KAJIAN PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM (Persero), TBK.
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh M. Fadhil Nuha Majid 03021281320026
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA 1. Judul : DAN
KAJIAN PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA
(K3)
PADA
PROSES
PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM (Persero), TBK. 2. Pengusul a. b. c. d. e. f. g. h.
Nama Jenis Kelamin NIM Semester Fakultas/Jurusan Institusi Nomor Telepon Alamat E-mail
: M. Fadhil Nuha Majid : Laki-Laki : 03021281320026 : 7 (Tujuh) : Teknik/Teknik Pertambangan : Universitas Sriwijaya : 081368032793 :
[email protected] 3. Lokasi Penelitian :PT BUKIT ASAM (Persero), TBK Palembang, Desember 2016
Pembimbing Proposal,
Pengusul,
Ir. H. Abuamat HAK, M.Sc.IE. NIP. 1671041312480003
M. Fadhil Nuha Majid NIM. 03021281320026
Menyetujui : Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Dr. Hj.RR.Harminuke Eko Handayani,ST.,MT NIP.196902091997032001
A. JUDUL KAJIAN
PENERAPAN
MANAJEMEN
KESELAMATAN
DAN
KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM (Persero), TBK. B. LOKASI PT. Bukit Asam (Persero) Tbk C. BIDANG ILMU Teknik Pertambangan. D. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Untuk menciptakan suatu karya dan hasil yang baik, aktivitas manusia perlu didukung oleh tubuh yang sehat, lingkungan yang bersih dan aman serta kenyamanan pada saat melakukan aktifitas. Seiring dengan majunya zaman dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkompeten juga semakin meningkat, dan ini menyebabkan manusia berlomba-lomba dan bersaing menunjukan kemampuan personal. Atas dasar faktor kompetensi manusia inilah, maka sumber daya (SDM) sering mengabaikan kesehatan dan keselamatan dalam melaksanakan aktifitas di dunia kerja. Hal yang sangat sering terjadi dan paling mudah diamati pada saat ini adalah semakin meningkat dan semakin tingginya aktifitas yang dikerjakan manusia, maka kesadaran akan kesehatan dan keselamatan dalam melaksanakan setiap pekerjaan atau aktifitas semakin lemah atau menurun. Hal ini mengakibatkan fokus kerja pada manusia berkurang sehingga banyak mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, baik itu pekerjaan ringan maupun pekerjaan berat, kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaan sangat diperlukan. Terutama pada dunia pertambangan yang melibatkan banyak aspek, baik itu pemimpin perusahaan, pegawai, lingkungan dan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kinerja pegawai dan perusahaan tersebut. Hal diatas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lain di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Serta setiap sumber energi dipakai dan dipergunakan secara aman dan efektif sehingga proses produksi berjalan dengan lancar. Undang-undang tersebut mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik darat, di laut, di dalam tanah, maupun di udara. Selain undang-undang tersebut, khususnya dibidang pertambangan umum, keselamatan dan kesehatan kerja diatur melalui Keputusan Mentri
Pertambangan dan Energi (kepmentamben) nomor
555.K/26/M.PE/1995
tentang
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(K3)
Pertambangan umum. Potensi bahaya yang sering timbul pada sebuah kecelakaan kerja umumnya merupakan insiden yang sering terjadi pada dunia kerja, baik itu dalam pekerjaan ringan maupun berat. Keadaan ini biasanya dapat ditangani sendiri oleh individu tersebut maupun pihak yang terkait yang bertugas untuk menangani kecelakaan kerja tersebut. Kesalahan didalam penggunaan peralatan, kurangnya perlengkapan alat pelindung tenaga kerja, serta keterampilan tenaga kerja yang kurang memadai ternyata dapat menimbulkan kemungkinan bahaya yang sangat besar berupa kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu pihak perusahaan harus lebih memperhatikan keadaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya terutama yang berkaitan dengan keselamatan
karyawan,
sehingga
dapat
mengurangi
terjadinya
risiko
kecelakaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah didalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). APD ini berperan penting dalam suatu instansi atau perusahaan, Artinya alat pelindung diri ini sangat penting untuk karyawan atau pekerja saat melakukan pekerjaan, karena dengan adanya alat pelindung diri ini maka kemungkinan pihak perusahaan ataupun pekerja bisa mengurangi terjadinya resiko kecelakaan Oleh karena itu penulis ingin tertarik untuk mengkaji penerapan manejemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di PT. Bukit
Asam, apakah penerapannya telah sesuai dan dapat menjamin keselamatan para pekerja. E. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan dijabarkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta penggunaan alat pelindung diri (APD) pada karyawan yang dilakukan oleh pihak PT. Bukit Asam (Persero) Tbk? 2. Apa sajakah hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Bukit Asam (Persero)? 3. Bagaimanakah cara pihak PT. Bukit Asam (Persero) menjamin keselamatan kerja para pegawainya? 4. Sejauh manakah pihak PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. melakukan tindakan untuk mengatasi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)? F. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta penggunaan alat pelindung diri pada karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan peningkatan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Bukit Asam (Persero). 3. Untuk mengetahui jaminan yang diberikan kepada para pegawai. 4. Untuk mengetahui sejauh mana evaluasi yang dilakukan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta penggunaan alat pelindung diri pada karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. G. PEMBATASAN MASALAH Penelitian tugas akhir ini masalah yang dibahas dibatasi pada pengkajian penerapan Kelesamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada penambangan batubara di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.,
apakah pihak PT. Bukit Asam telah
melakukan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Keputusan Mentri
Pertambangan dan Energi (kepmentamben) nomor
555.K/26/M.PE/1995
tentang
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(K3)
Pertambangan umum. H. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan metodologi penelitian yang dilakukan adalah : 1. Studi Literatur Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari instansi terkait, perpustakaan, dan informasi-informasi lainnya yang berkaitan. Informasi yang diperoleh dari studi literatur berupa literaturliteratur yang berhubungan. 2. Penelitian di lapangan Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa tahap, yaitu: a. Riset Lapangan (Field Research) 1) Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan para pegawai PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. 2) Observasi, yaitu dengan metode pengumpulan data dengan cara melihat langsung objek yang akan diteliti. 3. Pengumpulan Data Lapangan Yaitu pengumpulan data lapangan berupa data curah hujan, lokasi kesampaian daerah, spesifikasi peralatan tambang, dan lainnya di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang dapat berhubungan dengan masalah yang akan diteliti tersebut. 4. Pengambilan kesimpulan dan saran, yaitu menyimpulkan hasil pengamatan lapangan dan pengolahan data sebelumnya.
I. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kegiatan Pertambangan Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas – tugas yang dilakukan untuk mencari, mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi kemudian mengolah sampai bisa bermanfaat bagi manusia. Secara garis besar kegiatan penambangan terbagi atas beberapa tahapan, yaitu : a. Eksplorasi Tujuan utama eksplorasi batu difnensi adalah untuk menentukan variasi geologi, yang diperoleh dengan cara pengeboran inti. Evaluasi variasi geologi yang dilakukan selama kegiatan eksplorasi ini, antara lain : i) Pemetaan tipe batuan, yang akan digunakan untuk menentukan stratigrafi dan kontinuitas batuan. ii) Struktur geologi. iii) Soundness system analysis, yaitu analisis tekstur batuan seperti perlapisan, bidang belahan (rift/ bed), kekar, skistositas, dan lain-lain. Variasi geologi ini sangat penting, karena sangat menentukan dalam perencanaan dan rancang bangun kuari batu dimensi, terutama menyangkut metode penambangan dan arah penggalian. (Sudrajat, 1997) b. Penambangan Merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan. (Sudrajat, 1997) c. Pembersihan Lahan (Land Clearing) Pembersihan lahan pada lokasi penambangan dilakukan secara simultan dengan pengupasan tanah penutup. Pekerjaan ini dilakukan bertahap sesuai dengan arah kemajuan penambangan yang direncanakan. Peralatan yang digunakan dalam tahap pembersihan ini adalah bulldozer dan excavator. (Tenriajeng, 2003) d. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping of Overburden) Top soil pada pekerjaan konstruksi (bangunan, jalan, dan lain-lain) merupakan material yang hams dibuang karena dapat berakibat kurang stabil terhadap hasil suatu pekerjaan pemindahan tanah. Lain halnya
jika tujuan pemakaian adalah untuk pertanian / perkebunan, maka top soil merupakan unsur yang sangat berguna sehingga hams ditangani dengan cermat dan hati-hati agar kerusakan dan kehilangan tanah humus tersebut dapat diminimalisir. Begitu pula pada pekerjaanpekerjaan
mining,
penambangan
nikel,
timah,
dan
batu
bara
dilaksanakan dengan menyisihkan atau menyimpan top soil di suatu tempat, yang nantinya setelah selesai mendapatkan hasil tambang bisa dipakai kembali untuk reklamasi (back felling) sehingga kondisi permukaan tanah bisa dilakukan penanaman kembali (reboasasi). Kegiatan untuk mengupas top soil tersebut dinamakan stripping. (Tenriajeng, 2003) e. Peledakan Peledakan didefinisikan sebagai proses kimia, fisik, dan mekanik yang mana termasuk dalam inisiasi bahan peledak untuk keperluan pengahncuran material, menggerakan material, memisahkan beberapa blok batuan untuk bahan bangunan, menghancurkan bangunan dan konstruksi, atau bahkan menghasilkan gelombang seismik. Bahan peledak sering diletakan di lubang bor dalam batuan. Namun, bahan peledak tersebut mungkin diletakan pada permukaan batuan. Pengisian bahan peledakan pada permukaan sering membutuhkan pengisian tertentu hingga 10 kali lebih, biasanya hanya diperlukan 3 kali untuk menempatkan pengisian bahan peledakan secara benar untuk peletakan yang benar-benar sesuai.(Konya dan Walter, 1991) Peledakan merupakan cara yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri pertambangan. Perhitungan geometri peledakan harus sesuai dengan kondisi geologi batuan yang akan diledakan dan dengan pola peledakan yang sesuai dengan kondisi lapangan kerja. Kegiatan peledakan yaitu suatu upaya pemberaian batuan dari batuan induk menggunakan bahan peledak. Menurut kamus pertambangan umum, bahan peledak adalah senyawa kimia yang dapat bereaksi dengan cepat apabila diberikan suatu perlakuan, menghasilkan sejumlah gas bersuhu dan bertekanan tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Suatu
operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan penambangan apabila : i. Target produksi terpenuhi ii.
(dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan) Penggunaan bahan peledak efisien
yang dinyatakan
dalam jumlah batuan yang berhasil dibongkar per kilogram iii.
bahan peledak (disebut powder faktor ). Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah (kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar
iv.
per peledakan). .Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada
v. vi.
overbreak,overhang, retakan - retakan). Aman. Dampak terhadap lingkungan minimal. (Koesnaryo, 1998)
f. Pengangkutan Pengangkutan material (tanah) oleh alat angkut dilakukan dengan menggunakan dump truck, motor scrapper atau wheel loader (load and carry) atau bisa juga dengan bulldozer jika jarak angkut kurang dari 100 meter. Pada hauling yang menggunakan dump truck biasanya pada hauling roadmesti dilakukan pada road maintenance yang biasanya dilakukan motor grader. (Tenriajeng, 2003) g. Dumping Dumping merupakan pekerjaan penimbunan material. Pekerjaan penimbunan dipengaruhi oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut selama melakukan penimbunan (Indonesianto, 2013). 2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja (Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012). Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan juga disertai dengan kerugian materi maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat tidak diinginkan. a) Keselamatan Kerja Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas. 2) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja. 3) Teliti dalam bekerja 4) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja b) Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja ditempat bekerja. Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh: 1) Mesin 2) Alat angkut 3) Peralatan kerja yang lain 4) Bahan kimia 5) Penyebab yang lain (Brauer, R.L, 2006) 3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang sangat
penting
khususnya
perusahaan
industri
guna
melindungi
produktivitas kerja pegawai. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut : a) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja c) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien (Permenaker No. 5 Tahun 1996). 4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3) Agar pelaksanaan suatu kegiatan berjalan dengan baik dan lancar, dibutuhkan sebuah sistem yang mengatur pelaksanaan tersebut agar tidak keluar dari ketentuan yang ada, begitu juga dengan pelaksanaan K3, agar pelaksanaan K3 berjalan dengan konsep perusahaan dan peraturan yang berlaku maka diperlukan sebuah sistem. Sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 1996, maka perusahaan yang memiliki seratus atau lebih karyawan, pekerjaannya mengandung resiko serta dapat mengakibatkan kecelakaan dan kerugian maka perlu SMK3 yang bertujuan untuk meninjau pelaksanaan K3 di perusahaan. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Permenaker No. 5 Tahun 1996). SMK3 diperlukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh faktor manajemen, manusia dan teknis serta tuntutan produk berkualitas yang dikaitkan dengan hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan. Atas dasar tersebut SMK3 diperlukan
untuk
menjamin
peningkatan
penerapan
K3.
Dalam
pelaksanaannya SKM3 memiliki 5 prinsip yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, kelima prinsip tersebut antara lain : 1) Komitmen dan kebijakan 2) Perencanaan SMK3 3) Penerapan SMK3 4) Pengukuran dan evaluasi 5) Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen Apabila kelima prinsip tersebut sesuai dengan pelaksanaannya di lapangan maka kedepannya akan menciptakan peningkatan yang berkelanjutan. Untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, perusahaan dituntut untuk menjalankan sebuah kepemimpinan dan komitmen dalam pelaksanaan penerapan K3. Tugas dan tanggung jawab manajemen untuk menunjukan komitmennya dalam penerapan K3 berdasarkan kriteria audit K3 antara lain : 1) Menempatkan organisai K3 2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain. 3) Menetapkan personil sesuai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3 4) Perencanaan K3 yang terkoordinasi 5) Penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 Disamping hal-hal diatas, manajemen juga memiliki tugas untuk melakukan tinjauan, kebijakan, perencanaan dan penerapan K3. Tugas dan
tanggung jawab manajemen dalam melakukan tinjauan awal K3 antara lain: 1) Identifikasi kondisi yang ada 2) Identifikasi sumber daya yang ada berkaitan dengan kegiatan perusahaan 3) Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi serta hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan K3 4) Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan 5) Peraturan perundang-undangan dan standar K3 yang berkaitan dengan tinjauan awal K3 (Permenaker No. 5 Tahun 1996) 5. Tugas Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a) Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan pencegahan kecelakaan; b) Mengumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran kepada Kepala Teknik Tambang tentang tata cara kerja, alat-alat penambangan, dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri; c) Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi, dan lain sebagainya; d) Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim Penyelamat Tambang; e) Menyusun statistik kecelakaan dan f) Melakukan evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Keputusan Menteri 555 Pasal 24, tentang tugas bagian keselamatan dan kesehatan kerja) 6. Klasifikasi Kecelakaan Tambang
Kecelakaan Tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang atau orang yang mendapat izin masuk. Adapun Pengertian accident dalam kecelakan tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cidera pada manusia, kerusakan barang, ganguan terhadap pekerjaaan dan pencemaran lingkungan, Sedangkan incident dalam kecelakan tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident. a) Unsur-unsur Kecelakaan Tambang Dalam
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum (pasal 29), yang dimaksud dengan
Kecelakaan Tambang harus memenuhi 5 ( lima ) unsur sebagai berikut : a) Benar – benar terjadi. b) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang. c) Akibat kegiatan usaha pertambangan d) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap orang yang diberi izin e) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha Pertambangan atau wilayah proyek. b) Penyebab Kecelakaan Tambang yang Umum Telah banyak penelitian dilakukan untuk menemukan beberapa hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada kegiatan di tambang, antara lain ialah (Dhillon, B.S, 1947) : Tabel 1. Jenis-jenis kecelakaan yang umum
Pada gambar dibawah ini merupakan diagram penyebab utama kecelakaan di tambang
Gambar 1. Diagram Penyebab Utama Kecelakaan di Tambang
Menurut
H.W
Heinrich,
penyebab
kecelakaan
pada
dasarnya
disebabkan oleh : i.
Tindakan tidak aman Menurut teori H.W Heinrich penyebab kecelakaan sebesar 88% disebabkan oleh tindakan tidak aman, antara lain karena tidak mengenakan alat proteksi atau alat pelindung diri, tidak mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan, tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja yang telah ditetapkan, pada dasarnya hal tersebut disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Adapun
faktor-faktor dari tindakan tidak aman ialah :
ii.
Tenaga kerja yang tidak tahu
Kurangnya keterampilan tenaga kerja
Kacaunya sistem manajemen K3
Kondisi tidak aman Menurut teori H.W Heinrich penyebab kecelakaan 10% dikarenakan oleh Kondisi tidak aman. Kondisi Tidak Aman adalah kondisi fisik atau keadaan lingkungan kerja yang memungkinkan untuk menimbulkan kecelakaan. Adapun Faktor - Faktor Penyebab Kondisi Tidak Aman antara lain :
Adanya
bahan
atau
benda
yang
potensial
menimbulkan bahaya (Potensial Hazard)
iii.
Tempat Kerja yang Berbahaya.
Perlengkapan fisik dan penataan kurang baik.
Nasib atau takdir Penyebab kecelakaan ini merupakan kehendak dari Tuhan dan memiliki presentase sebesar 2%. (Safety Intitute of Australia, 2012)
Gambar 2. Teori Domino yang dikemukan oleh H.W Heinrich
c) Kecelakaan Tambang Menurut Sifat Kecelakaan dan Cidera Dalam
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum (pasal 40), yang dimaksud dengan cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori sebagai berikut : a) Cidera Ringan. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur. b) Cidera Berat. i.
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu termasuk hari minggu dan hari libur.
ii.
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula.
iii.
Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami cidera seperti salah satu dibawah ini :
Keretakan
tengkorak
kepala,
tulang punggung,
pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki.
Pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen.
Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap dan
Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
c) Mati Kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut. (Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
555.K/26/M.PE/1995) J. WAKTU DAN JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR Waktu pelaksanaan Tugas Akhir di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk yang pemohon usulkan adalah dimulai sejak tanggal 17 Januari 2017 sampai dengan 25 Februari 2017. Adapun jawal pelaksanaan Tugas Akhir yang Pemohon usulkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: No
Kegiatan
1
Orientasi Lapangan
2
Pengamatan dan Observasi
3
Pengambilan dan Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisa Data
5
Pembuatan dan Penyusunan Laporan
Minggu 1-3
Minggu 4-6
Minggu 7-8
K. PENUTUP Demikian proposal Tugas Akhir ini Pemohon buat untuk menggambarkan tujuan dilakukan studi Tugas Akhir di perusahaan ini. Besar harapan Pemohon untuk dapat melaksanakan Tugas Akhir di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk ini dan membantu mencari pemecahan masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Pemohon menyadari bahwa pada saat pelaksanaan Tugas Akhir ini akan sedikit mengganggu kegiatan perusahaan dan untuk itu sebelumnya Pemohon meminta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Atas bantuan dan perhatiannya Pemohon ucapkan terima kasih. L. DAFTAR PUSTAKA Arie, K.S. 2014. Kajian Teknis Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Penambangan Andesit di PT. Argowatu Berkah Alam, Kab Cilegon, Banten. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta Arismunandar. 2013. Kajian Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Rangka Penyusunan Standard Operation Procedure (SOP) Pada PT. Sugih Alamnugroho , Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta. Brauer, R.L. 2006. Safety for Engginers. Jhon Wiley & Sons. New Jersey Dhillon B.S. 1947. Mining Realibity, Maintability, and Safety. Department of Mechanical Engineering. Ottawa, Canada. Health and Safety Alliance. 1968. Model of Causation : Safety. Safety Institute of Australia. Australia Indonesianto, Y. 2013. Pemindahan Tanah Mekanis. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogjakarta. Yogyakarta. International Labour Office. 2009. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. ILO. Jakarta Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555 K/26/M.PE/95. 1995. Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Direktorat Pertambangan Umum. Jakarta Konya, C.J. dan Edward J.W. 1991. Rock Blasting and Overbreak Control. United States of America : National Highway Institute. Modul Kursus Juru Ledak Kelas II. 2011. Keselamatan Kerja Peledakan. Pusdiklat Minerba. Jakarta Partanto. 1975. Pemnidahan Tanah Mekanis. Institut Teknologi Bandung. Bandung Prodjosoemarto, P. 2000. Ensiklopedia Pertambangan Edisi 3. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/96. 1996. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kementerian Seketariat Negara RI. Jakarta
Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. 2012. Penerapan Sistem Manajemen Keselematan dan Kesehatan Kerja. Kementrian Seketariat Negara RI. Jakarta Sudrajat, A. 1997. Bahan Galian Industri. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral. Tenriajeng, A. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta : Gunadarma. Undang-undang Nomor I Tahun 1970. 1970. Keselamatan Kerja. Kementerian Seketariat Negara RI. Jakarta Wulandari, K.T. 2015. Pelaksanaan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3) Pada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta