Pegadaian : Sebagai Salah Satu Institusi Pemberi Pinjaman Oleh : Nelly Masnila *)
Perum Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan non bank yang kegiatan utamanya menyediakan menyediakan dana (pembiayaan) bagi bagi masyarakat luas, untuk tujuan konsumsi, produksi produksi,, maupun berbagai berbagai tujuan lainnya. lainnya. Perum Pegadaian Pegadaian termasuk termasuk dalam kategori lembaga lembaga keuangan keuangan karena transaksi transaksi pembiayaan pembiayaan yang diberikan diberikan oleh Pegadaian mirip dengan pinjaman kredit melalui bank, namun diatur secara terpisah atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam meminjam biasa (Susilo, dkk. : 2000). Baik Bank maupun pegadaian memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan membebankan suat suatu u kontra kontra prest prestas asii atas atas penye penyera raha han n uang atau atau
bala balass jasa atas atas pinjam pinjaman an yang yang
diperolehnya dalam bentuk bunga atau sewa modal (Opdyke , 1993). Dari literature atau jurnal yang ada, berkaitan dengan praktek pegadaian, dapat diketahui bahwa transaksi gadai ini yang tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi dilakukan pula pula di Amerik Amerika, a, Poland Polandia, ia, Swedia Swedia,, Mexico Mexico,, Inggri Inggris, s, Malaysi Malaysiaa dan di banyak banyak negara negara lainnya lainnya.. Bahkan Bahkan transa transaksi ksi ini, ini, yang yang merup merupaka akan n suatu suatu bentuk bentuk kredit kredit atau atau pinjam pinjaman, an, diketahui sudah ada sejak abad kelima di negeri China yang umumnya dijalankan oleh para biarawan Budha. Juga dikatakan bahwa di Greece/Yunani masa lampau dan masa kerajaan Romawi praktek pegadaian didokumentasikan dengan baik (Brooks, 2004). Di Amerika sendiri kegiatan gadai ini diketahui dimulai pada awal tahun 1900-an. Menuru Menurutt peneli penelitian tian Ismail Ismail et.al. (1997) (1997) alasan alasan sejuml sejumlah ah nasaba nasabah h memili memilih h pegad pegadaian aian sebaga sebagaii instit institusi usi pember pemberii pinjam pinjaman an antara antara lain lain karena karena (Anonym (Anonymous ous:: 1998; 1998; Ismail, et.al.: 1997; Caskey : 1991). 1. Tidak dapat meminjam meminjam pada pada lembaga lembaga keuangan keuangan formal. formal. 2. Cepa Cepatt dan dan muda mudah. h. 3. Prosed Prosedur ur yang yang sederha sederhana na dan tidak tidak berbe berbelit lit.. Bunga yang dibebankan pegadaian relatif lebih tinggi daripada yang dibebankan perbankan (Willman, (Willman, 2003; 2003; Anymous,1 Anymous,1993; 993; Steiner, Steiner, et.al .,1992; .,1992; Caskey Caskey and Zikmund, Zikmund, 1990 ). Hal ini
karena sebagi sebagian an besar (80%) (80%) kegiatan kegiatan pegadaian pegadaian dibiay dibiayai ai dari pinjaman pinjaman
pihak perbankan. (Susilo dkk., 2000).
1
Selama ini masyarakat mengetahui Perum Pegadaian hanya melayani jasa gadai saja, padahal usaha Perum Pegadaian sebenarnya cukup banyak, yaitu : (Situs BUMNOnline, 2005) 1) Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai (jasa gadai), yaitu merupakan kredit jangka pendek dengan memberikan pinjaman uang tunai dari Rp 10.000 hingga di atas Rp. 20 juta, dengan jaminan benda bergerak (kain, alat rumah tangga, elektronik, perhiasan/emas, kendaraan. 2) Pemberian
pinjaman atas dasar syariah. Pada dasarnya pinjaman atas dasar
syariah ini menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Penerima gadai disebut Mutahim , akan mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam meminjam yang disebut Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat ( Ijarah). Bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka penggadai menyetujui agunan (marhun) miliknya dijual oleh murtahin guna melunasi pinjaman. Sedangkan Akad Sewa Tempat ( ijaroh ) merupakan kesepakatan antara penggadai dengan penerima gadai untuk menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima gadai akan mengenakan jasa simpan. 3) Penaksiran barang. Bagi masyarakat yang akan mengetahui harga atau nilai harta benda miliknya dapat menggunakan jasa penaksiran barang ini dengan biaya yang relatif ringan. 4) Penitipan barang. Jika akan bepergian cukup lama masyarakat bisa memakai jasa ini untuk menjamin keamanan harta simpanannya. Barang yang dititipkan bisa berupa barang berharga, surat-surat berharga seperti surat tanah, ijazah, dan kendaraan bermotor. 5) Produksi dan penjualan emas (Galeri 24), yakni toko emas dengan sertifikat jaminan sesuai karatase perhiasannya. Perhiasan yang dijual di galeri 24 adalah merupakan hasil dari usaha unit produksi perhiasan emas. Dengan pengalaman menguji karatase emas sejak tahun 1901, maka perhiasan emas dari produk layanan ini memberi jaminan keaslian kepada pembeli. 6) Persewaan gudang. Gudang dan tempat penyimpanan yang sedianya digunakan untuk menyimpan barang yang digadaikan oleh masyarakat adakalanya
2
terdapat kapasitas menganggur maka untuk optimalisasi penggunaannya dimanfaatkan untuk jasa persewaan atau sebagai sarana penitipan barang. 7) Balai Lelang,
merupakan usaha jasa yang
melaksanakan kegiatan lelang
terhadap barang perhiasan, property, tanah dan lain-lain kepada masyarakat. Adapun barang yang akan dilelang tersebut merupakan barang yang dikuasakan oleh badan usaha/masyarakat kepada pihak pegadaian.
Alasan Peminjaman di Pegadaian
Jasa gadai ini mempunyai prosedur yang mudah, yaitu dengan membawa agunan serta menyerahkan surat kepemilikan dan identitas diri maka pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut bisa didapatkan. Kemudahan dalam mendapatkan pinjaman yang nilainya relatif kecil ini menjadi salah satu alasan berkembangnya industri pegadaian (Weekly Corporate Growth Report ,1998). Hasil penelitian Ismail, et.al . (1997) mengungkapkan alasan masyarakat memilih pegadaian sebagai institusi pemberi pinjaman adalah : 1. Adanya faktor yang menyebabkan tidak dapat meminjam pada bank. 2. Adanya keperluan/kebutuhan yang mendesak untuk segera dibiayai. 3. Pinjaman dapat diberikan dalam beberapa menit (cepat) dengan sangat sedikit hal yang ditanyakan. Untuk saat ini jenis barang yang dapat diagunkan ada beberapa macam, meskipun pada dasarnya hampir semua barang bergerak dapat digadaikan. Adapun barang-barang yang dapat digadaikan (Susilo, dkk. :2000; Anymous, 1993; Opdyke, 1993; Simao, 1996) meliputi : Perhiasan (perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan, mutiara, dan batu mulia), kendaraan (mobil, sepeda motor, sepeda, dan lain-lain), barang elektronik (kamera, refrigator, freezer, radio, tape recorder, video player , televisi, dan lain-lain), barang rumah tangga (perlengkapan dapur, perlengkapan makan, dan lain-lain), mesinmesin, tekstil, serta barang lain yang dianggap bernilai oleh Perum Pegadaian. Adapun barang-barang yang tidak dapat digadaikan (Susilo, dkk. :2000) mengingat keterbatasan tempat penyimpanan, sumber daya manusia, dan meminimalkan risiko kerugian yang dapat ditanggung Perum Pegadaian adalah binatang ternak (karena memerlukan tempat dan cara pemeliharaan khusus), hasil bumi (karena mudah busuk atau rusak), barang dagangan dalam jumlah besar (karena memerlukan tempat penyimpanan yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian), barang yang cepat rusak, busuk,
3
atau susut, barang yang amat kotor, kendaraan yang sangat besar, barang-barang seni yang sulit ditaksir, barang yang sangat mudah terbakar, senjata api, amunisi, dan mesiu, barang yang disewabelikan, barang milik pemerintah, dan barang illegal.
Prosedur Penaksiran
Seperti diuraikan sebelumnya yaitu bahwa dengan membawa agunan, seseorang bisa mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut. Dengan demikian sebelum pinjaman dapat diberikan, barang yang dijaminkan atau diagunkan tersebut harus ditaksir terlebih dahulu oleh petugas atau karyawan bagian penaksiran. Penaksiran dimaksud didasarkan atas pedoman yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Adapun pedoman penaksiran (Susilo dkk ., 2000) yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah sebagai berikut : 1.
Barang kantong a. Emas : petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar taksiran logam yang ditetapkan oleh kantor pusat. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi, kemudian penaksir melakukan pengujian karatase dan berat serta menentukan nilai taksiran. b. Permata : petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada, selanjutnya melakukan pengujian kualitas dan berat permata serta menentukan nilai taksiran.
2.
Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-lain) : petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi, selanjutnya menentukan nilai taksiran.
Adapun nilai taksiran terhadap suatu barang yang dijadikan agunan atau jaminan ditentukan berdasarkan prosentase atau angka pengali tertentu misalnya untuk emas sebesar 88% dari harga pasar, untuk berlian 45%, tekstil 83%.
Angka pengali ini dapat
berubah sesuai kebijakan yang berlaku di pegadaian.
Prosedur Pemberian Pinjaman
Setelah barang yang dijaminkan dinilai berdasarkan harga atau nilai taksiran, maka pinjaman dapat ditentukan sebesar persentase tertentu dari nilai taksiran. Persentase
4
ini juga merupakan kebijakan Perum Pegadaian, dan besarnya berkisar antara 80% hingga 90%. Barang yang digadaikan nasabah akan diasuransikan oleh Perum Pegadaian yang dibebankan pada nasabah yang bersangkutan. Biaya asuransi ini kemudian dipotongkan dari besarnya pinjaman yang akan diterima oleh si peminjam/nasabah. Sebagai bukti peminjaman pihak nasabah kepada pegadaian, Perum Pegadaian memberikat bukti berupa surat gadai yang nantinya ditunjukkan pada saat pelunasan dilakukan. Prosedur Pelunasan
Setelah proses peminjaman terjadi, maka nasabah pegadaian
dapat melunasi
utangnya atau menebus kembali barang yang digadaikan pada setiap saat sampai saat jatuh tempo pelunasan. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya (bunga) dibayarkan langsung kepada kasir disertai surat gadainya. Setelah pelunasan pinjaman serta pembayaran sewa modal (bunga), pemilik barang atau nasabah dapat mengambil kembali barang yang digadaikan.
Proses Pelelangan
Seperti dijelaskan sebelumnya nasabah pegadaian
dapat melunasi utangnya
pada setiap saat sampai saat jatuh tempo pelunasan. Jika pada saat jatuh tempo, nasabah belum mempunyai uang untuk dapat menebus barang yang dijaminkan atau membayar uang yang dipinjam di Perum Pegadaian, maka ia dapat memperpanjang batas waktu pinjaman. Perpanjangan tersebut mensyaratkan pembayaran sewa modal (bunga) dari uang yang dipinjam tanpa keharusan membayar pokok pinjamannya. Jika pada saat jatuh tempo, nasabah tidak membayar pinjaman/menebus barang yang digadai; atau memperpanjang batas waktu pinjaman maka barang yang digadaikan oleh nasabah yang bersangkutan akan dilelang. Hasil pelelangan barang yang digadaikan (Susilo dkk., 2000) akan digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada Perum Pegadaian yang terdiri dari pokok pinjaman, sewa modal atau bunga, dan biaya lelang. Jika barang yang digadaikan nasabah tidak terjual pada saat pelelangan, atau akan terjual dengan harga yang lebih rendah dari nilai taksiran yang dihitung pada saat penaksiran, maka barang yang digadaikan tersebut akan dibeli oleh negara, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung oleh Perum Pegadaian.
5
Daftar Pustaka : • • •
•
•
•
•
• • •
•
*)
Anymous. Popping the Weasel in China. The Economist . Jan 1993. Frederick E. Rowe Jr.. Cash Customers. Forbes. May 1993. Ismail, et. al.. Pawnshop as an instrument of microenterprise credit in Malaysia. International Journal of Social Economics . Vol. 24, 1997. Jeff D. Opdyke. Some Luster is Seen in Pawnshops as Chain Shed Their Dingy Image. Wall street Journal . Dec. 1993. Joe Willman. Mexico’s Bankless Credit Boom: U.S. Pawnshop Chains Cater to Consumer’s South of Border. Wall Street Journal . July 2003. John P. Caskey. Pawnbroking in America : The Economist of a Forgotten Credit Market. Journal of Money, Credit & Banking . Feb. 1991. John P. Caskey and Brian J. Zikmund. Pawnshop : The Customer’s Lender of Last Resort. Economic Review. Maret/April 1990. Paul Simao. 1996. Honey, I pawned the Jacuzzi. Canadian Business . Nov. 1996. Richard Brooks. Credit Where it’s Due, Forbes, Vol. 173. April 2004 . Steiner, et. al..Lending to Pawnshops. The Journal of Commercial Lending . April 1992. Y. Sri Susilo, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain . Jakarta : Salemba Empat.
Penulis adalah Staf Pengajar di Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, dari tahun 1994.
6