PRAKTIKUM I Pemisahan Serum Atau Plasma Dari Sel Darah Merah Pencucian Sel Darah Merah Dan Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah
Hari/Tanggal Praktikum
: Senin, 18 Maret 2013
Tempat
: Unit Transfusi Darah, RSUP Sanglah
I.
TUJUAN
-
Untuk mendapatkan serum/plasma dari sel darah.
-
Untuk mendapatkan sel darah merah pekat yang bebas protein.
-
Untuk
membuat kepekatan sel darah menjadi enceran tertentu guna
mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi.
II. METODE
2.1 Pemisahan Serum/ Plasma dari Sel darah Merah Pada praktikum ini,untuk mendapatkan serum/plasma menggunakan metode Tube test dengan sentrifugasi/pemutaran. 2.2 Pencucian Sel Darah Merah Untuk mendapatkan sel darah merah pekat menggunakan metode tube test dengan sentrifugasi. 2.3 Pembuatan Suspensi Sel darah Merah Pembuatan suspensi sel darah merah menggunakan metode tube test dengan sentrifugasi.
III. PRINSIP
3.1 Pemisahan Serum atau Plasma Darah diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit untuk mendapatkan plasma/serum. 3.2 Pencucian Sel darah Merah
Sel darah merah pekat, dicuci dengan larutan salin hingga mendapatkan sel darah merah pekat yang bebas protein lalu dicentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit untuk kemudian diencerkan menjadi beberapa suspensi. 3.3 Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Dengan penambahan larutan saline (NaCl 0,9%) dengan perbandingan tertentu sesuai konsentrasi suspensi yang dibuat
IV. DASAR TEORI
4.1 Tinjauan tentang Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transfor berbagai bahan serta fungsi homeostasis (Sadikin, 2002) Darah seperti yang didefinisikan dan yang dapat dilihat adalah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kental membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang telarut di dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah yang disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah. Dengan adanya senyawa dengan berbagai macam ukuran molekul yang terlarut tersebut, ditambah dengan suspensi sel, baik SDM maupun sel-sel darah yang lain, darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan (viskositas) yang lebih besar dari pada air (Sadikin, 2002) Massa jenis darah biasanya antara 1,054-1,060. Cairan darah yang telah terpisah dari sel-sel darah , yaitu plasma dan serum, mempunyai massa jenis antara 1,024-1,028. Viskositas darah kira-kira 4,5 kali viskositas air. Viskositas darah atau tepatnya viskositas plasma, tergantung pada suhu cairan dan konsentrasi bahan yang terkandung di
dalamnya. Selain itu, derajat keasaman atau pH darah, berbeda dengan pH air, tidaklah netral. Derajat keasaman atau pH darah sedikit lebih tinggi dari pada 7, tepatnya 7,40 dan tidak mudah berubah. Hal ini pertama disebabkan oleh adanya berbagai senyawa terlarut tersebut , yag sebagaimana diantaranya bersifat dapar atau buffer dengan pH yang memang sedikit lebih besar daripada 7. Kedua, di dalam darah terkandung aneka macam senyawa dan metabolit (hasil metabolisme yang dalam keadaan sehat secara keseluruhan menghasilkan pH sebesar 7 lebih sedikit. Pada suhu 37 0C viskositas plasma 1,16-1,32 mPa/s (rata-rata 1,24), sedangkan pada suhu 25 0C sebesar 1,50-1,75 mPa/s (rata-rata 1,60). Adanya zat-zat terlarut ini juga memberikan tekanan osmotik pada darah, yang ternyata cukup besar, yaitu sekitar 7-8 atm pada suhu tubuh. Nilai ini sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9 mg/dl, sehingga larutan ini isotonik dengan darah. Semua parameter fisikokimia ini, yaitu massa jenis, kekentalan, pH maupun intesitas warna dapat mempunyai nilai baku tertentu dalam keadaan sehat. Namun, salah satua atau beberapa diantaranya dapat berubah dalam keadaan sakit. Massa jenis darah dapat meningkat, bila terjadi pemekatan darah (hemokonsentrasi ) yang dijumpai dala berbagai keadaan yang disertai dengna hilangnya cairan dari dalam ruang pembuluh darah. Kekentalan atau viskositas darah juga dapat terjadi pada bebrapa keadaan tertentu, yang disertai dengan meningkatnya jumlah protein tertentu dalam cairan darah. Keasaman darah dapat bertambah atau berkurang, sehinggga terjadi keadaan alkolosis (pH darah menjadi basa) ataupun asidosis (pH darah menjadi asam) yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit. (Sadikin, 2002) Volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh jenis kelamin. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter, sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah yaitu 4,5 liter. Nilai ini tidak mutlak, karena ditentukan oleh keseimbanagn antara ruang intra pembuluh darah dengan ruang antar sel dan bergantung pada cara
pengukuran. Pengukuran volume darah umumnya didasarkan atas cara pengenceran (Sadikin, 2002) Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah ialah sebagai sarana transfor, alat homeostatis dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersbut dijalankan dalam berbagai bentuk dan cara. (Sadikin, 2002). 4.2 Komponen-Komponen Darah a.
Sel Darah Merah Sel Darah Merah atau SDM adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah. (Sadikin, 2002) Eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Jika dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi masa hemoglobin (Pearce, 2002).
b.
Sel darah putih (leukosit) Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme
utama
tubuh
dalam
melawan
infeksi,
termasuk
menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit.
c.
Platelet (trombosit) Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan
yang
menghentikan
membantu
perdarahan.
menutup Pada
saat
pembuluh yang
darah
sama,
dan
trombosit
melepaskan bahan yang membantu mempermudah pembekuan (Junquiera,1997)). d.
Plasma Bila darah diambil dari vena dengan menggunakan semperit dan jarum suntik yang steril dan kering, kemudian darah tersebut ditampung dalam suatu tabung yang bersih dan kering pula, setelah beberapa waktu, misalnya 1 jam, dibiarkan dalam suhu ruang, darah tersebut akan terpisah menjadi 2 bagian utama. Kedua bagian tersebut dapat langsung dilihat dengan mata. Untuk lebih jelas lagi, tabung tersebut dipusing dengan bantuan alat pemusing (centrifuge) setelah selama pengeraman 1 jam tadi. Akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu, akan tampak pula bagian cair dalam darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah, tidak lagi berwarna merah keruh, akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah terdiri atas seluruh unsur figuratif
darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau
koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih. Unsur larutan yang diperoleh dengan membiarkan penggumplan spontan dari unsur figuratif dinamai serum.
Penggumpalan unsur figuratif dalam tabung dapat dicegah dengan senyawa tertentu, yang secara umum dinamai antikoagulan. Dalam hal ini, untuk memisahkan unsur figuratif dari bagian larutan dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama ialah dengan membiarkan terjadinya pengendapan berbagai macam sel yang membentuk unsur figuratif semata-mata dengan bentukan gaya berat. Cara ini memerlukan waktu yang lama dan pemisahan yang diperoleh tidak sempurna. Pemisahan akan diperoleh jauh lebih cepat dan sempurana bila tabung yang berisi darah tersebut langsung dipusingkan saja dengan bentuk alat pemusing. Hasilnya, juga akan diperoleh dua bagian besar, yaitu endapan sel-sel yang membentuk unsur figuratif, serta cairan jernih yang juga berwarna kuning jernih yang dinami sebagai plasma. Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi. Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3 atau 1.025 kg/l. e.
Serum Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah. Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih
lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi. Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. Antara plasma dengan serum, walaupun keduanya merupakan cairan darah yang bebas dari sel dan sama-sama berwarna kuning jernih terdapat perbedaan yang jelas. Oleh karena plasma diperoleh dengan mencegah proses penggumpalan darah dan serum didapat dengan membiarkan proses tersebut, plasma niscaya mengandung senyawa yang seharusnya dapat menggumpalkan darah. Senyawa tersebut mestinya sudah tidak ada lagi dalam serum. Senyawa tersebut adalah fibrinogen, suatu protein darah, yang berubah menjadi jaring dari serat-serat fibrin pada peristiwa penggumpalan. Dengan demikian di dalam serum tidak ada lagi fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan menggumpal bersama unsur
figuratif
yang berupa sel. Sebaliknya, di dalam
plasma masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat 1.
Centrifuge
2.
Pipet pasteur
3.
Tabung reaksi
4.
Rak tabung
B. Bahan 1.
Darah tanpa antikoagulan (beku) atau darah dengan antikoagulasi (whole blood)
2.
Aquadest
C. Reagensia -
Buffer saline (NaCl) 0,9 %
VI. CARA KERJA
6.1 Pemisahan Serum atau Plasma dari Sel Darah Merah 1.
Darah dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi tanda sesuai dengan sampel.
2.
Tabung disentrifuge dengan kecepatan 3000-3400 rpm selama 1,5-2 menit
3.
Serum atau plasma yang jernih dipisahkan dari sel darah merah ke dalam taabug yang lain yang sudah diberi tanda sesuai dengan sampel.
6.2 Pencucian Sel darah Merah 1.
Tabung reaksi disiapkan terlebih dahulu
2.
Ke dalam tabung diteteskan sel darah merah pekat sebanyak 8 tetes
3.
Ke dalam tabung ditambhakan buffer saline 0,9 % sebanyak 4-4,5 ml (3/4 tabung)
4.
Dikocok-kocok dengan pipet pasteur hingga tercampur merata
5.
Tabung diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 1-3 menit
6.
Dengan menggunakan pipet pasteur, supernatan dibuang hingga sel darah merah menjai pekat (100%) (sa pai denan point 6 pencucia sel darah merah sudah 1 X pengenceran)
7.
Point 3 sampai dengan point 6 diulangi bila dilakukan pengulangan pencucian.
6.3 Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah a.
Pembuatan suspensi 5 % 1.
Tabung reaksi disiapkan telebih dahulu
2. NaCl 0,9 % diteskan ke dalam tabung reaksi sebanyak 19 tetes 3.
Sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) diteteskan sebanyak 1 tetes
4. b.
Dikocok dengan pipet pasteur.
Pembuatan suspensi 10 % 1.
Tabung reaksi disiapkan telebih dahulu
2. NaCl 0,9 % diteteskan ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 tetes 3.
Sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) diteteskan sebanyak 1 tetes
4. c.
Dikocok dengan pipet pasteur.
Pembuatan suspensi 40 % 1. Tabung reaksi disiapkan telebih dahulu 2. NaCl 0,9 % diteskan ke dalam tabung raksi sebanyak 3 tetes 3. Sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) diteteskan 2 tetes 4. Dikocok dengan pipet Pasteur
Tabel perbandingan pembuatan suspensi sel darah merah seperti pada table berikut Suspensi
Persentase
Perbandingan sdm pekat 100%
NaCl 0,9 %
Keterangan Diperkecil
5%
5 : 100
5 tetes
95 tetes
1 sdm : 19 saline
10%
10 : 100
10 tetes
90 tetes
1 sdm : 9 saline
40%
40 : 100
40 tetes
60 tetes
2 sdm : 3 saline
VII.
HASIL PENGAMATAN No
1
Gambar
Keterangan
-
2
Plasma yang telah dipisahkan dari sel darah merah melalui sentrifugasi. Warna : Kuning bening
Pencucian sel darah merah dengan buffer saline (NaCl) 0,9 %
3 -
Hasil pencucian darah merah dengan buffer saline 0,9% dan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1-3 menit - Tampak sel darah merah yang telah bebas dari plasma mengumpul di bagian bawah tabung, sedangkan buffer salin yang berwarna bening memisah di bagian atas.
4
-
Suspensi sel darah merah 40%, 10% dan 5% - Tampak warna suspense sel darah merah berbeda – beda. Semakin besar presentasenya, semakin pekat warnanya.
VIII. PEMBAHASAN
8.1
Pemisahan Plasma dari Sel Darah Merah Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O 2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO 2 warnanya merah tua. Darah selamanya beredar dalam pembuluh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama darah beredar dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau keluar dari pembuluh maka menjadi beku. Darah terdiri atas plasma darah sel darah. Dimana, plasma darah merupakan cairan yang berwarna kekuning-kuningan. Plasma berisi gas O2 dan CO2, hormon-hormon, enzim-enzim dan antigen. Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Penggumpalan unsur figuratif dalam tabung dapat dicegah dengan senyawa tertentu, yang secara umum dinamai antikoagulan. Dalam hal ini, untuk memisahkan unsur figuratif dari bagian larutan dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama ialah dengan membiarkan terjadinya pengendapan berbagai macam sel yang membentuk unsur figuratif semata-mata dengan bentukan gaya berat. Cara ini memerlukan waktu yang lama dan pemisahan yang diperoleh tidak sempurna. Pemisahan akan diperoleh jauh lebih cepat dan sempurna bila tabung yang berisi darah tersebut langsung disentrifuge. Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 3000 rpm selama 2 menit. Hasilnya, juga akan diperoleh dua bagian besar, yaitu endapan sel-sel yang membentuk unsur figuratif, serta cairan jernih yang juga berwarna kuning jernih yang dinami sebagai plasma. Plasma dimanfaatkan untuk persiapan pembuatan suspensi sel darah merah dan persiapan penentuan Ag golongan darah. Bila darah
diambil dari vena dengan menggunakan semperit dan jarum suntik yang steril dan kering, kemudian darah tersebut ditampung dalam suatu tabung yang bersih dan kering pula, setelah beberapa waktu, dibiarkan dalam suhu ruang, darah tersebut akan terpisah menjadi 2 bagian utama. Bagian atas berupa cairan kekuning yang disebut serum, dan bagian bawah merupakan sel darah merah. Dalam praktikum ini, serum tidak digunakan, sehingga, tidak dilakukan pemisahan serum dan hanya dilakukan pemisahan plasma. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemisahan plasma dengan sel darah merah adalah: 1. Digunakan antikoagulan yang tepat agar darah tidak membeku saat didiamkan, apabila tidak menggunakan antikoagulan, bukan plasma yang akan diperoleh, melainkan serum. Antikoagulan yang sering digunakan untuk memisahkan plasma dengan sel darah merah adalah EDTA. 2. Setelah dilakukan sentrifugasi, jangan mengocok lagi tabung wadah darah karena dapat membuat plasma bercampur kembali dengan darah. 3. Pipet yang digunakan untuk mengambil plasma yang telah memisah harus dalam keadaan steril dan bersih agar tidak menjadi kontaminan. 8.2
Pencucian Sel Darah Merah Sel darah dapat dicuci untuk membuat sel uji ataupun untuk pemeriksaan antigen golongan darah. Tujuan pencucian ini ialah untuk menghilangkan substan yang ada disekitar sel darah dan memisahkan sel darah dari plasmanya. Pencucian sel darah merah pekat, gunanya untuk melarutkan protein yang masih terkandung di dalam sel darah merah. Dengan mencucinya menggunakan larutan NaCl (buffer saline) 0,9% diharapkan protein yang masih terkandung dapat larut bersama larutan NaCl 0,9 % dan dapat dengan mudah dibuang sehingga didapatkan sel
darah merah pekat yang bebas dari protein/globulin atau washed packed cells. Sel darah dicuci endapan selnya dengan cara menambahkan salin 0,9 % yang perbandingannya 1 : 10, 1 bagian sel darah merah dan 10 bagian saline. Saline digunakan dalam pencucian sel darah merah karena,
larutan saline bersifat isotonik terhadap cairan tubuh.
Campurkan merata dengan pipet pasteur, dengan cara dipepet dan dibuang
beberapa
kali
hingga
menjadi
homogen,
kemudian
disentrifuge seperti memisahkan plasma dari sel darah merah. Pemusingan dilakukan dengan kecepatan 3000 rpm selama 2 menit. Cairan supernatan salin dibuang dengan cara dipipet dengan pipet tetes secara hati-hati agar tidak tercampur lagi dengan sel darah merah pencucian diulangi sampai 2 kali. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar sel darah merah yang diperoleh terbebas dari plasma dan protein lainnya Setelah pencucian terakhir, supernatan salin pencuci dibuang sebanyak-banyaknya dan didapatkan sel darah merah pekat. 8.3
Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Pembuatan suspensi sel darah bertujuan untuk
membuat
kepekatan sel darah menjadi enceran tertentu guna mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi. Suspensi – suspensi sel darah merah biasanya digunakan untuk uji penentuan golongan darah. Pada praktikum ini, dibuat suspensi sel darah merah 5%, 10%, dan 40% dengan perbandingan yang disederhanakan. Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah % SUSP.
5%
ENDAPAN
MEDIUM
SDM
(SALIN)
5 bagian
95 bagian
KEGUNAAN pemeriksaan
Gol. Darah (tube test) USS (CM)
10%
10 bagian
90 bagian
Gol. Darah (slide test)
40%
40 bagian
60 bagian
Gol. Darah Rh
IX.
KESIMPULAN
1.
Dari hasil pemutaran untuk memisahkan plasma dari sel darah merah didapatkan plasma yang berwarna kuning jernih (bebas dari sel darah merah) dan sel darah merah pekat
2.
Sel darah merah pekat setelah pencucian merupakan sel darah merah pekat yang bebas protein/globulin atau disebut dengan Washed packed cells
3.
Sel darah merah pekat digunakan untuk membuat suspensi sel darah merah 5%,10% dan 40% yang digunakan untuk tujuan yang berbeda beda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013.
Whole
Blood .
Diakses
http://www.pptaglobal.org/plasma/plasma_vs_blood.aspx.
di
:
Diakses
pada:
Kamis, 14 Maret 2013 Anonim.2011.
Membuat
Suspensi
Sel.
Diakses
di
:http://www.sodiycxacun.web.id/2011/10/mencuci-dan-membuat-supensisel.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 Nuryanti,
Dewi.
2011.
Suspensi
Sel
darh
merah.
Diakses
di
http://www.dewinuryanti.com/arsip/suspensi-sel-darah-merah.html. Diakses pada tanggal 20 maret 2013 Oktaviani
Sri
Nursyam.2010.
http://www.
Sri
Oktaviani
Nursyam.com/arsip/transfus-i darah.html. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Pearce C,Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Sadikin, Muhamad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika