INFERTILASI PADA PRIA Zeta Tamimi
Infertilitas didefiniskan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun hubungan intim tanap pelindung. Sebanyak 15% pasangan memenuhi kriteria ini dan dianggap tidak subur atau infertilitas, dengan sekitar 35% dikarenakan faktor dari wanita, 30% dikarenakan faktor dari pria. 20% dikarenakan faktor dari kombinasi pria dan wanita.
Bertambahnya Usia Pria Volume semen, pergerakan sperma, dan jumlah sperma normal, menimbulkan penurunan secara bertahap dengan meningkatnya usia. Pada penelitian, diteliti bahwa 100 orang pria dengan usia antara 22 sampia 80 dengan tidak diketahui faktor kesuburannya diamati bahwa volume semen menurun (-0,03 mL per tahun), pergerakan total (-0,7% per tahun), pergerakan yang terus-menerus (-3,1 % per tahun), dan jumlah total pergerakan sperma (-4,7 per tahun)
Peningkatan usia seorang pria berhubungan dengan meningkatnya abnormalitas kromosom menurut jumlah dan strukturnya, disertai dengan meningkatnya fragmentasi DNA, dan peningkatan dalam mutasi. Usia pria yang lebih tua telah dikaitkan dengan peningkatan mutasi dominan autosom (contohnya achondroplasia dan alpert, waardenburg, crouzon, dan sindrom marfan ). Secara teori, pengamatan yang telah diamati bahwa terjadi penurunan pada aktivitas enzim antioksidan dalam semen dan sperma pada pria yang lebih tua, serta adanya peningkatan kerentanan pada mutasi.
PENYEBAB INFERTILITAS Gangguan Hipotalamus-pituitari Penyakit hipotalamus atau pituitari menyebabkan defisiensi pada gonadotropin releasing hormone (GnRH) atau gonadotropins dapat menyebabkan infertilitas pada pria. 1.
Penyebab paling umum penyakit bawaan adalah defisiensi idiopathic isolated gonadotropin dikarenakan tidak adanya atau rusaknya sekresi GnRH. Hipogonaditropik - hipogonadisme dapat disebabkan dari penyakit hipotalamus atau pengobatan yang dapat menghambat sekresi GnRH, keabnormalitasan batang pituitari yang mengganggu penyampaian GnRH, dan penyakit pituitari yang mencegah sekresi normal dari gonadotropin
Penykait infiltratif pada hipotalamus atau pituitari (sarcoidosis, histiositosis, transfusin siderosis, hemochromotosis) dapat menghambat GnRH atau sekeresi gonadotropin pituitary
Obesitas Obesitas pada pria berkaitan dengan hipogonadotropi-hipogonadisme. Konsentrasi Serum testosteron bebas berbanding terbalik Dengan berat badan dan indeks massa tubuh, Perubahan kadar SHBG (Sex Hormone Binding Globulin) dan kadar estrogen tinggi karena meningkatknya aktivitas aromatis dalam Jaringan adiposa
2. Gangguan Gonad Primer Kegagalan pada gonad primer (hipergonadotropi- hipogonadisme) merupakan penyebab utama pada azoospermia dan oligospermia Azoospermia = tidak adanya sperma pada saat Ejakulasi Oligospermia = jumlah sperma < 20 juta/mL pada saat ejakulasi
Sindrom Klinefelter Pria dengan sindrom Klinefelter pada umumnya memberikan bentuk penis yang kecil yang diakibatkan dari kerusakan tubulus seminiferus dan sel leydig. Konsentrasi serum dari FSH dan LH akan meningkat dan kadar testosteron menurun untuk berbagai tingkat. Pria yang telah terkena penyakit ini memilki jumlah sperma yang sangat sedikit
Penghilangan
Kromosom Penghilangan tangan panjang pada kromosom Y dikenal sebagai penyebab dari oligospermia dan azoospermia yang mempengaruhi lebih dari 20% pada pria yang infertilisa.
Sebagian besar jalur ke Yq11 (faktor azoospermia atau AZF), dimana memiliki tiga bagian AZFa,AZFb,dan AZFc. Penghilangan bagian AZFa atau AZFb mengakibatkan azoospermia. Mutasi dalam bagian AZFc menyebabkan infertilitas dengan tingkat keparahan yang beragam, mulai dari oligospermia sampai azoospermia
Mutasi
dan Polimorfisme Diferensiasi seksual normal pada pria dan spermatogenesis membutuhkan produksi androgen dan reseptor normal androgen. Reseptor androgen berperan penting dalam diferensiasi spermatid dan pelepasan dari epitelium seminiferus. Akibatnya, kerusakan Sintesis pada androgen atau sensitivitas Androgen berhubungan dengan infertilitas.
3. Kegagalan lain pada Gonad Primer Beberapa infeksi dapat berkaitan dengan infertilitas pada pria. Gondong orkitis dikenal sebagai penyebab dari infertilitas pada pria. Mekanismenya meliputi kerusakan pada epitelium germinal, iskemia, atau disfungsi sistem imun. Gonorrhea dan chlamydial dapat menyebabkan orkitis. Infeksi lain yang berkaitan dengan infertilitasi seperti tuberculosis, dimana dapat menyebabkan gangguan pada epididimis.
Obat-obatan
Obat-obatnya yang dapat berakibat buruk pada spermatogenesis atau fungsi sel leydig meliputi 1. Agen alkilasi (cyclophophamide, chlorambucil), 2. Anti androgen (flutamide, cyproterone, spironolactone) 3. ketoconazole, 4. cimetidine,dan steroid anabolik. Dosis dengan radiasi serendah 0.015 Gy (15 rads) dapat menekan spermatogenesis dan dosis diatas 6 Gy pada umumnya dapat menyebabkan azoospermia yang permanent dan infertilitas.
Lingkungan Pemaparan lingkungan yang bertindak sebagai gonadotoksik meliputi: 1. Panas, 2. Merokok, 3. Pelarut organik, 4. Pestisida.
Dengan adanya peningkatan pada suhu total dapat berakibat buruk pada spermatogenesis dan penyakit demam yang parah, apabila hanya sementara, dapat menurunkan densitas sperma dan pergekarannya. Secara teori, lingkungan sumber panas, termasuk penggunaan celana ketat, rendam air panas dan pekerjaan yang membutuhkan waktu jam kerja yang panjang dapat menurunkan fertilitas. Merokok atau konsumsi marijuana, alkohol, atau kokain dapat menurunkan kualitas semen dan kadar testosterone
4. Gangguan pada Transport Sperma Gangguan atau disfungsi pada epididimis akan mengakibatkan infertilitas. Asthenospermia yang terisolasi diduga akibat dari disfungsi epididimis, dan pemaparan intrauterine oleh diethylstilbestrol merupakan salah satu penyebabnya.
Keabnormalitasan
bawaan pada vas deferens dapat menyebabkan gangguan dan infertilitas. Sekitar 1-2% pada pria yang infertilitas memiliki adanya bawaan bilateral pada vas deferens (CBAVD, hampir semuanya berhubungan dengan mutasi dalam gen cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR))
DIAGNOSIS INFERTILISASI PADA PRIA
Riwayat Fertilitas Pasien memberikan informasi lengkap riwayatnya kepada dokter mengenai riwayat kesehatan atau faktor seksual yang mungkin dapat mempengaruhi fertilitas: Jangka waktu sudah mengalami infertilitas Penyakit diwaktu masa kecil Berbagai penyakit yang serius, seperti diabetes, kanker, operasi yang pernah dilakukan) Riwayat seksual, termasuk penyakit menular seksual Pemaparan pada toxic, seperti zat kimia atau radiasi Riwayat pengobatan dan alergi Riwayat keluarga yang mempunyai masalah pada reproduksi
1.
2. Uji Fisik Uji fisik pada skrotum, termasuk testis, sangat penting untuk menguji kesuburan pada pria. Sangat berguna untuk mendeteksi varicoceles, tidak menurunkan testis, adanya vas deferens, kista atau keabnorman fisik lainnya.
Varikokel
cukup besar untuk kemungkinan mengganggu kesuburan yang dapat dirasakan selama pengujian skrotum. Dalam beberapa kasus, dirasakan seperti “sekantong cacing”. Mereka hilang pada saat pasien berbaring, sehingga pasien harus berdiri pada saat dilakukan uji varikokel.
Memeriksa ukuran testis sangat membantu. Pada saat di uji, Testis yang menunjukan ukuran lebih kecil dan lebih lunak menghasilkan hasil jumlah sperma yang rendah yang sangat berhubungan dengan masalah pembentukan sperma. Testis yang normal disertai dengan jumlah sperma yang rendah, namun dapat terjadi kemungkinan bahwa ada kerusakan. Selain itu, dokter akan memeriksa suhu skrotum dengan uji yang disebut Scrotal Thermography.
Dokter
akan mengecek abnormalitas pad kelenjar prostat. Penis diperika untuk kutil, pelepasan dari saluran saluran kemih, dan hispospadia (lokasi pembukaan uretra yang salah)
2. Sampel Urin Post-Ejakulator Sebuah sampel urin untuk mendeteksi sperma setelah ejakulasi dapat menunjukan penurunan ejakulasi. Hal ini juga berguna untuk pendeteksian infeksi.
3. Analisis Semen Uji sperma pada pria yang dapat menghasilkan sperma melibatkan langkah-langkah berikut: Pria harus menjauhkan diri dari ejakulasi beberapa hari sebelum tes dilakukan karena ejakulasi dapat menurukan jumlah sperma. Untuk sampel yang akuran, biasanya dokter merekomendasikan untuk tidak berejakulasi setidaknya dua hari sebelumnya
Pria mengumpulkan sampel sperma selama masturbasi di rumah sakit. Prosedur pengumpulan yang tepah adalah hal yang penting, karena konsentrasi sperma yang tinggi terkandung pada bagian awal ejakulasi. Sampelnya harus disimpan berada pada suhu tubuh dan harus disampaikan segera. Apabila sperma tidak dianalisi dalam waktu dua jam, atau disimpan cukup hangat, sebagian besar sperma akan mengalami kematian atau hilangnya notilitas. Analisis semen harus dilakukan setidaknya tiga kali dalam sebulan.
analsis semen memberikan informasi, sebagai berikut: Jumlah produksi semen (volume) Jumlah sperma per mL dari semen (konsentrasi) Total jumlah sperma dalam sampel (jumlah) Presentase sperma yang bergerak (motilitas) Bentuk dari sperma (morfologi)
Volume dan konsentrasi semen. Cairan semen menganalisis apakah adanya abnormalitas. Warna dicek dan seharusnya bewarna putih keabu-abuan. Jumlah semen sangatlah penting. Biasanya pria berejakuliasi sebanyak 2.5 - 5 milliliters (mL) (1/2 - 1 sendok teh) dari semen. Baik itu jumlah yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat menjadi tanda dari masalah prostat, penyumbatan, atau penurunan ejakulasi. Semen akan di uji seberapa cair bentukya (semen yang normal cair selama 20 menit setelah adanya penambahan enzim). Hasil yang abnormal dapat menunjukkan masalah kelenjar prostat atau kuranngnya sperma.
Jumah gula (fruktosa) pada sperma dihitung sebagai berikut: Karena fruktosa ditambahkan ke semen dalam epididimis, adanya fruktosa mengindikasikan adanya kerusakan yang terjadi baik itu pada vas deferens atau epididimis. Sebaliknya, bila ada fruktosa pada semen namun bukan pada sperma, maka kanal epididimis terbuka namun akan ada kerusakan pada produksi sperma
Faktor lain yang dihitung: Jumlah sel darah merah diambil untuk mendeteksi apakah ada infeksi Kaday yang rendah pada substansi inhibin B, yang hanya diproduksi dalam testis, dapat mengindikasikan adanya penyumbatan atau kerusakan lain dalam tubulus seminiferus Kadar rendah pada senyawa lain, alfaflukosidase, dapat mengindikaskan adanya penyumbatan dalam epididimis.
Perhitungan Sperma. Jumlah sperma yang rendah tidak harus langsung dianggap sebagai suatu diagnosis bahwa seseorang mengalami infertilitas, melainkan sebagai salah satu indikator dari masalah kesuburan. Secara umum, jumlah sperma yang normal berkisaran 20 juta per mL dari semen
Pergerakan Sperma Motilitas (kecepatan dan kualitas dari pergerakan) memiliki sistem penilaian dari ranking 1-4. Untuk kesuburan, pergerakan harus lebih dari dua. Tingkat 1 sperma Bergerak lambat dan membuat sedikit kemajuan (sperma yang pada kenyataanya mengumpul dapat mengindikasikan bahwa adanya antibodi pada sperma) Tingkat 2 sperma sperma adanya kemajuan dalam bergerak , namun mereka dapat baik bergerak dengan lambat atau tidak bergerak pada satu jalur Tingkat 3 sperma Bergerak di satu jalur dengan kecepatan yang normal Tingkat 4 sperma Sama akuratnya dengan tingkat 3, tapi bergerak dengan kecepatan tinggi
Morfologi Sperma Morfologi merupakan bentuk dan struktur dari sperma. Menentukan morfologi sperma sangatlah penting utnuk pengobatan kesuburan secara in vitro fertilization (IVF) dan intracytoplasmic sperm injection (ICSI).
Terapi Infertilitas Pria Elfira Febriani 1006705041
Terapi infertilitas pada pria dapat dilakukan dengan obat-obatan, pembedahan, inseminasi buatan atau dengan teknologi reproduksi bantuan. Pada beberala kasus dilakukan terapi kombinasi. Kebanyakan kasus dapat diatasi dengan obat dan pembedahan.
Pertimbangan Pemilihan Terapi Infertilitas Pria Hasil
tes Berapa lama pasangan tersebut berusaha memiliki anak Umur sang pria dan pasangannya Kondisi kesehatan pasangan secara keseluruhan Terapi yang disukai pasangan
Terapi Berdasarkan Keadaan Hormon
Terapi non hormonal dilakukan bila diketahui bahwa hormonnya tidak bermasalah. Terapi hormonal dilakukan setelah diketahui bahwa hormonnya bermasalah, melalui pemeriksaan di laboratorium, secara oral atau suntikan. Risikonya hampir tidak ada, jika hormon diberikan sesuai dengan kebutuhan. Itu sebabnya, harus tetap dilakukan evaluasi melalui pemeriksaan laboratorium. Saat ini, obat yang digunakan untuk terapi masih obat impor. Pembedahan dilakukan pada kasus verikokel. Tujuannya untuk mengikat pembuluh darah yang melebar. Operasi ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah sperma dan menyebabkan kehamilan dengan tingkat keberhasilan 66%.
Terapi Bukan Berdasarkan Hormon
Masalah seksual contohnya untuk mengatasi impotensi atau ejakulasi dini. Terapi dengan meninggalkan kebiasaan buruk (merokok, alkohol) dan/atau dengan obat-obatan. Sperma yang terlalu sedikit kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk mengatasinya. Diperlukan obat golongan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang dapat mempengaruhi jumlah sperma. Pergerakan sperma cairan semen mungkin saja tidak mengandung sperma. Hal ini dikarenakan pemblokan pada saluran reproduksi. Pembedahan diperlukan untuk mengatasi masalah ini.
Pinfetil Tablet 1. 2.
1.
2.
KOMPOSISI : Klomifen sitrat INDIKASI Pengobatan infertilitas pada pria. Menstimulasi spermatogenesis pada kasus infertilitas pria karena oligospermia. KONTRA INDIKASI : Insufifisiensi hepatik, hamil, kista ovarium, gangguan organik kelenjar pituitari, organ ovarium atau organ reproduksilain. EFEK SAMPING : Gangguan gastro intestinal, merah dan panas, ruam kulit, penglihatan kabur, sakit kepala, insomnia, pembesaran ovarium berlebihan dan formasi kista ovarium, hamil ganda.