Pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Mellitus : 1. Kadar glukosa darah atau plasma (puasa atau setelah makan)
Bila normal (euglikemia), bila tinggi (hiperglikemia) dan rendah (hipoglikemia). Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan ( GDP/ gula darah puasa/ nuchter ) dan 2 jam setelah makan ( post prandial ). ). ilai normal! De"asa
! #$%11$ mg/dl
Wholeblood ! &$%1$$ mg/dl Ba'i baru lahir ! $%$ mg/dl *nak
! &$%1$$ mg/dl
ilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan ! De"asa
! + 1$ mg/dl/2 jam
Wholeblood
! + 12$ mg/dl/2 jam
-asil pemeriksaan berulang di atas nilai normal kemungkinan menderita Diabetes elitu elituss . Pemeri Pemeriksa ksaan an glukos glukosaa darah darah tolera toleransi nsi adalah adalah pemeri pemeriksa ksaan an kadar kadar gula gula dalam darah puasa ( sebelum diberi glukosa # gram oral) , 1 jam setelah diberi glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa . Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat toleransi tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari "aktu ke "aktu. 2. Hemoglobin Glikosilat ( HbA1)
Bisa normal atau tinggi. Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah , untuk memperoleh in0ormasi kadar kadar gula darah 'ang sesungguhn'a, sesungguhn'a, karena pasien tidak dapat mengontrol mengontrol hasil tes, dalam kurun "aktu 2% bulan. es ini berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula pada hemoglobin *(*1) *(*1) sepanjang umur sel darah merah (12$ hari).
3emakin tinggi nilai *1 pada penderita D semakin potensial beresiko terkena komplikasi. Pada penderita D tipe 44 akan menunjukkan resiko komplikasi apabila *1 dapat dipertahankan di ba"ah 5 ( hasil studi United Kingdom prospektif diabetes ). 3etiap penurunan 15 saja akan menurunkan resiko gangguan pembuluh darah (mikrovaskuler) seban'ak 5, kompikasi D lain 215 dan menurunn'a resiko kematian 215. 6enormalan *1 dapat diupa'akan dengan mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang "aktu, tidak han'a pada saat diperiksa kadar gulan'a saja 'ang sudah dipersiapkan sebelumn'a ( kadar gula reka'asa penderita ). 7lahraga teratur ,diet, dan taat obat adalah kun8in'a. !. "ipid serum
Bisa normal atau abnormal #. Keton urine
Bisa negati0 atau positi0. $. Glukosa se%aktu
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan persetujuan untuk melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan "aktu setelah makan . Dilakukan untuk penjajagan a"al pada penderita 'ang diduga D sebelum dilakukan pemeriksaan 'ang sungguh%sungguh dipersiapkan misaln'a nu8ther, setelah makan dan toleransi. &. 'ruktosamin
erupakan gula jenis lain 'aitu 0ruktosa selain galaktosa , sakarosa, dan lain% lain.9ruktosa ( peningkatan kadar 0ruktosa dalam darah ) menggambarkan adan'a de0isiensi en:im 'ang juga berpengaruh pada berkurangn'a kemampuan tubuh mensintesis glukosa dari gula jenis lain sehingga terjadi hipoglikemia .Pemeriksaan 0ruktosamin menggunakan metode enzymatic seperti pada pemeriksaan Glukosa.
Pemeriksaan ;ntuk D< D! pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per%oral (G7).1,2,,,,# *ntibodi untuk petanda (marker) adan'a proses autoimun pada sel beta adalah islet 8ell 8'toplasmi8 antibodies (4*), insulin autoantibodies (4**), dan antibodi terhadap glutami8 a8id de8arbo<'lase (anti%G*D). 4* bereaksi dengan antigen 'ang ada di sitoplasma sel%sel endokrin pada pulau%pulau pankreas. 4* ini menunjukkan adan'a kerusakan sel. *dan'a 4* dan 4** menunjukkan risiko tinggi berkembangn'a pen'akit ke arah diabetes tipe 1. G*D adalah en:im 'ang dibutuhkan untuk memproduksi neurotransmiter g%aminobut'ri8 a8id (G*B*). *nti G*D ini bisa teridenti0ikasi 1$ tahun sebelum onset klinis terjadi. =adi, petanda ini bisa digunakan sebagai uji saring sebelum gejala D mun8ul.2 ;ntuk membedakan tipe 1 dengan tipe 2 digunakan pemeriksaan %peptide. 6onsentrasi % peptide merupakan indikator 'ang baik untuk 0ungsi sel beta, juga bisa digunakan untuk memonitor respons individual setelah operasi pankreas. 6onsentrasi %peptida akan meningkat pada transplantasi pankreas atau transplantasi sel%sel pulau pankreas.2 3ampling untuk Pemeriksaan 6adar Gula Darah ;ntuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa &>12 jam sebelum diambil darahn'a. 3etelah diambil darahn'a, penderita diminta makan makanan seperti 'ang biasa dia makan/minum glukosa per oral (# gr ) untuk G7, dan harus dihabiskan dalam "aktu 1>2$ menit. Dua jam kemudian diambil darahn'a untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP.2,, Darah disentri0ugasi untuk mendapatkan serumn'a, kemudian d iperiksa kadar glukosan'a. Bila pemeriksaan tidak langsung dilakukan (ada penundaan "aktu), darah dari penderita bisa ditambah dengan antiglikolitik (gliseraldehida, 0luoride, dan iodoasetat) untuk menghindari terjadin'a glukosa darah 'ang rendah palsu.2,,? 4ni sangat penting untuk diketahui karena kesalahan pada 0ase ini dapat men'ebabkan hasil pemeriksaan gula darah tidak sesuai dengan sebenarn'a, dan akan men'ebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan penderita D. etode Pemeriksaan 6adar Glukosa etode pemeriksaan gula darah meliputi metode reduksi, en:imatik, dan lainn'a. @ang paling sering dilakukan adalah metode en:imatik, 'aitu metode glukosa oksidase (G7D) dan metode heksokinase.1,2,,? etode G7D ban'ak digunakan saat ini. *kurasi dan presisi 'ang baik (karena en:im G7D spesi0ik untuk reaksi pertama), tapi reaksi kedua ra"an inter0eren (tak spesi0ik). 4nter0eren 'ang bisa mengganggu antara lain bilirubin, asam urat, dan asam askorbat.2, etode heksokinase juga ban'ak digunakan. etode ini memiliki akurasi dan presisi 'ang sangat baik dan merupakan metode re0erens, karena en:im 'ang digunakan spesi0ik untuk glukosa. ;ntuk mendiagosa D, digunakan kriteria dari konsensus Perkumpulan Andokrinologi 4ndonesia tahun 1?? (PA6A4 1??) ,,# Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan D @ang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan gl'8ated
hemoglobin, khususn'a -b*1, serta pemeriksaan 0ruktosamin.2,,,#,1$ Pe meriksaan 0ruktosamin saat ini jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur 'ang memakan "aktu lama.# Pemeriksaan lain 'ang bisa dilakukan ialah urinalisa rutin. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sebagai sel0%assessment untuk memantau terkontroln'a glukosa melalui reduksi urin.1,# Pemeriksaan -b*1 -b*1 adalah komponen -b 'ang terbentuk dari reaksi non%en:imatik antara glukosa dengan terminal valin rantai b -b * dengan ikatan *lmidin. Produk 'ang dihasilkan ini diubah melalui proses *madori menjadi ketoamin 'ang stabil dan ireversibel.#,1$,11 etode pemeriksaan -b*1! ion%e<8hange 8hromatograph', -PC (high per0orman8e liuid 8hromatograph'), Ale8tro0oresis, 4mmunoassa', *00init' 8hromatograph', dan analisis kimia"i dengan kolorimetri.1,2,1$,11 etode 4on A<8hange hromatograph'! harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan p- dari bu0er. 4nter0erens 'ang mengganggu adalah adan'a -b3 dan -b 'ang bisa memberikan hasil negati0 palsu.2,1$ etode -PC! prinsip sama dengan ion e<8hange 8hromatograph', bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi 'ang baik sekali. etode ini juga direkomendasikan menjadi metode re0erensi.1$ etode agar gel elektro0oresis! hasiln'a berkorelasi baik dengan -PC, tetapi presisin'a kurang dibanding -PC. -b 9 memberikan hasil positi0 palsu, tetapi kekuatan ion, p-, suhu, -b3, dan -b tidak ban'ak berpengaruh pada metode ini.2 etode 4mmunoassa' (A4*)! han'a mengukur -b*1, tidak mengukur -b*1 'ang labil maupun -b*1* dan -b*1B, mempun'ai presisi 'ang baik.2 etode *00init' hromatograph'! non%gl'8ated hemoglobin serta bentuk labil dari -b*1 tidak mengganggu penentuan gl'8ated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. -b9, -b3, ataupun -b han'a sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini mengukur keseluruhan gl'8ated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode -PC.2,1$ etode 6olorimetri! "aktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesi0ik karena tidak dipengaruhi non% gl'8os'lated ataupun gl'8os'lated labil. 6erugiann'a "aktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran 'ang kurang dikenal oleh klinisi, 'aitu m mol/C.1$ 4nterpertasi -asil Pemeriksaan -b*1 -b*1 akan meningkat se8ara signi0ikan bila g lukosa darah meningkat. 6arena itu, -b*1 bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita D (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan -b*1%n'a ) sejak bulan lalu (umur eritrosit). -b*1 meningkat! pemberian < lebih intensi0 untuk menghindari komplikasi 2,,,,#,1$,11 ilai 'ang dianjurkan PA6A4 untuk -b*1 (terkontrol)! 5%,?5. =adi, -b*1 penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum.1,1 3ebaikn'a, penentuan -b*1 ini dilakukan se8ara rutin tiap bulan sekali.
Pemeriksaan untuk emantau 6omplikasi D 6omplikasi spesi0ik D! aterosklerosis, ne0ropati, neuropati, dan retinopati. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk memprediksi beberapa dari komplikasi spesi0ik tersebut, misaln'a untuk memprediksi ne0ropati dan gangguan aterosklerosis.2,,,&,# Pemeriksaan ikroalbuminuria Pemeriksaan untuk memantau komplikasi ne0ropati! mikroalbuminuria serta heparan sul0at urine (pemeriksaan ini jarang dilakukan).1,2,,,,&,#,12,1,1,1,1& Pemeriksaan lainn'a 'ang rutin adalah pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk melihat 0ungsi ginjal. ikroalbuminuria! ekskresi albumin di urin sebesar $%$$ mg/2 jam atau sebesar 2$%2$$ mg/menit.2,,&,1 ikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbu minuria. 3ekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan 'ang menetap dari 0ungsi ginjal. 6ontrol D 'ang ketat dapat memperbaiki mikroalbuminuria pada beberapa pasien, sehingga perjalanan menuju ke ne0ropati bisa diperlambat.,,& Pengu kuran mikroalbuminuria se8ara semikuantitati0 dengan menggunakan strip atau tes late< agglutination inhibition, tetapi untuk memonitor pasien tes%tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan. @ang sering adalah 8ara kuantitati0! metode adial 4mmunodi00usion (4D), adio 4mmunoassa' (4*), An:'m%linked 4mmunosorbent assa' (AC43*), dan 4mmunoturbidimetr'. etode kuantitati0 memiliki presisi, sensitivitas, dan range 'ang mirip, serta semuan'a menggunakan antibodi terhadap human albumin.2,&,12,1 3ampel 'ang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 2 jam.1 4nterpretasi -asil Pemeriksaan ikroalbuminuria enurut 38hrier et al (1??&), ada kategori albuminuria, 'aitu albuminuria normal (2$$ mg/menit).2,1# Pemeriksaan albuminuria sebaikn'a dilakukan minimal 1 E per tahun pada semua penderita D usia F 12 tahun.1# Pemeriksaan untuk 6omplikasi *terosklerosis Pemeriksaan untuk memantau komplikasi aterosklerosis ini ialah pro0il lipid, 'aitu kolesterol total, lo" densit' lipoprotein 8holesterol (CDC%), high densit' lipoprotein 8holesterol (-DC%), dan trigliserida serum, serta mikroalbuminuria.,,#,1 Pada pemeriksaan pro0il lipid ini, penderita diminta berpuasa sedikitn'a 12 jam (karena jika tidak puasa, trigliserida F 2 jam dan men8apai pun8akn'a & jam setelah makan).21 Pemeriksaan untuk 6omplikasi Cainn'a Pemeriksaan lainn'a untuk melihat komplikasi darah dan analisa rutin. Pemeriksaan ini bisa untuk melihat adan'a in0eksi 'ang mungkin timbul pada penderita D. ;ntuk pemeriksaan laboratorium in0eksi, sering dibutuhkan kultur (pembiakan), misaln'a kultur darah, kultur urine, atau lainn'a. Pemeriksaan lain 'ang juga seringkali dibutuhkan adalah pemeriksaan kadar insulin puasa dan 2 jam PP untuk melihat apakah ada kelainan insulin darah atau tidak. 6adang%kadang juga dibutuhkan pemeriksaan lain untuk melihat gejala komplikasi dari D, misaln'a adan'a gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis/alkalosis metabolik maka perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah. Pada keadaan ketoasidosis juga dibutuhkan adan'a pemeriksaan keton bodies, misaln'a a8eton/keton di urine, kadar asam
laktat darah, kadar beta hidroksi butarat dalam darah, dan lain%lainn'a. 3elain itu, mungkin untuk penelitian masih dilakukan pemeriksaan biomolekuler, misaln'a -C* (-uman C'mpho8'te *ntigen) serta pemeriksaan genetik lain. Kesimpulan D adalah kelainan metabolisme karbohidrat 'ang merupakan kelainan endokrin terban'ak.. Di 4ndonesia, prevalensi D sebesar 1,>2,5 penduduk usia F 1 tahun, bahkan di anado didapatkan prevalensi D sebesar &,15. Penderita D mempun'ai risiko komplikasi 'ang spesi0ik, 'aitu retinopati, gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis, stroke, gangren, ataupun pen'akit arteria koronaria. P emeriksaan laboratorium D! menegakkan D< serta memonitor < dan timbuln'a komplikasi. Pemeriksaan D
lini8al hemistr', &!, 2$$$!11%11? 1$. 6ing, .A., Gl'8os'lated -emoglobin, 4n ethodHs in lini8al hemistr', Ads *madeo =, 6aplan C.*., 1?#!11%11& 11. Peterson, 6.P., Pavlovi8h =.G., Goldstein D., et al., hat is -emoglobin *18J *n *nal'sis o0 Gl'8ated -emoglobins b' Ale8trospra' 4oni%:ation ass 3pe8trometr', lini8al hemistr', !?, 1??!1?1%1? 12. Gendler, 3.., *lbumin, 4n ethodHs in lini8al hemistr', Ads *madeo =, 6aplan C.*., 1?#!1$&&%1$# 1. Carson, .3., 3antanello ., 3hahin0ar 3., 7HBrien P.., et al, rend in Persistent Proteinuria in *dult%7nset Diebetes, Diabetes are, 2!1, 2$$$!1%& 1. ogensen .A., Iiberti G.., Peheim A., 6utter D., et al, ulti8enter Avaluation o0 i8ral% est 44 est 3trip, an 4mmunologi8 apid est 0or the Dete8tion o0 i8roalbuminuria, Diabetes are, 2$!11, 1??#!1&2%1&& 1. e"man D, Pri8e .P, enal 9un8tion, 4n iet: 9undamentals o0 lini8al hemistr', Ads Burtis .*, *sh"ood A., th Adition, .B. 3aunders ompan', ;3*, 2$$1!&?%#22 1&. Pedrinelli ., Glampletro 7., armassi 9., elillo A., et al, i8roalbuminuria and Andothelial D's0un8tion 4n Assential -'pertension, Can8et, , 1??!1%1 1#. @ogiantoro ., anagement o0 Diabeti8 ephropath', 4n 3uraba'a Diabetes ;pdate I4, Ads jokropra"iro *, -endromartono, 3utjahjo *, andra -., Pranoto *., 3uraba'a, 1???!&%& 1. i0ai , *lbers =.=., Ba8horik P.3, Cipids, Cipoproteins and *polipoproteins, 4n iet: 9undamentals o0 lini8al hemistr', Ads Burtis .*, *sh"ood A., th Adition, .B. 3aunders ompan', ;3*, 2$$1!&2%? 1?. aito, -.6., holesterol, 4n ethodHs in lini8al hemistr', Ads *madeo =, 6aplan C.*., 1?#!11&%11#& 2$. aito, -.6., -igh%densit' Cipoprotein (-DC) holesterol, 4n ethod Hs in lini8al hemistr', Ads *madeo =, 6aplan C.*., 1?#!11#?%11?2 21. aito, -.6., rigl'8erides, 4n ethodHs in lini8al hemistr', Ads *madeo =, 6aplan C.*., 1?#!121%122&
PM*+K,AA- "A
=enis pemeriksaan laboratorium 'ang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium D adalah urin dan darah. ekipun dengan menggunakan urin dapat dilakukan, namun hasil 'ang didapat kurang e0ekti0. Darah vena adalah spesimen pilihan 'ang tepat dianjurkan untuk pemeriksaan
gula darah. *pabila sampel 'ang digunakan adalah darah vena maka 'ang diperiksa adalah plasma atau serum, sedangkan bila 'ang digunakan darah kapiler maka 'ang diperiksa adalah darah utuh. Pada pengambilan darah kapiler, insisi 'ang dilakukan tidak boleh lebih dari 2, mm karena dapat mengenai tulang. Pada pengambilan darah kapiler juga tidak boleh memeras jari dan tetesan pertama sebaikn'a dibuang. =enis%jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes elitus adalah sebagai berikut ! Gula darah puasa Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa %1$ jam sebelum pemeriksaan dilakukan. 3pesimen darah 'ang digunakan dapat berupa serum atau plasma vena atau juga darah kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan untuk pemeriksaan pen'aringan, memastikan diagnostik atau memantau pengendalian D. ilai normal #$%11$ mg/dl. Gula darah se"aktu Pemeriksaan ini han'a dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan "aktu terakhir pasien pasien. 3pesimen darah dapat berupa serum atau plasma 'ang berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah se"aktu plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan pen'aringan dan memastikan diagnosa Diabetes elitus. ilai normal +2$$ mg/dl. Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan 'ang dimakan baik jenis maupun jumlah 'ang sukar disamakan dan juga sukar dia"asi pasien selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk, istirahat 'ang tenang, dan tidak melakukan kegiatan jasmani 'ang berat serta tidak merokok. ;ntuk pasien 'ang sama, pemeriksaan ini berman0aat untuk memantau D. ilai normal +1$ mg/dl. Glukosa jam ke%2 G7 G7 tidak diperlukan lagi bagi pasien 'ang menunjukan gejala klinis khas D dengan kadar gula darah atau glukosa se"aktu 'ang tinggi melampaui nilai batas sehinggasudah memenuhi kriteria diagnosa D. (Gandasoebrata, 2$$# ! ?$%?2). ilai normal ! Puasa ! #$ > 11$ mg/dl M jam ! 11$ > 1#$ mg/dl 1 jam ! 12$ > 1#$ mg/dl 1M jam ! 1$$ > 1$ mg/dl 2 jam ! #$ > 12$ mg/dl Pemeriksaan -b*18 -b*18 atau *18 merupakan sen'a"a 'ang terbentuk dari ikatan antar glukosa dan hemoglobin (gl'8ohemoglobin). =umlah -b*18 'ang terbentuk, tergantung pada kadar gula darah. 4katan *18 stabil dan dapat bertahan hingga 2% bulan (sesuai dengan usai sel darah merah), kadar -b*18 men8erminkan kadar gula darah rata%rata 1 sampai bulan. ;ji digunakan terutama sebagai alat ukur kee0ekti0an terapi diabetik. 6adar gula darah puasa men8erminkan kadar gula darah saat pertama puasa, sedangkn glikohemoglobin atau -b*18 merupakan indikator 'ang lebih baik untuk pengendalian Diabetes elitus. ilai normal -b*18 %&5, Peningkatan kadar -b*18 F 5 mengindikasi hemoglobin * (-b*) terdiri dari ?1 sampai ? 5 dari jumlah hemoglobin total.
olekul glukosa berikatan dengan -b* 'ang merupakan bagian dari hemoglobin *. Pembentukan -b*18 terjadi dengan lambat 'aitu 12$ hari 'ang merupakan rentang hidup eritrosit, -b*18 terdiri atas tiga molekul hemoglobin -b*18, -b*1b dan -b*18. 3ebesar #$ 5 -b*18 dalam bentuk #$ 5 terglikosilasi pada jumlah gula darah 'ang tersedia. =ika kadar gula darah meningkat selama "aktu 'ang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa dan menghasilkan glikohemoglobin. enurut idman (1??2!#$), bila hemoglobin ber8ampur dengan larutan glukosa dengan kadar 'ang tinggi, rantai beta hemoglobin mengikat glukosa se8ara reversible. Pada orang normal sampai & persen hemoglobin merupakan hemoglobin glikosilat 'ang dinamakan kadar -b*18. Pada hiperglikemia kronik kadar -b*18 dapat meningkat 1%2$ 5 . glikolisasi tidak mempengaruhi kapasitas hemoglobin untuk mengikat dan melepaskan oksigen, tetapi kadar -b*18 'ang tinggi men8erminkan adan'a diabetes 'ang tidak terkontrol selama % minggu sebelumn'a. 3etelah keadaan normoglikemia di8apai, kadar -b*18 menjadi normal kembali dalam "aktu kira%kira minggu. Berdasarkan nilai normal kadar -b*18 pengendalian Diabetes elitus dapt dikelompokan menjadi kriteria 'aitu ! D terkontrol baik / kriteria baik ! +&,5 D 8ukup terkontrol / kriteria sedang !&, 5 % ,$ 5 D tidak terkontrol / kriteria buruk ! F ,$ 5 (@ulli:ar D, Pedoman Pemeriksaan Caboratorium untuk Pen'akit Diabetes elitus N 2$$) Pemeriksaan gula darah han'a men8erminkan kadar gula darah pada saat diabetes diperiksa, tetapi tidak menggambarkan pengendalian diabetes jangka panjang (O bulan). eski demikian, pemeriksaan gula darah tetap diperlukan dalam pengelolaan diabetes, terutama untuk mengatasi permasalahan 'ang mungkin timbul akibat perubahan kadar gula darah 'ang timbul se8ara mendadak. =adi, pemeriksaan -b*18 tidak dapat menggantikan maupun digantikan oleh pemeriksaan gula darah, tetapi pemeriksaan ini saling menunjang untuk memperoleh in0ormasi 'ang tepat mengenai kualitas pengendalian diabetes seseorang.
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dan pemantauan pengobatan diabetes melitus adalah kadar glukosa darah, HbA1c (hemoglobin glikat) dan yang terbaru albumin glikat. Untuk pemeriksaan penyaring ( screening ) terhadap diabetes melitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2 jam postprandial (setelahmakan) atau seaktu, atau kadar HbA1c. !iagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan yang sama dimana apabila sudah ada gejala dan tanda klinis maka cukup 1" kelainan tetapi apabila tiada tanda klinis maka perlu sediktnya 2 " kelainan. Apabila hasilnya masih meragukan maka dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan minum larutan #$ gram glukosa. .
HbA1c yang merupakan komponen utama dan terbanyak dari hemoglobin glikat menggambarkan kadar glukosa selama masa 2%& bulan sebelumnya sesuai masa paruh eritrosit, dianjurkan untuk diperiksa setiap & bulan sekali pada diabetes melitus yang stabil. Pemeriksaan HbA1c telah dibakukan (standardisasi) dan diharmonisasi. 'leh karena itu selain untuk memantau pengobatan diabetes melitus, sekarang juga diajukan untuk penyaring dan diagnosis diebetes melitus. Akan tetapi hasil pemeriksaan kadar HbA1c dipengaruhi oleh perubahan eritrosit, dan Hb serta arian Hb sehingga pada keadaan%keadaan dengan kelainan tersebut hasilnya dapat salah. Parameter terbaru adalah albumin glikat (A) yang menggambarkan kadar glukosa sesuai masa paruh albumin yang jauh lebih pendek daripada eritrosit. !engan demikian dokter dapat memantau pengobatan dengan lebih cepat..*elain itu parameter A jugamenunjukkan beberapa kelebihan dibandingkan HbA1c, misalnya lebih tepat mencerminkan kontrol glikemik, juga retinopati pada pasien !+ tipe 2, dan perubahan glukosa postprandial serta penyebab semua mortalitas pada pasien hemodialisis.. Akan ketapi parameter ini juga dipengaruhi oleh perubahan kadar albumin sehingga harus dipertimbangkan bila ada perubahan kadar albumin yang nyata. .
!atar pustaka 1. -anadian !iabetes Association -linical Practice uidelines "pert -ommittee. !einition, -lassiication and !iagnosis o !iabetes, Prediabetes and +etabolic *yndrome. -an / !iabetes 201& *3%*11. 2. American !iabetes Association. !iagnosis and -lassiication o !iabetes +ellitus. !iabetes care 2012 &$, *upplement1*45%*#1.1 &. -onsensus -ommittee. -onsensus statement on the orldide standardi6ation o the hemoglobin A1- measurement the American !iabetes Association, uropean Association or the *tudy o !iabetes, 7nternational 8ederation o -linical -hemistry and 9aboratory +edicine, and the 7nternational !iabetes 8ederation. !iabetes -are 200# &0 2&::%500. 5. *aisho ;.lycated Albumin A +ore *ensitie Predictor o -ardioascular !isease than lycated Hemoglobin< 7nt / !iabetol = >asc !is ?es201&, 7 (4) 1%&
$. +orita et al. lycated Albumin, ?ather than Hba1c, ?elects !iabetic ?etinopathy in Patients ith @ype 2 !iabetes +ellitus. / !iabetes +etab 201&,54
Pro. dr. +ar6uki *uryaatmadja *pP ()