Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat, Karunia, Taufiq dan HidayahHidayah - Nya Nya lah kami dapat
menyelesaikan
makalah
tentang
“Perkembangan Peserta Didik Usia
Sekolah Dasar” mata kuliah Pekembangan Peserta Didik. Serta tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada kepada pihak – pihak yang telah membantu membantu dalam dalam penyelesaian makalah ini. Kami memohon maaf apabila dalam penulisan maupun penyampaian materi
terdapat
kekeliruan dan kami sangat
berharap
makalah
ini
dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca terkait materi himpunan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah agar lebih baik. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Samarinda, 21 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI JUDUL ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. .......................... ...
i
KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ ...................... ii DAFTAR ISI ............................................. ................................................................... ............................................ ..................................... ............... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................ ................................................................... ..................................... ..............
1
B. Rumusan Masalah ........................................... .................................................................. ................................. ..........
2
C. Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ .............................. ........
2
BAB II PEMBAHASAN A. Perkembangan Fisik .......................................................... ......................................................................... ............... B. Perkembangan Kognitif ............................................. ................................................................... ...................... C. Konsep Diri .......................................... ................................................................ ............................................ ...................... D.
Kognisi Sosial ......................................... ............................................................... ......................................... ...................
E.
Hubungan Keluarga ........................................... .................................................................. .............................. .......
F. Persahabatan ............................................ .................................................................. ......................................... ................... G. Tekanan Teman Sebaya ........................................................... ................................................................... ........ H.
Seksualitas ............................................ .................................................................. ............................................ ......................
I.
Stres .......................................... ................................................................. ............................................. ................................. ...........
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................... ................................................................ ............................................ ...................... B. Saran ......................................... ............................................................... ............................................. .................................. ........... DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia yang hidup pasti akan melalui yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan bisa dikatakan pertumbuhan ukuran yang irreversible, sedangkan perkembangan juga bisa dikatakan sebagai proses menuju kedewasaan. Namun, pertumbuhan da perkembangan setiap manusia yang satu dengan manusia yang lainnya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda karena banyak faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Setiap individu yang normal pasti mengalami fase-fase perkembangan yang sistematis, yang mana fase-fase tersebut terdapat ciri khas masingmasing sesuai kemampuan berkembang yang telah terukur dari tiap-tiap fase. Adapun fase-fase tersebut antara lain: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua masa, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa sekolah usia dasar, karena pada masa itu anak dituntut untuk memperoleh dasar-dasar ilmu pengetahuan. Namun, tidak hanya itu anak pada masa ini sangat beragam sifatnya karena masih dalam tahap penyesuaian terhadap lingkukang yang baru maupun individu lainnya. Oleh karena itu setiap orang menyebut anak pada masa ini sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Fase-fase dalam perkembangan mempunyai karakteristik masing-masing yang nantinya itu akan menjadi ciri khas tiap-tiap fase. Adapun ciriciri tersebut digunakan sebagai indikator sejauh mana anak tersebut berkembang.
Ketika anak mulai memasuki usia sekolah dasar, pasti pertama kali dia akan merasakan perasaan yang bermacam-macam dan tentunya juga akan mendapatkan pengalaman yang banyak. Hal yang perludilakukan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru karena bertambah luasnya hubungan sosial. Dari proses penyesuaian tersebut pasti anak akan mengalami perkembangan. Dan perkembangan anak tentunya mencakup asapek-aspek tertentu, yaknni aspek sosial,aspek bahasa, aspek intelektual, aspek keagamaan, aspek emosi, aspek moral, aspek motorik, dimana perkembangan aspek-aspek tersebut berbeda dengan tahap sebelumnya.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, makalh ini akan membahas perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir dengan fokus pembahasan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan fisik untuk anak pada tahap masa kanakkanak akhir? 2. Bagaimana perkembangan kognitif untuk anak pada tahap masa kanakkanak akhir? 3. Bagaimana konsep diri pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir? 4. Bagaimana kognisi sosial pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir? 5. Bagaimana hubungan keluarga
pada anak pada tahap masa kanak-
kanak akhir? 6. Bagaimana persahabatan terjadi pada anak pada tahap masa kanakkanak akhir? 7. Bagaimana tekanan teman sebaya pada anak pada tahap masa kanakkanak akhir? 8. Bagaimana seksualitas pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir? 9. Bagaimana stres dapat terjadi pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir?
C. TUJUAN Rumusan masalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan sarana untuk mengungkapkan tujuan penulisan makalah ini, yaitu: 1. Mengetahui perkembangan fisik untuk anak pada tahap masa kanakkanak akhir. 2. Mengetahui perkembangan kognitif untuk anak pada tahap masa kanak-kanak akhir. 3. Mengetahui konsep diri pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir. 4. Mengetahui kognisi sosial pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir. 5. Mengetahui hubungan keluarga pada anak pada tahap masa kanakkanak akhir. 6. Mengetahui persahabatan terjadi pada anak pada tahap masa kanakkanak akhir. 7. Mengetahui tekanan teman sebaya pada anak pada tahap masa kanakkanak akhir. 8. Mengetahui seksualitas pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir. 9. Mengetahui stres dapat terjadi pada anak pada tahap masa kanak-kanak akhir.
BAB II PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN FISIK
Usia 7 hingga 11 atau 12 tahun merupakan usia kanak-kanak akhir atau remaja awal. Mereka ini umumnya sedang menjalani pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Usia awal memasuki sekolah dasar bervariasi di banyak negara. Mulai dari 5 tahun hingga 7 tahun. Bagi anak yang memasuki usia sekolah dasar pada usia 6 tahun, dengan perjalanan yang normal dia akan menyelesaikan pendidikan jenjang ini pada usia 12 tahun. Banyak orang membagi anak usia remaja awal ini menjadi dua yaitu “kanak kanak tengah” (usia 7 – 9 tahun) dan periode kanak-kanak tengah-akhir (usia 10 – 11 tahun). Seperti bayi, balita, dan anak-anak prasekolah, anak-anak usia ini lebih cepat tumbuh baik secara fisik maupun kognitif, meskipun pertumbuhannya lebih lambat dari pada anak usia dini. Perkembangan fisik di masa kanak-kanak tengah dicirikan oleh variasi yang cukup besar dalam pola pertumbuhan. Variasi ini mungkin karena jenis kelamin, asal etnis, genetika, hormon, gizi, lingkungan, atau penyakit yang diderita. Sementara anak-anak dari kelompok usia ini mengikuti pola perkembangan dasar yang sama, meski tidak harus “jatuh tempo” pada tingkat yang sama. Kebanyakan anak perempuan mengalami pecepatan pertumbuhan sekitar usia 9 atau 10 tahun, sedangkan anak laki-laki mengalami percepatan pertumbuhan yang sama di sekitar 11 atau 12 tahun.
Anak-anak yang yang tidak menerima gizi yang memadai atau memerlukan perhatian khusus secara medis mungkin beresiko terhambat atau mengalami keterlambatan perkembangan pertumbuhannya. Misalnya, anak-anak yang tinggal di negara-negara di mana gizi buruk tidak menjadi masalah cenderung lebih cepat perkembangannya daripada anak-anak yang tinggal di negara di mana malnutrisi merupakan masalah. Perubahan fisik, otak, pengembangan sistem syaraf, keterampilan motorik kasar dan halus, dan masalah kesehatan merupakan aspek penting dari perkembangan fisik selama masa kanak-kanak tengah dalam tahap perkembangan sebelumnya. 1. Perubahan Fisik
Pada
awal
masa
kanak-kanak
tengah,
anak-anak
biasanya
menunjukan perolehan penampilan baru , di mana tampil lebih ramping dan atletis. Anak perempuan dan anak laki-laki masih memiliki bentuk tubuh dengan proporsi yang sama sampai dengan keduanya mencapai pubertas, proses di mana dorongan seksual anak-anak tumbuh kuat hingga ia dewasa. Setelah pubertas, karakteristik seksual sekunder mulai tampak, terutama bentuk kurva payudara pada wanita serta suara yang lebih dalam dan bahu yang lebar pada laki-laki. Hal ini membuat perbedaan antara perempuan dan laki-laki lebih nyata. 2. Perkembangan Otak dan Sistem Saraf
Perkembangan otak dan sistem saraf harus terus berlangsung selama masa kanak-kanak menengah. Kemampuan perilaku dan kognitif yang lebih kompleks sejalan dengan makin kuatnya sistem saraf pusat. Pada awal masa kanak-kanak tengah, percepatan pertumbuhan terjadi di dalam otak, sehingga pada usia 8 atau 9 tahun, organ tubuhnya hampir sama dengan ukuran anak orang dewasa. Perkembangan otak selama masa kanak-kanak tengah di tandai oleh pertumbuhan struktur yang spesifik, khususnya lobus frontal . Lobus ini terletak di bagian depan otak, tepat di bawah tengkorak. Lobus ini fungsinya antara lain bertanggung jawab untuk perencanaan, penalaran, penilaian, sosial,
etika, dan pengambilan keputusan. Kerusakan pada bagian otak ini dapat menyebabkan luapan emosi yang tidak menentu, ketidak mampuan merencanakan, dan menilai mana yang baik atau buruk. Yang paling depan (anterior) sebagai bagian dari lobus frontalis adalah korteks prefrontal (prefrontal cortex) , yang tampaknya bertanggung jawab atas kepribadian. Sebagai ukuran kenaikan lobus frontal adalah anak-anak dapat terlibat dalam tugas-tugas kognitif yang semakin sulit, seperti melakukan serangkaian tugas dalam urutan yang wajar. Contohnya adalah marakit mainan mekanis: menyambungkan potong-potongan, menghubungkan bagian-bagian, langkah-langkah membuat model dengan menambahkan sumber daya dan serangkaian tugas yang harus diselesaikan dalam urutan yang benar untuk mencapai hasil tertentu. Lateralisasi dari dua belahan otak juga terus selama masa kanakkanak
menengah,
seperti
halnya
pematangan corpus
callosum(gelombang dari serat saraf yang menghubungkan kedua belahan otak), dan daerah lain dari sistem saraf. Menariknya, anak-anak mencapai operasi konkrit sekitar usia 7 tahun ketika otak dan sistem syaraf telah mengembangkan sejumlah hubungan saraf . saat ini telah terjadi pengembangan hubungan saraf, kemampuan seorang anak untuk melihat dan berpikir tentang kemajuan dunia dari sudut pandang pandangannya. 3. Keterampilan Motorik
Keterampilan
motorik
adalah
kemampuan
berperilaku
atau
kemampuan melakukan gerak motorik. Ketampilan motorik bruto (gross motor skills) melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil. Kedua keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami penyempurnaan pada masa kecil menengah. Pada saat ini, anak-anak suka lari, melompat, meloncat, melempar, menangkap, memanjat, dan keseimbangan. Anak-anak ini sudah mampu bermain bisbol, naik sepeda, bersepatu roda, mengambil pelajaran
karate, mengambil kursus balet dan berpartisipasi dalam senam. Seperti halnya anak usia sekolah, pertumbahan fisik pada anak-anak pada umumnya menjadi lebih cepat, kuat, dan terkoordinasi,. Oleh karena itu, selama masa kanak-kanak tengah, anak-anak menjadi lebih mahir dalam kegiatan motorik kasar. Di samping itu, anak-anak senang menggunakan tangan mereka dengan cara-cara rinci. Dari awal usia prasekolah, anak-anak belajar dan mempraktikan
keterampilan
motorik
halus.
Anak
telah
mampu
mengelola potongan benda, membuat cetakan, membuat bentuk, menggambar, melukis, membuat sketsa kasar, dan menulis. Anak-anak juga belajar keterampilan seperti mengikat tali sepatu, melepas knot, dan menyikat gigi mereka. Beberapa anak beruntung dapat mengambil pelajaran musik seperti piano, biola, suling, atau instrumen lainnya. Belajar
untuk
memainkan
alat
musik
membantu
anak-anak
mengembangkan kemampuan motorik halusnya. 4. Kesehatan
Masa kanak-kanak tengah cenderung menjadi masa hidup yang sangat sehat bagi mereka, terutama pada masyarakat Barat dan di negara-negara maju lainnya. Pada usia dini biasanya muncul penyakit khas bagi anak-anak seperti pilek, batuk, dan sakit perut. Aneka penyakit ini cenderung berkurang frekuensinya pada masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan
karena
peningkatan
ketahanan
tubuh,
peningkatan
kebersihan, dan perbaikan gizi. Meski penyakit yang diderita anak-anak usia ini bersifat ringan, paling tidak tetap memerlukan perhatian medis. Penyakit ringan dapat membantu anak-anak makin matang belajar keterampilan psikologis dan mengatasi ketidak nyamanan fisik. Penyakit utama bagi anak-anak usia sekolah adalah sama seperti penyakit utama bagi anak-anak muda: influenza, radang paru-paru, kanker, penyakit yang merusak jaringan kekebalan tubuh (HIV & AIDS). Pada sisi lain obesitas atau menjadi 20 persen atau lebih berat di atas badan ideal, merupakan masalah kesehatan khusus yang terjadi pada
tahun-tahun sekolah. Obesitas pada masa dewasa terkait dengan masalah jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Walaupun anak-anak obesitas yang tidak pada resiko kesehatan yang sama seperti orang dewasa gemuk, anak-anak harus menguasai kebiasaan makan yang efektif dan latihan sedini mungkin untuk mengurangi resiko kemudian obesitas dan masalah kesehatan yang terkait.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar pada rentang usia 7 – 11 tahun tergolong kedalam tahapan perkembangan kognitif operasional konkret. Pada masa sebelumnya, yakni tahapan praoperasional, daya pikir anak masih bersifat simbolik, maka pada usia 7-11 tahun ini daya pikir anak mulai berkembang kearah konkret, rasional dan objektif. Namun belum dapat berfikir sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret. Tahapan ini ditandai dengan kemampuan memahami konsep konservasi, yakni kemampuan yang melibatkan pemahaman bahwa panjang, jumlah masa, kuantitas, area, volume dan berat dari sebuah objek tidak mengalami perubahan meskipun penampilannya diubah. Pada usia 7-11 tahun, anak sudah mampu berfikir secara logis terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat nyata, mampu memahami percakapan dengan orang lain, mulai mampu beragumentasi untuk memecahkan masalah, mengklasifikasikan objek menjadi kelas-kelas tertentu kemudian memahami hubungan antara benda tersebut dan menempatkan objek dalam urutan yang beraturan.
Daya ingat anak berkembang menjadi sangat kuat pada usia
sekolah dasar. Anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh panca indera dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan membedakan mana yang bersifat sementara dan menetap. Kemampuan lainnnya yang menonjol yaitu anak tidak lagi berpikir dengan pola egosentris,
atau dengan kata lain anak sudah mulai mampu menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain.
C. KONSEP DIRI
Konsep diri pada anak- anak, konsep diri pada anak – anak disini identik dengan harga diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya , meliputi karakteristk fisik, social, psikologis emosional aspirasi dan prestasi (Hurlock). Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir, konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan sekitar yang terintregrasi kedalam konsep diri. Konsep diri merupakan factor bawaan tapi dibentuk dan berkembang meklalui pross belajar yitu dari pengalaman- pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yangb tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan dari¬pada individu dengan konsep diri yang rendah. 1. Ciri Konsep Diri Positif
Tanda – tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif mereka yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu,menyadari bah¬wa setiap orang memiliki persaaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat serta mampu intropeksi diri dan memperbaiki diri. 2. Ciri Konsep Diri Negatif
Seseorang yang tidak mempunyai konsep diri yang baik maka mereka akan peka terhadap kritikan, responsif sekali terhadap pujian, cenderung bersikap hiperkritis yaitu selalu mengeluh, mencela, mere¬mehkan orang lain, dan mereka tidak pandai dan tidak sanggub mengungkapkan penghargaan atau pen¬gakuan pada kelebihan orang lain, serta bersikap pesimis terhadap kompetisi.
D. KOGNISI SOSIAL
Sebagai manusia yang tumbuh dewasa, peserta didik meningkatkan pengembangan dalam kognisi sosial atau pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang kehidupan masyarakat dan aturan-aturan perilaku sosial. Termasuk dalam kognisi sosial adalah pemahaman mengenai asumsi-asumsi tentang sifat hubungan atau inferensi sosial, proses sosial, dan perasaan orang lain. Hubungan dengan rekan memainkan peran utama dalam penentuan gelombang yang tepat kognisi sosial pada anak usia sekolah. Anggota kelompok sebaya biasanya dari ras dan status sosial ekonomi yang sama. Memang, kebanyakan anggota kelompok sebaya hidup di lingkungan yang secara etnis tidak didiversifikasi. Kegiatan kompetitif, seperti olahraga tim bermakna membantu anak-anak mengembangkan kualitas hubungan. Juga, kegiatan kompetitif, seperti olahraga tim bermakna membantu anak-anak usia sekolah untuk menemukan talenta atletik serta bagaimana mengelola konflik. Dengan demikian, anak-anak yang lebih tua belajar tentang kepercayaan, kejujuran, dan bagaimana memiliki hubungan sosial yang bermanfaat ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman mereka. Akhirnya, kognisi sosial muncul sebagai hasil hubungan jangka panjang yang terbentuk berdasarkan kepercayaan.
E. HUBUNGAN KELUARGA
Meskipun anak-anak usia sekolah menghabiskan waktu lebih lama dan jauh dari rumah daripada yang mereka lakukan ketika semasa kanak-kanak,
hubungan mereka yang paling penting terus dibentuk di rumah. Hubungan keluarga dengan anak-anak biasanya melibatkan unsur-unsur orang tua mereka, kakek-nenek, saudara, dan anggota keluarga besar. Masa kanak-kanak tengah adalah tahap transisi, fase ketika orang tua mulai berbagai kekuasaan dan pengambilan keputusan dengan anak-anak mereka. Namun demikian, karena anak-anak memiliki pengalaman terbatas pada hal-hal yang menarik ketika berhadapan dengan situasi dan masalah orang dewasa, orang tua harus terus membuat aturan dan menetapkan batas batasnya. Sebagai contoh, sangat mungkin untuk berbagi kekuasaan orang tua membiarkan anak-anak mereka merundingkan peran yang akan ditampilkan. Tentu saja agaknya tidak mungkin berbagi kekuasaan orang tua dalam menentukan kemungkinan atau ketidakmungkinan anak-anak bermain dengan menggunakan alat-alat yang jelas-jelas beresiko sangat tinggi. Anak-anak mengalami peningkatan tanggung jawab selama masa-masa kecil menengah. Selain kebebasan meningkat, anak-anak dapat diberikan tambahan pekerjaan rumah tangga. Tugas ini mungkin termasuk mengawasi tugas adik-adik mereka setelah bersekolah, sementara orang tua mereka sedang bekerja di kantor atau di lahan pertanian. Mayoritas anak-anak usia sekolah menghargai dan menikmati penerimaan orang tua mereka dan menampilkan peran yang lebih dewasa di dalam keluarga. Disipin, meski tidak selalu identik dengan hukuman, tetap merupakan masalah
di
masa
kanak-kanak
menengah.
Pertanyaan
yang
sering
diperdebatkan di kalangan ilmu sosial selama beberapa dekade, terutama berkaitan dengan peran disiplin dalam mengajar nilai-nilai, moral, integritas, dan pengendalian diri anak. Saat ini pihak yang paling setuju hukuman mungkin memberikan nilai kurang bagi yang berperilaku negatif dan sebaliknya memberikan penguatan posotif untuk perilaku yang dapat diterima secara memuaskan. Kualitas Hubungan
Kebanyakan keluarga modern memrlukan “pendapatan ganda” untuk memenuhi kebutuhan. Istilah keluarga dala UU No. 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak bermakna unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Akibatnya, beberapa anak mengungkapkan perasaan negatif ketika harus menjadi anak-anak membawa kunci pintu sendiri atau anak-anak yang orangtuanya meninggalkan mereka sendirian saat mereka bekerja. Anak-anak mungkin bertanya mengapa orang tua mereka memilih menghabiskan waktu yang begitu singkat dengan mereka atau menjadi kesal karena tidak disambut kehadirannya setelah pulang sekolah oleh salah satu atau kedua orang tua. Komunikasi yang langsung dan jujur antara orang tua dan anak-anak dapat mengurangi keprihatinan apapun atau gangguan yang muncul. Orang tua mungkin mengingatkan anak-anak mereka bahwa kualitas waktu lebih penting dari pada kuantitas waktu mereka habiskan bersama. Pada gilirannya, orang tua harus memastikan bahwa mereka benar-benar menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak-anak mereka.
F. PERSAHABATAN
Persahabatan, khususnya persahabatan bagi anak sesama jenis merupakan fenomena umum yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar. Bagi peserta didik jenjang sekolah dasar teman berfungsi sebagai teman kelas, sepetualang, tempat curahan hati, dan sebagai pantulan kepribadian. Teman juga berfungsi saling membantu untuk mengembangkan harga diri dan rasa kompetensi dalam dunia sosial, termasuk dalam lingkungan sekolah. Pesrta didik laki-laki dan perempuan mengambil manfaat besar dalam hubungan pertemanan mereka, termasuk dalam kerangka kepentingan pergaulan sosial yang lebih besar. Di antara mereka pun terdapat perbedaan usia, ukuran tinggi badan, gemuk atau langsing, periang atau cenderung melankolis, dan
membangun
kekuatan
bersama.
Hubungan
mereka
dengan
teman
sepermainannya juga dapat menyebabkan penyesuaian bagi berkembangnya keprihatinan dan kekhawatiran atas popularitas. Seperti halnya dengan rekan yang sepermainan atau seusia, persahabatan di kalangan peserta didik sekolah dasar sebagian besar di dadasari atas kesamaan-kesamaan. Kesadaran akan perbedaan ras atau lainnya bisa mungkin dan bisa juga tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Intoleransi atau ketidaktoleranan bagi anak-anak yang tidak terarah mirip dengan prasangka atau presepsi negatif tentang kelompok orang lain.
G. TEKANAN TEMAN SEBAYA
Banyak ahli psikologi perkembangan atau pengamat perkembangan anak mempertimbangkan tekanan teman sepermainan membawa konsekuensi negatif dan hubungan persahabatan secara sekaligus dari rekan mereka. Peserta didik yang paling rentan terhadap tekanan teman biasanya memiliki harga diri yang rendah. Peserta didik mengadopsi norma-norma kelompok itu sebagai milik mereka dalam upaya untuk meningkatkan harga dirinya. Ketika peserta didik tidak mampu menolak pengaruh rekan-rekan mereka, terutama dalam situasi membingungkan, mereka mungkin mulai merokok, minum alkohol, mencuri, atau mengasingkan diri dari teman-temannya. Peserta didik yang menolak tekanan teman sebaya sering tidak popular.
H. SEKSUALITAS
Freud berteori bahwa latensi seksual ( sexual Latency) atau kurangnya minat seksual menandai masa kanak-kanak tengah. Eksperimen seksual terus meningkatkan frekuensinya selama mereka berinteraksi dengan teman-teman
sekelasnya. Hubungan antar sesama anak usia sekolah dasar dan pola permainan mereka banyak diwarnai oleh hasrat seksual ini. Anak usia sekolah dasar masuk kedalam kategori masa pra-remaja, yaitu periode anak antara usia 10 dan 11 tahun. Pada saat ini, fasinasi ( fascinations) seksualitas anak-anak disertai dengan perubahan Hormon dan fisik yang terjadi dalam tubuh mereka. Anak usia 10 atau 11 tahun, sekitar kelas 4 sampai 5 di seekolah dasar biasanya terus mengasosiasikan dan bermain dengan teman-teman yang sama jenis, meskipun pada masa ini pun mereka sudah menyadari minat tinggi dengan teman sepermainan lawan jenis. Sebagai anak remaja awal, peserta didik jenjang sekolah dasar memperoleh dan mempratikkan keterampilan sosial dan emosional untuk mempersiapkan hubungan sosial yang diperlukan dan akan berkembang selama masa remaja.
I. STRES
Anak-anak pada tahun-tahun bersekolah di sekolah dasar termasuk ke dalam kelas tidak kebal terhadap stres. Pekerjaan rumah (homework ) yang diperoleh dari sekolah, kesulitan membantu atau berhubungan dengan temanteman, perubahan lingkungan dan sekolah, orang tua yang bekerja dalam takaran waktu yang panjang, sering menimbulkan stres bagi mereka. Beberapa anak terkena penyebab stress berat seperti: 1. Perceraian
Perceraian atau terpecahnya unit keluarga sangat dekat dengan peningkatan derajat stress pada anak-anak. Pada gilirannya mereka akan merasa depresi, rasa bersalah, marah, mudah tersinggung, pemberontak atau cemas. Hal ini tidak hanya berdampak pada pola pergaulan anak disekolah dan di masyarakat, melainkan juga pada perilaku belajarnya. Meski demikian , tidak berarti bahwa anak yang berasal dari keluarga yang
bercerai tidak mampu tampil secara kompetitif, baik secara akademik maupun nonakademik. Peserta didik dari keluarga yang mengalami perceraian umumnya sangat menerita. Mereka ini dihadapkan dengan banyak kemungkinana penyebab stres, seperti perubahan dalam hubungan mereka dengan orang tua, ketiadaan salah satu dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan menikah lagi dan kehadiran seorang tua tiri, atau patah semangat. Anak-anak yang tidak puas dengan satu atau kedua orang tua mereka dan/atau kondisi kehidupan mereka sebelum perceraian cemderung mengalami kesulitan menyesuaikan setelah perceraian. 2. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik pada anak (child physical abuse) adalah penderitaan yang menimbulkan rasa sakit, cedera, atau membahayakan anak secara disengaja oleh pihak lain. Kekerasan ini merupakan penyalahgunaan tindakan seseorang kepada anak-anak, yang di dalamnya juga tercakup pelecehan
emosional
dan
psikologis,
termasuk
penghinaan,
mempermalukan, melakukan penolakan, bersikap dingin, kurangnya perhatian, pengabaian, isolasi, dan terorisasi. Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, istilah perlindungan bermakna segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hiup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta
mendapat
perlindungan
dari
kekerasan
dan
diskriminasi. Kebanyakan ahli spikologi modern percaya kekerasan fisik pada anak sangat berbahaya bagi perkembangan emosional. Kondisi yang buruk ini dapat memperburuk penampilan peserta didik disekolah, baik secara akademik, ekstrakurikuler, mauoun dalam pergaulan sosial mereka dengan teman sepermainan. Orang dewasa yang melakukan kekerasan secara fisik dan emosional kepada anak-anak akan membuat mereka menerita karena perasaan kecemasan yang mendalam, rasa malu, rasa bersalah, dan merasa
dikhiantai. Jika pengalaman pahit semacam itu, terutama trauma dan suasana emosional yang menyakitkan dalam takaran frekuensial yang sangat sering, anak-anak sebagai korban dapat tertekan dan melahirkan rasa dendam yang mendalam, bahkan depresi setekah menjadi orang dewasa. Para peneliti juga mencatat berbagai disfungsi emosional dalam waktu lama segera setelah kekerasan fisik itu terjadi. Masalah emosional yang mungkin
ditunjukkan
sebagai
serangan
kecemasa
antara
lain
kecenderungan tindakan bunuh diri, leakan amarah, penarikan diri,takut, dan depresi. 3. Pelecehan Seksual Anak
Pelecehan seksual itu terjadi ketika seorang remaja atau orang dewasa membujuk atau memaksa anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksual. Pelecahan seksual adalah cara terburuk yang mungkin membuat “sesak nafas” yang terus terbayang oleh anak -anak. Bentuk pelecehan seksual itu mulai dari menyentuh sederhana untuk fenetrasi. Di amerika serikat memiliki hukum-hukum terhadap jenis tertentu yang dikenal sebagai pelecehan anak secara inses (incest). Pelecehan seksual anak secara inses ini di lakukan oleh pelaku yang masih memiliki hubungan darah. Misalnya, oleh ayah tiri, saudara kandung, atau yang masih satu keluarga. Pendidikan merupakan tindakan preventif yang terbaik untuk menghindari anak-anak dari penganiayaan. Orang tua harus menjelaskan kepada anak-anak mereka sebagaimana menghindari sentuhan secara tidak tepat dari orang lain dan apa yang harus dilakukan bila disebtuh dengan cara yang tidak pantas itu.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perubahan fisik, otak, pengembangan sistem syaraf, keterampilan motorik kasar dan halus, dan masalah kesehatan merupakan aspek penting dari perkembangan fisik selama masa kanak-kanak tengah dalam tahap perkembangan sebelumnya. 2. Daya pikir anak mulai berkembang kearah konkret, rasional dan objektif. 3. Konsep diri pada anak – anak disini identik dengan harga diri. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya , meliputi karakteristk fisik, social, psikologis emosional aspirasi dan prestasi. 4. Kognisi sosial muncul sebagai hasil hubungan jangka panjang yang terbentuk berdasarkan kepercayaan. 5. Orang tua harus memastikan bahwa mereka benar-benar menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak-anak merekA, karena hubungan keluarga berpengaruh penting terhadap perkembangan anak. 6. Bagi peserta didik jenjang sekolah dasar teman berfungsi sebagai teman kelas, sepetualang, tempat curahan hati, dan sebagai pantulan kepribadian. Teman juga berfungsi saling membantu untuk mengembangkan harga diri dan rasa kompetensi dalam dunia sosial, termasuk dalam lingkungan sekolah. 7. Peserta didik yang paling rentan terhadap tekanan teman biasanya memiliki harga diri yang rendah.
8. Kurangnya minat seksual menandai masa kanak-kanak tengah. Seksualitas anak-anak disertai dengan perubahan Hormon dan fisik yang terjadi dalam tubuh mereka. 9. Anak-anak pada tahun-tahun bersekolah di sekolah dasar termasuk ke dalam kelas tidak kebal terhadap stres. B. SARAN
Saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia yang satu dengan manusia yang lainnya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda karena banyak faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu ada baiknya bagi pihak-pihak yang terlibat dapat memberikan dukungan, pengarahan serta pengawasan bagi peserta didik agar dapat berkembang dengan baik sesuai dengan usianya.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik . Bandung: Alfabeta.
Suhada, Idad. 2017. Perkembangan Peserta Didik . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2016. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik . Jakarta:Rajawali Pers.
Prastowo, Andi. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Psikologi Peserta Didik SD/MI Melalui Pembelajaran Tematik Terpadu. Diambil dari: http://journal.uad.ac.id/index.php/JPSD/article. (17 Februari 2018).