BLOK IV LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI VARIASI INDIVIDU TERHADAP OBAT
Disusun oleh: Kelompok 5
Vanessa Rahmadia Fhadiyyah Suriyandi Ranietha Lisyana Putri Nadira Tasya Ni Putu Ayu Julianti D Lidya Natasia Andea Regina Anjani B. P
1510100 1510102 1510104 1510106 1510108 1510110 1510112
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG –2015
[Type text]
Page 1
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-nya sehingga Laporan Praktikum Farmakologi Blok IV dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan penyempurnaan tugas ini. Tanpa mereka yang terlibat membantu penyelesaian tugas ini baik secara langsung maupun tidak langsung, laporan praktikum ini bukanlah menjadi laporan praktikum yang berguna walaupun kami sadar dalam pembuatan laporan praktikum ini pula kami tidak luput dari kesalahan. Laporan praktikum ini kami susun untuk menyelesaikan tugas praktikum dalam Blok 4. Kami mengerjakan laporan praktikum ini dengan harapan laporan ini bila dikerjakan secara sungguh-sungguh akan dapat berguna di kemudian hari. Oleh karena itu, kami selaku penyusun laporan praktikum ini bertekad bulat untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keseriusan sehingga besar harapan kami di kemudian hari laporan praktikum ini bisa membantu orang-orang yang membutuhkannya. Akhir kata kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga laporan praktikum ini dapat membantu pengembangan topik agar menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.
Tim Penyusun
Daftar Isi [Type text]
Page 2
Judul
1
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3
I.
Percobaan V – Variasi Individu terhadap Obat..........................................
PERCOBAAN V VARIASI INDIVIDU TERHADAP OBAT
ABSTRAK
[Type text]
Page 3
4
Variasi individu adalah pemberian suatu obat dengan dosis yang sama kepada suatu individu pada populasi yang sama belum tentu memberikan efek yang sama,. Variasi yang terjadi dapat berupa hipereaksi, hiporeaksi, alergi, atau bahkan toksik. Untuk mengetahui variasi individu terhadap obat dan pentingnya dalam klinik maka dilakukan percobaan mengenai variasi individu terhadap obat. Percobaan dilakukan dengan memberikan Diazepam dengan dosis yang sama yaitu 0,5 ml/ mencit pada 12 ekor mencit. Pemberian obat kita suntikan secara intra peritoneal. Lalu diamkan selama 1 jam dan perhatikan tingkah laku mencit-mencit tersebut. Amati timbulnya ataksia, relaksasi otot, reaksi terhadap rangsang nyeri dan pernafasannya. Kemudian kita catat intensitas pengaruh obat, dan dinyatakan dalam tanda +. Intensitas obat dapat berupa + yaitu untuk pengaruh obat terhadap mencit yang sangat sedikit sampai ++++ yaitu untuk mencit yang mati. Setelah satu jam didapatkan hasil: + untuk 8 ekor mencit, ++ untuk 4 ekor mencit dan untuk +++ tidak ada dan ++++ tidak ada Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa pemberian suatu obat dengan cara yang sama pada dosis yang sama dapat memberikan respon yang bervariasi untuk tiap individu pada populasi yang sama. Hal ini disebut variasi individu terhadap obat.
[Type text]
Page 4
BAB I PENDAHULUAN
Pemberian obat pada populasi yang sama dan cara pemberian yang sama dapat menimbulkan respon pada tingkat yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Perbedaan berat badan , tinggi badan, atau sifat-sifat lain dari individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap pemakaian obat. Pada percoaban ini digunakan obat Diazepam.Obat ini memberi efek sedatif, hipnotik, dan antikonvulsi. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat adanya variasi individual pada pemberian Diazepam dengan dosis dan cara pemberian yang sama pada mencit , yaitu pada dosis 0,5ml untuk setiap mencit dan diinjeksikan secara intra peritoneal.
[Type text]
Page 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Variasi individu adalah variasi dalam respon terhadap dosis obat yang sama dan populasi yang sama. Hubungan antara dosis dan efek obat digambarkan dalam kurva sigmoid yang memiliki 4 variabel, yaitu potensi, efek maksimal, slope, dan variasi individu.Variasi individu digambarkan dengan garis horizontal dan vertikal. Garis horizontal menunjukkan bahwa untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas tertentu pada suatu populasi diperlukan rentang dosis atau dapat dikatakan dosis berbeda tetapi efek sama, sedangkan garis vertikal bahwa pemberian obat dengan dosis tertentu pada populasi akan menimbulkan suatu rentang intesitas efek atau juga dapat dikatakan dosis sama tetapi efek berbeda.
1
Sigmoid curve
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi biologis : Dosis yang diberikan *
kepatuhan penderita
*
kesalahan medikasi Dosis yang diminum
[Type text]
Page 6
Faktor-faktor farmakokinetik : *
absorbsi (jumlah dan kecepatan)
*
distribusi
*
biotransformasi
*
ekskresi
Faktor-faktor farmakodinamik : *
interaksi obat-reseptor
*
keadaan fungsional
*
mekanisme homeostatic
Variasi individu dipengaruhi oleh : usia jenis kelamin berat badan faktor genetik cara pemberian obat absorbsi ekskresi biotransformasi kecepatan absorbsi saat pemberian faktor lingkungan.
Kondisi Fisiologis Usia pada neonatus dan prematur terdapat perbedaan respon yang terutama disebabkan oleh belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh, yaitu fungsi biotransformasi hati (terutama glomerulus hidroksilasi) yang kurang, fungs ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus dan sekresi tubuh) yang hanya 60-70% dari fungsi ginjal dewasa. Kapasitas ikatan protein plasma (terutama albumn) yang rendah, dan sawar darah otak serta sawar kulit yang belum sempurna. Sedangkan pada usia lanjut, perbedaan respon disebabkan oleh beberapa faktor seperti [Type text]
Page 7
penurunan fungsi ginjal, perubahan faktor-faktor farmakodinamik, adanya berbagai macam penyakit, dan penggunaan banyak obat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat. Berat badan penting digunakan untuk menghitung dosisi yang dinyatakan dalam mg/kg. Akan tetapi, perhitungan dosis anak dari dosisi dewsa berdasekan berat badan saja. Seringkali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak memiliki laju metabolisme yan lebih tinggi sehingga per kg berat badannya membutuhkan dosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa (kecuali pada neonatus)
Kondisi Patologis Penyakit saluran cerna : mengurangi kcepatan dan atau jumlah obat yang diabsorbsi pada pemberian oral melalui perlambatan pengosongan lambung, percepatan waktu transit dalam saluran cerna. Penyakit kardiovaskular : mengurangi distribusiobat dan alian darah ke hepar dan ginjal untuk eliminasi obat sehingga kadar obat tinggi dalam darah dan menimbulkan efek yang berlebihan atau efek toksik. Penyakit hati : mengurangi metabolisme obat di hati dan sintesis protein plasma sehingga meningkatkan kadar obat, terutama kadar bebasnya dalam darah dan jaringan. Penyakit ginjal : mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang aktif melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan jaringan, dan menimbulkan respon yang berlebihan atau efek toksik.
Reaksi Individu Terhadap Obat o Alergi :
reaksi yang tidak diharapkan dalam hubungan dengan
imunologi. o Hipereaktif
:
efek yang timbul berlebihan. Dosis rendah sekali
sudah memberikan efek. o Hiporeaktif
:
efek baru timbul setelah diberikan dosis yang
tinngi sekali
[Type text]
Page 8
o Toleransi
:
hiporeaktif
akibat
penggunaan
obat
bersangkutan sebelumnya. o Idiosinkrasi
:
efek obat yang aneh (Bizarre), ringan maupun
berat, tidak tergantung dosisi dan sangat jarang terjadi. Biasanya dipengaruhi oleh genetik dalam metabolisme obat atau mekanisme imunologik.
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA
A Bahan percobaan Obat-obatan
: diazepam 0.5 ml
Alat-alat
: 12 beaker glass Spuit tuberkulin
Hewan
: 12 ekor mencit
Cara kerja 1
Siapkan 12 ekor mencit.
2
Tempatkan masig-masing dalam beaker gelas.
3
Suntikkan intra peritoneal diazepam dengan dosis 0,5ml
4
Perhatikan
tingkah
laku
mencit-mencit
tersebut,
amati
timbulnya
ataksia,relaksasi otot, reaksi terhadap ragsang nyeri , dan pernafasannya selama 1 jam. 5
buat grafik yang menggambarkan hubungan antara tingkat pengaruh obat dengan jumlah mencit yang berada pada pengaruh obat. Absis : tingkat pengaruh obat
Tingkat pengaruh obat +
[Type text]
: untuk pengaruh sedikit sekali
Page 9
Ordinat: jumlah mencit
: untuk pengaruh sedang tidur tapi masih dapat bereaksi terhadap
++
rangsangan : untuk mencit yang lemah relax dan tidak dapat dibangunkan
+++
++++ : untuk mencit yang mati
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Berat badan mencit
: 23,25 gram (rata – rata 12 ekor mencit)
Dosis
: 0,5 mg/ml
Dosis yang diberikan : 0,5 ml Hasil :
8 7 6 5 4 3 2 1 0 +
Tingkat Pengaruh Obat
[Type text]
++
Jumlah Mencit
+++
Presentase
Page 10
Tingkat Pengaruh Obat
++++
+
8
66,7%
++
4
33,3%
+++
-
-
++++
-
-
PEMBAHASAN Dilihat dari hasil percobaan maka dari 12 ekor mencit, 8 ekor mencit menunjukkan tanda + (pengaruh sedikit sekali), 4 ekor mencit menunjukkan tanda ++ (pengaruh sedang, tidur tapi masih bereaksi terhadap rangsang), dan tidak ada mencit yang menunjukkan tanda +++ (lemah – relax dan tidak dapat dibangunkan) maupun ++++ (mati). Jadi dapat dilihat bahwa terjadi variasi dalam respon tiap individu, meskipun obat yang diberikan dosis dan cara pemberiannya sama. Hal ini terjadi dikarenakan adanya variasi individu, dimana pada pemberian obat pada populasi yang sama dan cara pemberian serta dosis yang sama dapat menimbulkan respon pada tingkat yang berbeda-beda pada masing-masing individu.
[Type text]
Page 11
BAB V KESIMPULAN
Pemberian obat yang sama dengan cara yang sama dan dosis yang sama dapat memberikan respon yang bervariasi untuk tiap individu pada populasi yang sama. Peristiwa ini disebut variasi individu terhadap obat. Efek yang paling banyak terlihat adalah pengaruh + (untuk pengaruh yang sedikit sekali).
[Type text]
Page 12
DAFTAR PUSTAKA
Zunilda SB, Arini Setiawati, F.D. Suyatna 1995. Pengantar Farmakologi. Farmakologi dan Terapi. FK UI. Edisi 4. Halaman 7 Arini Setiawati,Armen Muchtar.1995.Pengantar Farmakologi. Farmakologi dan Terapi. FK UI. Edisi 4. Halaman 820-829
[Type text]
Page 13