Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015 FIBROADENOMA MAMMAE (ICD-10: N60.2) 1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Neoplasma jinak payudara yang terdiri dari campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkimal), yang terbanyak adaah komponen jaringan fibrous. - Merasa ada benjolan di payudara cukup lama - Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan menstruasi. - Benjolan terasa mobile/ lari-lari. - Usia muda (akil baliq - 30 tahun) - Benjolan biasanya tidak terlalu besar. - Dapat tunggal atau multipel. - Pada palpasi teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas, permukaan halus, meskipun kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau multipel, dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral.
4. Kriteria Diagnosis
- Anamnesa - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi
5. Diagnosis
Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel)
6. Diagnosis Banding
- Tumor Phylloides Benigna - Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang
USG payudara: massa homogen, berbatas tegas dengan halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper.
8. Terapi
Eksisi dan pemeriksaan histopatologis spesimen operasi.
9. Edukasi
Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka kekambuhan
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam IV C
12. Tingkat Rekomendasi dr. Zainul Muhtarom Sp. B dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
1. Crofton SJ, Horne N, Miller F. Fibroadenoma mammae. Edisi ke1. London: The Mac Millan Press, 1992. 2. Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Tatalaksana FAM. 2005.
15. Kepustakaan
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015
TUMOR PHYLLODES
1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Tumor fibroepithelial yang jarang dan hanya didapatkan di payudara. - Usia 30 tahun atau lebih - Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa disertai rasa nyeri, kadang-kadang ada anamnesis cepat membesar terakhir ini, dan disertai ulkus.
- Benjolan besar atau sangat besar (5cm-40cm) - Kulit di atas tumor mengkilat, ada fleboektasi, kadang didapatkan ulkus - Benjolan berdungkul-dungkul dengan konsistensi heterogen, ada bagian yang padat, dan banyak bagian yang kistik - Meskipun besar, benjolan masih mobile (mudah digerakkan) dari jaringan sekitar atau dengan kulit dan dasar/dinding thoraks - Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening aksilla ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar dan terdapat ulkus
4. Kriteria Diagnosis
- Anamnesa - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi, FNAB
5. Diagnosis
- Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel)
6. Diagnosis Banding
- Tumor Phylloides Benigna - Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang
- USG mammae atau mammografi: tidak khas, sukar dibedakan dengan fibroadenoma mammae
8. Terapi
- Eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti fibroadenoma mammae maka angka kekambuhan akan sangat besar - Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan: a. benjolan yang sudah menempati hampir seluruh payudarasehingga hanya tersisa sedikit jaringan payudara yang sehat. b.benjolan residif dan terbukti histopatologis berupa lesi yang maligna. c. benjolan residif pada usia tua. - Pada tumor phyllodes yang maligna, prinsip terapi juga sama dengan yang benigna, kecuali pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan kelenjar getah bening aksila hanya bila didapatkan metastase pada kelenjar getah bening aksilla. - Radioterapi dan kemoterapi kurang berperan.
9. Edukasi
Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka kekambuhan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
C dr. Zainul Muhtarom Sp. B dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
13. Penelaah Kritis
Kondisi pasien membaik
14. Indikator Medis 15. Kepustakaan
Pang T, Koh KL, PuthuchearySD (eds) : Tumor Phylloides: Strategies for the 90’s, Singapore, World Scientific, (2010).
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015 TUMOR GANAS PAYUDARA (ICD-10: C50) 1. Pengertian (Definisi)
Keganasan dari parenkim, stroma, areola, dan papilla mammae (termasuk tumor phyllodes maligna, tidak termasuk tumor
ganas dari kulit payudara). 2. Anamnesis
-Sebagian besar (85%) mengeluh ada tumor, bisa kecil sampai besar dan sudah jelas menunjukkan tanda infiltrasi (mobilitas terbatas/ fixed, perlekatan ke kulit/ ulkus, penarikan puting susu, sampai perlekatan pada dinding thoraks). - Rasa tak enak pada payudara dan besar payudara yang tak sama besar. - Ada nipple discharge yang berdarah - Didapatkan rasa mengganjal di ketiak pada metastase kelenjar getah bening axilla ipsilateral. - Gejala metastase di tempat lain (paru-liver-tulang-otakpayudara kontralateral).
3. Pemeriksaan Fisik
- Tumor: letak kuadran, besar tumor, konsistensi, mobilitas, permukaan, batas, nyeri atau tidak. - Pemeriksaan kelenjar getah bening axilla ipsilateral, mobilitas kelenjar getah bening.
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis
Stadium karsinoma mammae Stadium T N M 0 In situ 0 0 I 1 0 0 IIA 0 1 0 1 1 0 2 0 0 IIB 2 0 0 3 0 0 IIIA 0 2 0 1 2 0 3 1-2 0 IIIB 0-4 0-2 0 Any 3 0 IV Any Any 1 Keterangan: T0 : tidak teraba tumor dengan cara pemeriksaan klinis biasa T1 : teraba tumor dengan diameter < 2 cm T2 : teraba tumor dengan diameter > 2 dan < 5 cm T3 : teraba tumor dengan diameter > 5 cm N0 N1 N2 N3
: tidak ada metastasis regional : ada metastasis kelenjar aksilla yang mobile : ada metastasis kelenjar aksilla yang melekat : metastasis ke kelenjar mammaria interna
M0 M1
: tidak didapatkan metastasis jauh : didapatkan metastasis jauh
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik - Pencitraan (foto thoraks, USG liver, mammografi/ USG mammae, bonescanning), untuk persiapan operasi dan atau kemoterapi serta menetapkan stadium penyakit. - Sitologi dapat rutin atau indikasi, untuk operasi atau kemoterapi, serta menentukan stadium penyakit.
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi
- Tumor Phylloides Maligna - Tubular Adenoma - USG payudara: massa homogen, berbatas tegas denga halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper. - Kriteria inoperabilitas pada kanker payudara 1. Tumor melekat pada dinding thoraks. 2. Edema lengan. 3. Peau d’orange yang melebih ½ payudara. 4. Satelit nodul di daerah payudara yang luas, melewati daerah paudara. 5. Mastitis karsinomatosa. - Indikasi pemerian radioterapi adjuvan loko-regional 1. Stadium IIA dan IIB. 2. Pada stadum I dan II bila: - letak tumor di medial atau sentral - bila letak tumor sangat dekat dengan M. Pektoralis atau menginfiltrasi Mm. Pektoralis 3. Bila pada pemeriksaan histopatologis kelenjar getah bening aksilla sudah ada metastasis dan menembus kapsul. 4. Bila operator merasa perlu ditambahkan radiasi eksterna oleh karena kemungkinan terjadi seeding. - Indikasi pemberian kemoterapi adjuvan sistemik 1. Bila tumor > 3 cm. 2. Bila pada pemeriksaan histopatologis spesimen mastektomi: - didapatkan metastasis pada kelenjar getah bening aksilla > 3 buah - tumor poorly differentiated - ada angio dan lymph invasion - metastasis kelenjar getah bening aksilla yang sudah menembus kapsul. - ER dan atau PR negatif 3. Usia kurang dari 35 tahun. 4. Jelas suatu hereditary breast cancer. - Kemoterapi yang diberikan Pilihan standard CAF (Cyclophophamide 500mg/m2 – Doxorubicin 50mg/m2 – 5 Fluorouracyl 500mg/m2 ) tiap siklus, diulang tiap 3 minggu, sebanyak 6 siklus. CMF (Cyclophosphamide 100mg p.o. hari 1-14, Methotrexate 40mg/m2 i.v. hari 1 dan 8, 5FU 500mg/m2 i.v. hari 1 dan 8) tiap siklus, diulang lagi hari ke 28, sebanyak 6 siklus. Pilihan lain Docetaxel/Paclitaxel-Doxorubicin Gemcitabicine-Cisplatin Docetaxel/Paclitaxel-Gemcitabicine MMM (Methotrexate-Mitomicine C-Mitoxantrone)
Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015
1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis
9. Edukasi
10. Prognosis 5. Diagnosis 11. Tingkat Evidens 6. Diagnosis Banding 12. Tingkat Rekomendasi 7. Pemeriksaan Penunjang
- Indikasi pemberian terapi hormonal ajuvan HEMOROID sistemik(Tamoxifen) 1. Post menopause dengan (ICD-10: I84)ER/PR+ atau tidak diketahui. 2.Suatu Post menopause ER/PR-, kemoterapi dapat pembesarandengan bantalan fibrovaskuler yangtidak terdapat dalam diberikan kanalis analis.atau tidak sanggup menyediakan. Pilihan standar: Tamoxifen 20-30mg/ hari p.o. selama 5 tahun. - Rasa tidak nyaman, gatal di anus, keluar cairan lendir dan perdarahan, bila berlanjut timbul prolaps dari hemoroid. - Tindak lanjut Dilakukan cukup lama, seumur hidup. Yang dinilai: status generalis, keadaan penyakitnya, komplikasi - Mencari kelainan penyerta lain, colok dubur. atau akibat samping dari terapi yang diberikan. Derajat 1: pelebaran vaskularisasi, dapat terjadi perdarahan, Jadwal follow up: tidak terjadi prolaps. 0-1 tahun tetapi : tiap bulan sekali Derajat terjadi prolaps hemoroid saat defekasi, tetapi 1-3 tahun2: dapat : tiap 3 bulan sekali dapat kembali spontan. 3-5 tahun masih : tiap 6 bulan sekali tetapi masih dapat dikembalikan >Derajat 5 tahun3: terjadi : tiapprolaps, tahun sekali dengan jari tangan. Derajat 4: terjadi prolaps, tidak dapat dikembalikan, biasanya Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka disertai strangulasi atau trombosis. kekambuhan Ad vitam : dubia ad malam Ad sanationam : dubia ad malam Ad fungsionam : dubia ad malam dan pemeriksaan fisik. Diagnosis dengan anamnesis
IV
- Laserasi anus - Fistula perianal
C - Proktoskopi: tampak benjolan berwarna merah kebiruan.
dr. Zainul Muhtarom Sp. B - Terapi suportif dr. Agoeng Suprijadi Sp. B 8. Terapi - Modifikasi diet dan pola hidup Kondisi pasien membaik - Berendam duduk dalam air hangat selama 10 menit 14. Indikator Medis - Menggunakan kertas basah yang mengandung witch hazel, suatu astringen alami Mojokerto, - Terapi medikamentosa: krim analgetik atau Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Umum suppositori yang mengandung anestesi lokal, astringen, atau steroid -Skleroterapi: dengan menyuntikkan Fenol 5% dalam almond oil 3-5 ml padadr. hemoroid 1 dan 2.Sp. B Dr. Asri Bindusari, SpKK Zainulderajat Muhtarom - Terapi pembedahan 19601102 198703 2 002 19611205 198901 1 001 Untuk hemoroid grade 3 dan 4, atau grade 1 dan 2 yang gagalditerapi dengan metode nonpembedahan. - Eksisi trombus, jika trombus cukup besar dan menimbulkan nyeri. Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar - Ligasi Mojokerto rubber band. Kabupaten - Hemoroidektomi teknik terbuka (contoh: teknik Milligan-Morgan). - Hemoroidektomi teknik tertutup (contoh: teknik Dr. Sujatmiko, Ferguson). MMRS - Stapled hemorrhoidopexy (PPH procedure). 13. Penelaah Kritis
9. Edukasi
Meminum banyak air putih. Kurangi mengonsumsi kafein dan minuman keras. Menambah asupan serat di dalam makanan: buah, sayuran, beras merah atau cokelat, biji-bijian, kacang-kacangan, dan gandum. Tidak menunda untuk buang air besar. Sebaliknya, jika mengabaikan dorongan untuk buang air besar, bisa membuat tinja keras dan kering hingga memaksa kita harus mengejan
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten PanduanMojokerto Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015 Dr. Sujatmiko, MMRS
HERNIA INGUINALIS DAN HERNIA FEMORALIS (ICD-10: K40 dan K41) 1. Pengertian (Definisi)
Penonjolan abnormal sebagian atau seluruh organ intraabdominal melalui lubang atau defek dinding abdomen, yang dilapisi peritoneum. - Hernia inguinalis lateralis/ indirekta: kantong hernia keluar melalui annulus internus menuju kanalis inguinalis – annulus eksterus dan keluar menuju kantong zakar.
Usia Jenis kelamin 2. Anamnesis lokasi
Thumb test (menekan annulus internus dan penderita 3. Pemeriksaan Fisik mengejan) Finger test (tes invaginasi jari lewat skrotum ke dalam kanalis inguinalis, penderita 5. Diagnosis mengejan) Zieman test (tangan kanan jari 6. Diagnosis IIBanding menekan annulus internus kanan, jari III 7. Pemeriksaan menekan annulus Penunjang eksternus kanan, Jari IV menekan fossa ovalis 8. Terapi kanan, penderita mengejan) Strangulasi
- Hernia inguinalis medialis/ direkta: kantong hernia keluar melalui segitiga Hernia inguinal Hernia inguinal Hernia femoralis Hasselbach menuju annulus eksternus. indirekta direkta - Hernia femoralis:Orang kantong melalui annulus femoralis menuju ke fossa ovalis. Semua umur tua Dewasa dan tua - Benjolan inguinal yang timbul bila penderita Terutama priadaerah Pria dan wanita Terutama wanita berdiri atau mengejan danatas dapat masuk kembali (hernia reponibilis). Di Di atas bila penderita Di berbaring bawah - Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut hernia irreponibilis. ligamentum ligamentum ligamentum inguinale inguinale inguinale - Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh annulus dan timbul gangguan pasase Tidak keluar Keluar benjolan Keluar benjolan isi usus dan atau gangguan vaskularisasi disebut hernia inkarserata benjolan
Tonjolan pada ujung jari
Tonjolan pada sisi jari
-
Dilakukan pada posisi berdiri, terlentang, saat mengejan atau batuk
Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dorongan pada jari II - Hidrokel testis
Dorongan pada jari III
Dorongan pada jari IV
- Epididimitis - USG
- Hernia inguinalis dan femoralis harus selalu dilakukan operasi kecuali bila ada kontraindikasi (keadaan pasien terlalu lemah untuk menjalani operasi atau risiko operasi terlalu tinggi). Pada pasien yang tidak dapat dilakukan atau menolak operasi, Jarang disarankan memakai Sabuk Truss untuk menutup defek sering Sering dinding abdominal sementara waktu hingga dapat dilakukan operasi. - Sebelum dilakukan operasi, faktor pencetus hernia seperti: konstipasi, batuk kronis, dan obstruksi uretra-bladder neck harus diperbaiki dahulu untuk mencegah kekambuhan. - Prinsip operasi hernia: menghilangkan saccus peritonealis dan menutup defek dasar inguinal. Dapat dilakukan dengan operasi herniotomi (memotong kantong hernia), herniorafi (menutup defek dasar inguinal dengan jaringan sekitar defek), hernioplasti (menutup defek atau memperkuat dasar inguinal dengan bahan protesa). - Teknik operasi terbuka: Anterior approach Tanpa mesh: prosedur Bassini, Halsted, McVay, Shouldice. Mulai ditinggalkan Dengan mesh: Lichtenstein tension free. Paling banyak digunakan dan rasa nyeri paska operasi ringan Preperitoneal approach: prosedur Nyhus, Stoppa. Bermanfaat pada kasus hernia bilateral atau kasus rekurensi - Operasi laparoskopik IPOM: intraperitoneal onlay of mesh TAPP: transabdominal preperitoneal mesh technique - TEP: total extraperitoneal mesh placement
9. Edukasi
10. Prognosis
- Hindari aktifitas yang berhubungan dengan angkat berat. - Hindari mengejan terlalu keras saat batuk, olahraga, buang air, dll Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
C dr. Zainul Muhtarom Sp. B dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan
Kondisi pasien membaik
Azimuddin, edited by Indru Khubchandani, Nina Paonessa, Khawaja (2009). Classification of hernia. (2nd ed. ed.). New York: Springer. p. 21.
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015 PENYAKIT GRAVE’S / MORBUS BASEDOW
-
Penyakit autoimun yang ditandai dengan gejala hipertiroidism, goiter yang difus. Dan bisa disertai kelainan mata dan kulit Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turun Tremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi buruk Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat
3. Pemeriksaan Fisik
-
Penderita tampak kurus Mata menonjol Resting tremor Takikardi Pembesaran tiroid yang difus
4. Kriteria Diagnosis
Klasifikasi Gustillo dan Anderson: a. Patah tulang derajat I Garis patah tulang sederhana. Luka <1 cm, bersih b. Patah tulang derajat II G Garis patah tulang sederhana. Luka <1 cm, bersih, tanpa kerusakan jaringan lunak luas, flap, atau avulsi c. Patah tulang derajat III Patah tulang dengan kerusakan jaringan luas termasuk kulit, otot, saraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan gaya denga kecepatan tinggi
5. Diagnosis
-
1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis
6. Diagnosis Banding
-
-
Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turun Tremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi buruk Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat Penderita tampak kurus Mata menonjol Resting tremor Takikardi Pembesaran tiroid yang difus
-
Struma nodusa toksika
-
Tiroiditis sub akut Hipertiroid karena peningkatan gonadotropin
7. Pemeriksaan Penunjang
-
Laboratorium: kadar T3 dan T4 meningkat, TSH menurun USG tirod: pembesaran kelenjar tiroid yang difus Sidikan yodium: gambaran tangkapan yodium meningkat
8. Terapi
-
Propil Thyourasil (PTU) 3 x 100 mg (dewasa) Beta blocker (propanolol) Minor tranzquilizer (diazepam) Pembedan dan internal radiasi
9. Edukasi
10. Prognosis
Makanan tinggi serat dan protein, istirahat yang cukup Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
C dr. Zainul Muhtarom Sp. B
13. Penelaah Kritis
dr. Agoeng Suprijadi Sp. B Kondisi pasien membaik
14. Indikator Medis 15. Kepustakaan
1. Davies TF. Grave disease-Pathogenesis. In Bravement LE, Utiger RD (eds). Werner & Ingbar’s The tyroid- A Fundamental and Clinical Text, 8th ed., Philadelphia: Lippincott illiam& Wilkins; 2000,p. 518-30
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
Panduan Praktik Klinis SMF : BEDAH UMUM RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO TAHUN 2015 STRUMA NODUSA NON TOKSIKA 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
Pembesaran kelenjar tirod yang berbatas tegas, tanpa gejala hipertiroid
Benjolan dileher bagian bawah depan Nyeri dileher bagian bawah depan disertai peningkatan suhu tubuh - Apakah pasien berasal dari daerah endemis?(banyak tetangga yang memiliki gejala sama) - Inspeksi: o Benjolan dileher depan bawah yang bergerak ke atas saat menelan ludah - Palpasi o Lokalisasi benjolan terhadap trakea o Ukuran o Konsistensi o Mobilitas terhadap jaringan sekitar o Benjolan bergerak saat menelan ludah o Bagian bawah benjolan dapat diraba atau tidak (jika tidak dapat diraba, kemungkinan ada bagian yang masuk retrosternal) o Raba KGB leher Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan lab : T3, T4, TSH Benjolan dileher bagian bawah depan - Nyeri dileher bagian bawah depan disertai peningkatan suhu tubuh - Apakah pasien berasal dari daerah endemis?(banyak tetangga yang memiliki gejala sama) - Inspeksi: o Benjolan dileher depan bawah yang bergerak ke atas saat menelan ludah - Palpasi o Lokalisasi benjolan terhadap trakea o Ukuran o Konsistensi o Mobilitas terhadap jaringan sekitar o Benjolan bergerak saat menelan ludah o Bagian bawah benjolan dapat diraba atau tidak (jika tidak dapat diraba, kemungkinan ada bagian yang masuk retrosternal) o Raba KGB leher - X-foto leher AP/lateral o Untuk mengetahui kalsifikasi pada struma, penyempitan atau pendorongan trakea - X-foto thorax AP/lateral o Untuk mengetahui bagian struma yang ada di retrosternal - FNAB o Screening keganasan tiroid - Potong beku o Dikerjakan intra operatif untuk menentukan struma ganas/tidak -
-
Subtotal lobektomi : bila hanya 1 sisi saja Subtotal tiroidektomi: bila kedua lobus terkena Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka kekambuhan
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto, Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS