PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 6
Ani Domiah (141510601167)
Lilik Laeliyah (141510601019)
Lingga Mareta Hadi (141510601061)
Nuril Muyassaroh (141510601108)
M. Syauqi Hasbi (141510601147)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai tanaman pangan utama. Dalam melakukan budidaya tanaman padi, diperlukan beberapa tahapan dalam proses produksi tanaman padi. Salah satu tahapan yang penting untuk diperhatikan adalah proses pengendalian organism pengganggu tumbuhan. Proses tersebut menjadi penting dalam rangka melindungi tanaman padi dari serangan hama dan penyakit tanaman. Apabila pengendalian dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, maka dapat dipastikan tanaman padi akan mengalami gagal panen akibat kerusakan fisik pada tanaman padi akibat serangan hama dan penyakit tersebut.
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam upaya mempertahankan suatu produkstivitas tanaman seperti tanaman padi agar tetap tinggi sesuai hasil yang telah diperkirakan atau hasil yang seharusnya dapat di capai dalam usaha budidaya pertanian. Kehadiran OPT merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh para petani, karena organisme pengganggu tanaman bersifat sangat merugikan bagi petani yang menyebabkan tanaman rusak sehingga produktivitas tanaman tersebut menjadi sangat rendah. Organisme pengganggu tanaman terdiri dari hama, penyebab penyakit dan gulma. Ketiga jenis OPT tersebut sangat merugikan petani budidaya padi. Hama yang sering menyerang tanaman padi antara lain wereng, tikus, keong dan lainnya, sedangkan penyakit yang mengganggu tanaman padi petani misalnya daun padi menguning atau klorosis dan gulma yang sering mengganggu tanaman padi petani seperti rumput-rumputan, teki dan gulma berdaun lebar.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dalam upaya perlindungan tanaman perlu mendapat perhatian yang serius dari para petani dalam kegiatan budidaya tanaman padi. Pengendalian oraganisme pengganggu tumbuhan dimaksudkan untuk menekan populasi OPT yang ada pada wilayah atau lahan budidaya dan agar tidak menimbulkan kerugian pada suatu budidaya tanaman. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang telah ada. Teknik pengendalian OPT yang diterapkan menggunakan berbagai tindakan pengendalian yang dapat dilakukan dengan hanya satu atau beberapa cara yang dapat dipadukan, sesuai dengan kondisi dan tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman padi.
Teknik pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dapat dilakukan ada beberapa teknik meliputi secara mekanik dan fisik, kultur teknik, dengan penggunaan varietas tanah, menggunakan hayati atau biologi, menggunakan kimia dan dapat dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetap oleh pemerintah. Semua teknik pengendalian OPT tersebut, merupakan teknik yang dapat menekan pertumbuhan OPT. Para petani di dalam mengendalikan OPT dapat memilih teknik yang cocok untuk mengendalikan OPT tersebut. Petani yang membudidayakan tanaman padi umumnya, mengendalikan organisme pengganggu tanaman dengan teknik mekanik dan fisik dan teknik hayati dan kimia. Dalam melakukan pengendalian terhadap OPT harus menggunakan teknik pengendalian yang tidak merusak lingkungan. Pengendalian yang baik dilakukan dengan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di sekitar tanaman tersebut.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui cara pemantauan, pengamatan, dan pengendalian OPT di sawah serta mengetahui nilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Khalid dan Yusuf (2009) dalam Damayanti dkk (2015), pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan mengandalkan satu komponen pengendalian, terutama pestisida, berpotensi merusak lingkungan. Dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi, pendapatan petani, daya saing produksi, dan pelestarian lingkungan maka sistem pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu sistem pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai dan kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep Pengendalian hama Terpadu (PHT).
Menurut Untung (2007) dalam Ratih dkk (2014), PHT merupakan cara pendekatan tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Menurut Karindah et al (2011) dalam Ratih dkk (2014), Prinsip PHT adalah penggunaan tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pengamatan mingguan, dan petani sebagai ahli PHT. Upaya dalam pelaksanaan prinsip PHT salah satunya melakukan pelestarian musuh alami dengan memberikan habitat dan menyediakan makanan bagi musuh alami yaitu bisa berupa rumput-rumputan dan vegetasi lain pada habitat lahan padi.
Menurut Untung (1995) dan Oka (2005) dalam Leatemia dan Rumthe (2011), dalam usaha budidaya tanaman pangan petani akan selalu berhadapan dengan gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Banyak jenis OPT yang diketahui menyerang tanaman pangan sehingga menimbulkan kerugian baik kuantitas maupun kualitas sampai dengan kehilangan hasil panen. Kehilangan hasil akibat serangan OPT dapat mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat regional maupun nasional. Indonesia telah memiliki konsep dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang merupakan landasan strategis dan operasional di lapangan dalam penanganan kasus OPT. PHT merupakan cara pendekatan tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangkaian pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Menurut Untung (1984) dalam Jailanis dkk (2014), ciri-ciri PHT yaitu; (a) tujuan utama adalah bukan untuk memusnahkan, pembasmian atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian terhadap populasi agar tetap berada dibawah suatu tingkatan atau aras yang dapat mengakibatkan atau kerugian ekonomi. Strateginya bukan eradikasi atau pemberantasan (eradication) hama, tetapi pembatasan (containt meat). Dalam keadaan tertentu ada kemungkinan bahwa adanya individu serangga atau binatang yang berguna bagi manusia, (b) dalam pelaksanaanya digunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal, tidak tergantung pada suatu cara pengendalian tertentu, seperti penggunaan pestisida, atau menanam varietas tahan, tetapi semua teknik dikombinasikan secara terpadu dalam suatu kesatuan sistem pengelolaan, (c) sasaran utama yaitu mempertahankan populasi hama dibawah kerusakan ekonomi, sehingga produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang tinggi. Beberapa kendala yang menjadi perhatian yaitu kendala sosial dan ekonomi, dalam pelaksanaanya PHT harus didukung oleh kelayakan sosial ekonomi masyarakat setempat, kendala ekologi dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi binatang, manusia dan lingkungan pada umumnya pada saat ini maupun mendatang.
Pencegahan hama penyakit lebih dianjurkan daripada memberantasnya ketika sudah menyerang. Pencegahan hama dapat menggunakan pestisida, tetapi dengan makin tingginya kesadaran konsumen untuk tidak memakan makanan yang diproses dengan pestisida, maka pengendalian hama terpadu secara alami lebih diutamakan. Beberapa contoh pengendalian hama terpadu (PHT) yang dianjurkan diantaranya adalah memakai benih varietas unggul, penanaman padi dilakukan secara serempaksawah tidak ditanami secara terus menerus dengan varietas dan komoditas yang sama serta menjaga kebersihan areal sawah dan lingkungan (Martodireso dan Suryanto, 2001).
Menurut Sihombing (2011) dalam Damanik dkk (2013), dalam menangani organisme pengganggu tumbuhan (OPT), petani di Indonesia masih cenderung menggunakan pestisida dan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain : timbulnya resisitensi, resurgensi hama, munculnya hama sekunder serta pencemaran pada hasil produksi dan lingkungan. Penggunaan pestisida dalam jumlah besar selain mengganggu kehidupan tanaman kedepannya juga akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Penggunaan pestisida secara berlebihan akan menyebabkan makhluk hidup non target terganggu kehidupannya sehingga kestabilan ekosistem menjadi terganggu.
Menurut Baehaki (1984) dalam Baehaki (2013), penggerek batang padi merupakan hama yang hanya menyerang pertanaman padi. Hal ini disebabkan pada vegetasi rumput-rumputan didominasi oleh Leersia hexandra dengan kodominan Ichaemum indicum, tidak ditemukan hama penggerek, tetapi hanya ditemukan hama tanaman padi dari Oxya chinensis, Tettigoneilla spectra, Nephotettix virescens, Nephotettic malayanus, Thaia oryzivora, Recilia dorsalis, Sogatella furcifera, Nilaparvata lugens, dan Leptocorisa acuta.
Pengembangan varietas unggul berdaya hasil tinggi tetapi rentan HDB seperti varietas IR64 menyebabkan penyakit ini berkembang dan menyebar ke seluruh sentra produksi padi, terutama di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun dengan cara melalui luka daun atau melalui lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun, sehingga menurunkan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis. Apabila hal ini terjadi pada fase generatif maka proses pengisian
gabah kurang sempurna (Sudir dkk., 2012).
Jenis hama yang lain yang umum menyerang tanaman padi adalah hama wereng cokelat. Wereng cokelat menyerang tanaman padi pada bagian batangnya. Hama wereng cokelat terdiri dari dua jenis, yaitu Nilaparvata legins yang mempunyai ciri-ciri panjang badan sekitar 3-4 mm. Bagian punggungnya terdapat tiga buah baris yang samar-samar, kemudian jenis Sogatella furcifera yang panjang badannya kurang lebih 3-4 mm dan pada bagian punggungnya terdapat tiga buah baris berwarna cokelat hitam dengan warna putih di sebelah tengahnya (Matnawy, 1989).
Penyakit blas pada tanaman padi tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di daerah pertanaman padi lahan kering. Infeksi penyakit blas pada lahan kering lebih sering terjadi daripada di lahan sawah, walaupun tergantung juga pada varietas padi yang ditanam. Varietas padi unggul yang responsif terhadap pupuk nitrogen, pertanaman yang rapat, dan suhu tanah yang tidak mendukung juga mendorong perkembangan dan pertumbuhan penyakit blas. Cara penularan penyakit blas adalah melalui sebaran angin (Suryanto, 2010).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tanggal
Praktikum acara "Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman" dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 April 2015 pukul 07.00 – 10.00 WIB di Agrotechnopark Jubung.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Alat
Kuadran
Tali rafia
Jaring serangga
Gelas plastik
Cara Kerja
Menentukan petak contoh (sampel) dengan ukuran 2x2 m.
Melakukan pengamatan OPT (hama dan penyakit) pada petak contoh dengan menggunakan jarring serangga.
Memasukkan serangga tersebut ke dalam gelas plastik.
Menentukan antara serangga yang merugikan dan serangga yang menguntungkan.
Menghitung jumlah serangga yang merugikan dan menguntungkan berdasarkan spesiesnya kemudian merata-rata dengan kelompok lain dalam satu kelas.
Menentukan apakah lahan tersebut perlu atau tidak perlu untuk dikendalikan berdasarkan ambang ekonomi serangga tersebut.
Menilai ambang ekonomi beberapa serangga yang menyerang tanaman padi.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Petak Contoh
Jenis OPT (serangga hama, penyakit, musuh alami) (Foto)
Jumlah
Belalang hama
18
Laba-laba musuh alami (predator)
5
Tomcat predator
27
Keong hama
196
Gulma Berdaun Lebar
60
Gulma teki
53
Capung Predator
4
4.2 Pembahasan
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman hortikultura, pangan maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Organisme pengganggu tanaman merupakan organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan manusia. Kehadiran OPT tersebut tentunya akan memiliki pengaru terhadap kehidupan tanaman padi. Pengaruh dari OPT tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Gagal panen
Akibat serangan hama yang ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan dan tempat tinggal bagi hama tersebut. Hama merusak tanaman dengan cara : (1) menghisap cairan tanaman, (2) memotong batang tanaman baik yang muda maupun yang tua, (3) menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis buah, (4) membuat rumah ata sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada batang, daun maupun buah.
Menurunnya jumlah produksi tanaman padi
Dengan adanya serangan yang diakibatkan oleh hama terhadap padi, maka tanaman padi tidak akan mampu berproduktivitas secara maksimal karena terjadinya pemberantasan pertumbuhan akibat hama yang menyerang pada tanaman padi. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Apabila daun dan batang serta tunas-tunas yang muda habis dimakan oleh hama, maka secara perlahan tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis untuk meningkatkan produktivitas.
Pertumbuhan tanaman yang terganggu
Serangan hama dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi kerdil dan tidak dapat berproduksi.
Menurunkan nilai ekonomis hasil produksi
Hama yang menyerang tanaman padi menyebabkan nilai ekonomis padi menurun. Hal tersebut terjadi karena hama merusak tanaman padi tersebut sehingga bagian yang diserang oleh hama dapat mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva hama.
Terganggunya proses absorbsi unsure hara dan mineral tanah
Dengan terganggunya proses penyerapan unsure hara akibat serangan patogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu.
Metode pengamatan tanaman padi berdasarkan frekuensinya dibagi atas 2 macam yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling. Pengamatan tetap dilakukan secara terus menerus secara berkala atau dengan skala (interval) waktu tertentu pada suatu wilayah pengamatan tertentu. Pengamatan tetap menghasilkan data keadaan hama dan penyakit dari waktu ke waktu sehingga dapat memberi gambaran tentang dinamika penyakit dan populasi hama di wilayah pengamatan tersebut. Pengamatan tetap bertujuan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi opt dan intensitas serangan opt, kepadatan populasi musuh alami yang efektif, dan besarnya curah hujan. Pengamatan dilakukan pada petak pengamatan, lampu perangkap, dan penakar curah hujan. Komponen yang diamati terdiri atas perubahan kepadatan populasi dan intensitas serangan pada petak contoh (sampel) yang tetap. Petak contoh ditentukan secara purposive, menggunakan metode diagonal random sampling. Pada setiap petak contoh ditentukan 3 unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis diagonal petak contoh yaitu unit A, dan unit lainnya yaitu B dan C masing-masing ditentukan di pertengahan potongan-potongan garis diagonal terpanjang. Setiap unit contoh terdiri atas 10 rumpun/tanaman contoh, dan pada unit-unit contoh tersebut pengamatan kepadatan populasi OPT, kepadatan populasi musuh alami, dan pengukuran intensitas serangan OPT dilakukan. Pengamatan keliling dilakukan sekali-sekali bila keadaan memerlukan. Pengamatan keliling ini bertujuan untuk menutupi kekurangan yang terdapat pada pengamatan tetap, karena pada pengamatan tetap jumlah petak contoh sangat terbatas. Pada prinsipnya pengamatan keliling adalah pengamatan untuk mengetahui terjadinya serangam hama atau timbulnya penyakit pada tempat-tempat tertentu yang dapat menjadi ssumber hama atau penyakit. Dasar dilakukannya pengamata ini adalah bila secara visual tanaman atau bagian tanaman menunjukan gejala yang patut di curigai , atau adanya informasi dari sumber yang dapat di percaya. pengamatan keliling bertujuan untuk mengetahui tanaman yang terserang dan terancam, luas pengemdalian, bencana alam, serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling dilakukan dengan cara mengelilingi wilayah pengamatan yang dicurigai terancam serangan OPT. penentuan daerah yang dicurigai berdasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap serangan OPT utama/kunci di daerah tersebut, stadia pertumbuhan, dan jaraknya terhadap sumber serangan, serta daerah yang endemic OPT tertentu. Komponen yang diamati adalah luas tanaman yang terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, fase pertumbuhan tanaman (umur tanaman), jenis/varietas tanaman, dan tindakan pengendalian yang telah/pernah dilakukan oleh petani. Kelebihan dari pengamatan tetap adalah kita dapat mengetahui secara lebih rinci mengenai dinamika penyakit dan populasi hama di suatu wilayah pengamatan, namun pada pengamatan tetap adalah jumlah petak contoh yang sangat terbatas. Pengamatan keliling memiliki kelebihan jumlah petak contoh lebih luas dibandingkan pengamatan tetap sehingga bisa digunakan untuk mengidentifikasikan sumber hama dan penyakit.
Maksud dari pengendalian OPT adalah untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman yang kita usahakan; dengan arti yang lebih luas lagi, adalah untuk memaksimalkan penggunaan lahan pertanian secara efisien dan efektif, atau juga mengoptimasikan produktifitas lahan pertanian tersebut, guna mendapatkan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang, serta kebutuhan lain yang memintanya terus semakin meningkat diseluruh dunia.
Usaha pengendalian tersebut umumnya hanya perlu dilaksanakan apabila biaya yang dikeluarkan (diperlukan) untuk pengendalian lebih kecil dari pada kerugian yang terjadi sebagai akibat dari penyakit kalau tidak dilakukan pengendalian. Ini berarti nilai akibat dari pengendalian tersebut, haruslah lebih besar daripada nilai biaya yang dikeluarkan untuk pengendaliannya.
Pengendalian OPT merupakan salah satu aspek dari banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman padi. Oleh karena itu, diperlukan usaha pengendalian tanaman dalam suatu program penanaman tanaman yang di usahakan agar dapat memberikan hasil yang setinggi-tingginya, baik kuantitas maupun kualitas dari hasil tersebut. Sering kali suatau anjuran tentang pengendalian organism pengganggu tanaman tak dapat dilakukan dengan tepat untuk semua daerah atau lokasi. Oleh karena itu, masalah pengendalian OPT tersebut perlu diperhatikan untuk setiap daerah sesuai lokasi penanaman. Cara pengendalian yang paling tepat mungkin akan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, atau antara petani yang satu dengan petani yang lain, bahkan juga tergantung pada cuaca, tempat, dan lahan pertaniannya, keadaan serta jenis maupun tipe tanaman, cara bercocok tanam, nilai hasil tanaman, dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa maksud dan tujuan dari pengendalian organism pengganggu tanaman tersebut adalah untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi, mantap dan berkesinambungan, tetapi secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggung jawabkan; bahkan sekarang ini perlu pertimbangan terhadap kelestarian lingkungan. Jadi, Organisme pengganggu tanaman tersebut haruslah ditekan atau dikurangi sampai dibawah ambang ekonomi.
Pada lahan sawah di agrotechnopark jubung, golongan G menemukan organism pengganggu tanaman yang terdir dari 4 jenis hama dan 2 jenis gulma. Hama dan gulma tersebut masing-masing memiliki pengaruh terhadap kehidupan tanaman padi yang ada disekitarnya. Brikut ini uraian tentang peranan serta pengaruh organism pengganggu tanaman terhadap tanaman padi :
Capung
Dalam dunia pertanian imago capung dikenal sebagai serangga predator yang aktif berburu mangsa dan bersifat polifaga. Capung merupakan serangga musuh alami pada beberapa hama tanaman pangan (padi, jagung, kacang-kacangan) dan perkebunan (teh, kopi, kakao). Pada area tersebut capung merupakan predator bagi beberapa hama di antaranya adalah Nilaparvata lugens, Orseolia orizae, Scotinophora sp., Leptocorisa sp., Ostrinia sp., Helicoverpa sp., Melanogromiza sp., Oxya sp.
Belalang
menyerang tanaman padi sawah. Siklus hidup serangga ini dalam 1 generasi membutuhkan waktu 3-3,5 bulan. Siklus dimulai dari telur menetas setelah 4minggu, kemudian tahap perkembangan telur, nimfa dan imago. Belalang berwarna hijau, sayap belakang berwarna abu-abu kecoklatan, kaki belakang besar berfungsi untuk melompat. Belalang berperan sebagai hama tanaman padi. Belalang akan memakan daun tanaman padi sehingga tanaman padi akan kehilangan daun yang menyebabkan proses fotosintesis berjalan tidak optimal.
Tomcat
Tomcat memiliki nama ilmiah Paederus littoralis, merupakan serangga jenis kumbang. Habitat tomcat di alam bebas adalah adalah di dalam tanah yang lembab, seperti persawahan, tepi sungai, atau daerah berawa. Tomcat sebenarnya tidak menggigit ataupun menyerang. Tomcat akan mengeluarkan cairan secara otomatis bila bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Tomcat merupakan serangga predator alami hama wereng padi sehingga tidak seharusnya keberadaan tomcat tersebut dihilangkan. pengaruh keberadaan tomcat terhadap tanaman padi itu sendiri yakni dapat menjaga tanaman padi dari serangan hama wereng.
Laba-laba
Laba-laba merupakan salah satu predator bagi tanaman padi yang menjadikan wereng sebagai mangsanya. Serangan hama wereng yang selama ini meresahkan petani dapat diatasi dengan tidak memusnahkan keberadaan laba-laba tersebut. Kehadiran laba-laba sebagai musuh alami hama wereng patut dijaga dengan baik agar tidak terjadi ledakan serangan hama wereng. Pengaruh laba-laba terhadap tanaman padi adalah belalang dapat menjaga tanaman padi agar terhindar dari serangan wereng.
Keong
Keong memiliki nama ilmiah Pomacea canaliculata. Keong merupakan hama bagi tanaman padi karena dapat merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya sehingga menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. keong menyukai tempat-tempat yang digenangi air.
Rumput teki dan rumput daun lebar
Kehadiran rumput teki dan rumput berdaun lebar sebagai gulma akan mempengaruhi kehidupan tanaman padi. Keberadaan gulma tersebut menimbulkan kerugian bagi tanaman utama. Berikut ini merupakan pengaruh adanya gulma di sekitar tanaman padi :
Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.
Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.
Menurut Soejitno dan Edi (1993) dalam Roja (2009), Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Apabila nila hama berada diatas batas AE, maka populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Dalam penelitian kali ini, jumlah hama yang ditemukan adalah :
Capung berhasil ditemukan sebanyak 4 ekor sehingga memiliki nilai ambang ekonomi 0,02;
Belalang berhasil ditemukan sebanyak 18 ekor dan memiliki nilai ambang 0,1;
Tomcat sebanyak 27 ekor sehingga nilai ambangnya 0,15;
Laba-laba sebanyak ekor dan memiliki nilai ambang 0,028;
Keong sejumlah 196 ekor dan bernilai ambang 1,08;
Gulma daun lebar 60 tanaman sehingga memiliki nilai ambang 0,33;
Rumput teki sejumlah 53 tanaman dan nilai ambangnya 0,3.
Setelah mengetahui nilai ambang dari masing-masing OPT tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lahan tanaman padi perlu mendapatkan pengendalian dalam hama keong. Hal ini dikarenakan nilai ambang hama keong diatas satu yaitu sejumlah 1,08. Apabila nilai ambang suatu OPT diatas satu, maka lahan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari OPT tersebut.
Musuh alami merupakan makhluk hidup yang berguna untuk mengendalikan kepadatan populasi hama. Tanpa adanya musuh alami, hama akan memperbanyak diri dengan cepat dan memakan habis pertanaman padi. Keseimbangan antara serangga hama dan musuh alami sering terganggu oleh penggunaan pestisida yang tidak tepat. Terdapat 3 kelompok musuh alami yang sering dijumpai yaitu :
Predator
Adalah makhluk hidup yang mengendalikan hama dengan cara memakan hama. Predator mempunyai bentuk yang mudah dilihat, tetapi kadang sulit dibedakan dengan hama. Satu ekor predator dapat memakan lebih dari satu hama. Contoh : laba-laba, kumbang, jangkrik, capung semut, dll.
Parasit
Adalah makhluk hidup berukuran kecil yang menumpang hidup pada hama tertentu dan menyebabkan hama tersebut mati. Parasit meletakkan telur secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri pada tubuh hama atau di dekatnya. Bila satu telur parasit menetas dan berkembang menjadi dewasa, maka hamanya akan segera mati. Parasit hanya dapat mematikan seekor hama, sedangkan satu jenis hama dapat dimatikan oleh banyak jenis parasit. Parasit dapat menyerang telur, larva, nimfa, kepompong maupun hama dewasa. Contoh parasit penggerek hama batang padi : Tetrastichus sp.
Patogen
Adalah jasad renik yang dapat menyebabkan infeksi pada hama sehingga hama mati. Tiga kelompok pathogen adalah jamur (mengendalikan wereng dan ulat), virus (mengendalikan ulat) serta bakteri. Contoh : jamur Metarhizium anisopliae yang menginfeksi hama wereng, kepinding, dan kumbang.
Dalam praktikum kali ini, musuh alami yang ditemukan antara lain laba-laba, tom cat, dan capung. Ketiga jenis organisme tersebut berperan sebagai predator terhadap hama tanaman padi. Laba-laba dan tomcat berperan sebagai predator hama wereng sedangkan capung merupakan predator dari kepik. Keberadaan ketiga jenis predator tersebut hendaknya tidak diganggu sebab akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang berdampak pada terjadinya peledakan jenis hama tertentu. Apabila keberadaan laba-laba dan tomcat terganggu maka akan terjadi ledakan hama wereng, sedangkan apabila capung dimusnahkan maka ledakan kepik tak terhindarkan. Apabila populasi hama meningkat, maka produktivitas padi berangsur-angsur akan menurun.
Menurut Sunarno (2002), agen pengendali hayati (biological control agens) adalah setiap organism meliputi species, subspecies, varietas, semua jenis serangga, nematode, protozoa, cendawan (fungi), bakteri virus, mikroplasma serta organism lainnya yang dalam semua tahap perkembangannya dapat digunakan untuk keperluan pengendalian organism pengganggu tanaman dalam proses produksi. Berikut ini merupakan jenis agen pengendali hayati :
Agen antagonis
Merupakan bagian dari agen hayati yang berfungsi mengganggu kehidupan suatu OPT, khususnya penyakit tanah, sehingga perkembangan OPT tersebut dapat dihambat. Agen antagonis cendawan yang sering dijumpai pada tanaman pangan adalah Trichoderma sp.
Pathogen serangga
Adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada serangga. Pathogen tersebut terdiri atas jamur, virus, dan bakteri. Contoh pathogen serangga adalah Beauveria sp. yang dapat mengendalikan hama walang sangit dan wereng batang cokelat.
Parasitoid
Adalah serangga yang hidupnya menumpang pada tubuh inang dan hanya pada saat sebelum parasitoid tersebut dewasa. Parasitoid yang sudah di coba oleh Laboratorium PHP Pandaan Pasuruan adalah Trichogramma japonicum untuk mengendalikan hama penggerek batang padi.
Laba-laba, capung dan tomcat merupakan agen pengendali hayati karena ketiga jenis organism tersebut dalam pertumbuhannya menjadikan hama wereng dan kepik sebagai mangsanya sehingga dapat memutuskan siklus kehidupan hama tersebut. Laba-laba, capung dan tomcat merupakan jenis agen antagonis yang membantu petani dalam memberantas hama wereng dan kepik sehingga keberadaannya harus tetap dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian. Iptek Tanaman Pangan, 8(1): 1-14.
Damanik, Syahrial., M.I.Pinem, dan Y.Pangestiningsih. 2013. Uji Efikasi Agen Hayati Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas Oryzae pv. Oryzae) Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa). Online Agroteknologi, 1(4): 1402-1412.
Damayanti, Erlinda., G.Mudjiono, dan S.Karindah. 2015. Perkembangan Populasi Larva Penggerek Batang dan Musuh Alaminya pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) PHT. HPT, 3(2): 18-24.
Jailanis, Ahmad., N.Kusini, dan J.Sudrajat. 2014. Tingkat Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Petani Padi (Studi Kasus Di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya). Social Economic of Agriculture, 3(1): 65-78.
Leatemia, J.Audrey., dan R.Y.Rumthe. 2011. Studi Kerusakan Akibat Serangan Hama pada Tanaman Pangan di Kecamatan Bulu Kabupaten Seram Bagian Timur Propinsi Maluku. Agroforestri, 6(1): 52-56.
Martodireso, Sudadi., dan W.A.Suryanto. 2001. Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organic : Budidaya Tanaman Pangan, Hortikultura, Dan Perkebunan. Yogyakarta : Kanisius.
Matnawy, Hudi. 1989. Perlindungan Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.
Ratih, Selya Iktafiana., S.Karindah, dan G.Mudjiono. Pengaruh Sistem Pengendalian Hama Terpadu dan Konvensional Terhadap Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi dan Musuh Alami pada Tanaman Padi. HPT, 2(3): 18-27.
Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Terpadu (PHT) pada Padi Sawah. Padang : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Sudir., B.Nuryanto, Dan T.S.Kadir. 2012. Epidemologi. Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Iptek Tanaman Pangan, 7(2): 79-87.
Sunarno. 2002. Pengendalian Hayati (Biologi Control) Sebagai Salah Satu Komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Suryanto, Widada Agus. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta : Kanisius.