1 ANALISIS UJI COBA SOAL BIOLOGI KELAS XII SEMESTER 2 DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG
LAPORAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Dosen Pembina Ibu Dra. Yuni Pantiwati, MM. M.Pd.
Disusun Oleh : Muhammad Jakfar Sadiq Wadzarul Fakhisyi Khairul Umam AD. Abdul Hafid Habib Sazali Purnamasari Widyastuti Miftakhurrohmi Khoirin Maghfiroh Ismi Nurul Qamariyah Annauratus Sholiha Yeni Puspitasari Alda Eka Puspitasari Rini Handayani Yuliati Setiya Titin N.
06330072 06330071 06330077 06330055 06330053 06330043 06330064 06330087 06330074 06330083 06330046 06330076 06330085 06330061 06330089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2009
2 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
pengukuran,
penilaian,
dan
evaluasi
pendidikan
merupakan
masalahnyang selalu terkandung dalam pekerjaan dan pendidikan keguruan, sehingga oleh karena itu, sudah seharusnya menjadi salah satu bagian yang penting dalam kelengkapan keahlian seorang guru. Bahkan tidak hanya sekedar menjadi salah satu bagian saja, akan tetapi sebaliknya merupakan bagian yang integral, yang tidak terpisahkan dari proses mengajar dan belajar. Tanpa titik tolah dasar pikiran yang serupa ini, maka pengukuran, penialaian dan evaluasi pendidikan tidak akan menunaikan fungsi sebagaimana mestinya. Ada dua macam arah pandang, yang dapat merugikan effisiensi penunian fungsi pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan, yaitu (1) pandangan yang menganggap bahwa untuk melaksanakan pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan tidak diperlukan persiapan-persiapan yang disengaja dan sistematika, sehingga siapa saja akan bisa melakukannya; dan (2) pandangan yang mengatakan bahwa pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan merupakan kegiatan yang lepas dari belajar mengajar atau setidak-tidaknya, merupakan kegiatan pengiring yang dilakukan dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Kedua pandangan ini, tentu saja memperbesar kemungkuinankemungkinan tidak dilaksanakannya pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan sesuai dengan dasar-dasar pikiran yang seharusnya, bahkan secara sengaja atau tidak kemungkinan terjadinya cara-cara pelaksanaan yang menyimpang dari prinsip-prinsip pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penialai, pengukuran, dan evaluasi pendidikan dengan proses belajar mengajar, maka dilakukanlah observasi dengan cara memberikan uji coba soal biologi SMA Kelas XII Semester 2 di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, pada tanggal 19 Desember 2008 dengan materi pelajaran Sistem Pencernaan pada Manusia dan Hewan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
di
atas,
maka
ada
beberapa
permasalahan yang akan dipecahkan, yaitu : 1) bagaimanakah tingkat kesulitan butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 2) bagaimankah daya pembeda butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 3) bagaimankah tingkat validitas dan reabilitas butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa s iswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; dan 4) apakah masing-masing distraktor soal uji coba sudah berfungsi dengan baik?
2 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
pengukuran,
penilaian,
dan
evaluasi
pendidikan
merupakan
masalahnyang selalu terkandung dalam pekerjaan dan pendidikan keguruan, sehingga oleh karena itu, sudah seharusnya menjadi salah satu bagian yang penting dalam kelengkapan keahlian seorang guru. Bahkan tidak hanya sekedar menjadi salah satu bagian saja, akan tetapi sebaliknya merupakan bagian yang integral, yang tidak terpisahkan dari proses mengajar dan belajar. Tanpa titik tolah dasar pikiran yang serupa ini, maka pengukuran, penialaian dan evaluasi pendidikan tidak akan menunaikan fungsi sebagaimana mestinya. Ada dua macam arah pandang, yang dapat merugikan effisiensi penunian fungsi pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan, yaitu (1) pandangan yang menganggap bahwa untuk melaksanakan pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan tidak diperlukan persiapan-persiapan yang disengaja dan sistematika, sehingga siapa saja akan bisa melakukannya; dan (2) pandangan yang mengatakan bahwa pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan merupakan kegiatan yang lepas dari belajar mengajar atau setidak-tidaknya, merupakan kegiatan pengiring yang dilakukan dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Kedua pandangan ini, tentu saja memperbesar kemungkuinankemungkinan tidak dilaksanakannya pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan sesuai dengan dasar-dasar pikiran yang seharusnya, bahkan secara sengaja atau tidak kemungkinan terjadinya cara-cara pelaksanaan yang menyimpang dari prinsip-prinsip pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penialai, pengukuran, dan evaluasi pendidikan dengan proses belajar mengajar, maka dilakukanlah observasi dengan cara memberikan uji coba soal biologi SMA Kelas XII Semester 2 di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, pada tanggal 19 Desember 2008 dengan materi pelajaran Sistem Pencernaan pada Manusia dan Hewan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
di
atas,
maka
ada
beberapa
permasalahan yang akan dipecahkan, yaitu : 1) bagaimanakah tingkat kesulitan butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 2) bagaimankah daya pembeda butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 3) bagaimankah tingkat validitas dan reabilitas butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa s iswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; dan 4) apakah masing-masing distraktor soal uji coba sudah berfungsi dengan baik?
3 1.3
Tujuan Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya uji
coba soal biologi di MAN 3 Malang, Ma lang, seperti di bawah ini. 1. untuk mengetahui tingkat kesulitan butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa s iswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 2. untuk mengetahui daya pembeda butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; 3. untuk mengetahui validitas dan reabilitas butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada siswa s iswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; dan 4. untuk mengetahui fungsi dari masing-masing distraktor dari soal uji coba.
1.4
Manfaat Adapun manfaat dari kegiatan uji coba soal ini, yaitu memberikan suatu
pengetahuan kepada guru akan hubungan antara penialia, pengukuran, dan evaluasi pendidikan dengan proses dan hasil belajar mengajar yang dilakukannya dan sebagai bahan intropeksi diri akan cara-cara atau prinsip-prinsip yang kurang dipenuhi untuk mengetahui keberhasilan akan alat evaluasi yang selama ini digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswanya. Selain itu, manfaat bagi siswa adalah siswa tidak lagi menjadi kambing hitam atas kekeliruan yang dilakukan guru dalam melaksanakan penilaian, pengukuran , dan evaluasi pendidikan lebih-lebih dalam menetapkan hasil belajar mengajar yang telah diikuti oleh siswa sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Dengan demikian, keadilan dapat terwujud dimana siswa nantin ya akan memperoleh nilai sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi haknya atau secara obyektif, bukan secara subyektif subyekt if..
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Penilaian
2.1.1
Penilaian Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan t ingkah-laku siswa.
2.1.1.1 Fungsi Penilaian a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan instruksional. b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain. c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai prestasi yang dicapainya.
2.1.1.2 Tujuan Penilaian a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah-laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkannya. Dalam hal ini para siswa diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek intelektual, social, emosional, moral, dan ketrampilan. c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran atau strategi yang diberikan kepadanya.
5 d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak pihak yang berkepentingan yakni pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester, dan caturwulan.
2.1.2
Jenis dan Sistem Penilaian
2.1.2.1 Jenis Penilaian Dilihat dari fungsinya jenis penilaian ada beberapa macam antara lain: a. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses. c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahankelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus dan lain-lain. d. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. e. Penilaian
penempatan
adalah
penilaian
yang
ditujukan
untuk
mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa. Dilihat dari alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi : a. Tes 1. Lisan
y
Individual
y
Kelompok
2. Tulisan
y
Esai Berstruktur Bebas Terbatas
y
Objektif Benar-salah Menjodohkan
6 Isian pendek Pilihan ganda
3. Tindakan
y
Individual
y
Kelompok
b. Non-tes 1. Observasi
y
Langsung
y
Tak langsung
y
Partisipasi
2. Kuisioner / wawancara
y
Berstruktur
y
Tak berstruktur
3. Skala
y
Penilaian
y
Sikap
y
Minat
4. Sosiometri 5. Studi kasus 6. Ceklist
2.1.2.2 Sistem Penilaian Sistem penilaian adalah cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah menguasai tujuan instruksional ataukah belum. Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua system, yakni : a. PAN (Penilaian Acuan Norma) PAN adalah penilaian yang diajukan kepada rata-rata kelompoknya. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa di dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa, dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Sehingga dapat diperoleh tiga kategori prestasi siswa, yakni : di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah ratarata kelas. Keuntungan system ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar. b. PAP (Penilaian Acuan Patokan)
7 2.2
Analisis Butir Soal
2.2.1
Analisis Butir Soal secara Kualitatif
2.2.1.1 Pengertian Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan. Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban atau pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
2.2.1.2 Teknik Analisis secara Kualitatif Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari/
memperbaiki
berdasarkan
ilmu
yang
dimilikinya.
Setiap
komentar/masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal. Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan : butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian atau penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti. Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki latar belakang materi yang diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk menelaah butir soal memiliki keterampilan, seperti guru yang mengajarkan materi itu, ahli materi, ahli pengembang kurikulum, ahli penilaian, psikolog, ahli bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.
8 2.2.1.3 Prosedur Analisis Secara Kualitatif Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes. Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya adalah seperti berikut ini. 1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format. 2. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria. 3. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
2.2.2
Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
2.2.2.1 Pengertian Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.
2.3.2.2 Analisis Butir Soal Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern. 1. Klasik Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik . Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene, 1993: 358). Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah seperti beberapa contoh di bawah ini. a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang: (1) menjawab benar pada setiap soal, (2) menjawab salah (option pengecoh), (3) tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik. b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan
9 10 lembar jawaban pada kelompok bawah. (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6) Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319). Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.
a. Tingkat Kesukaran (TK) Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK = 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkuta n dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunaka n untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko, 1996: 310).
Tingkat Kesukaran(TK ) !
Jumah siswa yang menjawab benar butir soal Jumlah siswa yang mengikutites
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Mean!
Jumah skor . siswa pesertates pada suatu soal Jumlah pesertadidik yang mengikutites
Tingkat Kesuli tan !
Mean Skor maksimum yang ditetapkan
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini.
10 0,00 - 0,30 soal tergolong sukar 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed. Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313). Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal. Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1981: 270271). Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk mempredikst alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut. 1) Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi. 2) Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan. Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut. 1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban. 2) Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar. 3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai. 4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda). 5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang. Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat
11 kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias.
b. Daya Pembeda (DP) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara kelompok siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan kelompok siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini. 1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak. 2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini. a. Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat. b. Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar c. Kompetensi yang diukur tidak jelas d. Pengecoh tidak berfungsi e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak f. Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini. DP !
BA BB 1 2
N
atau
DP
2(BA BB ) N
!
DP = daya pembeda soa l, BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
12 BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah, N = jumlah siswa yang mengerjakan tes. Di samping rumus di atas, untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunukan rumus korelasi point biserial (r pbis) dan korelasi biserial (r bis) (Miliman and (ireene, 1993: 359-360) dan (Glass and Stanley, 1970: 169-170) seperti berikut.
r pbis
X b X s pq SD
!
rbis
Y b Y s
!
SD
dan
n
.
un
b.ns n
2
n
Xb, Yb adalah rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab benar Xs, Ys adalah rata-rata skor warga belajar siswa yang menjawab salah SDt adalah simpangan baku skor total nb dan n, adalah jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah siswa yang menjawab salah, serta nb + n, = n. p adalah proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa q adalah I ±p U adalah ordinat kurva normal. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini. DP !
Mean kelompok atas Mean kelompok awah Skor maksimum soal
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Crocker dan Algina, 1986: 315). 0,40 - 1,00
soal diterima baik
0,30 - 0,39
soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29
soal diperbaiki
0,19 - 0,00
soal tidak dipakai/dibuang
r pbis merupakan korelasi product moment antara skor dikotomus dan pengukuran
kriterion, sedangkan rbis merupakan korelasi product moment antara variabel latent distribusi normal berdasarkan dikotomi benar-salah dan pengukuran kriterion. Oleh karena itu, untuk perhitungan pada data yang sama rpbis = 0, sedangkan r bis paling sedikit 25% lebih besar daripada rpbis. Kedua korelasi ini masing-masing memiliki kelehihan (Millman and Greene, 1993: 360) walaupun para guru/pengambil kebijakan banyak yang suka menggunakan rpbis. Kelebihan korelasi point biserial: (1) memberikan refleksi konstribusi soal secara sesungguhnya terhadap fungsi tes. Maksudnya ini mengukur bagaimana baiknya soal berkorelasi dengan criterion (tidak bagaimana baiknya beberapa/secara abstrak); (2)
13 sederhana dan langsung berhubungan dengan statistik tes, (3) tidak pernah mempunyai value 1,00 karena hanya variabel-variabel dengan distribusi bentuk yang sama yang dapat berkorelasi secara tepat, dan variabel kontinyu (kriterion) dan skor dikotonius tidak mempunyai bentuk yang sama. Adapun kelebihan korelasi biserial adalah: (1) cenderung lebih stabil dari sampel ke sampel, (2) penilaian lebih akurat tentang bagaimana soal dapat diharapkan untuk membedakan pada beberapa perbedaan point di skala abilitas, (3) value rbis yang sederhana lebih langsung berhubungan dengan indikator diskriminasi ICC.
c. Penyebaran (distribusi) jawaban Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh: 1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/siswa, 2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi.
d. Reliabilitas Skor Tes Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks reliabilitas berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1), makin tinggi pula keajegan/ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reproducibel, dan generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Secara rinci faktor yang mempengaruhi reliabilitas skor tes di antaranya: 1)
Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes.
2)
Semakin lama waktu tes, semakin ajek.
3)
Semakin sempit range kesukaran but ir soal, semakin besar keajegan.
4)
Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.
5)
Semakin objektif pemberian skor, semakin besar keajegan.
6)
Ketidaktepatan pemberian skor.
7)
Menjawab besar soal dengan cara menebak.
8)
Semakin homogen materi semakin besar keajegan.
9)
Pengalaman peserta ujlan.
10) Salah penafsiran terhadap butir soal. 11) Menjawab soal dengan buru-buru/cepat. 12) Kesiapan mental peserta ujian. 13) Adanya gangguan dalam pelaksanaan tes. 14) Jarak antara tes pertama dengan tes kedua. 15) Mencontek dalam mengerjakan tes. 16) Posisi individu dalam belajar. 17) Kondisi fisik peserta ujian. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan reliabilitas skor tes, yaitu :
14 1) Keajegan pengukuran ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran pertama dan kedua dari sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang sama. 2) Keajegan pengukuran setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama. 3) Keajegan belah dua: kesesuaian antara hasil pengukuran belahan pertama dan belahan kedua dari alat ukur yang sama. Penggunaan rumus untuk mengetahui koefisien ketiga jenis reliabilitas di atas dijelaskan secara rinci berikut ini.
e. Reliabilitas Instrumen Tes (soal bentuk pilihan ganda) Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini. KR 20 !
k « ¬1 k 1 -
§ p(1 p) »¼ (S D )2
½
Keterangan: k (SD)
: Jumlah butir soal 2
: Varian
2. Modern Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu scal dengan kemampuan siswa. Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT), atau characteristics curve theo ry (ICC). Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phi-gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait Theory), kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal (Item Response Theory) (McDonald, 1999: 8). Dalam subbab ini akan disajikan kelebihan analisis secara IRT dan kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang.
1. Kelebihan Analisis IRT Untuk mengetahui kelebihan analisis IRT, maka para guru perlu mengetahui keterbatasan analisis secara klasik. Keterbatasan model pengukuran secara klasik bila dibandingkan dengan teori jawaban butir soal adalah seperti berikut (Hambleton, Swaminathan, dan Rogers, 1991: 2-5). (1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah "true score". Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan
peserta didik tinggi. (2) Tingkat kesukaran soal
didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan. (3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup peserta didik. Adapun kelebihan IRT adalah bahwa: (1)
15 IRT tidak berdasarkan grup dependent, (2) skor siswa dideskripsikan bukan test dependent, (3) model ini menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) IRT tidak memerlukan paralel tes untuk menentukan relilabilitas tes, (5) IRT suatu model yang memerlukan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat kemampuan. Kelemahan teori tes klasik di atas diperkuat Hambleton dan Swaminathan (1985: 1-3) yaitu: (1) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung pada sampel; (2) penggunaan metode dan teknik untuk desain dan analisis tes dengan memperbandingkan kemampuan siswa pada pernbagian kelompok atas, tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari tingkat kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap siswa; (3) konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes paralel; (4) tidak ada dasar teori untuk menentukan bagaimana siswa memperoleh tes yang sesuai dengan kemampuan siswa; (5) Standar error of measurement (SEM) hanya berlaku untuk seluruh peserta didik. Selanjutnya Hambleton dan Swaminathan (1985: 13) menyatakan bahwa tujuan utama IRT adalah memberikan kesamaan antara statistik soal dan estimasi kemampuan. Ada tiga keuntungan IRT adalah: (1) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen; (2) asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal; (3) statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana, (Hableton dan Swaminathan, 1985: 11). Jadi IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa. Namun kelemahan bekerja dengan model IRT adalah bekerja melalui suatu proses yang sulit karena kelebihan IRT adalah: (1) tanpa varian pada parameter butir soal, (2) tanpa varian pada parameter abilitas, (3) adanya ketepatan pada pengukuran lokal, (Bejar, 1983: 3-4). Ada empat macam model 1RT (Hambleton, 1993: 154-157; Hambleton dan Swaminathan, 1985: 34-50). (1) Model satu parameter (Model Rasch), yaitu untuk menganalisis data yang hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran coal. (2) Model dua paremeter, yaitu untuk menganalisis data yang hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. (3) Model tiga parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan menebak (guessing). (4) Model empat parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran soal, daya beda soal, menebak, dan penyebab lain. Hambleton dan Swaminathan (1985: 48) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak selalu menjawab soal dengan betel. Kadang-kadang mereka sembrono (mengerjakan dengan serampangan), memiliki informasi yang berlebihan, sehingga mereka menjawab salah pada suatu soal. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan model 4 parameter. Dari keempat model itu tidak sama penekanannya dan sudah barang tentu tiaptiap model itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu dapat
16 diklasifkasikan sesuai dengan jumlah parameter yang ditentukan pada masing-masing model dan tujuan menggunakan model yang bersangkutan. Adapun contoh kurva ciri soal model satu parameter atau Rasch terlihat seperti pada grafik di bawah ini. Peluang menjawab benar
1,00 0,90 1
2
3
0,50
0,30 -3
-2
-1
-0,52
0
0,87 1
1,28
Kemampuan Siswa
2. Kalibrasi Butir Soal dan Pengukuran Kemampuan Orang. Kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang
merupakan proses
estimasi parameter pada model respon butir. Model persamaan dasar Rasch adalah model probabilistik yang mencakup hasil dari suatu interaksi butir soal-orang. Proses mengestimasi
kemampuan
orang
dinamakan
pengukuran,
sedangkan
proses
mengestimasi parameter tingkat kesukaran butir soal dinamakan kalibrasi. Jadi kalibrasi soal merupakan proses penyamaan skala soal yang didasarkan pada tingkat kesukaran butir soal dan tingkat kemampuan siswa. Adapun ciri suatu skala adalah mempunyai titik awal, biasanya 0, dan mempunyai satuan ukuran atau unit pengukuran. Prosedur estimasi dapat dilakukan dengan tangan atau komputer. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalibrasi butir dan menguki.r kemampuan orang dengan tangan (Wright and Linacre, 1992: 32-45) seperti berikut ini.
a. Menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir soal ke dalam tabel Dalam menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir ke dalam tabel perlu disediakan kolom: (1) siswa, (2) butir soal, (3) skor siswa, dan (4) skor butir soal. Data berbentuk angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.
b. Mengedit Data Berdasarkan model Rasch, butir soal yang dijawab siswa betul semua atau salah semua dan siswa yang dapat menjawab dengan betul semua atau salah semua, soal atau siswa yang bersangkutan tidak dianalisis atau dikeluarkan dari tabel. Pada langkah kedua ini perlu disediakan tambahan kolom: (1) proporsi skor siswa dan (2) proporsi skor butir soal. Proporsi skor
peserta didik adalah skor siswa : jumlah butir soal; sedangkan
proporsi skor soal adalah skor soal : jumlah siswa.
17 c. Menghitung Distribusi Skor Soal Berdasarkan skor soal yang sudah diedit, maka skor soal diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan skor yang sama. Untuk memudahkan penghitungan Distribusi skor butir soal, maka perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, seperti kolom: (1) kelompok skor soal (i) yaitu kelompok skor yang didasarkan pada skor soal yang sama, kolom ini berhubungan langsung dengan kolom 2 dan kolom 3; (2) nomor -
butir soal, (3) skor soal (Si), (4) frekuensi soal (Fi) yaitu jumlah soal yang memiliki skor soal sama; (5) proporsi benar (Pi) yaitu Si : jumlah peserta tes; (6) proporsi salah (1-Pi), (7) logit (log odds unit)-proporsi salah (Xi) yaitu Ln [(1 -Pi)/Pi], (8) hasil kali frekuensi 2
soal dengan logit proporsi salah (FiXi), (9) kuadrat logit propo rsi salah (FiXi) , (10) hasil 2
kali frekuensi soal dengan kuadrat logit proporsi salah(FiXi ), (11) inisial kalibrasi butir °
soal yaitu di = Xi - nilal rata-rata skor soal, dan (12) hasil kali antara frekuensi soal dengan kuadrat nilai rata-rata skor coal (FIX ?).
d. Menghitung Distribusi Skor Peserta Didik Untuk memudahkan di dalam menghitung distribusi skor disusun beberapa kolom yaitu kolom: (1) kemungkinan skor
peserta didik perlu
peserta didik (r) yang
disusun secara berurutan dimulai dan skor terendah sampai tertinggi; (2) skor peserta didik, yaitu berupa toli skor peserta didik; (3) frekuensi peserta didik (nr) yang -
memperoleh skor; (4) proporsi benar (Pi ) yaitu skor peserta didik dibagi jumlah soal, (5) logit proporsi benar (Yr) yaitu Ln [Pr/(1-Pr)]; (6) perkalian antara frekuensi siswa dengan logit proporsi benar (nrYr); (7) logic proporsi benar yang dikuadraktan (Yr kuadrat); (8) hasil perkalian antara frekuensi
peserta didik dengan logic proporsi benar yang
dikuadratkan (nrYr kuadrat); (9) inisial pengukuran kemampuan peserta didik (br Yr); (10) perkalian antara frekuensi peserta didik dengan nilai rata-rata skor peserta didik (nrYr kuadrat).
e. Menghitung faktor ekspansi kemampuan peserta didik (x) dan kesukaran butir soal (Y). Dalam menghitung faktor ekspansi diperlukan variasi distribusi kelompok skor soal (U) dan variance distribusi kelompok skor siswa (V). Faktor ekspansi kemampuan 2
peserta didik terhadap keluasan tes adalah X = [ (I 4-U/2,89)/ (1-UV/8,35)]" Faktor ekspansi kemampuan peserta didik terhadap penyebaran sampel adalah X =_ [ 12
(1+U/2,89)/ (1-UV/8,35)]
f. Menghitung Tingkat Kesukaran dan Kesalahan Standar Butir Soal Dalam menghitung tingkat kesukaran dan kesalahan standar soal perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, yaitu kolom: (1) kelompok skor soal (1); (2) nomor soal; (3) inisial kalibrasi soal (d); (4) faktor ekspansi kesukaran soal terhadap penyebaran sampel (Y); (5) tingkat kesukaran soal atau Yd; = d;; (6) skor soal (S); (7) kesalahan standar kalibrasi soal yang dikoreksi [SE(di)] atau SE = [ N/Si (N-Si)]
ll2
18 g. Menghitung Tingkat Kemampuan dan Kesalahan Standar Siswa Dalam menghitung tingkat kemampuan dan kesalahan standar siswa disusun beberapa kolom, yaitu kolom: (1) kemungkinan skor siswa (r); (2) initial pengukuran kemampuan siswa (br); (3) faktor ekspansi kemampuan siswa terhadap keluasan tes (X); (4) tingkat kemampuan siswa (br) atau (Xbr); (5) kesalahan standar pengukuran 112
kemampuan siswa yang dikoreksi [SE (br)] yaitu X [ L/r (L-r)]
; (6) peserta tes.
h. Menghitung probabilitas atau peluang menjawab benar setiap butir soal [P(0)}. Untuk menghitung peluang menjawab benar setiap butir pada model Rasch atau model satu parameter digunakan rumus berikut ini. °
e IX Pi (0) =
bi)
1 + e D(O - bi)
1 atau Pi (0) =
1 + e D(E) - bi)
Estimasi data yang lebih teliti dan akurat hasilnya adalah menggunakan komputer seperti menggunakan program Bigsteps. Dalam program Bigsteps, estimasi data digunakan metode Appoximation Maximum Likelihood (PROX) dan Unconditional Maximum Likelihood (UCON). Untuk menghasilkan hasil yang akurat, estimasi data dengan komputer dapat melakukan iterasi maksimum untuk metode PROX, misal bisa sampai 20 kali kemudian dilanjutkan dengan metode UCON sampai dengan 50 kali tergantung banyaknya data. Perbedaan hasil kalibrasi pada setiap iterasi semakin lama semakin kecil dan akan berhenti bila prosesnya sudah terpenuhi (converge) atau lebih kecil dari 0,01. Kriteria data sesuai dengan model Rasch adalah apabila hasil korelasi point bhiserial tidak negatif dan outfitnya < 2 baik outfit butir soal maupun outfit orang. Hal ini menunjukkan bahwa data adalah fit dengan model. Maksudnya bahwa data soal sesuai dengan model Rasch atau valid yang memiliki mean= 0 dan SD=1. Metode pengujian fit tergantung pada jumlah butir soal dalam tes: (a) tes sangat pendek (10 atau beberapa butir), (b) tes pendek (11-20 butir), atau (c) tes panjang ( >20 butir). Outfit orang maksudnya statistik orang menunjukkan bagaimana perilaku yang tidak diharapkan pada butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran jauh dengan kemampuan orang yang bersangkutan. Adapun Outfit butir maksudnya statistik butir soal menunjukkan bagaimana perilaku yang tidak diharapkan dari orang yang mempunyai kemampuan lebih dengan tingkat kesukaran butir yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, analisis secara IRT tidak serumit seperti penjelasan di atas. Pelaksanaannya sangat mudah dipahami oleh para guru karena dalam analisis digunakan program komputer, seperti program RASCAL, PASCAL, BIGSTEPS, atau QUEST. Untuk mengenal lebih jauh program-program ini, bacalah pada bab berikut.
19 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
3.1.1
Validitas dan Reabilitas Soal-soal Uji Coba Biologi di MAN 3 A. Validitas Tabel 3. 1
Persiapan Perhitungan Validitas Soal Multiple Choice X
Y
1.
NAMA PESERTA Fani F
46
28
2116
784
1288
2.
Febriati L.S
40
32
1600
1024
1280
3.
Siti K.F
38
22
1444
484
836
4.
Amalina
32
28
1024
784
896
5.
Dita Yudith
32
32
1024
1024
1024
6.
Qonita M.S
34
24
1156
576
816
7.
Fahmiyah S.I
30
28
900
784
840
8.
Farich Assafri
34
22
1156
484
748
9.
Ayu Mufida
28
28
784
784
784
10.
Betty R
26
26
676
676
676
11.
Antari P.
28
24
784
576
672
12.
Dyanta P.P
32
30
1024
900
960
13.
Anggraini K.
28
24
784
576
672
14.
Nur Laili A.
26
22
676
484
572
15.
Arum D.G
28
32
784
1024
896
16.
Anggita O.K
34
24
1156
576
816
17.
Reti A.U
26
24
676
576
624
Jumlah
542
450
NO.
2
2
X
17764
Y
12116
XY
14400
Keterangan : Pembangian menjadi kolom X dan Y, dilakukan dengan cara membagi dua bagian skor hasil uji coba soa l biologi r xy
=
=
=
=
=
§ X )(§ Y ) _ N § Y ( § Y ) a ( § X ) a
NXY (
_ N § X
2
2
2
2
17.14400 (542 )(450) (17.17764 293764 )(17.12116 202500 ) 244800 243900 (301988 293764 )( 205972 202500 ) 900 (8224 )(3472 )
900 28553728
20
=
900 5343,57
= 0,17 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal uji coba ini sudah valid, karena hasil perhitungan validitasnya berada antara 0,600 ± 0,800 dengan tingakt validitas sudah tergolong tinggi.
B.
Reabilitas Mencari Reliabilitas
y
Mencari Jumlah Kuadarat Responden 2
Xt JK (r)
(Xt)
=
2
K
( KxN )
8270
(496)
2
=
30
30x34
8270
246016
=
30
1020
281180 - 246016 = 1020 35164 =
= 34, 47 1020
Keterangan : JK (r)
= Kuadrat responden
K
= Jumlah soal multiple choice
N
y
= Jumlah siswa
Mencari Jumlah Kuadrat Item B2 JK (i)
=
( Xt)2 -
N
( KxN ) 2
45113 =
(496) -
34
30 x 34
45113 =
246016 -
34
1020
1353390 - 246016 = 1020
21 1107374 =
= 1085,66 1020
y
Mencari Jumlah Kuadrat Total ( B ) ( Xt)2 JK (t)
= ( B ) + (S ) (998) (1042) = (998 + 1042) 1039916 =
= 509,76 2040
y Mencari Jumlah Kuadrat Sisa JK (s)
= JK (t) - JK (r) - JK (i) = 509,76 ± 34,47 ± 1085,66 = - 610,37
y
Mencari Varians Responden dan Varians Sisa dengan Tabel Mencari d.b total
= K x N ± 1 = 30 x 34 ± 1 = 1019
Mencari d.b responden
= N ± 1 = 34 ± 1 = 33
Mencari d.b Item
= K ± 1 = 30 ± 1 = 29
Mencari d.b sisa
= d.b total ± d.b responden ± d.b item = 1019 ± 33 ± 29 = 957
Tabel 3.2 Tabel Sumber Variansi
y
Sumber varians Responden
Jumlah kuadrat 34,47
d.b 33
34,47 33
Item
1085,66
29
1085,66 29
Sisa
-610,37
957
Total
509,76
1019
Memasukkan ke dalam RUMUS VS R (11)
= 1Vr (- 0,64 ) = 11,04
varians = 1,04
= 37,44
- 610,37 = -0, 64 957
22 = 1 + 0,62 = 1,62
3.1.2
Proses Pengolahan Data
3.1.3
Hasil Analisis Butir-butir Soal Multiple Choice
3.1.3.1 Pengolahan Skor dengan PAN Skala-5 Tabel 3.3 Persiapan Mengkonversi Skor No. Nama Siswa Xi 1. Fani A. 82 2. Febriati L.S. 67,5 3. Siti K.F. 67 4. Amalina 64 5. Dita Yudith 63 6. Qonita M. S. 62,5 7. Fahmiyah S. I. 62 8. Faizatul M. 58 9. Farich Assafri 55 10. Ayu Mufida 55 11. Betty R. 55 12. Antari P. 55 13. Dyanta P. P. 54,5 14. Anggraini K. 54,5 15. Nur Laili A. 54 16. Arum D.G. 54 17. Anggita O.K. 53 18. Reti A.U. 52,5 19. Kety I.J. 52 20. Fahmi Wira 51,5 21. Dirga M.T. 51 22. Septiawan I.N.C 50 23. Moch Sulton 50 24. Febryan C.P 49 25 Izul F.I. 48 26. Siti A. 47 27. Futuhatul H. 47 28. M. Abdul L.Z. 46 29. Panahasini W. 46 30. Royyan A. 46 31. Firdha V. 46 32. M. Khalid A.A 41 33. M. Endi R. 40 34. Umar S. 35,5 1814,5 Jumlah Rata-rata : xi x ! n 1814,5
§
!
34 = 53,4
Derajat Deviasi : s !
n
§ x
2
(§ x) 2
n (n 1)
dengan Skala-5 2 Xi 6724 4556,25 4489 4096 3969 3906,25 3844 3364 3025 3025 3025 3025 2970,25 2970,25 2916 2916 2809 2756,25 2704 2652,25 2601 2500 2500 2401 2304 2209 2209 2116 2116 2116 2116 1681 1600 1260,25 99471,75
23
!
!
34 v 99471,75 (1814,5) 2 3434 1
3382039,5 3292410,25
1122 = 8,9 (dibulatkan 9) Batas nilai
x 53 p A , 4 1,5.9 67 1,5 s x p B 53, 4 0 , 5.9 58 0,5 s x p C 53 , 4 0 , 5.9 49 0,5 s x 53 p D , 4 1,5.9 40 1, 5 s p E Tabel 3.4 Membuat Batasan Nilai Interval Skor 67 ke atas 58 ± 66 49 ± 57 40 ± 48 39 ke bawah
Nilai A B C D E
Tabel 3.5 Mengkonvirmasikan Skor menjadi Nilai No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Skor 82 67,5 67 64 63 62,5 62 58 55 55 55 55 54,5 54,5 54 54 53 52,5 52 51,5 51 50 50 49 48 47 47 46 46
Nilai A A A B B B B B C C C C C C C C C C C C C C C C D D D D D
24 30. 31. 32. 33. 34,
46
D D D D E
46 41 40 35,5
a. Jumlah siswa yang mendapat nilai A, B, C, D, dan E Tabel 3.6 Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai A, B, C, D, dan E
Nilai
Jumlah
A B C
Siswa 3 5 16
D E
9 1
a. Kedudukan siswa yang mendapat nilai terendah yaitu dengan nilai E, menduduki siswa yang pengetahuannya sangat rendah sekali dan tidak memahami teori, konsep yang ada dalam materi dan siswa ini dinyatakan tidak lulus. Hal ini, dapat diketahui dengan mencoba membandingkan dengan banyaknya siswa yang mendapat nilai C dan D yang menduduki nilai tertinggi ke-3 dan terendah urutan ke-2 dengan perbandingan 16 : 9 : 1 3.1.3.2 Derajat Kesukaran MENGHITUNG INDEKS KESUKARAN Soal no. 1
=
B Js
!
33 34
! 0,97
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,97 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.2
=
B Js
!
3 34
! 0,09
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,09 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 3
=
B Js
!
6 34
! 0,18
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
25 Soal no. 4
=
B Js
!
9 34
! 0,26
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,26 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 5
=
B Js
!
25 34
! 0,74
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,74 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.6
=
B Js
!
8 34
! 0,24
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,24 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.7
=
B Js
!
32 34
! 0,94
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,94 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.8
=
B Js
!
11 34
! 0,32
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,32 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.9
=
B Js
!
15 34
! 0,44
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,44 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sukar.
Soal no.10
=
B Js
!
27 34
! 0,79
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
26 Soal no.11
=
B Js
!
14 34
! 0,41
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,41 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.12
=
B Js
!
26 34
! 0,76
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,76 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.13
=
B Js
!
22 34
! 0,65
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,65 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.14
=
B Js
!
22 34
! 0,65
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,65 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.15
=
B Js
!
34 34
!1
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 1 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.16
=
B Js
!
31 34
! 0,91
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya o,91 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.17
=
B Js
!
10 34
! 0,29
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,29 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
27 Soal no.18
=
B Js
!
0 34
!0
Jadi, soal ini termasuk soal yang sulit karena tidak ada siswa yang dapat menjawab dengan benar soal ini dank arena indeks kesukarannya 0, dimana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.19
=
B Js
!
25 34
! 0,74
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,74 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.20
=
B Js
!
6 34
! 0,18
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 21
=
B Js
!
27 34
! 0,79
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.22
=
B Js
!
14 34
! 0,41
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,41 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong sedang.
Soal no.23
=
B Js
!
7 34
! 0,21
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,44 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.24
=
B Js
!
15 34
! 0,44
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,44 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
28 Soal no.25
=
B Js
!
6 34
! 0,18
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 26
=
B Js
!
5 34
! 0,15
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,15 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 27
=
B Js
!
27 34
! 0,79
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang mana indeks kesukaran antara 0,70 ± 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.28
=
B Js
!
5 34
! 0,15
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,15 yang mana indeks kesukaran antara 0,00 ± 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.29
=
B Js
!
18 34
! 0,53
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,53 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.30
=
B Js
!
16 34
! 0,47
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,47 yang mana indeks kesukaran antara 0,30 ± 0,70 tergolong soal sedang.
3.1.3.3 Daya Pembeda Penghitungan Daya Pembeda Soal No.1 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 9 JA = 9
5% dari peserta test : :
29 5
BA = 9 PA =
B A J A
100
=
9 9
X 18 = 0,9 dibulatkan 1
=1
JB = 9 BB = 9 PB =
B B J B
=
9 9
=1
Maka D = PA ± PB = 1 ± 1 = 0 Butir soal ini jelek, karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah
Soal No.2 Kelas atas yang menjawab betul = 1 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9 BA = 1 PA =
B A J A
=
1 9
= 1,11
JB = 9 BB = 0 PB =
B B J B
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 1,11 ± 0 = 1,11 Butir soal ini cukup baik karena jawaban benar dari kelompok atas hanya 1
sedangkan jawaban benar dari kelompok bawah adalah 0
Soal No.3 Kelas atas yang menjawab betul = 3 Kelas bawah yang menjawab betul = 1 JA = 9 BA = 3 PA =
B A J A
=
3 9
= 3,33
JB = 9 BB = 1 PB =
B B J B
=
1 9
= 1,11
Maka D = PA ± PB = 3,33 ± 1,11 = 2,22 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
30 Soal No.4 Kelas atas yang menjawab betul = 3 Kelas bawah yang menjawab betul = 1 JA = 9 BA = 3 PA =
A
J A
=
3 9
= 3,33
JB = 9 BB = 1 PB =
J
=
1 9
= 1,11
Maka D = PA ± PB = 3,33 ± 1,11 = 2,22 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
Soal No.5 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 8 JA = 9 BA = 9 PA =
B A J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 8 PB =
B B J B
=
8 9
= 0,89
Maka D = PA ± PB = 1 ± 0,89 = 0,11 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 8
Soal No.6 Kelas atas yang menjawab betul = 1 Kelas bawah yang menjawab betul = 1 JA = 9 BA = 1 PA =
B A J A
=
1 9
= 1,11
JB = 9 BB = 1 PB =
B B J B
=
1 9
= 1,11
Maka D = PA ± PB = 1,11 ± 1,11 = 0
31 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.7 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 8 JA = 9 BA = 9 PA =
B A J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 8 PB =
B B J B
=
8 9
= 0,89
Maka D = PA ± PB = 1 ± 0,89 = 0,11 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 8
Soal No.8 Kelas atas yang menjawab betul = 5 Kelas bawah yang menjawab betul = 1 JA = 9 BA = 5 PA =
B A J A
=
5 9
= 0,56
JB = 9 BB = 1 PB =
B B J B
=
1 9
= 0,11
Maka D = PA ± PB = 0,56 ± 0,11 = 0,45 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5 : 1
Soal No.9 Kelas atas yang menjawab betul = 5 Kelas bawah yang menjawab betul = 5 JA = 9 BA = 5 PA =
B A J A
JB = 9 BB = 5
=
5 9
= 0,56
32
PB =
B B J B
=
5 9
= 0,56
Maka D = PA ± PB = 0,56 ± 0,56 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.10 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 7 JA = 9 BA = 9 PA =
B A J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 7 PB =
B B J B
=
7 9
= 0,78
Maka D = PA ± PB = 1 ± 0,78 = 0,22 Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 7
Soal No.11 Kelas atas yang menjawab betul = 1 Kelas bawah yang menjawab betul = 2 JA = 9 BA = 1 PA =
B A J A
=
1 9
= 0,11
JB = 9 BB = 2 PB =
B B J B
=
2 9
= 0,22
Maka D = PA ± PB = 0,11 ± 0,22 = -0,11 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas lebih sedikit dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 1:2
Soal No.12 Kelas atas yang menjawab betul = 8 Kelas bawah yang menjawab betul = 6 JA = 9 BA = 8
33
PA =
B A J A
=
8 9
= 0,89
JB = 9 BB = 6 PB =
B B J B
=
6 9
= 0,67
Maka D = PA ± PB = 0,89 ± 0,67 = 0,22 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 8 : 6
Soal No.13 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 6 JA = 9 BA = 9 PA =
B A J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 6 PB =
B B J B
=
6 9
= 0,67
Maka D = PA ± PB = 1 ± 0,67 = 0,33 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9: 6
Soal No.14 Kelas atas yang menjawab betul = 6 Kelas bawah yang menjawab betul = 5 JA = 9 BA = 6 PA =
B A J A
=
6 9
= 0,67
JB = 9 BB = 5 PB =
B B J B
=
5 9
= 0,56
Maka D = PA ± PB = 0,67 ± 0,56 = 0,11 Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 6 : 5
Soal No.15 Kelas atas yang menjawab betul = 9
34 Kelas bawah yang menjawab betul = 9 JA = 9 BA = 9 PA =
A
J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 9 PB =
J
=
9 9
=1
Maka D = PA ± PB = 1 ± 1 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.16 Kelas atas yang menjawab betul = 8 Kelas bawah yang menjawab betul = 8 JA = 9 BA = 8 PA =
A
J A
=
8 9
= 0,89
JB = 9 BB = 8 PB =
J
=
8 9
= 0,89
Maka D = PA ± PB = 0,89 ± 0,89 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.17 Kelas atas yang menjawab betul = 4 Kelas bawah yang menjawab betul = 3 JA = 9 BA = 4 PA =
A
J A
=
4 9
= 0,44
JB = 9 BB = 3 PB =
J
=
3 9
= 0,33
Maka D = PA ± PB = 0,44 ± 0,33 = 0,11
35 Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 4: 3
Soal No.18 Kelas atas yang menjawab betul = 0 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9 BA = 0 PA =
B A J A
=
0 9
=0
JB = 9 BB = 0 PB =
B B J B
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 0 ± 0 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.19 Kelas atas yang menjawab betul = 7 Kelas bawah yang menjawab betul = 5 JA = 9 BA = 7 PA =
B A J A
=
7 9
= 0,78
JB = 9 BB = 5 PB =
B B J B
=
5 9
= 0,56
Maka D = PA ± PB = 0,78 ± 0,56 = 0,22 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 7: 5
Soal No.20 Kelas atas yang menjawab betul = 0 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9 BA = 0 PA =
B A J A
JB = 9
=
0 9
=0
36 BB = 0 PB =
B B J B
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 0 ± 0 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.21 Kelas atas yang menjawab betul = 9 Kelas bawah yang menjawab betul = 6 JA = 9 BA = 9 PA =
A
J A
=
9 9
=1
JB = 9 BB = 6 PB =
J
=
6 9
= 0,67
Maka D = PA ± PB = 1 ± 0,67 = 0,33 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9: 6
Soal No.22 Kelas atas yang menjawab betul = 5 Kelas bawah yang menjawab betul = 4 JA = 9 BA = 5 PA =
B A J A
=
5 9
= 0,56
JB = 9 BB = 4 PB =
B B J B
=
4 9
= 0,44
Maka D = PA ± PB = 0,56 ± 0,44 = 0,12 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5:4
Soal No.23 Kelas atas yang menjawab betul = 4 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9
37 BA = 4 PA =
B A J A
=
4 9
= 0,44
JB = 9 BB = 0 PB =
B B J B
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 0,44 ± 0 = 0,44 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 4:0
Soal No.24 Kelas atas yang menjawab betul = 6 Kelas bawah yang menjawab betul = 6 JA = 9 BA = 6 PA =
A
J A
=
6 9
= 0,67
JB = 9 BB = 6 PB =
J
=
6 9
= 0,67
Maka D = PA ± PB = 0,67 ± 0,67 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.25 Kelas atas yang menjawab betul = 2 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9 BA = 2 PA =
A
J A
=
2 9
= 0,22
JB = 9 BB = 0 PB =
J
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 0,22 ± 0 = 0,22
38 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 2:0
Soal No.26 Kelas atas yang menjawab betul = 3 Kelas bawah yang menjawab betul = 1 JA = 9 BA = 3 PA =
A
J A
=
3 9
= 0,33
JB = 9 BB = 1 PB =
J
=
1 9
= 0,11
Maka D = PA ± PB = 0,33 ± 0,11 = 0,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
Soal No.27 Kelas atas yang menjawab betul = 8 Kelas bawah yang menjawab betul = 5 JA = 9 BA = 8 PA =
A
J A
=
8 9
= 0,89
JB = 9 BB = 5 PB =
J
=
5 9
= 0,56
Maka D = PA ± PB = 0,89 ± 0,56 = 0,33 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 8 : 5
Soal No.28 Kelas atas yang menjawab betul = 3 Kelas bawah yang menjawab betul = 0 JA = 9 BA = 3
39
PA =
A
J A
=
3 9
= 0,33
JB = 9 BB = 0 PB =
J
=
0 9
=0
Maka D = PA ± PB = 0,33 ± 0 = 0,33 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 0
Soal No.29 Kelas atas yang menjawab betul = 5 Kelas bawah yang menjawab betul = 4 JA = 9 BA = 5 PA =
B A J A
=
5 9
= 0,56
JB = 9 BB = 4 PB =
B B J B
=
4 9
= 0,44
Maka D = PA ± PB = 0,56 ± 0,44 = 0,12 Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5:4
Soal No.30 Kelas atas yang menjawab betul = 4 Kelas bawah yang menjawab betul = 4 JA = 9 BA = 5 PA =
B A J A
=
4 9
= 0,44
JB = 9 BB = 4 PB =
B B J B
=
4 9
= 0,44
Maka D = PA ± PB = 0,44 ± 0,44 = 0 Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
40 3.1.3.4 Kriteria Distraktor Distraktor : Soal No. 1 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 1
a
D
!
c
d
e
Atas
0
9
0
0
0
9
Bawah
0
9
0
0
0
9
5% dari peserta test P
b*
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
=
JS
! P P B A
=
9 9
9 9
18
=1
18
= 0
Jadi, semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena siswa yang memilih masing-masing distraktor kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 2 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 2
a
b
c
Jumlah d*
e
Atas
1
1
1
1
5
9
Bawah
0
2
2
1
4
9
5% dari peserta test
: 5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. P
=
!
JS
2. D P A !
P B
=
2
= 0,11
18 2 18
0
18
=
2 18
= 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 3 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 3
!
d
e
0
0
0
6
9
Bawah
1
1
3
0
4
9
: 5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
2. D P A
c
3
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
P B
=
4
= 0,22
18 6
4
18
18
=
2 18
= 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah dapat berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh 5% pengikut tes, kecuali distraktor d.
41 Soal No. 4 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 4
1. P 2.
D
!
a
b
c
Jumlah d*
e
Atas
0
0
1
2
6
9
Bawah
0
0
4
1
4
9
B
=
JS
! P P B A
=
3
= 0,17
18 6 18
4
=
18
2
= 0,11
18
3. Distraktor : distraktor c dan e sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, sedangkan distraktor a dan b tidak berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih oleh peserta tes.
Soal No. 5 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 5
a
d
e
0
9
0
0
0
9
Bawah
1
8
0
0
0
9
B !
c
Atas
5% dari peserta test 1. P
b*
Jumlah
=
JS
2. D P A !
P B
=
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
17
= 0,94
18 0 18
1
=-
18
1 18
= - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih pengikut tes, dan hasil D ada lah negative (-).
Soal No. 6 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 6
2.
D
!
c
d
e
1
0
8
0
0
9
Bawah
1
0
7
0
1
9
B
JS
! P P B A
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
2
= 0,11
18 8 18
7 18
=
1 18
= 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh pengikut tes, kecuali distraktor c sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh 5% dari peserta tes.
42 Soal No. 7 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 7
2.
D
!
b
C*
d
e
Atas
0
0
9
0
0
9
Bawah
0
0
8
0
1
9
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
B
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
17
= 0,94
18 0 18
1
1
=-
18
18
= - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh pengikut tes.
Soal No. 8 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 8
2.
D
c
d
e
2
5
0
1
1
9
Bawah
1
1
5
1
1
9
B !
b*
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
6
= 0,33
18 2 18
1
=
18
1
= 0,06
18
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh lebih besar dari atau sama 5% dari pengikut tes.
Soal No. 9 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 9
2.
D
!
b
c*
d
e
Atas
2
0
2
5
0
9
Bawah
1
0
5
2
1
9
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
B
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
7
= 0,39
18 2 18
1 18
=
1 18
= 0,06
3. Distraktor : distraktor sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distrakor b belum berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh pengikut tes
43 Soal No.10 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 10
2.
D
!
b
c
d
e*
Atas
0
0
0
0
9
9
Bawah
0
0
2
0
7
9
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
B
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
16
= 0,89
18 0 18
2
=
18
2 18
= - 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 11 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 11
2.
D
c
d
e
1
4
4
0
0
9
Bawah
2
3
4
0
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
3
= 0,17
18 4 18
3
=
18
1 18
= 0,06
3. Distraktor : distraktor b, c sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, dan distraktor Soal No. 12 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 12
1. P 2.
D
!
a*
b
c
Jumlah d
e
Atas
8
0
1
0
0
9
Bawah
6
2
1
0
0
9
B
JS
! P P B A
= =
14
= 0,78
18 1 18
1
=0
18
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor c. Soal No. 13 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 13
a
b*
c
Jumlah d
e
Atas
0
9
0
0
0
9
Bawah
1
6
1
0
1
9
44 5% dari peserta test 1. P 2.
D
B !
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
15
= 0,83
18 0
1
18
1
=-
18
18
= - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 14 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 14
2.
D
c*
d
e
0
0
6
3
0
9
Bawah
2
0
5
2
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
11
= 0,61
18 3 18
2
=
18
1
= 0,06
18
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor d
Soal No. 15 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 15
2.
D
c
d
e
0
9
0
0
0
9
Bawah
0
9
0
0
0
9
B !
b*
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
18
=1
18 0 18
0
=0
18
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 16 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 16
c
d*
e
0
0
1
8
0
9
Bawah
0
0
1
8
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
16 18
= 0,89
45
2.
D
! P P B A
=
1 18
1
=0
18
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor c.
Soal No. 17 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 17
2.
D
!
b*
c
d
e
Atas
1
4
0
0
4
9
Bawah
5
3
1
0
0
9
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
B
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
7
= 0,39
18 1 18
5
4
=-
18
18
= - 0,22
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak dapat dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor a
Soal No. 18 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 18
2.
D
c*
d
e
0
3
0
0
6
9
Bawah
0
1
0
1
7
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
0
=0
18 3 18
1
=
18
2
= 0,11
18
3. Distraktor : distraktor b dan e sudah dapat berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, sedangkan distraktor a dan d tidak dapat berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta
Soal No. 19 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 19
2.
D
d
e
0
7
1
0
9
Bawah
1
2
5
1
0
9
JS
! P P B A
c*
1
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
12
= 0,67
18 1 18
1 18
=0
46 3. Distraktor : distraktornya a dan d sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh sama dengan 5% dari pengikut tes. Sedangkan distraktor
b dan e tidak dapat
berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes
Soal No. 20 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 20
2.
D
c
d
e*
5
0
1
3
0
9
Bawah
2
0
1
6
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
! P P B A
=
0
=0
18 5 18
2
=
18
3
= 0,17
18
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor b, karena tidak ada yang dipilih.
Soal No. 21 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 21
2.
D
c
d
e
0
9
0
0
0
9
Bawah
2
6
1
0
0
9
B !
b*
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
! P P B A
=
15
= 0,83
18 0 18
2
=-
18
2 18
= - 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 22 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 22
!
d
e
2
5
1
1
9
Bawah
1
1
4
2
1
9
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
2. D P A
c*
0
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
P B
=
9
= 0,5
18 1
1
18
18
=0
47 3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor a, karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes
Soal No. 23 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 23
2.
D
c
d
e*
1
1
3
0
4
9
Bawah
1
0
7
1
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
4
= 0,22
18 4 18
0
=
18
4
= 0,22
18
3. Distraktor : hanya distraktor a yang sudah berfungsi dengan baik, karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor yang lain belum berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari peserta tes.
Soal No. 24 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 24
2.
D
c
d*
e
2
0
1
6
0
9
Bawah
1
0
1
6
1
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
12
= 0,67
18 2 18
1
=
18
1
= 0,06
18
3. Distraktor : distraktor a dan c sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor b dan e tidak berfungsi dengan baik, karena tidak dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes.
Soal No. 25 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 25
2.
D
d
e
0
2
7
0
9
Bawah
0
3
0
3
3
9
JS
! P P B A
c*
0
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
2
= 0,11
18 7 18
3 18
=
4 18
= 0,22
48 3. Distraktor : hanya distraktor d saja yang berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor a, b, dan e belum dapat berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes
Soal No. 26 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 26
2.
D
c
d*
e
3
2
3
1
0
9
Bawah
1
4
1
1
2
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
! P P B A
=
2
= 0,11
18 3 18
1
=
18
2
= 0,11
18
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang e.
Soal No. 27 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 27
2.
D
c
d
e
8
0
1
0
0
9
Bawah
5
0
3
1
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
! P P B A
=
13
= 0,72
18 1 18
3
2
=-
18
18
= - 0,11
3. Distraktor : hanya distraktor c saja yang sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan b, d, dan e tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes.
Soal No. 28 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 28
!
d
e*
1
0
4
3
9
Bawah
0
7
2
0
0
9
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 =
JS
2. D P A
c
1
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a
Jumlah
P B
=
3
= 0,17
18 4 18
0
18
=
4 18
= 0,22
49 3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapart berfungsi dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 29 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 29
2.
D
!
b
c
d
e
Atas
5
0
1
0
3
9
Bawah
4
0
0
1
4
9
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
B
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
9
= 0,5
18 3 18
4
=-
18
1 18
= - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya belum berfungsi dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang e, sudah dapat berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh 5% peserta tes
Soal No. 30 No. Soal
Kelompok
Pilihan Jawaban
Pemilih 30
2.
D
c
d
e
4
0
0
5
0
9
Bawah
4
0
0
5
0
9
B !
b
Atas
5% dari peserta test 1. P
a*
Jumlah
JS
! P P B A
: 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1 = =
8
= 0,44
18 5 18
5 18
=0
3. Distraktor : Semua distraktornya belum berfungsi dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang d.
3.2
Pembahasan Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah sudah atau belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat
50 menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru. Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya. Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan).
Manfaat Soal yang Telah Ditelaah Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172). Di samping itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309). Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan analisis butir soal yang biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :(1) apakah fungsi soal sudah tepat?; (2) apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat?; (3) apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?; dan (4) apakah pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan,
bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk
peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar : (a) diskusi kelas efisien tentang hasil tes; (b) untuk kerja remedial; (c) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas; dan (d) untuk peningkatan keterampilan pada ko nstruksi tes. Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah : (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya
51 pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru seperti contoh berikut ini. Tabel 3.7 Pembahasan Hasil Analisis Soal Uji Coba B iologi No.
Kualitas Awal
Kualitas Setelah
Keterangan
Soal
Sebelum Analisis
Analisis
1.
C1 Mudah
Mudah
Dibuang
2.
C1 sedang
Sukar
Diterima dengan baik
3.
C4 sulit
Sukar
Diterima dengan baik
4.
C4 sedang
Sukar
Diterima dengan baik
5.
C2 sulit
Mudah
Dibuang
6.
C1 sulit
Sukar
Dibuang
7.
C4 mudah
Mudah
Dibuang
8.
C2 sulit
Sedang
Diterima dengan baik
9.
C4 sedang
Sukar
Dibuang
10.
C2 sedang
Mudah
Dibuang
11.
C1 sedang
Sedang
Dibuang
12.
C4 sedang
Mudah
Dibuang
13.
C2 sedang
Sedang
Dibuang
14.
C2 mudah
Sedang
Dibuang
15.
C2 mudah
Mudah
Dibuang
16.
C1 sedang
Mudah
Dibuang
17.
C2 sulit
Sedang
Dibuang
18.
C2 sulit
Sukar
Dibuang
19.
C4 sulit
Mudah
Diperbaiki
20.
C2 sedang
Sukar
Diperbaiki
21.
C1 sedang
Mudah
Diperbaiki
22.
C5 mudah
Sedang
Diperbaiki
23.
C2 sulit
Sukar
Diperbaiki
24.
C5 sulit
Sedang
Diperbaiki
25.
C1 sulit
Sukar
Diperbaiki
26.
C2 sedang
Sukar
Diperbaiki
27.
C2 sulit
Mudah
Diterima diperbaiki
28.
C6 sukar
Sukar
Diterima diperbaiki
29.
C2 mudah
Sedang
Dibuang
30.
C1 mudah
Sedang
Dibuang
52 BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan studi pustaka di atas, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, derajat beda, serta fungsi distraktor tergolong sangat kurang (jelek).
4.2
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan khususnya kepada anggota kelompok
SMA, untuk banyak berlatih agar dapat membuat dan melakukan penskoran dan penilaian atas soal-soal dengan baik, karena tanpa banyak berlatih semua yang kita harapkan tidak akan pernah tercapai dengan baik, karena usaha kita yang akan menentukan baik buruknya hasil yang dapat dicapai nantinya, meskipun faktor keberuntungan juga memberikan input kepada setiap individu, tapi yang paling penting adalah kemajuan dan kemaksimalan kita yang dikenal dengan proses dari suatu usaha untuk mencapai hasil yang maksimal.