekitarnya serta mengendalikan dan memadamkan api, melindungi manusia dan barangnya yang terancam oleh api di bandar udara baik itu di pesawat udara atau fasilitas bandar udara. Kepala unit kerja yang diberi tugas sepenuhnya bertanggungjawab untuk memastikan bahwa semua peralatan dan tingkat perlindungan yang tepat telah disediakan, termasuk di dalamnya jumlah alat pemadam yang disyaratkan, untuk mencapai kategori PKP-PK yang telah di-rating.
Operasi dalam pelayanan pertolongan kecelakaan pesawat udara dan pemadam kebakaran adalah melaksanakan pertolongan pada kecelakaan penerbangan. Meliputi : penyelamatan jiwa (semua yang bernyawa), mengurangi rasa sakit dan cedera, dan penyelamatan barang-barang berharga. Dan memadamkan kebakaran (penerbangan dan non penerbangan). Meliputi : pencegahan, perlindungan, dan pemadaman.
Airport Service & Aviation Security Service
Airport Service pada dasarnya yaitu suatu aktivitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di bandara, untuk keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan atau ketibaan (arrival). Aviation Security atau AVSEC adalah personil keamanan penerbangan yang telah (wajib) memiliki lisensi atau Surat Tanda Kecakapan Petugas (STKP) yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang keamanan penerbangan. (Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/2765/XII/2010 Bab I butir 9). AVSEC Di Indonesia sendiri pengamanan Bandar Udara (Aviation Security) adalah sebuah unit kerja yang dibentuk oleh PT. Angkasa Pura dalam memenuhi aturan-aturan internasional dan nasional sebagai pengelola dan penyedia jasa keamanan bandara.
Tujuan Sistem Pengamanan Bandar Udara UU Nomor 15 tahun 1992 tertanggal 25 Mei 1992 tentang penerbangan, yang terkait dengan pengamanan ( security ) bandar udara yaitu Bab VIII pasal 3, yang berbunyi : "Penyelenggara bandar udara bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan serta kelancaran pelayanannya.". Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 54 tahun 2004 tanggal 21 Mei 2004 setiap penyelenggara bandar udara dan operator pesawat udara wajib membuat program pengamanan bandar udara dan program pengamanan operator pesawat udara disesuaikan dengan kondisi perkembangan yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan penerbangan sipil pada bandar udara dan perusahaan angkutan udara dan mengacu kepada Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil. Program nasional pengamanan penerbangan sipil bertujuan untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan sipil di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, para petugas di darat, masyarakat, pesawat udara dan instalasi di bandar udara dari tindakan melawan hukum serta memberikan perlindungan terhadap operator pesawat udara.
SMS, QM, CS
Safety Management System (SMS) adalah suatu sistem monitoring yang berupa tim atau organisasi di dalam suatu perusahaan penerbangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang memonitor kinerja keselamatan dari perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, menganalisa resiko dan melakukan tindakan pengurangan resiko tersebut dengan membahas perihal keselamatan secara berkala yang dipimpin oleh Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan sebagai pemegang komitmen safety. Tugas Sefenty Management System Section Head adalah memastikan tingkat keselamatan dan kesehatan yang optimal dan meminimalisir kecelakaan kerja melalui sosialisasi kepada setiap unit kerja terhadap seluruh peraturan-peraturan yang berlaku di perusahaan untuk pelaksanaan pekerjaan guna mendukung pencapaian safety level, kesehatan lingkungan, kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Quality Manajement (QM) adalah suatu sistem manajemen yang berorientasi pada pelanggan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan melalui eliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, pengembangan keterampilan dan mengurangi biaya produksi. Quality Management (QM) dapat dipilih sebagai salah satu metode pengendalian mutu untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) konsumen. Customer Service (CS) adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk memberikan kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang kepada kliennya dalam menyelesaikan masalah dengan memuaskan. Customer Service memegang peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak perusahaan dalam menghadapi pelanggan. Dalam dunia bisnis tugas customer service yang paling utama adalah memberikan pelayanan dan membina hubungan dengan masyarakat.
Tugas Quality Management and Customer Service Section Head adalah memastikan tercapainya standard level of service melalui penerapan manajemen mutu pada setiap unit dan informasi untuk penanganan keluhan telah tersampaikan baik kepada unit terkait serta ditindaklanjuti oleh setiap unit melalui pengelolaan kegiatan Quality Management dan Customer Service yang efektif guna mrndukung peningkatan kepuasan pelanggan dan pencapaian profit berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Airport Facility & Equipment Readiness
Airport Facility diatur di dalam Pasal 219 sampai dengan Pasal 221 UURI No.1/2009. Setiap badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang diberikan sertifikat fasilitas bandar udara oleh Menteri Perhubungan. Sertifikat tersebut diberikan oleh Menteri Perhubungan setelah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa bandar udara sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib melakukan perawatan dalam jangka waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, varifikasi dan/atau kalibrasi fasilitas bandar udara untuk mempertahankan (sustainability) kesiapan fasilitas bandar udara7, sedangkan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja fasilitas, prosedur, dan personelnya, badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib melakukan pelatihan penanggulangan keadaan darurat secara berkala.
Tugas Airport Operation and Readiness Section Head adalah memastikan tercapainya kehandalan fasilitas dan kinerja operasional bandar udara melalui peningkatan keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan guna mendukung tercapainya kelancaran operasional Bandar udara berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Sales
Pengertian Sales secara sederhana adalah penjualan. Dalam bukunya Sihite (1996:86) menyebutkan bahwa "Sales adalah Merchandise (Something to be sold) plus Service". Dalam buku yang sama juga dijabarkan mengenai Salesmanship yaitu kecakapan seorang Sales dalam menjual yang meliputi proses dalam penjualan yang dimulai dari langkah pertama sampai dengan terlaksananya suatu penjualan. Jadi pengertian Sales Person atau Salesman di sini adalah individu yang menawarkan suatu produk dalam suatu proses penjualan. Fungsi seorang sales dalam menjalankan tugasnya adalah untuk menjual produk, oleh karena itu seseorang sales harus memiliki kemampuan untuk bisa berkomunikasi dengan baik kepada setiap orang yang berhubungan langsung dengan produk tersebut. Tugas Sales Section Head adalah memastikan tercapainyan portofolio aviasi dan non aviasi melalui pengelolaan kegiatan penjualan yang efektif guna mendukung tercapainya Customer Satisfaction Index (CSI), tercapainya pendapatan non aeronautika dan berkontribusi terhadap lingkungan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Kegiatan Penunjang Bandara
Financial, IT & CSR
Tugas Finance and Information Technology Section Head adalah memastikan terpenuhinya pengelolaan keuangan dan penyediaan teknologi informasi melalui implementasi kebijakan serta pedoman keuangan dan information technologi (IT) guna mendukung tercapainya kepuasan pelanggan atas pelayanan Sales and Shared Service berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Human Capital
Salah satu modal untuk industri jasa kebandarudaraaan dan lalu lintas udara di bandara adalah Human Capital. Modal ini merupakan aset bisnis yang bernilai sangat tinggi karena dapat menyediakan efisiensi, efektivitas dan akurasi tinggi dan keselamatan bagi diri maupun harta benda. Hal ini menjelaskan mengapa Human Capital sangat menentukan keberhasilan bisnis perusahaan, utamanya dalam membantu melancarkan operasi jasa kebandarudaraaan dan lalu lintas udara. Perusahaan dikunjungi oleh ratusan orang setiap hari dan tentu saja tidak akan berkinerja baik tanpa didukung Human Capital tersebut. Human Capital untuk industri jasa kebandarudaraaan dan lalu lintas udara ini luar biasa penting karena memiliki penggunaan, manfaat dan nilai khas tersendiri yang tidak setiap perusahaan bisa mengoptimalkannya.
Communication & Legal
Communication dalam artian bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi manajemen komunikasi baik internal maupun eksternal yang dilakukan secara terstruktur, terarah dan berkelanjutan. Dan Legal dalam artian bertanggung jawab dalam menjalankan hukum perdata, surat perjanjian dan hukum bisnis.
Procurement
Tugas Procurement Section Head adalah memastikan terlaksananya pengadaan barang dan/atau jasa melalui pengelolaan kegiatan Vendor Management, Procurement Planning, Contract Procurement, Procurement, Procurement Administration yang efektif guna mendukung tercapainya kepuasan pelanggan internal atas pelayanan shared service berdasarkan Standar Operasi Prosedur (SOP).
Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara
Menurut Pasal 240 ayat 1 UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, badan usaha Bandar Udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa Bandar Udara dan/atau pihak ketiga yang diakibatkan oleh pengoperasian Bandar Udara. Berdasarkan ketentuan ini, penumpang sebenarnya dapat meminta tanggung jawab terhadap operator Bandar Udara apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang disebabkan oleh operator Bandar Udara.
Berdasarkan hukum angkutan udara internasional, ketentuan tanggung jawab tidak dimaksudkan sebagai penghambat dunia penerbangan melainkan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang. Pembebanan tanggung jawab kepada pengelola bandara tidak berarti mengurangi tanggung jawab dari maskapai udara. Tiap-tiap pihak tentu wajib tanggung jawab sesuai porsinya, termasuk juga dengan penumpang.
Pada akhirnya, ketentuan hukum tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah dan benar saat terjadi kecelakaan dan insiden penerbangan. Hal ini diperlukan untuk menyempurnakan sistem agar transportasi udara dapat lebih aman dan nyaman.
Dalam bidang penerbangan dan kegiatan Bandar Udara dapat dijumpai beberapa sistem tanggung jawab yang memakai prinsip-prinsip tanggung jawab. Sistem mana yang terbaik, terutama bagi Indonesia, tergantung kepada siapa yang ingin dilindungi dan sampai dimana tingkat perlindungan itu, yang terdiri atas:
Sistem Warsawa 1929
Dalam Sistem Warsawa ini dipergunakan prinsip Presumption of Liability , prinsip Presumption of Non Liability, dan prinsip Limitation of Liability. Prinsip Presumption of Liability dipergunakan untuk tanggung jawab terhadap penumpang, bagasi tercatat (register baggage atau checked baggage yaitu bagasi penumpang yang sebelum keberangkatan diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kargo). Prinsip Presumption of Non Liability dipergunakan untuk tanggung jawab terhadap bagasi tangan atau handbaggage yaitu barang-barang yang dibawa oleh dan berada dibawah pengawasan sendiri. Kedua prinsip ini dikombinasikan dengan prinsip Limitation of Liability.
Sistem Roma
Dalam Konvensi Roma tahun 1933 yang kemudian digantikan dengan Konvensi Roma tahun 1952 yang mengatur tanggung jawab oeprator pesawat udara asing untuk kerugian yang diderita pihak ketiga di permukaan bumi dipergunakan prinsip tanggung jawab mutlak (absolut liability atau strict liability) dan prinsip pembatasan tanggung jawab. Dengan prinsip ini operator pesawat udara tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawab. Dengan sendirinya prinsip tanggung jawab mutlak lebih berat bagi pihak yang bertanggung jawab, oleh karena ia tidak dapat membebaskan diri.
Sitem Montreal
Dalam bulan Oktober tahun 1965 Amerika Serikat menyatakan akan mengundurkan diri sebagai peserta Konvensi Warsawa tahun 1929, karena menganggap bahwa limit tanggung jawab yang ditetapkan dalam Konvensi Warsawa, meskipun telah dinaikkan dua kali lipat oleh Protokol The Hague tahun 1955 yang mengamendir Konvensi Warsawa, masih terlalu rendah. Pengunduran diri akan mulai berlaku bulan Mei tahun 1966, yaitu 6 (enam) bulan kemudian sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Warsawa.
Pengunduran Amerika Serikat sebagai peserta Konvensi Warsawa oleh International Air Transport Association (IATA) yaitu asosiasi perusahaan penerbangan internasional dianggap sebagai suatu hal yang sangat serius, oleh karena akan mengakibatkan perusahaan penerbangan yang mengangkut penumpang berbangsa Amerika Serikat ada kemungkinan bila digugat di Amerika Serikat, akan diharuskan membayar ganti rugi yang jauh lebih tinggi dari pada apa yang mungkin harus dibayarkan berdasarkan Konvensi.
Warsawa atau Protokol The Hague. Oleh karena itu IATA dan perusahaan penerbangan yang tergabung didalamnya bersedia mengadakan suatu perjanjian khusus dengan pemerintah Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama Montreal Interim Agreement 1966.
Perjanjian ini dapat mencegah Amerika Serikat keluar dari Konvensi Warsawa 1929. Dengan perjanjian ini, yang berlaku khusus bagi penerbangan dari dan melalui Amerika Serikat, perusahaan penerbangan menyepakati hal-hal sebagai berikut:
Prinsip tanggung jawab yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.
Jumlah ganti rugi maksimal adalah US$ 75.000 (tujuh puluh lima ribu US dolar), termasuk biaya perkara atau US$ 58.000 (lima puluh delapan ribu US dolar) tidak termasuk biaya perkara.
Dalam waktu 5 (lima) tahun harus diusahakan suatu konvensi internasional baru untuk menggantikan konvensi Warsawa.
Sistem Guatemala
Lima tahun setelah Montreal Interim Agreement 1966, di Guatemala oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), suatu badan khusus PBB, diselenggarakan suatu Konferensi Diplomatik mengenai Hukum Udara Internasional, yang kemudian menghasilkan Protokol Guatemala tahun 1971, yang berisikan amandemen-amandemen yang mendasar pada Konvensi Warsawa tahun 1929. Dalam protokol ini pada dasarnya dipergunakan pirnsip-prinsip yang sama seperti dalam Montreal Interim Agreement, khusus untuk penumpang dan bagasinya, sedangkan untuk kargo dan keterlambatan masih dipergunakan prinsip presumption of liability. Untuk penumpang limit tanggung jawab ditetapkan sebesar US$ 100.000 (Seratus ribu US dolar) dan dinyatakan sebagai suatu unbreakable limit, suatu limit yang tidak dapat dilampaui dalam hal apapun juga.
Sistem Ordonansi Pengangkutan Udara
Sistem Ordonansi Pengangkutan Udara sama dengan sistem Warsawa, kecuali dalam satu hal, yaitu untuk tanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan oleh karena keterlambatan. Dalam Warsawa, tanggung jawab untuk keterlambatan tunduk pada prinsip yang sama, sedangkan dalam Ordonansi Pengangkutan Udara, pengangkut diberi kesempatan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab dengan suatu perjanjian khusus dengan pemakai jasa angkutan udara.
Sistem Flat Rate
Sistem ini prinsip yang digunakan adalah prinsip tanggung jawab mutlak, meskipun tafsiran ini mungkin keliru karena belum pernah ada kasus pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab karena alasan tertentu. Salah satu unsur dari adanya tanggung jawab mutlak ialah bahwa pengangkut tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya karena alasan apapun juga, kecuali kesalahan pihak yang dirugikan sendiri atau inherent vice of the goods.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 138 ayat (2) bahwa badan usaha Bandar Udara, unit penyelenggara Bandar Udara, badan usaha pergudangan, atau badan usaha angkutan udara niaga yang melakukan kegiatan pengangkutan barang khusus dan/atau barang berbahaya wajib menyediakan tempat penyimpanan atau penumpukan serta bertanggung jawab terhadap penyusunan system dan prosedur penanganan barang khusus dan/atau berbahaya selama barang tersebut belum dimuat kedalam pesawat udara. Apabila melanggar ketentuan pengangkutan barang berbahaya tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan dan/atau pencabutan izin.
Dalam UURI No. 15 Tahun 1992 kewajiban asuransi awak pesawat udara terdapat dalam pasal 48 (empat puluh delapan). Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerjakannya. Asuransi penerbangan mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia penerbangan terutama asuransi tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang, pengirim barang, tanggung jawab terhadap pihak ketiga, tanggung jawab penyelenggara Bandar Udara, asuransi awak pesawat udara, dan asuransi pesawat udara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem Terminal Bandara adalah bagian yang menghubungkan sisi darat dan sisi udara pada bandara. Sistem terminal bandara dibagi menjadi 3 sisi yaitu sisi udara (Air Side Zona), sisi darat (Zona Landside), dan sisi terminal (Terminal Zone). Terminal dibagi menjadi dua bagian besar yaitu terminal keberangkatan dan terminal kedatangan baik domestik maupun internasional.
Sisi Darat (Zona Landside) suatu bandar udara dirancang dan dikelola untuk mengakomodasikan pergerakan kendaraan darat, penumpang, dan angkutan kargo di kawasan bandar udara. Sisi darat bandar udara terdiri atas terminal dan area keluar/masuk (Ground Access). Yang termasuk dalam sisi darat (Zona Landside) yaitu Parkir, Drop Off/Pick Up, dan Crub. Sisi Terminal (Zona Terminal) adalah suatu terminal bandar udara merupakan sebuah bangunan di bandar udara di mana penumpang berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang membolehkan mereka menaiki dan meninggalkan pesawat. Yang termasuk dalm sisi terminal (Zona Terminal) yaitu SCP 1 dan SCP 2, Check In/Baggage Handling, Airport Tax, PSC Payment, Passport Clearance, Waiting Room, Transit Area, Boarding/Loading. Zona Air Side atau Sisi Udara adalah kawasan atau bagian yang berhubungan dengan pesawat terbang gerakan pesawat terbang. Yang termasuk Zona Air Side yaitu Docking/Undocking & Aircraft Preparation, Parking/Taxi, Take Off, dan Landing.
Kawasan Bebas Komersial (Free Commercial Zone) sebuah Zona Bebas adalah daerah dikukuhkan oleh Menteri Keuangan di bawah bagian 3 (1) Kawasan Tindakan (Zona Act), 1990 di mana kegiatan komersial dilakukan dengan pengawasan kepabeanan minimal bebas. Kawasan Bebas Kewenangan (Free Zone Authority) ditunjuk oleh Menteri berdasarkan Bagian 3 (2) dari Kawasan Bebas Tindakan (Free Zona Act) 1990 untuk mengelola, memelihara dan mengoperasikan zona.
Yang termasuk dalam kegiatan utama bandara adalah Fire Fighting&Rescue Service, Airport Service & Security Service, SMS, Quality Management, Coustemer Service, Airport Facility&Equipment Readiness, dan Sales. Dan yang termasuk dalam kegiatan penunjang bandara adalah Financial, IT, CSR, Human Capital, Communication & Legal, Procurement.
Menurut Pasal 240 ayat 1 UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, badan usaha Bandar Udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa Bandar Udara dan/atau pihak ketiga yang diakibatkan oleh pengoperasian Bandar Udara disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang disebabkan oleh operator Bandar Udara.
Dalam bidang penerbangan dan kegiatan Bandar Udara dapat dijumpai beberapa sistem tanggung jawab yang memakai prinsip-prinsip tanggung jawab. Sistem mana yang terbaik, terutama bagi Indonesia, tergantung kepada siapa yang ingin dilindungi dan sampai dimana tingkat perlindungan itu yaitu Sistem Warsawa, Sistem Roma, Sitem Montreal, Sistem Guatemala, Sistem Ordonansi Pengangkutan Udara, Sistem Flat Rate
DAFTAR PUSTAKA
UU Penerbangan (2009). Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2009. Jakarta: Sinar Grafika.
Civil Aviation Regulatory Commission. (2007). Ground Handling Services (Part. 140.). Yordania: Author.
Majid, S.A., dan Wardani, E.P.D., 2008, Ground Handling Manajemen Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan, Sekolah Tinggi Manajemen Transport (STMT) Trisakti, Rajawali Pers, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, ISBN 978-979-769-244-5
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40687/10/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 pada pukul 19.00 WITA
http://scpsentani.blogspot.co.id/2016/08/pengertian-scp-dalam-penerbangan.html Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 pada pukul 22.00 WITA
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1219151043-3-BAB%202.pdf Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 pada pukul 23.00 WITA
http://angkasasena.blogspot.co.id/2011/03/human-capital-pemanduan-lalu-lintas.html Diakses pada tanggal 11 Desember 2016 pada pukul 12.00 WITA
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/D1513057_bab3.pdf Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pada pukul 14.00 WITA
http://www.customs.gov.my/en/pg/pg_sg/Free%20Commercial%20Zone%20(revised%20as%20at%2022%20July%202014).pdf Diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pada pukul 16.00 WITA