PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) KAKI DIABETIK : E 10 – E 14.5
Defenisi
Ulkus yang baisanya di ekstremitas bawah yang berkaitan dengan DM
Penyakit kaki diabetik termasuk komplikasi DM kronik
Luka yang berakhir dengan kematian saraf / jaringan, biasanya dalam jumlah yang besar dan umumnya diikuti kehilangan persediaan vaskular (nutrisi) serta diikuti invasi bakteri dan pembusukan
Kesemutan atau geringggingan
Anamnesis
Muncul ulkus
PemeriksaanFisik
Ulkus atau ganggren bersifat tidak nyeri
Tanda-tanda nekrotik
Secara klinis gangren diabetik diatandai dengan kematian jaringan yang yang
Kriteria Diagnosis
terjadi akibat makro dan mikro angipati diabetik dan disertai faktor trauma atau infeksi. Tanda dan gejala klinis berupa :
Berat ringanya lesi, kelainan diabetik dibagi dalam derajat menurut wagner (derajat I s/d IV )
Diagnosis Kerja Terapi
Ulkus atau gangren bersifat tidak nyeri karena neuropai.
Tanda insufisiensi vaskular karena angiopati
Gangren Diabetik Non Bedah : Pengendalian penyakit DM, obat-obatan antiagregasi trombosit, o antikoagulasi o Perawatan lokal ulkus, infeksi selulitis, abses, osteomelitis o Antibiotik sesuai dengan kultur dan tes kepekaan, secara empiris dapat diberikan kombinasi gol gram (+), dan gol gram (-) anaerob
Bedah : o Insisi dranage abses o Nekromi atau debridement o Disartikulasi atau amputasi ekstremitas o Rekonstrusi vaskuler
Edukasi (hospital health promotion)
Pencegahan terhadap terjadinya luka
Perawtan luka dan menggunakan alas kaki yang dapat melindungi
Memotong kuku secara transversal untuk emngurangi resiko tejadinya kuku yang tumbuh kedalam
Prognosis
Advitam
: Dubia
Adsanationam : Dubia
Adfungsionam : Dubia
Tingkat Evidens
Sedang
Tingkat rekomendasi
Rumah Sakit Tipe C
Penelaahan kritis
Dokter Spesialis Bedah
Indikator Medis
Kepustakaan
Lama perawatan : ± 14 – 30 hari
Masa Pemulihan : ± 2-4 minggu
Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, Buku Ajar Ilmu Bedah
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) HERNIA INGUINALIS LATERALIS/MEDIALIS ICD K-40, K-41
Defenisi
Adalah suatu penonjolan organ perut dari rongga peritonei yang masih dibungkus oleh peritoneum.
Anamnesis
1. adanya benjolan pada lipat paha yang dapat keluar masuk. 2. benjolan timbul bila berdiri/mengejan, bila berdiri lama/ mengejan kuat maka benjolan makin membesar, bila untuk berbaring benjolan dapat masuk kembali. 3. terasa kemeng bila benjolannya besar 4. benjolan dapat mencapai scrotum pada laki-laki atau mencapai labia majora pada wanita.
PemeriksaanFisik
1. Pada Inspeksi : tampak benjolan pada lipat paha, saat berdiri atau
disuruh mengejan, menghilang/ masuk kembali saat tiduran. 2. pada palpasi terdapat adanya anulus internus, anulus externus dan
canalis ingunalis (pada HIL) dan trigonum Hasellbach yang longgar (pada HIM) keduanya berada diatas ligamnetum inguinale. Dapat dibedakan dengan test : Ziemens test, finger test dan tumb test. Kriteria Diagnosis
1.
Adanya benjolan di lipat paha yang dapat keluar masuk
2.
Teraba adanya anulus internus, anulus externus dan canalis ingunalis (pada HIL) dan trigonum Hasellbach yang longgar (pada HIM)
Diagnosis Kerja Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Hernia Inguinalis Lateralis/Medialis 1.
Radang Orchitis atau Orchoepididymitis
2.
Abses Ingunal
3.
Seminoma
4.
Lipoma Funiculi
5.
Encysted Hydrocele funiculi
6.
Hematom funiculi
Laboratorium DL, CT, BT
Terapi
Operasi Herniarepair/ Herniotomy
Prognosis
Advitam
Adsanationam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
Tingkat Evidens
IV
Tingkat rekomendasi
Rumah Sakit Tipe C
Penelaahan kritis
SMF Bedah Umum
Indikator Medis
Setelah dilakukan operasi 80 % pasien keadaan baik.
Kepustakaan
1. Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, Buku Ajar Ilmu Bedah 2. Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, edisi revisi 2003, PABI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) APENDISITIS AKUT
Defenisi
Apendisitis adalah penyumbatan dan peradangan pada inner lining apendiks vermiformis (usus buntu) dengan jangka waktu kurang dari 2 minggu.
Anamnesis
PemeriksaanFisik
Nyeri (mula-mula di daerah epigasrium atau umbilical, kemudian menjalar ke titik Mc Burney)
Mual dan atau muntah (rangsang visceral)
Anoreksia
Dapat disertai demam (infeksi akut)
Status generalis: tampak kesakitan, demam (>37,70C), fleksi ringan art coxae dextra
Status lokalis: Nyeri tekan Mc Burney
Defen muscular (+)
Rovsing sign (+)
Psoas sign (+)
Blumberg sign (+)
Obturator sign (+)
RT: nyeri searah jam 9-11
Peritonitis umum (perforasi): nyeri
seluruh abdomen, pekak hati menghilang, bising usus (-) Kriteria Diagnosis
Diagnosis Kerja Diagnosis Banding
Memenuhi kriteria anamnesa
Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
Skor alvarado
Apendisitis akut 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Urolitiasis dekstra KET UTI dekstra Adneksitis Kista ovarium terpuntir Tumor caecum
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana Tindakan operatif Terapi konservatif Lama perawatan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Operasi dalam bius spinal atau umum Open appendektomi
– 3 hari
Edukasi / informed consent (Hospital Health Promotion) Prognosis
USG abdomen DL, PTT, aPTT Ur/Cr 4. UL GDS Tes Kehamilan HbsAg
1. 2. 3. 4.
Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternatif tindakan Penjelasan perkiraan lama perawatan
Advitam
: Dubia ad bonam
Adsanationam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
Tingkat Evidens
I/II/III/IV
Tingkat rekomendasi
A/B/C
Penelaahan kritis
SMF Bedah Umum
Indikator Medis
Klinis dan laboratorium
Kepustakaan
1. Persatuan
dokter
spesialis
bedah
umum
Indonesia.
Pedoman
pelayanan medik edisi kedua, 2006: 60-61 2. Browse NL, et all. The symptoms and sign of surgical disease. Fourth edition. Taylor&francis group, 2005. 3. R, De Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi kedua. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC 2004. 4. Grace, Borley, At GlanceIlmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta: penerbit Erlangga, 2006.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) HEMOROID ICD-10 : I84 Haemorrhoids
Defenisi
Hemoroid adalah pelebaran vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis.
Anamnesis
Perdarahan
pada waktu defekasi, darah berwarna merah segar.
Darah dapat menetes keluar dari anus beberapa saat setelah defekasi.
Prolaps suatu massa pada waktu defekasi. Massa ini mula-mula dapat kembali spontan sesudah defekasi, tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.
PemeriksaanFisik
Pengeluaran lendir.
Iritasi didaerah kulit perianal.
Gejala-gejela anemia (seperti : pusing, lemah, pucat).
Status generalis: tampak anemia
Pemeriksaan status lokalis
Inspeksi: Hemoroid derajat 1,
tidak menunjukkan adanya suatu
kelainan di regio anal.
Hemoroid derajat 2, tidak terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat terlihat sebagai pembengkakan.
Hemoroid derajat 3 dan 4 yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.
Palpasi: Hemoroid interna pada stadium awal merupaka pelebaran vena yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi.
Setelah hemoroid berlangsung lama dan telah prolaps, jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis sehingga hemoroid dapat diraba ketika jari tangan meraba sekitar rektum bagian bawah.
Kriteria Diagnosis
Memenuhi kriteria anamnesa
Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
Diagnosis Kerja
Hemoroid
Diagnosis Banding
1. Kondiloma Akuminata, 2. Proktitis 3. Rektal prolaps
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia dan infeksi.
Tata Laksana
Penatalaksanaan Hemoroid di layanan primer hanya untuk hemoroid grade 1 dengan terapi konservatif medis dan menghindari obat-obat anti-inflamasi nonsteroid, serta makanan pedas atau berlemak.
Edukasi
/
Operasi dalam bius spinal atau umum
informed
1. Konsumsi serat 25-30 gram perhari. Hal ini bertujuan untuk membuat
consent (Hospital Health
feses menjadi lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses
Promotion)
mengedan dan tekanan pada vena anus. 2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari. 3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segerakan ke kamar mandi saat merasa
akan
buang
air
besar,
jangan
ditahan
karena
akan
memperkeras feses. Hindari mengedan. Prognosis
Advitam
: Dubia ad bonam
Adsanationam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
Tingkat Evidens
I/II/III/IV
Tingkat rekomendasi
A/B/C
Penelaahan kritis
SMF Bedah Umum
Indikator Medis
Klinis dan laboratorium
Kepustakaan
1. Thornton, Scott. Giebel, John. Hemorrhoids. Emedicine. Medscape. Update 12 September 2012. (Thornton & Giebel, 2012) 2. Chong, PS & Bartolo, D.C.C. Hemorrhoids and Fissure in Ano. Gastroenterology Clinics of North America. 2008.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PERITONITIS ICD-10 : K65
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum. Peritonitis dapat disebabkan Defenisi
oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi apendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma abdomen.
Anamnesis
Nyeri hebat pada abdomen yang dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun tersebar di seluruh abdomen. Intensitas nyeri semakin kuat saat penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.
Mual dan muntah timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasiperitoneum.
Kesulitan bernafas disebabkan oleh adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma.
PemeriksaanFisik
Status generalis: tampak letargik dan kesakitan
Dapat ditemukan demam
Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
Defans muskular
Hipertimpani pada perkusi abdomen
Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma
Bising usus menurun atau menghilang
Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan
Pada colok dubur akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani menurun dan ampula rekti berisi udara.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Kerja
Memenuhi kriteria anamnesa
Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
Peritonitis
Pemeriksaan Penunjang
1. USG abdomen 2. DL, PTT, aPTT 3. Ur/Cr 4. UL
Tata Laksana
Memperbaiki keadaan umum pasien
Pasien puasa
Dekompresi saluran cerna dengan pipa nasogastrik atau intestinal
Edukasi / informed consent (Hospital Health Promotion) Prognosis
Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena Pemberian antibiotik spektrum luas intravena. Tindakan-tindakan menghilangkan nyeri dihindari untuk tidak menyamarkan gejala Operasi
1. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 2. Penjelasan perkiraan lama perawatan
Advitam
: Dubia ad malam
Adsanationam : Dubia ad malam
Adfungsionam : Dubia ad malam
Tingkat Evidens
I/II/III/IV
Tingkat rekomendasi
A/B/C
Penelaahan kritis
SMF Bedah
Indikator Medis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Kepustakaan
1. Wim de jong. Sjamsuhidayat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2011. 2. Schwartz. Shires. Spencer. Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2000. 3. Rasad, S. Kartoleksono, S. Ekayuda, I. Abdomen Akut, dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta: Gaya Baru. 1999. (Rasad, et al., 1999) 4. Schrock, T.R. Peritonitis dan Massa abdominal dalam IlmuBedah. Ed7.Alih bahasa dr. Petrus Lukmanto. Jakarta: EGC. 2000. (Shrock, 2000).
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) FIBROADENOMA MAMMAE ICD D 24
Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan payudara normal dimana Defenisi
ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran air susu di payudara.
Anamnesis
Benjolan pada payudara, tidak terasa nyeri, tidak ada demam
PemeriksaanFisik
Benjolan pada mammae, nyeri tidak ada, inflamasi tidak ada, mobile, elastis, konsistensi padat.
Kriteria Diagnosis
1.
Fibroadenoma Mamma : wanita muda dibawah 30 tahun, tumbuh pelan dalam waktu tahunan, batas tegas, bentuk bulat atau oval, permukaan halus, konsistensi padat elastis, sangat mobile dalam corpus mamma, tumor dapat single atau multiple. Nodus axila tidak teraba membesar dan tidak ada tanda metastase.
2.
Tumor Phylloides mamma : tumor pada mamma yang besar > 5 cm dan dapat lebih dari 30 cm. ( diameter umumnya besar diatas, permukaan berbenjol-benjol, ada bagian yg padat dan kistus, sangat mobile sari dinding dada), kulit diatas tumor mengkilat, vena subcutan membesar dan berkelok-kelok/ venectasi, tidak ada tandatanda infiltrasi atau metastase.
3.
Papiloma Intraductal : perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting susu, tumor kecil di subareolar.
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Fibroadenoma Mammae
1.
Kanker Payudara
2.
Fibroadenosis
3.
Kista payudara
4.
Lipoma
1.
Laboratorium DL
2.
FNAB
3.
USG mamma/ Mammografi
4.
VC/PC
Tata Laksana
1. Fibradenoma mamma : Eksisi tumor mamma 2. Tumor Phylloides : Eksisi tumor atau Simple Mastectomy 3. Papiloma Intraductal : ductektomy 4.
Edukasi
/
informed
Lain-lain tumor jinak : Eksisi tumor mamma
SEDARI
consent (Hospital Health Promotion) Prognosis
Advitam
: Dubia ad bonam
Adsanationam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
Tingkat Evidens
I/II/III/IV
Tingkat rekomendasi
A/B/C
Penelaahan kritis
SMF Bedah Umum
Indikator Medis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Kepustakaan
1.
Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, edisi revisi 2003, PABI
2.
Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Seymour I, Schwarts, Spenser, edisi 6 , Jakarta, EGC, 2000
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SOFT TISSUE TUMOR ICD-10 : D17
Soft tissue tumor atau lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang Defenisi
berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.
Anamnesis
Benjolan di kulit tanpa disertai nyeri.
Biasanya tanpa gejala apa-apa (asimptomatik).
Hanya dikeluhkan timbulnya benjolan yang membesar perlahan dala m waktu yang lama.
Bisa menimbulkan gejala nyeri jika tumbuh dengan menekan saraf.
Untuk tempat predileksi seperti di leher bisa menimbulkan keluhan menelan dan sesak
PemeriksaanFisik
Pemeriksaan Fisik Patologis
Keadaan Umum : tampak sehat bisa
sakit ringan - sedang Kulit : ditemukan benjolan, teraba empuk, bergerak jika ditekan. Pemeriksaan Penunjang Kriteria Diagnosis
Diagnosis Kerja Diagnosis Banding
Dapat dilakukan tusukan jarum halus untuk mengetahui isi massa.
Memenuhi kriteria anamnesa
Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
Soft Tissue Tumor/Lipoma
Epidermoid kista
Abses
Liposarkoma
Limfadenitis tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi
Tata Laksana
Pembedahan Dengan indikasi : kosmetika tanpa keluhan lain.
Terapi pasca eksisi: antibiotik, anti nyeri Simptomatik: obat anti nyeri
Prognosis
Advitam
: Dubia ad bonam
Adsanationam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
Tingkat Evidens
I/II/III/IV
Tingkat rekomendasi
A/B/C
Penelaahan kritis
SMF Bedah Umum
Indikator Medis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Kepustakaan
1. Syamsuhidayat, R. Wim De Jong. Neoplasma in: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005. 2. Scoot, L. Hansen. Stephen, J. Mathes.Eds. Soft Tissue Tumor in: Manual of Surgery. 8th Ed. New York:McGraw-Hil l Company. 2006. 3. Gerard, M. Lipoma In: Current Essentials of Surgery. New York: Lange Medical Book. 2005.