PEMERIKSAAN IMUNOLOGIS PADA PENDERITA DIABETES MILITUS
Dosen Pengampu:
Arlita Antari, S. Biol, M.si. Disusun Oleh :
Anindita Yasmine Bagaskarina 22010217120005 22010217120005 Desy Kharisma Widyaningrum 22010217120013 22010217120013 Clara Kristanti Kati 22010217110021 22010217110021 Anis Hilda Intani Azis 22010217130027 22010217130027 Yuhi Syaula 22010217140031 22010217140031 Rizqi Asyifa Dianita Dianit a 22010217140035 Novia Dyas Oryza 22010217140039 22010217140039 Vellyta Fadhlina Loesiono 22010217140043 Haniifa Yusiani M 22010217140047 22010217140047 Muhammad Labiib Hafidz 22010217130052 22010217130052 Farida Hisna Shabila 22010217130059 22010217130059 Mila Dena Yurisya Yuris ya 22010217130067 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2017
BAB I LATAR BELAKANG
Sistem
imun
merupakan
mekanisme
tubuh
untuk
mempertahankan
perlindungan diri dari organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Imunitas sangat penting, jika ada benda asing yang masuk, sistem imun lah yang menerima sinyal dan merespon benda asing tersebut. Sehingga, tubuh bisa saja memberikan reaksi, seperti demam, alergi, dan inflamasi. Dari sistem imun ini akan dikaitkan dengan panyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyakit yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi. Penyebab diabetes mellitus ini adanya gangguan kerja insulin, maupun gangguan saat sekresi. Menurut WHO (2008), bahwa penderita penyakit diabetes mellitus telah mencapai 347 juta jiwa. Presentasi penderita penyakit diabetes mellitus di Indonesia pada perempuan mencapai 7,1% dan 6,6% pada laki-laki. Hal tersebut tentu saja penderita penyakit diabetes mellitus di Indonesia mempunyai presentasi yang tinggi dari negara laim. Beberapa jurnal mengungkapkan bahwa penyakit diabetes mellitus dapat meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan dan infeksi di tempat lain pula. Untuk itu, perlu adanya pembahasan lebih dalam mengenai diabetes mellitus dan imunologis. Imunologi merupakan suatu pemeriksaan
darah
yang
bertujuan
mendeteksi
adanya
infeksi
virus,
mempekirakan status imun dan pemantauan respon pasca vaksinasi. Diagnosis penyakit diabetes mellitus selain berdasarkan aspek klinis yang meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, juga diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan laboratorium bagi penderita diabetes mellitus sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi sehingga perkembangan penyakit dapat dimonitor serta dapat mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Diabetes Mellitus
Penyebab diabetes mellitus ini adanya gangguan kerja insulin, maupun gangguan saat sekresi. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin berkurang, sementara tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah. Insulin dikeluarkan ke dalam darah untuk mengatur kadar glukosa darah ketika sel beta dirangsang oleh kadar glukosa yang meningkat dalam darah. Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologinya adalah sebagai berikut: 1. Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Sistem Imun :
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan defisiensi insulin absolut akibat destruksi sel beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan, seperti
virus
(rubella
kongenital,
mumps,
cytomegalovirus,
dan
coxsackievirus) dan makanan (gula, kopi, dan susu sapi). Apabila seseorang kekurangan vitamin D, seperti jarang terpapar sinar matahari, hal tersebut dapat meningkatkan resiko diabetes mellitus tipe 1. Karena bukti menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sesitivitas dan sekresi insulin (Penckofer, Kouba, Wallis, & Emamuele, 2008) yang akan berhubungan pula dengan sistem imun. Teori
lain
menyebutkan
bahwa
kurangnya
paparan
terhadap
prevalensi patogen, karena menjaga diri terlalu bersih dapat menyebabkan hipersensitivitas
autoimun,
yang
mana
hancurnya
sel
beta
yang
memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit. Kemudian, Curry (2009) menunjukkan bahwa adanya “pelatihan” dari sistem imun dapat berlaku untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 1. Pelatihan tersebut dengan cara semakin banyak eksposur mikroba atau virus yang pada seseorang, semakin kecil kemungkinan seseorang menderita penyakit reaksi hipersensitivitas, seperti alergi dan gatal-gatal. 2
Pada suatu kondisi, peneliti lain menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu formula saat bayi berumur 6 bulan dapat menyebabkan kacaunya sistem imun tubuh dan meningkatkan resiko diabetes mellitus tipe 1 di kemudian hari. Hal tersebut terjadi karena protein dalam susu sapi formula identik dengan permukaan sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga seseorang yang rentan terhadap susu sapi akan direspon oleh leukosit, dan akan menyerang sel sendiri yang menyebabkan resiko terjadinya diabetes mellitus tipe 1.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Sistem Imun:
Diabetes mellitus tipe 2 itu bervariasi mulai dari resistensi insulin predominan. Defisiensi insulin relatif, sampai defek sekresi insulin predominan disertai resistensi insulin
2.2.
Tahapan Pemeriksaan
Tahapan pemeriksaan gula darah adalah sebagai berikut: 1. Persiapan pasien
Pasien diberikan informasi lengkap mengenai waktu pengambilan darah serta tindakan yang akan dialaksanakan berdasarkan jenis pemeriksaan. Adapun jenis pemeriksaan terdiri dari glukosa darah puasa, glukosa 2 jam post prandial. 2. Glukosa darah puasa
Pasien diharuskan untuk berpuasa selama 8-12 jam sebelum tes. Semua konsumsi obat dihentikan, bila ada obat yang harus dikonsumsi harus ditulis pada formulir tes. 3. Glukosa darah post prandial
Tes ini dilakukan 2 jam setelah tes glukosa darah puasa. 2 jam sebelum dilakukan tes pasien dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat 4. Pengambilan sampel darah
Waktu untuk pengambilan sampel darah lebih baik dilakukan pada pagi hari dibandingkan pada sore hari untuk menghindari variasi
3
diurnal (Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari). Pada waktu sore hari kadar glukosa darah lebih rendah sehingga banyak kasus diabetes mellitus yang tidak terdiagnosis. 5. Sentrifugasi dan pemisahan serum dengan sel darah
Sentrifugasi merupakan suatu proses pemisahan benda padat dari benda cair dengan dilakukan pemutaran. Ketika disentrifugasi maka sel darah yang lebih berat akan mengendap ke bawah sedangkan serum yang terdapat clot berada dilapisan teratas.
2.3.
Pemeriksaan Imunologis Terhadap Diabetes Mellitus
Pemeriksaan imunologis terhadap diabetes mellitus ada berbagai macam, seperti : 1. Tes Autoantibodi
Tes ini dilakukan setelah pasien di diagnosis menderita penyakit diabetes. Tes ini bertujuan untuk membantu membedakan jenis autoimun diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Dokter akan menganjurkan tes ini ketika:
Pasien pertama kali didiagnosis diabetes untuk membantu menentukan apakah diabetes pasien adalah terkait autoimun atau tidak.
Anda adalah penderita diabetes yang diobati dengan diet atau obatobatan dan memiliki kesulitan menjaga kadar gula darah (glukosa) normal atau mendekati normal dan diduga memiliki diabetes tipe 1 bukan tipe 2. Empat jenis tes autoantibodi yang paling umum digunakan untuk
membedakan diabetes tipe 1 dan diabetes karena penyebab lain, akan dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
4
Tes
Abbr
Deskripsi
Kelompok
ICA
Mengukur
kelompok
antibodi
yang
Antibodi
Sel
Sitoplasma
Komentar
sel
dituju,
Salah satu bentuk sel
kelompok
berbanding dengan berbagai
antibodi
yang
macam sel kelompok protein
umum terdeteksi
(catatan: sel beta adalah salah pada satu tipe sel kelompok)
sebuah
penyakit, terdeteksi sekitar 70-80%
pasien
yang
baru
didiagnosis diabetes tipe 1. GADA Uji
Autoantibodi Asam
Glutamic
Decarboxylase
autoantibodi
yang
Merupakan salah
ditujukan untuk melawan sel
satu autoantibodi
beta protein (antigen) tetapi
yang
spesifik hanya untuk sel beta
umum terdeteksi
paling
pada pasien yang baru
didiagnosis
diabetes
tipe
1
(sekitar 70-80%) Autoantibodi
2
IA-2A
Uji
autoantibodi
yang
yang Berasosiasi-
ditujukan untuk melawan sel
Insulinoma
beta
antigen,
tetapi
Terdeteksi
pada
sekitar
60%
tidak diabetes tipe 1
spesifik Autoantibodi Insulin
IAA
Autoantibodi yang ditujukan
Terdeteksi
untuk insulin; insulin adalah
sekitar 50% anak-
satu-satunya
anak
antigen
yang
pada
penderita
diperkirakan sangat spesifik
diabetes tipe 1;
untuk sel beta
jarang terdeteksi pada
orang
dewasa
5
Tes
IAA
tidak
membedakan antara autoantibodi yang menargetkan insulin
endogen
dan antibodi yang diproduksi melawan
insulin
exogen
Autoantibodi yang terlihat pada anak-anak sering berbeda dari yang terlihat pada orang dewasa. Insulin Autoantibodi (IAA) biasanya merupakan penanda pertama yang muncul pada anak-anak. Seiring dengan perkembangan penyakit, IAA ada kemungkinan hilang, lalu ICA (islet cell cytoplasmic antibodies), GADA (glutamic acid decarboxylase autoantibody) dan IA-2A menjadi lebih penting. IA-2A
umumnya kurang positif di awal diabetes tipe 1 dibandingkan GADA atau ICA. Sedangkan sekitar 50% dari anak-anak dengan onset baru diabetes tipe 1 akan menunjukan IAA positif. Akan tetapi, IAA positif tidak umum pada orang dewasa. Jika ICA, GADA, dan/atau IA-2A hadir pada orang dengan gejala diabetes, diagnosis diabetes tipe 1 bisa dikonfirmasi. Demikian juga apabila IAA hadir pada anak dengan diabetes yang tidak diobati insulin, diabetes tipe 1 adalah penyebabnya. Jika tidak ada autoantibodi terkait diabetes yang hadir, maka tidak mungkin bahwa diabetes yang diderita adalah tipe 1. Beberapa orang yang memiliki diabetes tipe 1 tidak akan pernah bisa terdeteksi memiliki sejumlah kelompok autoantibodi, meskipun jarang terjadi.
6
Mayoritas orang, 95% atau lebih, dengan tipe onset baru diabetes 1 akan memiliki minimal satu kelompok autoantibodi. 2. Tes Urine
Tes urine selain untuk mengidentifikasi bahwa seorang pasien terindikasi penyakit tertentu, terutama diabetes militus, juga dapat membantu indentifikasi jumlah leukosit. Pada penderita diabetes militus terjadi peningkatan jumlah leukosit urine karena infeksi saluran urine. Hal tersebut diakibatkan oleh tingginya kadar glukosa pada urine yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Menurut Waluyo (2007) Glukosa merupakan kandungan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan bakteri, khususnya pada proses pembelahan bakteri. Karena glukosa mengandung banyak unsur nitrogen dan karbon. Sehingga bakteri di urine penderita diabetes militus lebih banyak dari urine normal.
3. Terapi Farmakologis
Pemeriksaan dan tindakan ini dilakukan pada saat latihan jasmani dan pengaturan makan tidak sesuai dengan rencana. Penggunaan insulin tidak menjadi prioritas utama pengobatan seseorang, tapi pada kondisi seperti hamil dan operasi, insulin akan digunakan. Pada kondisi maintenance, insulin akan bekerja lebih efektif dan aman.
4. Tes Darah
Tes darah menjadi prioritas utama dalam pemeriksaan diabetes mellitus yang berhubungan pula dengan sistem imun. Ambil darah beberapa tetes, kemudian di cek gula darah seseorang tersebut. Apabila gula darah seseorang rendah maupun tinggi, hal tersebut menjadi gejala dari penyakit diabetes mellitus. Seseorang yang telah terkena penyakit diabates mellitus, akan merasakan keluhan, seperti polyura (produksi urin berlebih), polidipsi (banyak minum), polifagia (rasa lapar berlebih), dan penurunan berat badan. Jika keluhan tersebut terjadi, hal tersebut juga akan mempengaruhi kerja imun dalam tubuh. 7
Imun dalam tubuh akan melemah, sehingga sangat mudah organisme asing masuk dan menyerang tubuh kita sendiri.
2.4.
Diagnosis
Dari anamnesis sering didapatkan keluhan khas diabetes berupa polyuria (produksi urin berlebih), polidipsi (banyak minum), polifagia (rasa lapar yang berlebihan) dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya., Keluhan lain yang sering disampaikan oleh pasien antara lain badan terasa lemas, kesemutan, gatal, dan mata kabur. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut: 1. Gula darah puasa sama dengan atau lebih dari 126 mg/dl; atau 2. Gula darah 2 jam post prandial sama dengan atau lebih dari 200 mg/dl; atau 3. Gula darah acak > 200 mg/dl.
8
BAB III KESIMPULAN
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem imun dapat dikaitkan dengan penyakit diabetes mellitus. Dimana diabetes mellitus merupakan penyakit autoimun dimana sistem pertahanan tubuh menyerang dan merusak selsel yang memproduksi hormon insulin dalam pankreas. Proses autoimun dapat terjadi berkaitan dengan kerusakan gen tertentu yang dapat diturunkan secara genetik, sebab lainnya dikarenakan respon/reaksi spontan akibat infeksi, polusi, radiasi, atau konsumsi obat. Oleh karena itu, dilakukan pemeriksaan imunologis, antara lain: 1. Tes autoantibodi: Dilakukan setelah pasien didiagnosis menderita diabetes mellitus, untuk membedakan tipe 1 dan 2. 2. Tes urine: Identifikasi diabetes mellitus dan jumlah leukosit. 3. Terapi farmakologis: Dilakukan saat pelatihan jasmani dan jadwal makan yang tidak sesuai. 4. Tes darah: Merupakan prioritas utama dalam pemeriksaan yang berhubungan dengan sistem imun.
9
DAFTAR PUSTAKA
ADA. Standards of Medical Care in Diabetes – 2013. Diabates Care. 2013. 36, Supp 1: S11 – 66. Amerika. Canivell,Silvia. 2014. Diagnosis And Classification Of Autoimmune Diabetes Mellitus(13):4003-407. Bracelona: University of Barcelona. Geerlings,S.E.1999. Immune dysfunction in patients with diabetes mellitus (DM). Utrecht: University Hospital Utrecht. Kardika IBW, Herawati S, Yasa IW. 2008. Preanalitik Dan Interpretasi Glukosa Darah Untuk Diagnosis Diabetes Melitus (1):5-8. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kustiningsih,Yayuk.,dkk. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan Urine Pada Suhu Kamar Terhadap Jumlah Leukosit Studi Pada Penderita Diabetes Melitus. Banjarmasin: Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Manaf,Aman. 2008. Genetical Abnormality and Glucotoxicity in Diabetes Mellitus. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Prabawanti,Rastri Mahardika. 2003. Status Seng (Zn) dan Imunitas Seluler Fokus Pada Fungsi Fagositosis PMN, Pada pasien Diabetes Melituz Tipe 2 Dengan Regulasi Glukosa Darah Baik Dan Buruk. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Putri, Dwi Apri.,dkk. 2011. Otomatisasi Perhitungan Jumlah Leukosit Pada Urin Berbasis Pengolahan Citra Digital Dengan Metode Inti Dan Ukuran Sel. Bandung: Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom. Szablewski,Lezsek.2014.International
Immunopharmacology
(122):182-
191.Warsaw: Medical University of Warsaw. Widodo FY. 2014. Pemantauan Penderita Diabetes Melli tus (4):58-59.
10
Wulandari,Dyah Retno. 2013. Diabetes Melitus dan Permasalahannya pada Infeksi
Tuberkulosis:
124-134.
Brawijaya;
Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya.
11