PPK PERDARAHAN POST PARTUM No. Dokumen Dokumen
:
173/B6/SOP/PKMTRR/II/2016
No. Revisi
:
-
Tgl. Terbit
:
09 Februari 2016
Tgl. Mulai Berlaku
:
09 Februari 2016
Halaman Halaman
:
1/3
PUSKESMAS TERARA
1. Pengertian
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik
dr.H.Anjasmoro. NIP. 19810218 201001 1 007
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus. Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan pasca persalinan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu mengganggu hemodinamik ibu. Berdasarkan Berdasarkan saat terjadinya, PPP dapat dibagi menjadi PPP primer dan PPP sekunder. PPP primer adalah perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan biasanya disebabkan disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta. Sementara PPP sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan, biasanya disebabkan disebabkan oleh sisa plasenta. Keluhan 1. Perdarahan setelah melahirkan 2. Lemah 3. Limbung 4. Berkeringat dingin 5. Menggigil 6. Pucat Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik 1. Nilai tanda-tanda syok: pucat, akral dingin, nadi cepat, tekanan darah rendah. 2. Nilai tanda-tanda vital: nadi> 100x/menit, pernafasan hiperpnea, tekanan darah sistolik <90 mmHg, suhu. Pemeriksaan Pemeriksaan obstetrik: 1. Perhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus 2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai adanya: perdarahan, keutuhan plasenta, tali pusat, pusat, dan robekan robekan di daerah vagina. vagina.
4. Kriteria Diagnosis 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding 7. Pemeriksaan Penunjang
8. Tata Laksana
Perdarahan Perdarahan Post Partum 1. Pemeriksaan darah rutin: terutama untuk menilai kadar Hb < 8 gr%. 2. Pemeriksaan golongan darah. 3. Pemeriksaan waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah (untuk menyingkirkan penyebab gangguan pembekuan darah). Penatalaksanaan Penatalaksanaa n Awal Segera memanggil bantuan tim
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok. 1. Berikan oksigen. 2. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. 3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. 4. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri. 5. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina). 6. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban. 7. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk. Catatan: produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam) 8. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis obgyn) 9. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO. 10. Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat tabel 14.11) dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab Penatalaksanaan Lanjutan : 1. Atonia uteri a. Lakukan pemijatan uterus. b. Pastikan plasenta lahir lengkap. c. Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. d. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti. e. Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (l ambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg). f. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit). 611 g. Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit. h. Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder sebagai antisipasi bila perdarahan tidak berhenti. 9. Edukasi
10.Prognosis 11.Tingkat Evidens 12.Tingkat
1. Memberikan informasi akan keadaan ibu yang mengalami perdarahan pascasalin. 2. Memberikan informasi yang tepat kepada suami dan keluarga ibu terhadap tindakan yang akan di lakukan dalam menangani perdarahan pascasalin. 3. Memastikan dan membantu keluarga jika rujukan akan dilakukan. Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari jumlah perdarahan dan kecepatan penatalaksanaan yang di lakukan.
Rekomendasi 13.Indikator 14.Kepustakaan
Perdarahan setelah melahirkan 1. Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010: Hal 522529.(Prawirohardjo, et al., 2010) 2. KementerianKesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: KementerianKesehatan RI. 2013(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)