Oleh : D r A d i S e t y a w a n P r i a n t o S p . OG OG ( K )
BAGIAN / SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKITERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNSOED/ RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO 2008
■
Penyebab utama infertilitas diantaranya :
1. 2. 3. 4.
Disfungsi Ovulasi (15%). Kelaina tuba dan peritoneum (30 – 40%). Faktor pria (30 – 40%). Kelainan uterus ( biasanya jarang).
5.
U nex p lai n ed i n f er ti li ty .
■
Berdasarkan usia, penyebab infertilitas berbeda-beda, misalkan pada pasangan usia muda lebih sering dijumpai kelainan disfungsi ovulasi, sedangkan pada pasangan agak lebih t ua lebih sering karena abnormalitas tuba dan peritoneum, faktor pria dan u n e x p l a i n e d i n f e r t i li t y .
■
Semakin lama infertil, semakin berat dan kompleks masalahnya.
Reproduksi manusia sejatinya memiliki proses yang kompleks. Namun, demikian guna kepentingan evaluasi, maka dapat disederhanakan kedalam rencana pemeriksaan dasar sbb : 1. Spema harus didepositkan dekat serviks atau mendekati saat ovulasi, kemudian ascending ke dalam tuba falopii, serta akhirnya memiliki kapasitas memfertilisasi ovum (FAKTOR PRIA). 2. Ovulasi oosit matur harus terjadi, idealnya reguler, prediktabel, sesuai siklus menstruasi. (FAKTOR OVARIUM). 3. Serviks harus bisa menangkap, dan sebagai filter, menangkap dan melepaskan kembali sperma masuk ke dalam uterus dan tuba falopii (FAKTOR SERVIKS). 4. Tuba falopii harus bisa menangkap ova yang terovulasi dan secara efektif mentransportkan sperma dan embrio (FAKTOR TUBA). 5. Uterus harus reseptif terhadap implantasi embrio serta kapabel untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan embrio lebih lanjut (FAKTOR UTERUS).
FAKTOR PRIA
■
Analisis Semen merupakan langkah awal yang penting dan tepat dalam setiap evaluasi pasangan infertil.
■
Pemeriksaan lain: - Riwayat kelainan genital pria - Riwayat operasi genital. - Disfungsi seksual, atau impoten.
■
Ketika hasil quality - semen analysis normal, maka etensi dialihkan pada pasangan wanitanya.
DISFUNGSI OVULASI
■
Secara keseluruhan, kelainan ovulasi kira-kira 15% dari seluruh problem infertilitas.
■
Disfungsi ovulasi mungkin sangat berat (Anovulasi) atau ringan (Oligo-ovulasi).
■
Namun, karena rata-rata fekundabilitas manusia hanya 20% bahakan pada pasangan normal, maka pembedaan ini memiliki arti kecil.
RIWAYAT MENSTRUASI : ■
Riwayat haid saja seringkali cukup untuk menegakkan an-ovulasi.
■
Menses normal seorang wanita yang ovulatoar adalah reguler, prediktabel, volume dan durasi darah haid konsisten/menetap, serta diiringi dengan gejala premenstrual sindrome.
■
Sebaliknya, pada wanita an-ovulatoar umumnya irreguler, unpredictable atau jarang, volume darah bervariasi serta tanpa disertai molimina.
Pada wanita dengan pola haid poertama kali jarang ovulatoar, juga pada wanita pre-menopause jarang mengalami ovulatoar, dan biasanya tidak perlu pemeriksaan yang spesifik.
■
SUHU BADAN BASAL ■
Suhu badan basal adalah suhu badan dalam kondisi istirahat.
■
Sebagai langkah praktis, biasanya diukur saat pagi hari, saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas..
■
Untuk test ovulasi, pencatatan harian suhu badan basal berdasarkan thermogenic hormone yaitu Progesteron, suhu akan meningkat saat ovulasi
■
Suhu badan basal biasanya sangat rendah dan berfluktuasi antara 97,0 – 98 derajat Fahrenheit.
■
Pada wanita ovulatoar ditemukan “biphasic pattern”, berlangsung selama 25-35 hari, dimana dimulai saat hari ke 12 siklus haid.
KADAR PROGESTERON SERUM ■
Kadarnya biasanya < 1ng/ml selama fase folikuler, dan akan meningkat sedikit saat LH surge (1-2 ng/ml) dan menetap sesudahnya, dan mencapai puncaknya saat hari ke 7 – 8 pasca ovulasi, dan akan menurun kembali bersamaan datangnya menses.
DEFISIENSI FASE LUTEAL ■
Berdasarkan bukti yang tersedia mengindikasikan bahwa, Defisiensi fase luteal merupakan satu kelainan yang real ditandai secara khas adanya abnormalitas kadar progesteron, dan kecurigaan adanya disfungsi ovulasi
PEMERIKSAAN USG TRANS-VAGINAL DAN LUTEINIZED UN-RUPTURED FOLL ICLE ■
Pemeriksaan terakhir dan kompleks adalah USG transvaginal serial.
■
Pemeriksaan ini menawarkan detail informasi tentang ukuran dan jumlah f olikel per-ovulasi dan menyediakan estimasi akurat kapan ovulasi akan terjadi.
■
Perkembnagan akhir folikel pre-ovulasi kira-kira 2 mm/hari. Dan setelah ovulasi folikel akan mengecil
■
Kadang-kadang, folikel pasca ovulasi tetap tumbuh gagal untuk ruptur disebut dengan Lutein ized Unru ptur ed Follicle (LUF).
FAKTOR SERVIKS UTERI
■
Tidak bisa ditolak bahwa, serviks dan mukus ser viks berpartisipasi dalam proses reproduksi dengan berbagai cara.
■
Mukus serviks mewadahi dan menangkap sprma dari ejakulat dan vagina, serta menyingkirkan berbagai partikel lain dari plasma seminalis, dan memfilter sperma abnormal secara morfologis, maupun secara kimiawi, serta berperan sebagai reservoar sperma, sehingga dengan cara demikian akan memperpanjang masa survival dan menunggu oosit mengalami ovulasi.
■
Estrogen : stimulasi produksi mukus serviks, mukus menjadi lebih banyak, jernih dan berair, sehingga akan lebih mudah dipenetrasi oleh sperma.
■
Progesteron : menghambat produksi mukus serviks dan mukus lebih kental, opak dan impenetrabel.
■
Jelasnya, perubahan siklik mukus servis ini akan membantu menjelaskan hari demi hari siklus menstruasi kapan konsepsi mungkin dapat terjadi untuk mendeteksi timing ovulasi.
TEST PASCA SENGGAMA ■
Disebut juga dengan Sims -Huhner Test.
■
Pemeriksaan terhadap karakteristik fisik mukus: volume, pH, kejernihan, viskositas (Spinnbarkeit) dan Salinitas (Ferning).
■
Pemeriksaan adanya sperma motil untuk memprediksi kualitas semen dan menilai fekundabilitas.
■
Hasil positif normal, jika ditemukan satu sperma motil per lapangan pandang mikroskop.