Nama : Erwin Ferdian Adyatma NIM: 040811494/A Mata Kuliah: Ekonomi Moneter Prodi: Ekonomi Pembangunan SQUIRTJAPAN http://nycv67.pornhub.com/dl/7a7aaa434cd70 v67.pornhub.com/dl/7a7aaa434cd704d3d0dd67438243ecf4 4d3d0dd67438243ecf4/4d45a17f/videos/0 /4d45a17f/videos/001/0 01/0 29/517/1029517.flv?r=100
PERMINTAAN ATAS UANG y
y
Teori jumlah uang adalah suatu teori mengenai bagaimana nilai nominal dari pendapatan agregat ditentukan. oleh karena hal tersebut juga menjelaskan berapa banyak uang yang harus dipegang dengan jumlah pendapatan agregat tertentu, ini merupakan teori permintaan atas uang. Konsep yang membahas keterkaitan antara P x Y di sebut sebagai velocity of money yaitu rata-rata jumlah berapa kali per tahun dari satu unit mata uang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. V=
M x V = P x Y y
y
Teori kuantitas, pandangan Fisher bahwa percepatan cukup konstan dalam jangka pendek mengubah persamaan pertukaran ke dalam teori jumlah uang, yang menyatakan bahwa pendapatan nominal semata-mata ditentukan oleh pergerakan jumlah uang. Para ekonom klasik meyakini tingkat output agregat Y yang dihasilkan dalam perekonomian selama kondisi normal akan tetap pada tingkat pengerjaan penuh (full employment), sehingga Y dalam persamaan pertukaran dapat diperlakukan sebagai konstan dalam jangka pendek. Dalam
teori preferensi likuiditas dari Keynes, membagi tiga motif dibalik permintaan akan uang: 1. Motif transaksi, seorang diasumsikan memegang uang karena uang sebagai alat pertukaran yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi 2. Motif berjaga-jaga, ada tambahan di luar memegang uang untuk transaksi sekarang, orang memegang uang sebagai antisipasi terhadap kebutuhan yang tak terduga
3. Motif spekulasi, alasan seseorang memegang uang ini sebagai motif spekulasi karena percaya bahwa kekayaan terkait dengan pendapatan. Factor lain yang mempengaruhi keputusan terhadap berapa banyak uang yang dipegang sebagai alat penyimpan kekayaan, khususnya bunga. Keynes membagi asset yang digunakan untuk menyimpan kekayaan dalam dua kategori: uang dan obligasi. y
Persamaan permintaan akan uang yang di kenal sebagai fungsi preferensi likuiditas yang menyatakan bahwa permintaan akan saldo uang riil M d/ P adalah fungsi dari i dan Y
y
y
Tanda minus di bawah i dalam fungsi preferensi likuiditas berarti permintaaan akan saldo uang riil berhubungan negative dengan suku bunga i, dan tanda positif pada Y artinya bahwa permintaan akan saldo uang riil dan pendapatan riil berhubungan positif. Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY / M, dapat dilihat bahwa teori Keynes mengenai permintaan akan uang mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan pergerakan suku bunga. apabila kedua sisi persamaan dikalikan dengan Y dan mengganti dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, dapat diperoleh persamaan: Dan
y
y
y
Willian
Baumol dan James Tobin mengembangkan model permintaan akan uang yang sama secara terpisah, yang menunjukkan bahwa jumlah uang yang dipegang untuk tujuan transaksi bersifat sensitive terhadap tingkat suku bunga. Dalam mengembangkan modelnya, mereka menganggap seorang individu menerima pembayaran sekali dalam satu periode dan menghabiskan dalam satu periode tersebut. Dalam model mereka, uang yang memberikan pendapatan suku bunga nol, dipegang hanya karena digunakan untuk melakukan transaksi. Ketika suku bunga meningkat, jumlah dari uang tunai yang dipegang untuk transaksi akan turun, yang berarti percepatan akan naik seiring dengan kenaikan suku bunga. Dengan kata lain, komponen transaksi dari permintaan akan uang berhubungan negative dengan tingkat suku bunga. Permintaan untuk berjaga-jaga, ketika suku bunga meningkat, biaya peluang dari memegang uang untuk berjaga-jaga akan meningkat, sehingga saldo memegang uang menjadi turun. Permintaan akan uang untuk berjaga-jaga berhubungan negative dengan suku bunga.
y
y
Permintaan spekulatif, analisis Keynes menunjukkan bahwa seseorang memegang uang hanya sebagai alat penyimpan kekayaan ketika perkiraan tingkat pengembalian dari obligasi lebih kecil daripada perkiraan tingkat pengembaliaan dari uang. Analisis Keynes mengimplikasikan bahwa praktis orang tidak memegang portofolio yang terdiversifikasi antara obligasi dan uang secara terus menerus sebagai penyimpan kekayaan. Oleh kareena diversifikasi merupakan stategi yang rasional dalam memilih asset yang akan dipegang. Analisis Tobin juga menunjukkan bahwa orang dapat mengurangi jumlah total resiko dalam suatu portofolio dengan melakukan diversifikasi yaitu dengan memegang obligasi maupun uang. Model tersebut menunjukkan bahwa individu akan memegang obligasi dan uang secara simultan sebagai penyimpan kekayaan. Analisis ini lebih realistis daripada yang digambarkan oleh Keynes. Teori Milton Friedman terhadap permintaan uang menggunakan pendekatan yang serupa dengan Keynes. Dengan memperlakukan uang seperti layaknya asset lain, Friedman menggunakan teori permintaan asset untuk menurunkan permintaan uang atas asset lain relative terhadap perkiraan tingkat pengembalian dari uang dan pendapatan permanen. Friedman menyatakan rumus permintaan atas uang sebagai berikut:
)
Tanda di bawah persamaan merupakan hubungan positif(+) atau negative(-) dengan masing-masing variable yang terkait langsung di atasn ya. Karena permintaan atas suatu asset berhubungan positif dengan kekayaan, permintaan uang juga berhubungan positif dengan konsep kekayaan Friedman, pendapatan permanen. Tidak seperti konsep pendapatan biasa, pendapatan permanen mempunyai fluktuasi yang lebih kecil, karena beberapa pergerakan pendapatan bersifat sementara. y
Ada beberapa perbedaan antara teori permintaan atas uang dari Friedman dan Keynes. D iantaranya adalah memasukkan beberapa asset sebagai alternative dari uang. Friedman beranggapan uang dan barang merupakan subtitusi, artinya masyarakat memilih di antara keduanya ketika memutuskan berapa banyak uang yang harus dipegang. Selain itu, Friedman menekankan dua masalah dalam membahas fungsi permintaan atas uang yang membedakannya dengan teori preferensi likuiditas Keynes. Pertama, Friedman tidak menganggap perkiraan tingkat pengembalian atas uang sebagai konstanta. Fungsi permintaan uang Friedman pada dasarnya merupakan satu fungsi yang mengginakan pendapatan permanen sebagai penentu utama dari permintaan uang, dan persamaan permintaan uangnya dapat ditaksir sebagai
Dalam
pandangan Friedman, permintaan atas uang tidak sensitive terhadap suku bunga, bukan karena dia memandang permintaan atas uang sebagai tidak sensitive terhadap
perubahan dalam insentif untuk memegang asset lain relative terhadap uang, tetapi cukup karena perubahan suku bunga seharusnya mempunyai dampak yang kecil terhadap variable insentif dalam fungsi permintaan uang. Masalah kedua yang di tekankan oleh Friedman adalah stabilitas dari fungsi permintaan atas uang. Friedman menyatakan bahwa fluktuasi acak dalam permintaan atas uang adalah kecil dan bahwa permintaan atas uang dapat diprediksisecara akurat oleh fungsi permintaan uang, ketika digabungkan dengan pandangannya bahwa permintaan atas uang tidak sensitive terhadap perubahan suku bunga, ini berarti bahwa percepatan sangat dapat diprediksi. Dapat dilihat dari persamaan
Dua
perbedaan ini juga menunjukkan bahwa percepatan dapat diprediksi, yang menghasilkan kesimpulan teori kuantitas bahwa uang merupakan penentu utama dalam pengeluaran agregat. y
y
permintaan uang sensitive terhadap suku bunga, tetapi ada sedikit bukti bahwa terjadi sensitivitas yang ekstrem. Liquidity trap, dimana kebijakan moneter tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap pengeluaran agregat, karena perubahan uang beredar tidak mempunyai pengaruh terhadap suku bunga. Seperti yang pernah dialami oleh Jepang dalam tahun-tahun terakhir, yang menjadi satu alasan mengapa otoritas moneter jepang mengalami kesulitan dalam menstimulus perekonomian. Jika fungsi permintaan uang tidak stabil dan mengalami pergeseran yang tak terduga secara signifikan, seperti pandangan Keynes, maka percepatan tidak dapat diprediksi, dan jumlah uang mungkin tidak sepenuhnya terkait kuat dengan pengeluaran agregat, seperti dalam teori kuantitas modern. Pada awal tahun 1970-an, bukti kuat mendukung kestabilan fungsi permintaan. Tetapi setelah tahun 1973, inovasi keuangan yang cepat mendorong ketidakstabilan yang signifikan dalam mengestimasi fungsi permintaan uang. Secara khusus, karena fungsi permintaan uang telah menjadi tidak stabil, percepatan sekarang semakin sulit diprediksi, penetapan target uang beredar yang kaku untuk mengontrol pengeluaran agregat dalam perekonomian mungkin bukan cara yang efektif untuk melaksanakan kebijakan moneter.