17
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 4
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. ( Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002) hal.10
Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat suatu Tinjauan Komunikologis, cet.1. (Bandung; Remaja Rosdakarya) hal.63
*
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Ibid., hal. 62
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. ( Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002) hal.27
.(Ihromi, 2004: 30) *
(Fakih, 1997: 8) *
Women's Studies Encyclopedia
Keterkaitan komunikasi dengan sosialisasi dalam http://www.google.com/Keterkaitan%20Komunikasi%20dengan%20Sosialisasi%20di%20Masyarakat.html diakses 13 oktober 2014 pukul 17.45
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Ibid., hal.32
Ibid., hal. 32
Ibid., hal. 33
Soleh Soemirat. Dasar-Dasar Komunikasi. (Bandung; Program Pascasarjana UNPAD, 2000) hal.5
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung; Rosyda Karya, 1989) hal.257
Keterampilan komunikasi antarpersonal dalam http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal/ diakses 13 oktober 2014 pukul 20.10
M.O Palapah. Diktat Kuliah Ilmu Publisistik. (Bandung; UNPAD, 1975) hal. 15
(Mosse, 1996:76) *
(Budiman, 1985: 6) *
PERANAN KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI GENDER
Oleh :
Aziz Hakim Astqolani (B06213013)
Renno Andre A.P. (B96213106)
Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
PENDAHULUAN
Pokok Pikiran Komunikasi, Sosialisasi dan Gender
Sebagai mahasiswa komunikasi, sepastinya mutlak mengetahui dari definisi objek yang dipelajari yakni komunikasi itu sendiri. Hampir diseluruh mata kuliah yang telah dipelajari, semua memulai dengan mengulang definisi komunikasi sebagai pengantar sebelum dihubungkan dengan pengetahuan lainnya, sepertihalnya sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi, Komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan juga komunikasi gender. Satu hal yang menarik, dialami oleh penulis ketika pembelajaran mengenai komunikasi dan organisasi mengenai konsep-konsep komunikasi. Kembali dosen yang mengampuh mata kuliah ini menanyakan pengertian komunikasi kepada hampir seluruh mahasiswa. kebanyakaan mereka menjawab dengan inti yang sama yakni menggubungkan unsur-unsur komunikasi menjadi suatu kalimat definisi, padahal pengertian komunikasi dapat dilihat dari banyak perspektif.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya "Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik". Atau terlalu luas , misalnya "Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disamapaikan."
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu.
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku "Ilmu Komunikasi teori dan Praktek", ilmu komunikasi adalah "Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap".
Ungkapan Carl. I. Hovland yang serupa menjelaskan komunikasi sebagai "The process by which an individual (the communication) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates).
Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya "Communication Research In The United States" menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Gambar 1. collection of experience and meaning
Lasswell dalam karyanya, the sructure and function of communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who – Say What – In Which Channel – To whoam – With What Effect? Jadi menurut paradigma tersebut, Laswell mengartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Jadi proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain baik pesan itu berupa pesan verbal ataupun non verbal, disampaikan melalui media atau tidak, yang mana pesan itu ditujukan agar menghasilkan efek baik kognitif, afektif maupun konatif.
Pemahaman mengenai sosialisasi secara kebanyakan yang difahami oleh banyak orang erat kaitannya dengan "sosialisasi" sebatas pemberitahuan mengenai petunjuk operasional suatu produk. Seperti contoh "Sosialisasi LPG". Konsep sosialisasi yang benar akan mempermudah pemahaman untuk menghubungkannya dengan komunikasi dan juga gender dalam pembahasan kali ini.
Menurut Abdullah, Sosilisasi merupakan aktivitas manusia dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hubungan sosial diantara sesamannya.
Sosialisasi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bertindak dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang efektif, yang menyebabkan ia efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat. (Effendy, 2002:27)
Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.
Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Konsep gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan, yaitu makna penting yang diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Brym & Lie :
The entire socilogical perspective began to shift as a growing member of scholar abandoned gender-biased research. Thus, male centeredness, or approaching sociological problem from an exclusively male perspective, is now less common than it used to be.
Di dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya memuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakter emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam masyarakat.
PEMBAHASAN
Komunikasi dan Sosialisasi
Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam hidup bermasyarakat. Karena hal itu merupakan satu faktor terfatal untuk menciptakan Interaksi sosial an hubungan sosial.
Komunikasi merupakan elemen penting bagi proses sosialisasi dalam masyarakat. Karena tanpa adanya komunikasi antar anggota masyarakat, proses sosialisasi tidak akan dapat berlangsung. Jadi, dengan adanya komunikasi, proses sosialisasi dalam masyarakat akan dapat berlangsung secara maksimal.
Proses sosialisasi tercipta berasal dari interaksi sosial, dan interaksi sosial tercipta dari Komunikasi yang berjalan lancar. Ketiga hal itu tak mampu dipisahkan karena saling berkaitan, dan harus ada untukm menciptakan Sosialisasi yang maksimal. Sehingga harus ada unsure-unsur yang telah disebutkan diatas.
Jadi, komunikasi mendukung dan menjadi faktor utama terjadinya suatu sosialisasi di dalam masyarakat. Karena tanpa adanya komunikasi, proses sosialisasi di dalam masyarakat tidak akan berlangsung ataupun tercipta secara baik.
Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Gender
Dalam tugas yang lalu, pada komentar yang disampaikan terdapat komentar yakni,
"analisanya sudah bagus, tetapi masih perlu dibahas secara lebih mendalam lagi bagaimana caranya, bagaimana komunikasi digunakan dalam sosialisasi gender tersebut. tentu saja unsur-unsur komunikasinya perlu dibahas."
Dari komentar diatas, penulis akhirnya memilih sub judul ini untuk menjelaskan bagaimana komunikasi berperan dalam sosialisasi, terlebih pada sosialisasi gender.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut : (1) To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. (2) To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. (3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya, dan (4) To Goals Which Communicator Sought To Achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.
Strategi juga memiliki fungsi ganda sebagaimana dijelaskan oleh Effendy yaitu :
Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Menjembatani "cultural gap", yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang dibangun.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menyusun strategi komunikasi adalah dengan merperhatikan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada komponen-komponen komunikasi tersebut, yaitu :
Komunikator
Istilah komunikator berpadanan dengan kata pengirim, dalam bahasa Inggris sender dan enconder. Istilah-istilah ini diberi makna sama ketika bertindak sebagai pelaku / pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, komunikator tidak bisa lepas dari proses komunikasi. Disini peran yang dilakukan adalah sebagai pengirim simbol/lambang/bahasa/informasi apapun.
Syarat komunikasi efektif bagi seseorang komunikator adalah mempunyai kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, (kepribadian), dan kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Namun dari syarat tersebut, indikator yang paling penting dalam komunikator adalah kredibilitas yaitu menyangkut kepercayaan dan keahlian. Kepercayaan dan keahlian yang di maksud adalah dari aspek keilmuan dan pengetahuan sesuai dengan apa yang akan disampaikan.
Terkait dengan keterampilan komunikasi Kris Cole (2005) memerincinya dengan ciri-ciri yakni (1) Dapat berkomunikasi dengan jelas, (2) Memiliki rasa asertiv dan empati, (3) Memiliki Integritas, (4) Memiliki kemampuan mendorong dan memotivasi, (5) Memiliki respek pada orang lain, dan (6) Mampu sebagai pemain tim dan bekerjasama secara efektif.
Komunikator dalam sosialisasi gender yakni sipa-siapa yang menjadi sumber (source) pengirim pesan yang mengandung nilai maupun norma gender. Sesuai pengertian sosialisasi dalam dictionary.com, komunikator yang menjadi media penyalur pesan gender antara lain : (1) Keluarga, (2) Teman Sebaya, (3) Sekolah, (4) Media Massa.
Keluarga
Sebagaimana dengan proses sosialisasi yang lainnya, maka sosialisasi gender pun berawal pada keluarga. keluargalah yang mula-mula mengeajarkan seorang anak laki-laki untuk mengetahui sifat maskulin, dan seorang anak perempuan untuk mengetahui sifat feminim.
Proses sosialisasi gender sebenarnya sudah berawal semenjak seorang bayi dilahirkan. Sejak lahir, bayi perempuan sudah diberi busana yang jenis dan warnanya berbeda dengan bayi laki-laki. bagi bayi perempuan mulai dipasangkan anting sebagai simbol feminitas, sedangkan laki-laki tidak. Dalam berkomunikasi lisan, orang dewasa disekitar anak itu memberikan perlakuan sebagi contoh yakni panggialan yang berbeda. Untuk anak laki-laki misalnya diberi julukan gagah, ganteng, sedangkan untuk anak perempuan diberi julukan cantik atau manis.
Salah satu media yang digunakam orang tua untuk memperkuat identitas gender ialah mainan, yaitu dengan menggunakan mainan berbeda untuk tiap jenis kelamin (sex-differentiated toys atau gender-typed toys). Buku cerita anak-anak pun juga merupakan salah satu media yang tepat pula, namun ada hal yang harus diperhatikan, sebagai contoh, buku bacaan untuk anak laki-laki sebaiknya yang berisikan mengenai laki-laki sebagai orang yang gagah, kesatria, berambisi, meiliki cinta kasih, berbuat baik kepada sesama, Bukan yang menceritakan laki-laki sebagai penjahat, orang yang kasar, yang bersifat buruk. Begitu pula dengan perempuan, dengan cerita wanita yang anggun, seperti putri, lembut, dan sebagainya. Bukan malah menampilkan wanita seperti ibu tiri yang jahat ataupun penyihir yang menyeramkan.
Teman Sebaya
Kelompok bermain menjalankan peran yang cukup besar dalam sosialisasi gender. Dikala dalam kelompok bermain anak laki-laki cenderung memilih jenis permainan yang menekankan pada segi persaingan, kekuatan fisik dan keberanian. Sedangkan kelompok bermain perempuan lebih mengutamakan aspek kerjasama, kelembutan dan kasih sayang.
Pada saat remaja, mereka mulai menjadikan kelompok bermain mereka sebagai kelompok rujukan. mereka yang sesebaya mulai mempelajari peraturan yang mengatur pernan orang-orang yang kedudukannya sederajat, mulai bisa memahami prinsip persamaan dan keadilan.
Sekolah
Sebagai agen sosialisasi gender, sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya, yaitu kurikulum formal. Dalam mata pelajran prakarya, misalnya, sebaiknya sekolah memberikan pembelajaran mata pelajaran ini kepada siswa sesuai dengan jenis kelamin. Semisal, laki-laki diajarkan tentang pertukangan, sedangkan wanita diajarkan tentang seni tekstil.
Media Massa
Sebagai salah satu contoh media massa yang sering mengangkat mengenai stereotip gender adalah iklan (gender stereotyped advertising). Iklan yang mempromosikan produk keperluan rumah tangga, seprti pembersih lantai, pembasmi serangga, sabun cuci, bumbu masak, minyak goreng cenderung menggunakan perempuan dalam peran ibu rumah tangga. sedangkan iklan yang mempromosikan mobil mewah yang merupakan simbol status dan kesuksesan dibidang pekerjaan , cenderung menggunakan pemeran laki-laki.
Materi atau Pesan
Dalam bahasa Inggris pesan disebut sebagai message, content atau informasi. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi atau melalui media telekomunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Adapun sesuatu yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim/komunikator kepada penerima/komunikan.
Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi gender adalah pesan yang berisikan mengenai nilai-nilai gender. Pada saat anak masih kecil, bentuk pesan dapat mengenai pengenalan diri mereka kepada gender mereka. Bagaimana anak laki-laki bersikap maskulin dan bagaimana perempuan dapat bersikap feminim. Pada saat remaja ketika nilai persamaan dan keadilan penanaman nilai gender tentang kesetarann mulai bisa diberikan. bagaimna perempuan memiliki kedudukan yang sama untuk mendapat hak-hak yang sama yang diterima oleh laki-laki.
Kecil RemajaPembentukan diriPengasuhanPenguatan genderKelompok bermain = Kelompok rujukanUsia yang relatif samaPersamaan dan KeadilanKesetaraan gender laki-laki dan perempuan
Kecil
Remaja
Pembentukan diri
Pengasuhan
Penguatan gender
Kelompok bermain = Kelompok rujukan
Usia yang relatif sama
Persamaan dan Keadilan
Kesetaraan gender laki-laki dan perempuan
Gambar 2.Pesan Gender disesuaikan berdasar usia
Gambar 2.
Pesan Gender disesuaikan berdasar usia
Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.
Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat dimengerti.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada
Media atau Saluran
M.O Palapah membagi media atau saluran ini menjadi dua bagian : media umum dan media massa. Media umum artinya media yang dapat digunakan untuk menyalurkan ketiga macam komunikasi, yaitu komunikasi persona, kelompok, dan massa. Sedangkan media massa hanya digunakan untuk menyalurkan komunikasi massa saja.
Penyampaian pesan gender melalui media persona dapat melalui penyampaian tutur orang terpercaya (opinion leader), Untuk media kelompok sebagai contoh dapat melalui kelompok bermain, komunitas atau organisasi. Sedangkan Media massa dapat melalui Buku, Film, Sinema TV, Iklan, dan lain sebagainya.
Efek
Menurut Berlo ada 2 (dua) ukuran tujuan komunikasi (dimension of purpose) yaitu :
Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver) dengan sasaran yang bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi paling sedikit terdapat dua keinginan bereaksi.
Bagaimana seseorang melakukan komunikasi. Tujuan komunikasi dapat diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda (Instrumental purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate reward" dan "delayed reward".
Effendy menjelaskan tujuan komunikasi sebagai berikut :
Perubahan Sikap (attitude change)
Komunikan dapat merubah sikap setelah dilakukan suatu proses komunikasi.
Perubahan pendapat (opinion change)
Perubahan pendapat dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan tergantung bagaimana komunikator menyampaikan komunikasinya.
Perubahan perilaku (behaviour change)
Perubahan perilaku dapat terjadi bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang dikemukakan komunikator sesuai dengan yang disampaikan hal ini tergantung kepada kredibilitas komunikator itu sendiri.
Perubahan sosisal (social change).
Perubahan yang terjadi dalam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.
Komunikator1.Keluarga, 2.Teman Sebaya, 3.Sekolah,4.Media MassaPesanPesan yang mengandung nilai, norma gender. Media atau Saluran1. Persona2. Kelompok3. MassaKomunikan Efek1.Perubahan Sikap (attitude change) 2.Perubahan pendapat (opinion change) 3.Perubahan perilaku (behaviour change) 4.Perubahan sosisal (social change).
Komunikator
1.Keluarga, 2.Teman Sebaya, 3.Sekolah,
4.Media Massa
Pesan
Pesan yang mengandung nilai, norma gender.
Media atau Saluran
1. Persona
2. Kelompok
3. Massa
Komunikan
Efek
1.Perubahan Sikap (attitude change)
2.Perubahan pendapat (opinion change)
3.Perubahan perilaku (behaviour change)
4.Perubahan sosisal (social change).
Gambar 3. Skema Strategi Komunikasi
Noise sosialisasi gender
Noise merupakan salah satu unsur komunikasi yang pasti ada. Secara alih bahasa noise adalah gangguan sedangakan .......................
Gangguan dalam komunikasi dapat berasal dari komunikator, pesan, komunikan media, konteks, ketidaksamaan persepsi, background pendidikan dan background pengalaman yang berbeda.
Selama ini telah disosialisasikan, ditanamkan sedemikian rupa, ke dalam benak, ke dalam pribadi-pribadi seseorang, laki-laki dan perempaun, bahwa karena "kodrat"-nya seorang laki-laki berhak dan sudah seharusnya untuk mendapat kebebasan, mendapat kesempatan yang lebih luas daripada perempuan. Tuntutan nilai-nilai yang ditentukan oleh masyarakat telah mengharuskan seorang laki-laki untuk lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa daripada seorang perempuan. Akibatnya segala perhatian dan perlakuan yang diberikan kepada masing-masing dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan tersebut pun disesuaikan dan diarahkan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Kepada laki-laki diberikan prioritas dan kesempatan lebih luas untuk sekolah dan menuntut ilmu lebih tinggi daripada kesempatan yang diberikan kepada kaum perempuan. Kepada kaum laki-laki pula dibuka pintu selebar-lebarnya untuk bekerja di berbagai sektor publik dalam dunia pekerjaan yang dianggap maskulin, sementara perempuan lebih diarahkan untuk masuk ke sektor domestik dengan pekerjaan-pekerjaan yang selama ini memang dianggap sebagai "urusan" perempuan.
Bertolak dari kondisi tersebut maka akses perempuan terhadap "sesuatu" yang dihargai dalam masyarakat, yang menjadi sumber kelahiran pelapisan dalam masyarakat pun menjadi sangat rendah. Sehingga kaum perempuan dengan segala keterbatasan yang sudah ditentukan oleh masyarakat untuknya terpaksa menempati lapisan yang lebih rendah di masyarakat daripada kaum laki-laki.
Kondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk:
Marginalisasi
Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. Misalnya, banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki.
Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan perbedaan jumlah pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah, tidaklah dianggap "bekerja" karena pekerjaan yang dilakukannya, seberapapun banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. Namun seandainya seorang perempuan "bekerja" pun (dalam arti di sektor publik) maka penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan tambahan saja sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga dari segi nominal pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang lebih kecil daripada kaum laki-laki.
b. Subordinasi
Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.
Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah perkembangan keutamaan atas anak laki-laki. Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan. Demikian juga dengan bayi-bayi yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang bayi perempuan.
Subordinasi juga muncul dalam bentuk kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Kekerasan yang menimpa kaum perempuan termanifestasi dalam berbagai wujudnya, seperti perkosaan, pemukulan, pemotongan organ intim perempuan (penyunatan) dan pembuatan pornografi.
Hubungan subordinasi dengan kekerasan tersebut karena perempuan dilihat sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki-laki, dan bukan sebagai individu dengan hak atas tubuh dan kehidupannya.
Anggapan bahwa perempuan itu lebih lemah atau ada di bawah kaum laki-laki juga sejalan dengan pendapat teori nature yang sudah ada sejak permulaan lahirnya filsafat di dunia Barat. Teori ini beranggapan bahwa sudah menjadi "kodrat" (sic!) wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena itu tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. Bahkan Aristoteles mengatakan bahwa wanita adalah laki-laki – yang – tidak lengakap.
Demikianlah pendikotomian laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender bagi perempuan yang termanifestasi dalam berbagai wujud dan bentuknya. Karena diskriminasi gender perempuan diharuskan untuk patuh pada "kodrat" –nya yang telah ditentukan oleh masyarakat untuknya. Karena diskriminasi pula perempuan harus menerima stereotype yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa perempuan itu irrasional, lemah, emosional dan sebagainya sehingga kedudukannya pun selalu subordinat terhadap laki-laki, tidak dianggap penting bahkan tidak dianggap sejajar dengan laki-laki, sehingga perempuan diasumsikan harus selalu menggantungkan diri dan hidupnya kepada laki-laki.
Bertolak dari kondisi demikianlah maka tidak mudah untuk memperbaiki sosialisasi yang salah ini, dengan pesan keseteraan gender yang bertujuan menyamakan hak laki-laki dan perempuan. Alangkah indahnya apabila, jika antara feminis dan maskulin bekerja bersama untuk kepentingan individu sendiri, kelompok maupun bersama. kini kaum feminis menggemakan perjuangannya, untuk memperoleh kesetaraan gender. Untuk memperoleh kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki. Ditengah masalah yang berat ini tugas kitalah sebagai bagian dari agen sosialisasi untuk membantu menyampaikan pesan gender yakni kesetaraan.
PENUTUP
Komunikasi dan sosialisasi adalah dua hal yang sangat terkait, karena tanpa adanya komunikasi antar anggota masyarakat, proses sosialisasi tidak akan dapat berlangsung. Sosilisasi gender adalah proses interaksi sosial melalui penyampaian pesan berupa informasi nilai, norma, cara-cara berfikir, berperasaan dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma gender yakni kesetaraan gender sehingaa timbul Perubahan Sikap (attitude change), Perubahan pendapat (opinion change), Perubahan perilaku (behaviour change) terlebih Perubahan sosisal (social change). Sehingga tidak ada lagi Marginalisasi dan subordinasi bagi perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat suatu Tinjauan Komunikologis, cet.1. Bandung, Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001.
Palapah. M.O. Diktat Kuliah Ilmu Publisistik. Bandung, UNPAD, 1975.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung, Remaja Rosyda Karya, 1989.
Soemirat, Soleh. Dasar-Dasar Komunikasi. Bandung, Program Pascasarjana UNPAD, 2000.
http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal/
http://www.google.com/Keterkaitan%20Komunikasi%20dengan%20Sosialisasi%20di%20Masyarakat.html