PENILAIAN SIKAP
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
PengantarEvaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Erna Labudasari , M.Pd
Penyusun:
Kelompok : 12
1. Estu Pujiati (150641097)
2. Linda Apriani (150641094)
3. Lisa Nabilla Gunawan (150641053)
SD15-A.2
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2016
KATA PENGANTAR
Dengan memunajatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, rahmat,
nikmat, hidayah serta karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas membuat makalah tentang "Penilaian Sikap" ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Dan tidak lupa pula sholawat
dan salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Erna Labudasari, M. Pd selaku Dosen Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Universitas Muhammadiyah Cirebon.
2. Teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini, dan
3. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
mendapt ridho dari Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran kepada
pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Cirebon, 21 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Penilaian
Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di
Kelas............................
Skala Penilaian
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar
Pustaka.....................................................................
.............................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan
berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :
1. Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran
Sikap terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi
pembelajaran
2. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam
diri siswa melalui materi tertentu
3. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas
kurikulum.
Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses pembelajaran, menurut
Klausmeir (1985) ada tiga model belajar pembentukan sikap yaitu : mengamati
dan meniru, menerima penguatan, menerima informasi verbal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penilaian sikap
2. Apa pengertian dari PBK
3. Apa saja macam – macam skala sikap
4. Apa saja komponen – komponen sikap
5. Tujuan penilaian sikap
C. Tujuan
1. Untuk memahami makna penilaian sikap
2. Untuk dapat mengetahui tentang Penilaian Berbasis Kelas
3. Unutuk mengetahui macam – macam skala sikap
4. Untuk mengetahui dan memahami komponen – komponen sikap
5. Unutuk memahami tujuan dari penilaian sikap
D. Manfaat
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
2. Melatif untukmenggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
3. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan
sistematis
4. Memperoleh keputusan intelektual
5. Mengenal dengan kegiatan kepustakaan
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
7. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk meneliti
selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek
tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi
bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap.
Sikap menurut para ilmuan
a. Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil
evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap
menentukan bagaimana pribadi seseorang di ekspresikan. Menurutnya
sifat kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara
bereaksi terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang,
kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b. Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka
pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati dan meniru,
menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga model ini
sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan
peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan
pembelajaran melalui model (learning through modeling). Model kedua
menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui
pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu
respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan
positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima
informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh
melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di
peroleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap
terhadap objek yang bersangkutan.
c. Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu objek social. dst!
Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi
karateristik sikap seseorang oleh Rahmat (1998)
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan
merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap
bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan
cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda,
orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu
tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan
menghindari apa yang tidak diinginkan.
3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada
diri seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama
karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek
sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap
dinilainya negatif maka sikap akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga
sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai
tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki
motivasi yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang
sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
b. Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering
melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat
arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak
memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan
kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan
peserta didik yang memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran,
maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara
maksimal.
David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of
educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah
penilaian yang berkaitan
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan
pribadi, dan penggunaan skala sikap. Uraian dari masing-masing cara
dikemukakan sebagai berikut:
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh
karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang
dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam
pembinaan.
2. Pertanyaan langsung.
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan
siswa tentang kebijakan yang baru di sekolah tentang "peningkatan
Ketertiban"
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat
usulan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah,
keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
4. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk
mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu
skala diferensiasi semantik (scematic differential techniques) dan
skala Likert (Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki
dua kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain. Pertama,
teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua, teknik ini
sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian
sikap siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut
disajikan pada bab-bab berikutnya.
B. Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran Di Kelas
a. Komponen-komponen Sikap
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap suatu objek.
2. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek.
3. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
b. Tujuan Penilaian Sikap
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun
siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk mengetahui
tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan lulus tidaknya
anak didik. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan
serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan.
Tiga domain tujuan itu adalah: peningkataan kemampuan kognitif;
peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan keterampilan
berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu
mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang sangat
menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam
pelaksanaan penilaiannya adalah dalam domain kognitif. Domain
afektif dan psikomor agak terabaikan. Dampak yang terjadi,
seperti yang menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-
lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki
sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan
kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat
lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki.
Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor perlu
mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan
penilaian. Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilaiannya perlu ditindak
lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara
umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap
sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran, siswa perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri
siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah
diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang
sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap
positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa
yang memiliki sikap yang tidak positif terhadap guru, akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian,
siswa yang memiliki sikap negative terhadap guru pelajaran akan
sukar menyerap materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru
tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran,
strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan.
Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan
proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak
mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa
mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan
yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap
penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa
juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran
yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin
ditanamkan dalam diri siswa melalui suatu pokok bahasan.
Misalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam mata peajaran
ilmu pengetahuan sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini,
ada nilai-nilai luhur tertentu yang relevan diajarkan dan
diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya: kerjasama,
kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan demikian, untuk
mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi
nilai-nilai tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum,
seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut
relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran
berdasarkan kurikulum 1994 yang masih berlaku.
3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-
cara tersebut antara lain:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
d. Skala sikap
Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan
kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang
yang bisa minum kopi, dapat dipahami sebagai kecenderungannya
yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat
melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan
b. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat mengatakan secara langsung tentang
sikap siswa berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan
disekolah tentang "peningkatan ketertiban". Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi jawaban
dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap tersebut. Guru
juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan
membina siswa.
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis
pandangannya tentang "Kerusuhan Antaretnis" yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh
siswa tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap
yang dimilikinya.
Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan menilai
sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu lebih banyak
untuk membaca dan memahami sikap seluruh siswa.
c. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu pilar dalam
kurikulum berbasis komputer. Penilaian berbasis kelas adalah proses
pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai
terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan
belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan peserta didik
sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (Sujana,
2000,29). Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan
kegiatan belajar mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana
formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam
kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.
Menurut pusat kurikulum, istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
digunakan untuk menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa
dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil-hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autetik,
akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini
mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang
dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus
dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan
pelaporan.
Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK), penilain diarahkan terhadap
hasil belajar peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual peserta
didik, yang bila mengacu pada taxonomi Bloom, bisa diklasifikasikan
menjadi enam tingkatan, yaitu knowledge, atau recall (kemampuan
penerapan), analysis (kemampuan menganalisis), synthesis (kemampuan
menghubungkan), dan evaluation (kemampuan mengevaluasi). Aspek afektif
berkaitan dengan sikap peserta didik, misalnya sikap terhadap belajar,
rasa percaya diri, tanggung jawab dan sejenisnya. Sedangkan aspek
psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik peserta didik, baik
motorik halus, seperti kemampuan berbicara, menulis, menggambar,
menggunting, maupun motorik kasar, seperti kemampuan olahraga, kemampuan
menggunakan alat, kemampuan memainkan alat musik, dan sejenisnya
(Usman,2005: 45).
Dalam menilai performansi hasil belajar peserta didik, ada beberapa
tipe penilaian yang bisa digunakan. Priestely (1982) dalam Wiyono (2004)
membedakan menjadi enam, yaitu penilaian performansi aktual (actual
performance assesment), penilaian simulasi (simulation assesment),
penilaian melalui pengamatan (abservational assesment), penilaian oral
(oral assesment), penilaian program (program requirement), dan penilaian
melalui tes (paper and pencil assesment) (Rusman,2006: 37).
C. Skala Sikap
a. Pengolahan Data Skala penilaian atau Skala Sikap
Pada pengolahan data skala penilaian atau skala sikap pengolahannya
hampir sama dengan pengolahan data hasil observasi yang menggunakan skor
atau nilai dalam pengamatannya. Dengan demikian, untuk setiap siswa yang
diukur melalui skala penilaian atau skala sikap bisa ditentukan perolehan
skor dari seluruh butir pertanyaan, skor rata-rata dari setiap pertanyaan
dengan membagi jumlah skor oleh banyaknya pertanyaan, dan
penginterpretasian terhadap pertanyaan mana yang positif atau baik dan
pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau kurang baik. Data hasil
penilaian dan skala sikap sebenarnya menyerupai data hasil tes. Dengan
demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes. Berikut ini hal-hal
yang berkaitan dengan pengolahan data skala penilaian atau skala sikap.
1. Konversi Nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni:
Standar seratus (0-100)
Standar sepuluh (0-10)
Standar empat (1-4) atau dengan huruf (A-B-C-D)
2. Prosedur Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
Langkah-langkah penyusunan item untuk skala sikap adalah
sebagai berikut:
Menentukan objek
Merumuskan perilaku yang mengacu sikap terhadap objek
Merumuskan karakteristik dari perilaku sikap tersebut
Merinci lebih lanjut setiap karakteristik menjadi sejumlah
atribut yang lebih speifik
Menentukan indikator penilaian terhadap setiap atribut
tersebut
Menyusun perangkat item sesuai dengan indikator yang telah
dirumuskan
Suatu skala terdiri dari antara 20 sampai dengan 30 item
Menyusun item tersebut, yang terdiri dari separuhnya dalam
bentuk pernyataan positif dan separuhnya dalam bentuk
pertanyaan negatif
Menentukan banyak skala: lima atau tujuh atau sebelas
alternatif
Menentukan bobot nilai bagi tiap skalanya. Misalnya
4,3,2,1,0 untuk lima nilai skala, sebagai dasar perhitungan
kuantitatif.
b. Macam – macam Skala Sikap
a. Skala likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan
seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai
dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi
itu dilakukan dengan menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap
butir pernyataan yang disediakan.
Untuk likert digunakan skala dengan lima angka, skala 1 (satu)
berarti sangat negative dan skala 5 (lima) berarti sangat positif.
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh
pilihan respons yang menunjukan tingkataan. Contoh pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB/R = tidak punya pendapat atau ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
b. Skala thurstone
Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena
merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinum baris. Perbedaannya terletak pada
jumlah skala, pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5
tingkatan, sedangkan pada skala thurstone jumlah skala yang
digunakan berkisar antara 7-11.
c. Skala guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu
objek secara berurutan. Responden di minta untuk menyatakan
pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila
ia setuju dengan pernyataan pada nomer urut tertentu, maka di
asumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju
dengan pernyataan sesudahnya.
d. Semantic differential
Instrument yang disusun oleh osgood dan kawan-kawan ini mengukur
konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada di ukur
dalam kategori : menyenangkan- membosankan, sulit- mudah, baik-
tidak baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap
dunia sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa
objek - objek tertentu
Ada beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori pembelajaran,
teori fungsional, teori pertimbangan sosial, teori konsistensi.
Macam – macam skala dalam penilaian sikap: skala likert, skala
thurstone, guttman, semantic, differential.
Beberapa komponen sikap yaitu: afektif,kognitif,konatif.
Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk mendapat umpan balik
(feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan bagi anak didiknya.
2. Saran
Demikianlah makalah ini disusun semoga Tuhan membimbing penulis agar tidak
hanya sekedar bisa menulis tetapi dapat merealisasikannya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Rima Wati Ega. 2016. Kupas Tuntas Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena
Mudlofir Ali, Rusydiyah Evi Fatimatur. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif.
Jakarta:PT Raja Grafindo Indonesia
Arifin zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Suprananto,Kusaeri.2012.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Widoyoko Putro,Eko.2012.Evaluai Program Pembelajaran.Yogyakarta.Pustaka
Pelajar.
Hayati,mimin.2007.Teknik dan Penilaian pada tingkat satuan
pendidikan.Jakarta:Gaung persada press.
Arikuto,S & Jabar. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Supriyanto.2015. "Makalah Penilaian" . [Online]. Tersedia:
http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/makalah-penilaian.html. [21
Oktober 2016]
Lidia Neni. 2016. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/7514418/TEKNIK_DAN_BENTUK_INSTRUMEN_PENILAIAN_
sikap. [21 Oktober 2016]
Muqarrobin Firdaus. 2015. [online]. Tersedia:
http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/penilaian-pencapaian-
kompetensi-sikap.html. [21 Oktober 2016]
Shindy Ning. 2013. [online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/5474828/Kel_4_Penilaian_Sikap. [21 Oktober
2016]