Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Belak Belakan ang g Salah Sal ah satu tug tugas as per perkem kemban bangan gan yan yang g har harus us dic dicapa apaii pad padaa pri priode ode ana anak  k  adalah memiliki seperangkat nilai atau sistem etis untuk menjadi pedoman dalam  bertingkah laku dalam menjalani kehidupan dimasyarakat. Selama usia anak-anak,  pengusaha moral anak mulai diperhatikan secara berangsur-angsur mereka mulai mengua men guasai sai dan men menyak yakini ini nil nilaiai-nil nilai ai ya yang ng ber bersifa sifatt uni univer versal. sal.nil nilaiai-nila nilaii ya yang ng dimiliki sebagi seorang anak membimbing cara berinteraksi dengan orang lain,dan dalam meng menghadapi hadapi berba berbagai gai probl problematik ematik kehid kehidupan upan,, sehing sehingga ga memun memungkink gkinkan an anak an ak

menj me njal alan anii

kehi ke hidu dupa pan n

seca se cara ra

seim se imba bang ng

dan da n

tent te ntra ram. m.

Terc rcap apai ainy nyaa

 perkembangan moral memberi arti bagi peningkatan sosialisasi sehingga anak   benar-benar siap memasuki kehidupan deasa atau remajanya. !Secara bertahap minat psikologi bergeser ke arah perkembangan moral "  kepola yang normal untuk aspek perkembangan ini dan usia seorang anak dapat diharapkan bersikap sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat!#$li%aberh B. &urlock, '()*+ ) . Budaya sangat mempengaruhi perkembangan manusia dalam mela melaku kuka kan n kegi kegiata atan n sehar sehari-h i-har arii terut terutama ama perk perkem emba bang ngan an mora morall anak anak yang yang merupakan penerus bangsa yang selanjutnya. ang sangat menonjol sekali adalah  perkembangan moral yang mana menurut /olhberg menyatakan !adanya tahaptahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan! #Sunarto dan B. Agung &artono, 0112 +')2. 3ada masa ini, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebi lebih h flek fleksi sibel bel,, tida tidak k sekak sekaku u saat saat di usia usia kana kanakk-ka kana nak k aal aal.. 4erek 4erekaa mulai mulai mema memaha hami mi bah bahaa peni penilai laian an baik baik-bu -buru ruk k atau atau atura aturan-a n-atu tura ran n dapa dapatt diub diubah ah tergantung tergantung dari keadaan keadaan atau situasi munculnya munculnya perilaku tersebut. 5uansa emosi mereka juga makin beragam.

1

6engan penjelasan dari atas maka kami memgangkat makalah dengan  judul !3erkembangan 4oral pada Anak 7sia Sekolah 6asar!. B. 8umusan 4asalah '. Apakah pengertian moral 9 0. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral 9 :. Bagaimana perkembangan dan pengembangan moral anak usia sekolah dasar 9 ;. Tujuan 3enulisan - 7ntuk mengetahui pengertian moral - 7ntuk mengetahui tahap-tahap perkembangan moral - 7ntuk mengetahui perkembangan dan pengembangan moral anak usia sekolah dasar 

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian moral

2

Moral berasal dari bahasa Latin "mos"   #jamak+ mores yang berarti

kebiasaan, adat. /ata "mos" #mores dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa unani. 6i dalam bahasa
Pengertian Moral Menurut Chaplin (200!" 4oral mengacu pada

akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. •

Pengertian Moral Menurut Hurlo#$ (%&&0!" moral adalah tata cara,

kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. •

Pengertian Moral Menurut 'antah (200!"  4oral adalah sesuatu yang

 berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar  salah dan baik buruknya tingkah laku. 6ari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan baha  Moral  adalah  suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral   sangat berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.

3

B. )ahap*tahap Per$em+angan Moral Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya

moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh  La,ren#e -ohl+erg . Teori ini berpandangan baha penalaran moral, yang merupakan dasar  dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan  yang dapat teridentifikasi.
moral masih ditafsirkan oleh individu>anak berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan. Tingkat prakonvensional memiliki dua tahap, yaitu+ Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan 3ada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik   buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiai dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghidari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Tahap 2: Orientasi relativis-instrumental  3ada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. &ubungan antarmanusia diipandang seperti huubungan di pasar yang berorientas i pada untung-rugi. +. )ing$at -onen/ional 4

Tingkat konvensional atau konvensional aal adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat. Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu+ Tahap 3: Orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi !nak anis# 3ada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Tahap $: Orientasi hukum dan ketertiban 3ada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap,  penjagaan tata tertib sosial. 3erilaku yang baik adalah semata-mata melakukan keajiban sendiri, menhormati otoritas, aturan yang tetap, dan  penjagaan tata tertib sosial yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dalam dirinya. #. )ing$at Pa/#a$onen/ional 1tonom atau Bera/ar$an Prin/ip Tingkat pascakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapanungkapan moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan  prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut. Tingkat pascakonvensional memiliki dua tahap, yaitu+ Tahap %: Orientasi kontrak sosial legalitas 3ada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian. Artinya perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak  dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat. 3ada tahap ini terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribadi sesuai dengan relativisme nilai tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi. &asilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan  penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan  pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. 6i luar bidang hukum,  persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat keajiban . Tahap &: Orientasi prinsip dan etika universal 

5

3ada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan prinsip prinsip

etis

yang

dipilih

sendiri

dan

yang

mengacu

kepada

komprehensivitas logis, universalitas, dan konsestensi logis. 3rinsip prinsip ini bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan peraturan moral konkret.

3ada

dasarnya

inilah

prinsip-prinsip universal

keadilan,

resiprositas, persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada manusia sebagai pribadi. C. Per$em+angan Dan Pengem+angan Moral ana$ u/ia Se$olah Da/ar

3erilaku moral berarti perilaku yang menyesuaikan dengan kode moral

dari

kelompok

sosialnya.

4oral

berasal

dari

bahsa

latin+ mores berarti tatakrama atau kebiasaan. 3erilaku moral dikendalikan oleh konsep moral, yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral adalah  perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan sosial. 3erilaku tersebut tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial. 3erilaku unmoral  adalah  perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya. 3erilaku ini cenderung terlihat pada kanak-kanak. /etika masih kanakkanak, anak tidak diharapkan untuk mengenal seluruh tata krama dari suatu kelompok. Begitu anak memasuki usia remaja dan menjadi anggota suatu kelompok, anak dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan kelompoknya. Tingkah laku yang sesuai dengan aturan tidak  hanya sesuai dengan dasar-dasar yang ditetapkan secara sosial tetapi juga  perlu diikuti secara suka rela. &al ini terjadi pada otoritas eksternal maupun internal. 6alam perkembangan moral kelak anak-anak harus  belajar mana yang benar dan mana yang salah. /emudian, begitu anak   bertambah besar, ia harus tahu alasan mengapa sesuatu dianggap benar  sementara yang lain tidak. 6engan demikian, anak perlu dilibatkan dalam aktivitas kelompok, tetapi yang terpenting tetap perlu mengembangkan harapan melakukan mana yang baik dan mana yang buruk.

6

4enurut 3iaget, antara usia lima dan dua belas tahun konsep anak  mengenai keadilan sudah berubah. 3engertian yang kaku dan keras tentang  benar dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak  mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. ?adi, menurut piaget relativitasme moral menggantikan moral yang kaku. 4isalnya bagi anak lima tahun, berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih sadar baha dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk. /ohlberg memperluas teori 3iaget dan menamakan tingkat kedua dari  perkembangan

moral

moral

akhir

masa

kanak-kanak

sebagai

tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan  penyesuaian konvensional. 6alam tahap pertama dari tingkat ini oleh /ohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk  mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubunganhubunganyang baik. 6alam tahap kedua, kohlberg mengatakan baha kalau kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan. ?ean 3iaget #'(=1 menyatakan baha setiap anak memiliki cara tersendiri

dalam

menginterpretasikan

dan

beradaptasi

dengan

lingkungannya #teori perkembangan kognitif. 4enurutnya, setiap anak  memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. 3emahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi #menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran dan proses akomodasi #proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek. /edua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. 6engan cara seperti itu secara  bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

7

Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. /edua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses  belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. 3ada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku  belajar sebagai berikut+ #' 4ulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek  situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, #0 4ulai berpikir secara operasional, #: 4empergunakan cara  berpikir

operasional

untuk

mengklasifikasikan

benda-benda,

#

4embentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan #= 4emahami konsep substansi, volume %at cair, panjang, lebar, luas, dan  berat. 4emperhatikan

tahapan

perkembangan

berpikir

tersebut,

kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu+ (%! -on$rit. /onkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari halhal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. 3emanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab sisa dihadapkan dengan peristia dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjaabkan. (2! Integrati3 @ 3ada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilahmilah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir  anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. (4! Hierar$i/@ 3ada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar   berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu

8

diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. %. U/aha Pengem+angan )ing$ah La$u Bermoral Sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan, perlu diupayakan suatu sistem pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan ketrampilan  peserta didik yang unggul, yakni beriman dan bertaa kepada Tuhan ang 4aha $sa, manusia yang kreatif, cakap, terampil, jujur, dapat dipercaya, disiplin, bertanggung jaab dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi. 7ntuk meujudkan manusia yang unggul perlu diberikan landasan pendidikan yang kokoh. leh karena itulah kebutuhan dasar  sisa harus terpenuhi lebih dahulu, yaitu+ kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang, dan kebutuhan akan harga diri. Bangsa kita sebenarnya telah memiliki pilar pendidikan yang sangat fundamental, yang disampaikan oleh /i &ajar 6eantoro,
pilar

tersebut

adalah+

1 . Learning to Know (belajar untuk tahu) 3ada proses pembelajaran melalui penerapan paradigma ini, peserta didik

akan

dapat

memahami

dan

menghayati

bagaimana

suatu

 pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. 7ntuk mengkondisikan masyarakat belajar yang efektif  deasa ini, diperlukan pemahaman yang jelas tentang Dapa! yang perlu diketahui, Dbagaimana! mendapatkan
9

diskursus

mengenai

disiplin

tersebut.

2. Learning to Do (Belajar untuk melakukan) 3roses pembelajaran dengan penekanan agar peserta didik menghayati  proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna FEActive LearningFE. 3eserta didik memperoleh kesempatan belajar dan berlatih untuk dapat menguasai dan memiliki standar kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam dirinya. 3roses pembelajaran yang dilakukan menggali eGploring,

dan

menemukan

mengolah

dan

informasi

#information

informasi

dan

searching

mengambil

and

keputusan

#information processing and decision making skill, serta memecahkan masalah secara kreatif #creative problem solving skill. 4enurut ?ohn 6eey baha pembelajaran yang dapat dilakukan dengan+ 1'.  (ela)ar   peserta didik dengan berpikir kreati*, 2'. +eterampilan proses, 3'.  roblem solving approah, $'. endekatan inkuiri, %'. rogram sekolah  yang harus terpadu dengan kehidupan masyarakat, dan &'. (imbingan  sebagai bagian dari menga)ar . Beberapa bentuk Active Learning @ /egiatan Active learning dilakukan dengan kegiatan mandiri, peserta didik  membaca

sendiri

bahan

yang

akan

dibahas

di

kelas.

3. Learning to be (Belajar untuk menjadi diri sendiri) 3roses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik 

dengan sikap mandiri. /emandirian belajar merupakan kunci terbentuknya rasa tanggung jaab dan kepercayaan diri untuk berkembang secara mandiri. Sikap percaya diri akan lahir dari pemahaman dan pengenalan diri secara tepat. Belajar mandiri harus didorong melalui penumbuhan motivasi diri. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melatih kemandirian peserta didik, misalnya@ pendekatan sinektik,  problem soving, keterampilan proses, discovery, inuiry, kooperatif, dan sebagainya 3endekatan pembelajaran tersebut mengutamakan keterlibatan  peserta didik secara efektif. 3endekatan-pendektan pembelajaran ini pada dasarnya suatu proses sosial, peserta didik dibantu dalam melakukan peran sebagai pengamat yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. 4eskipun guru dapat memberikan situasi masalah, namun dalam

10

 penerapannya, peserta didik mencari, menanyakan, memeriksa dan  berusaha menemukan sendiri hal-hal yang dipelajari. 3ara peserta didik  mulai berpikir berdasarkan kemampuan dan pengalamannya masingmasing secara logis. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses  pembelajaran. 4. Learning o Live ogether (Belajar untuk !idu" Bersama) 3roses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati

hubungan antar manusia secara intensif dan terus menerus untuk  menghindarkan pertentangan ras>etnis, agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. 3eningkatan pendidikan nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar manusia. 7ntuk meujudkan makna pendidikan dan fondasi pembelajaran yang terintegrasikannya nilai-nilai kemanusiaan dalam kepribadian dan perilaku selama proses pembelajaran diperlukan proses pembelajaran yang efektif. /eefektifan proses pembelajaran merupakan pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. /eefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan  pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat #5ana Sudjana, '((2 + =0. Sekolah

tidak

hanya

berkeajiban

untuk

memelihara

nilai-nilai

masyarakat, namun juga harus memberikan keaktifan kepada peserta didik  dan secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah sosial, dan harus mengadakan usaha pemecahan masalah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain kemampuan guru dalam menggunakan strategi. 3enerapan strategi  pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, peserta didik, situasi, fasilitas dan pembelajaran itu sendiri. 6engan menerapkan metode yang tepat, proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif sehingga hasil  pembelajaran akan lebih baik dan mantap. Salah satu strategi pembelajaran yang memberikan perhatian pengembangan potensi peserta didik adalah strategi keterampilan proses #proses pemecahan masalah.

11

2. 1rang )ua an Pengem+angan Moral Ana$ U/ia Se$olah Da/ar rang tua sangat besar peranannya dalam perkembangan moral anak.

Tidak seorang pun ahli perkembangan moral anak yang membantah baha moral anak terbentuk melalui hubungan sosial. &ubungan sosial pertama yang dialami anak dalam hidupnya adalah orang tuanya. rang tua brperan  besar dalam membentuk tingkah laku altruitis, role taking,dan perasaan  bersalah pada anak. /asih sayang orang tua terhadap anak, membangun sistem interaksi yang bermoral antara anak dengan orang lain. &ubungan dengan orang tua yang hangat, ramah, gembira, dan kasih sayang, merupakan pupuk bagi perkembangan moral anak. 3engembangan tingkah laku moral tidak lepas dari berbagai peran keluarga adalah sebagai berikut+ a.4emperkenalkan nilai moral yang berlaku di masyarakat. 6i negara kita ada empat sumber nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, yaitu agama, ilmu pengetahuan, nilai-nilai luhur   bangsa


#3ancasila

dan

adat

istiadat.

Anak

harus

diperkenalkan dengan aturan-aturan berhubungan sosial yang sesuai dengan keempat sumber nilai itu. /ebiasaan yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan keempat sumber nilai itu. /alau terjadi pertentangan nilai yang berlaku di masyarakat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam keempat sumber itu, maka anak akan mengikuti kebiasaan yang berlaku di masyarakat, karena seperti yang dikatakan sebelumnya baha anak akan bertingkah laku yang dianggap  baik oleh orang deasa sekitarnya alaupun tidak sesuai dengan moral. 6alam bertingkah laku mereka belum mempunyai kesadaran untuk berpegang teguh pada prinsip moral, tetapi cenderung mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang deasa dalam masyarakat sekitarnya.  b.4emperkuat tingkah laku altruistik  Seperti halnya pengembangan tingkah laku sosial, tingkah laku altruistik memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan moral anak. Tingkah laku suka menolong, membagi milik sendiri kepada teman sebaya merupakan contoh tingkah laku altruistik. 3ada  periode sekolah dasar, tingkah laku altruistik dapat dikembangkan

12

secara baik dengan merangsang perkembangan tingkah laku empati terlebih dahulu. &offman #6alam $lida, 011=+ ')= mengungkapkan  baha !penguasaan tingkah laku empati merupakan dasar bagi  perkembangan moral anak!. Tingkah laku empati dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merasakan orang lain. 4isalnya, seorang anak  melihat temannya yang bersedih karena kehilangan pencil. Anak itu dapat menghayati perasaan temannya dan mengerti baha temannya sedang sedih. /alau anak menghibur atau membantu kaannya itu tidak sedih, maka tingkah laku ini disebut altruistik.

c.4embangkitkan perasaan bersalah 7ntuk membangkitkan perasaan bersalah jika melakukan sesuatu yang melanggar moral, orang tua dan guru perlu memahami tentang timbulnya perasaan bersalah dari aspek moral dalam diri anak, seperti yang dikemukan oleh &offman #6alam $lida, 011=+')) sebagai  berikut + ' 3erasaan bersalah mulai dapat dialami anak pada umur dua tahun namun belum sempurna. 3ada umur enam tahun anak telah memiliki perasaan bersalah yang sempurna. 0 3embiasaan disiplin yang mementingkan kesadaran anak  tentang

akibat

tingkah

lakunya

terhadap

orang

lain

dapat

mengembangkan perasaan bersalah. 6isiplin seprti ini disebut disiplin dengan teknik induksi. : 4embangkitkan

perasaan

empati

atau

cepat

merasakan

 perasaan orang lain sehingga dapat meningkatkan perasaan bersalah.  Timbulnya perasaan bersalah dalam diri anak, dapat mengubah atau memperbaiki tingkah laku anak terhadap korban kejahatan. = 3erasaan bersalah kadang " kadang menimbulkan tingkah laku meninjau dan menilai diri sendiri, sehingga dalam bertindak tidak  dikuasai oleh kepentingan diri sendiri. 2 3erasaan bersalah dapat juga

dikembangkan

dengan

memberikan contoh. ) 3erasaan bersalah dapat juga dilakukan dengan disiplin  penarikan cinta.

13

d. 4emperkuat kata hati 3engembangan kata hati merupakan usaha memperkuat kata hati itu sendiri. 4emperkuat kata hati berarti mengembangkan tingkah laku altruistik, role taking, dan perasaan bersalah. leh karena itu, sebenarnya cara mengembangkan kata hati tidak berbeda dengan  pengembangkan tingkah laku altruistik, role taking, dan perasaan  bersalah. 4. 5uru an Pengem+angan Moral Ana$ U/ia Se$olah Da/ar Tak jauh beda dengan orang tua , guru juga memiliki peranan penting dalam mengembangkan moral anak usia sekolah dasar . Huru diartikan sebagai orang yang bekerja pada bidang pendidikan dan  pengajaran yang ikut bertanggungjaab membentuk anak-anak mencapai kedeasaan masing-masing. 3endidik memberikan peranan yang sangat  besar dalam menentukan keberhasilan pengajaran di sekolah. Banyak  unsur-unsur manusiai yang dimilikinya seperti, sikap, sistem nilai,  perasaan, motivasi, kebiasaan, dan keteladanan yang diharapkan dari  proses pembelajaran yang tidak dapat mungkin dicapai kecuali melalui  pendidik. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik, yaitu membantu dalam mengupayakan perkembangan peserta didik dalam mengoptimalkan segala  potensi hidupnya. 3eranan guru di sekolah yaitu dengan menanamkan hidup bersih dan teratur, meniptakan lingkungan yang menun)ang, kebiasaan dan disiplin  yang tinggi, memberikan tanggung )aab terhadap semua anak, membina ker)asam yang baik, tenggang rasa, peeraya diri melalui mdel-model dan lain-lain. +epada anak diberikan *asilitas dan kesempatan yang ukup dalam memberdayakan alat-alat yang ada di sekolah, di baah  pengaasan dan bimbingan guru. Huru harus dapat membina kerjasama yang baik dengan orang tua sisa, masyarakat dan semua orang-orang yang terlibat dalam kelancaran proses pendidkan di sekolah. Baik orang tua maupun guru dalam melayani perkembangan tersebut  janganlah bersikap otoriter, karena tipe yang demikian akan menghambat tugas perkembangan anak. Setiap kegiatan anak dapat diajak untuk 

14

 bekerjasama

dan bermusyaarah.

6engan

sikap demikian

sangat

menentukan keberhasilan perkembangan anak. 6. )eman Se+a7a an Pengem+angan Moral Ana$ U/ia Se$olah Da/ar &ubungan antarteman sebaya pada masa kecil itu sangat besar  kontribusinya terhadap keefektifan fungsi individu pada masa-masa kehidupan selanjutnya. leh karena itu, &artup #'((0 menyimpulkan  baha kualitas hubungan anak dengan anak-anak lain merupakan  prediktor terbaik bagi kemampuan adaptasinya pada masa deasanya. &ubungan dengan teman sebaya tampak mempunyai berbagai macam fungsi, yang banyak di antaranya dapat memfasilitasi proses belajar dan  perkembangan anak. 4elalui hubungan teman sebaya, anak memperoleh kesempatan untuk belajar keterampilan sosial yang penting untuk  kehidupannya, terutama keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk memecahkan konflik sosial, yang mencakup keterampilan berkomunikasi, berkompromi, dan berdiplomasi #Asher et al ., '(*0 - dalam Burton, '(*2.  /i samping menga)ari anak  ara bertahan hidup di kalangan sesamanya, hubungan teman sebaya memberikan kepada anak konteks untuk dapat membandingkan dirinya dengan orang lain serta memberi kesempatan untuk bela)ar berkelompok. ;ombs dan Slaby #Budd, '(*= menemukan baha hubungan teman sebaya  yang baik seara konsisten terkait langsung dengan dimensi keramahan,  partisipasi, pengayoman 0nurturane', kemurahan hati, dan responsi* dalam interaksi teman sebaya. /i samping itu, anak yang banyak melibatkan dirinya dengan teman sebayanya )uga dapat memperoleh kesempatan untuk membangun rasa peraya diri sosial 0soial sel*-on*idene 0(urton, 1&'.  Anak-anak ini dapat memupuk kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan interpersonalnya, sehingga tidak akan mudah merasa kecea dengan  pasang>surutnya

interaksi

sosial.

&al-hal

tersebut

berimplikasi

terhadap

kemampuan penyesuaian sosial dan profesionalnya di kemudian hari #Burton, '(*2.

 nteraksi sosial memberikan kepada anak kesempatan untuk bela)ar  dari reaksi teman sebayanya. Berbagai studi tentang penguatan #rein*orement  dari teman sebaya menunjukkan baha anak lebih

15

cenderung untuk mengerem penggunaan strategi agresif terhadap teman sebayanya yang memberikan perlaanan terhadap agresi tersebut #?eett, '((0. /arena hubungan anak dengan teman sebayanya itu bersifat egaliter, maka interaksi antara teman sebaya memperkenalkan kepada anak   perilaku saling memberi dan menerima, yang sangat penting untuk  memupuk sosialisasi dan menekan agresi#Budd, '(*=. Lebih jauh, sejumlah kajian literatur #Ladd I Asher, '(*=@ &artup, '((0, menunjukkan baha perolehan dan pemeliharaan berbagai bentuk perilaku sosial, disposisi kepribadian, dan sikap yang diperoleh pada masa kanakkanak #misalnya pola bahasa, isyarat altruistik, popularitas di kalangan teman sebaya, keyakinan moral sebagian tergantung pada reaksi yang diperoleh anak dari teman-teman sebayanya.  (erbagai studi )uga menun)ukkan baha anak bela)ar dengan memperhatikan dan meniru  perilaku teman-teman sebayanya. 3erilaku prososial maupun agresif anak  diperoleh dengan memperhatikan teman-teman sebayanya melakukan respon semacam itu, begitu juga dengan perilaku spesifik laki-laki atau  perempuan, standar untuk penguatan diri #self-reinforcement dan perilaku yang menunjukkan sifat pemberani #Bandura,dalam 5elson-?ones, '((=@ Ladd I Asher, '(*=. &artup #'((0 mengidentifikasi empat fungsi hubungan teman sebaya, yang mencakup+ ' &ubungan teman sebaya sebagai sumber emosi #emotional resources, baik  untuk memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi terhadap stress@ 0 &ubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif #cognitive resources untuk   pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan@ : &ubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan sosial dasar  #misalnya

keterampilan

komunikasi

sosial, keterampilan kerjasama dan

keterampilan masuk kelompok diperoleh atau ditingkatkan@ dan  &ubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentuk-bentuk  hubungan lainnya #misalnya hubungan dengan saudara kandung yang lebih harmonis. &ubungan teman sebaya yang berfungsi secara harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah terbukti dapat memperhalus hubungan antara anakanak itu dengan adiknya.

16

 4artup mengemukakan baha sebagai sumber emosi, pertemanan bagi anak memberi rasa aman untuk memasuki ilayah baru, bertemu dengan orang baru atau hal-hal baru, dan mengatasi persoalan- persoalan baru .  /i samping itu, dengan teman sebaya, anak saling memberikan dukungan dalam mengatasi stress dan meniptakan suasana yang menyenangkan.  ada gilirannya, keadaan ini dapat memberikan basis yang aman# untuk melakukan soial learning lebih lan)ut dan membuat temuantemuan baru. Studi yang dilakukan oleh Jreud dan 6ann #Ladd I Asher, '(*= terhadap enam orang anak yatim piatu korban 3erang 6unia << menunjukkan baha dalam ketidakhadiran orang deasa sebagai  pengasuh, anak mengembangkan pola hubungan yang menyerupai hubungan oran tua-anak. &asil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Schar% dan
situasi

baru atau situasi

yang

mungkin

membahayakan, sahabat sebayanya dapat berfungsi sebagai penghibur  atau penurun ketegangan, satu fungsi yang biasanya ditunjukkan oleh orang tuanya. Sebagai sumber kognitif, hubungan teman sebaya memungkinkan anak untuk saling mengajari dalam banyak situasi, dan  pada umumnya kegiatan ini efektif. Hartup (%&&2! mengienti3i$a/i empat 8eni/ penga8aran antarteman /e+a7a 7aitu  "eer tutoring, #oo"erative learning, "eer #ollaboration an  "eer modeling. Peer  tutoring aalah tran/mi/i in3orma/i /e#ara ia$ti$ ari /atu ana$ ke anak lain, biasan$a dari %ahli& ke"ada %"emula&. Cooperatie learning aalah #ara +ela8ar 7ang menuntut ana$ untu$ /aling +er$ontri+u/i alam

peme#ahan

ma/alah

an

+er+agi

im+alann7a.

 'eer 

#ollaboration ter8ai +ila /emua anggota $elompo$ +ela8ar itu aalah pemula 7ang +e$er8a/ama untu$ men7ele/ai$an /uatu tuga/ 7ang tia$ apat ila$u$an /eniri*/eniri. 'eer modeling aalah tran/mi/i in3orma/i melalui peniruan antarteman /e+a7a.

17

BAB III PENU)UP A. /$S<437LA5 4oral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau  pemikiran. ?adi, moral sangat berhubungan dengan benar salah, baik   buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial. Tahap-tahap perkembangannya yaitu+ '. Tingkat prakonvensional 0. Tingkat konvensional :. Tingkat pascakonvensional 4emperhatikan tahapan perkembangan berpikir

tersebut,

kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu+ #' /onkrit #0
6AJTA8 37STA/A •

.tengertianK014oralK014enurutK01paraK01Ahli K01K01K013engertianK01Ahli.htm

18

•

.tahapK01perkembanganK01moralK01/ohlbergK01-

•

K01CikipediaK01bahasaK01
• •

K01AnakK017siaK01S6.htm .
•

K01&AM
19