BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang (pasien) itu sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak sampai menggangu orang lain, maka keputusan untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya terpulang dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk meningkatkan atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seorang (pasien) yang bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam pelayanan kedokteran, tidak seorangpun yang dapat memastikan keadaan hasil akhir dari diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainty result), result), dan karena itu tidak etis jika sifatnya jika penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan lain hal, tidak dapat atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang penolakan tersebut tidak membahayakan orang lain, harus dihormati. Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila terjalin kerjasama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi. Dalam rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan ketentuan yang mengatur tentang perjanjian antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui (consent) (consent) atau menolak, adalah merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar, setelah mendapat informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang diberikan kepadanya. Informed Consent terdiri dari kata informed informed yang berarti telah mendapatkan informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang dimaksud. Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketertiban hubungan dokter atau dokter gigi dengan pasien melalui informed consent harus ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit. 1
1.2 TUJUAN
a. Sebagai acuan seluruh penyelenggara kesehatan di Rumah Sakit Mawaddah Medika dalam melaksanakan persetujuan tindakan medis yang diberikan kepada pasien. b. Perlindungan terhadap Rumah Sakit Mawaddah Medika dari hukum dan tindakan mal praktek. c. Sebagai alat bukti komunikasi antara dokter dan pasien dalam proses penjelasan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kedokteran. kedokteran. 1.3 PENGERTIAN
a.
b.
c. d. e.
f.
g.
Suatu prosedur mengenai tata cara pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien. Tindakan kedokteran yang dimaksud adalah suatu tindakan medik yang dapat bertujuan preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan dokter terhadap pasien. . Dokter penanggung jawab pelayanan dapat disebut juga sebagai DPJP. Tindakan Invasif adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien. Tindakan Kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. 1) Ayah : ayah ayah kandung, kandung, termasuk “ayah” “ayah” adalah ayah angkat yang yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat 2) Ibu : Ibu kandung, termasuk “IBU” adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum hukum adat 3) Suami : seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan peraturan perundang-undanagn perundang-undanagn yang berlaku. 4) Istri : seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.. apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu istri persetujuan atau penolakan dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka. Wali adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
2
h.
Induk Semang adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
i.
Gangguan mental adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara klinis menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang, mencakup gangguan mental berat, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dementia senilis.
j.
Pasien gawat Darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badanya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatn ya.
3
BAB II RUANG LINGKUP
2.1 PERSETUJUAN DAN PENJELASAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Dalam menetapkan dan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut : 1.
Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan dan sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.
2.
Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyar persyaratan atan dibawa dibawah h ini ini : a.
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan tindakan kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be actually performied)
b.
Persetuj Persetujuan uan atau Penolak Penolakan an Tindaka indakan n Kedokt Kedokteran eran diberik diberikan an tanpa tanpa paksaan paksaan (Voluntary)
c.
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
d.
Persetujuan dan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
3.
Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya mencakup : a.
Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
(contemplated medical
procedure); procedure); b.
Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c.
Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and risk); risk);
d.
Risiko (risk (risk inherent in such medical procedures) procedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi;
e.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without medical procedures; procedures;
f.
Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak dilakukan; 4
g.
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure); procedure) ;
h. 4.
Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran.
Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan. Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab jawab utama utama memberik memberikan an inform informasi asi dan penjela penjelasan san yang yang diperlu diperlukan kan.. Apabila Apabila berhala berhalanga ngan, n, informasi informasi dan penjela penjelasan san yang harus harus diberik diberikan an dapat diwakilka diwakilkan n kepada kepada dokter atau dokter gigi lain dengan sepengetahuan dokter atau dokter gigi yang bersang bersangkut kutan. an. Bila Bila terjadi terjadi kesalah kesalahan an dalam dalam member memberikan ikan inform informasi asi tangg tanggung ung jawab jawab berada berada ditanga ditangan n dokt dokter er atau dokter dokter gigi gigi yang yang memberi memberikan kan delegas delegasi. i.
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :
tanggal
waktu
nama
tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan. Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi. Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah : (1)
Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi : a.
Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut;
b.
Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurangkurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c.
Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran;
d. (2)
Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :
5
a.
Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, ataupun rehabilitatif;
b.
Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;
c.
Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan;
d.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan;
e.
Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya. Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat.
(3)
Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua r isiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti men gikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali : a.
Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum;
b.
Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan;
c.
Risiko
dan
komplikasi
yang
tidak
dapat
dibayangkan
sebelumnya
(unforeseeable). (4)
Penjelasan tentang prognosis meliputi : a.
Prognosis tentang hidup-matinya (ad ( ad vitam); vitam);
b.
Prognosis tentang fungsinya (ad ( ad functionam); functionam );
c.
Prognosis tentang kesembuhan (ad ( ad senationam). senationam ).
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi dari tim dokter yang merawatnya. Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut 6
adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
7
BAB III TATA LAKSANA
Pemberian informasi dan penjelasan mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada pasien
adalah
kewajiban dari dokter atau DPJP yang ditunjuk.
Penjelasan yang diberikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami atau dengan cara lain yang dapat dimengerti oleh pasien dan kelurganya. Informasi yang diberikan meliputi : 1. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated ( contemplated medical procedure) procedure) 2. Tujuan tindakan kedokteran yang akan dilakukan 3. Risiko (risk (risk inherent in such medical procedures) procedures ) dan komplikasi yang mungkin terjadi 4. Alternatif tindakan lain dan risikonya (alternative ( alternative medical procedures and risk ) 5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan ( prognosis ( prognosis with and wihtout medical procedures) procedures) 6. Risiko atau akibat jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak dilakukan 7. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan tingkat keberhasilan tindakan kedokteran yang dilakukan.( purpose of medical procedure) procedure) 8. Informasi akibat yang biasanya terjadi setelah dilakukan dil akukan tindakan kedokteran. Dalam menetapkan dan persetujuan Tindakan kedokteran harus memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1.
Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter. 2. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyaratan dibawah ini : a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The ( The consent must be for what will be actually performied) b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan (Voluntary). Voluntary). c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat mental dan yang memegang berhak memberikannya dari segi hukum. d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan. 3. Kewajiban memberikan Informasi dan Penjelasan Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila 8
berhalangan informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan sepengetahuan DPJP. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi, tanggung jawab berada ditangan DPJP. Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti. Penjelasan tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran dan disimpan dalam rekam medis pasien dan mencantumkan tanggal, waktu, nama dan tanda tangan kedua kedua belah pihak. Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah : 1.
Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan pasien dapat meliputi : a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut b. Diagnosis penyakit atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka sekurang-kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran. d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan. 2. Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi : a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik ataupun rehabilitative. b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekuranganya dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan. d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan. e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya. Perluasan tindakan yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat dilakukan untuk meneyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan kedokteran dilakukan, DPJP harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat. 3. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan komplikasi komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran kedokteran yang dilakukan, kecuali : a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan. c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (Unforeseeable) 4. Penjelasan tentang prognosisi meliputi : 9
a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam) vitam) b. Prognosis tentang fungsinya (ad ( ad functionam) functionam ) c. Prognosis tentang kesembuhan (ad ( ad senationam) senationam) Penjelasan diberikan oleh DPJP atau salah satu dari tim dokter Rumah Sakit Mawaddah
Medika.
Demi
kepentingan
pasien,
persetujuan
tindakan
kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran. kedokteran.
5.
Pihak yang berhak memberikan persetujuan : a. Pasien dewasa yang berumur lebih dari 21 tahun atau telah menikah, dalam keadaan sadar dan sehat mental b.
Penderita dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh ayah/ibu kandung, wali/curator wali/ curator yang sah , saudara-saudara kandung
c.
Penderita dewasa yang berada dibawah kemampuan ( curatele) curatele) persetujuan diberikan oleh wali/curator wali/curator
d.
Penderita umur kurang dari 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang. Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral ( oral consent ), ), tersurat (written (written consent ) atau tersirat (implied (implied consent ). ). Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir tersebut sudah diisi lengkap oleh DPJP yang akan melakukan tindakan kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi wewenang untuk kemudian yang bersangkutan dipersilahkan membacanya atau jika dipandang perlu dibacakan dihadapannya. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan maka dapat diminta persetujuan tertulis.
6.
Ketentuan Pada Situasi Khusus a. Tindakan penghentian/ penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien. 10
b.
Persetujuan penghentian/penundaan bentuan hidup oleh keluarga terdekat pasien diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan. Persetujuan harus diberikan secara tertulis.
7.
Penolakan Tindakan Kedokteran a. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan atau keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan. b. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah orang tua, keluarga, wali atau kuratornya. c. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau istri tidak diikut sertakan menandatangani persetujuan tindakan kedokteran. d. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang akan dilakukan oleh DPJP. e. Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut menjadi tanggung jawab pasien. f. Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dengan pasien. g. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan. h. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang berhak menarik kembali (mencabut) ( mencabut) adalah anggota keluarga tersebut t ersebut atau anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali. i. Penarikan kembali (pencabutan) (pencabutan) persetujuan tindakan tindakan kedokteran harus diberikan secara tertulis dengan menandatangani sesuai form yang disediakan. 8. Dokumen Persetujuan Tindakan Kedokteran a. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan kedokteran harus dicatat dalam rekam medis. b. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan bersama-sama rekam medis c. Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran menggunakan format dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi, tenaga keperawatan bertindak sebagai salah satu saksi 2) Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien 11
3)
9.
Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan kedokteran. 4) DPJP yang memberikan penjelasan harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan secukupnya. 5) Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus membubuhkan cap jempol jari kanan. Daftar Tindakan Kedokteran yang Memerlukan Persetujuan Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasi en. Tindakan kedokteran disini merupakan suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik. terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh oleh dokter terhadap pasien. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Berikut adalah tindakan-tindakan medis di Rumah Sakit Mawaddah Medika yang memerlukan persetujuan ataupun Penolakan dari pasien dan keluarga.
Daftar Tindakan Medis Yang Yang Memerlukan Informed Consent No
Jenis Tindakan
Kelompok SMF
Keterangan
1.
Fungsi cairan pleura
Spesialis Non Bedah
Penyakit Dalam
2.
Biopsi Bi opsi tumor
Spesialis Non Bedah
Penyakit Dalam
3.
Biopsi hepar
Spesialis Non Bedah
Penyakit Dalam
4.
Pemasangan Pemasangan infus
Spesialis Non Bedah
Penyakit Dalam
5.
Pemasangan infus
Spesialis Non Bedah
Anak
6.
Pemasangan Pemasangan O2
Spesialis Non Bedah
Anak
7.
Tranfusi darah
Spesialis Non Bedah
Anak
8.
Injeksi
Spesialis Non Bedah
Anak
12
9.
Pasang Maag Slang
Spesialis Non Bedah
Anak
10.
Nebulezer
Spesialis Non Bedah
Anak
11.
Suction
Spesialis Non Bedah
Anak
12.
Sonde feeding
Spesialis Non Bedah
Anak
13.
Pasang kateter
Spesialis Non Bedah
Anak
14.
Pasang darm buis
Spesialis Non Bedah
Anak
15.
Pemeriksaan apendicogram
Spesialis Non Bedah
Radiologi
16.
Pemeriksaan IVP
Spesialis Non Bedah
Radiologi
17.
Pemeriksaan Barium follow through
Spesialis Non Bedah
Radiologi
18.
Pemeriksaan Colon In Loop
Spesialis Non Bedah
Radiologi
19.
Pemeriksaan Fistulogrgrapy
Spesialis Non Bedah
Radiologi
20.
Pemeriksaan Urethogram
Spesialis Non Bedah
Radiologi
21.
Pemeriksaan Upper gastro intestinal
Spesialis Non Bedah
Radiologi
studies 22.
FNAB
Spesialis Non Bedah
Patologi Anatomi
23.
Biopsi
Spesialis Non Bedah
Patologi Anatomi
24.
Semua tindakan THT dengan GA
Spesialis Bedah
THT
25.
Tindakan Tindakan THT dengan lokal anaestesi
Spesialis Bedah
THT
26.
a. Myringoplasty
Spesialis Bedah
THT
27.
b. Extraksi Granuloma pada telinga
Spesialis Bedah
THT
28.
c. Exterpatie Fistula pre articoloris
Spesialis Bedah
THT
29.
d. Debridemand Chondritis Articoloris
Spesialis Bedah
THT
13
30.
e. Recontruksi Auricalum
Spesialis Bedah
THT
31.
f. Ekstraksi Polips Hidung
Spesialis Bedah
THT
32.
g. Septum Korensi
Spesialis Bedah
THT
33.
h. Chocotomi
Spesialis Bedah
THT
34.
i. Pemasangan Pemasangan tandon belloque
Spesialis Bedah
THT
35.
j. Exterpatie tumor/kista paranalis
Spesialis Bedah
THT
36.
k. Exterpatie tumor/kista peri arcalaris
Spesialis Bedah
THT
37.
l. Tonsilectomi Tonsilectomi
Spesialis Bedah
THT
38.
m.
Spesialis Bedah
THT
Exterpatie
tumor/kista
pada
pharyt pharytex ex cavum cavum oris 39.
n. Esophangoscopy
Spesialis Bedah
THT
40.
o. Trancheostomy Trancheostomy
Spesialis Bedah
THT
41.
p. Bronchoscopy
Spesialis Bedah
THT
42
q. Exterpatie tumor/kista pada kepala
Spesialis Bedah
THT
dan leher 43.
r. Adeno Tonsilectomy onsilect omy
Spesialis Spesial is Bedah
THT
44.
Aff APB
Spesialis Bedah
Orthopaedi
45.
Aff Plate
Spesialis Bedah
Orthopaedi
46.
Aff Plate multiple fractur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
47.
Aff Screw
Spesialis Bedah
Orthopaedi
48.
Aff Wire
Spesialis Bedah
Orthopaedi Orthopaedi
49.
Amputasi cruris
Spesialis Bedah
Orthopaedi
14
50.
Aputasi Femur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
51.
Amputasi kaki
Spesialis Bedah
Orthopaedi
52.
Amputasi tangan
Spesialis Bedah
Orthopaedi
53.
Amputasi lengan
Spesialis Bedah
Orthopaedi
54.
Bone Graff
Spesialis Bedah
Orthopaedi
55.
Debridement + Pasang plat
Spesialis Bedah
Orthopaedi
56.
External Fixatie
Spesialis Bedah
Orthopaedi
57.
Fractur Metatarsal
Spesialis Bedah
Orthopaedi
58.
Platting Fractur Antebrachii
Spesialis Bedah
Orthopaedi
59.
Fractur Antebrachii + Ruptura Arteri
Spesialis Bedah
Orthopaedi
60.
Platting Fractur Clavicula
Spesialis Bedah
Orthopaedi
61.
Platting Fractur Cruris
Spesialis Bedah
Orthopaedi
62.
Platting Femur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
63.
Fractur Patela ( Wiring )
Spesialis Bedah
Orthopaedi
64.
ORIF + Reposisi Gif
Spesialis Bedah
Orthopaedi
65.
Plantor Fascities
Spesialis Bedah
Orthopaedi
66.
Platting Humer
Spesialis Bedah
Orthopaedi
67.
Pasang body jacket gips
Spesialis Bedah
Orthopaedi
68.
Release contractur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
69.
Reposisi Gips Antebrachii Antebrachii
Spesialis Bedah
Orthopaedi
70.
Reposisi Gips Femur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
71.
Reposisi Gips Humeri
Spesialis Bedah
Orthopaedi
15
72.
Reposisi Tulang
Spesialis Bedah
Orthopaedi
73.
Revisi Plate
Spesialis Bedah
Orthopaedi
74.
Ruptur Tendon tangan
Spesialis Bedah
Orthopaedi
75.
Rupur tendon Achilies
Spesialis Bedah
Orthopaedi
76.
Scoliosis Correction
Spesialis Bedah
Orthopaedi
77.
Screwing Femur
Spesialis Bedah
Orthopaedi
78.
Aff Drain
Spesialis Bedah
Bedah
79.
Apendictomy
Spesialis Bedah
Bedah
90.
BPH
Spesialis Bedah
Bedah
91.
Bursitis
Spesialis Bedah
Bedah
92.
Circumsisi
Spesialis Bedah
Bedah
93.
Cista Tyroid Tyroid
Spesialis Bedah
Bedah
94.
Colostomy + Resectie
Spesialis Bedah
Bedah
95.
Corpus Alineum
Spesialis Bedah
Bedah
96.
Debridement
Spesialis Bedah
Bedah
97.
Eksisi + Flap
Spesialis Bedah
Bedah
98.
Eksisi tumor jinak
Spesialis Bedah
Bedah
99.
Exterpasi Basalioma
Spesialis Bedah
Bedah
100.
Exterpasi Fibro Adenoma Mammae Mammae
Spesialis Bedah
Bedah
101.
Exterpasi Ganglion
Spesialis Bedah
Bedah
102.
Exterpasi Granuloma
Spesialis Bedah
Bedah
103.
Exterpasi Hemangioma Hemangioma
Spesialis Bedah
Bedah
16
104.
Exterpasi Lipoma
Spesialis Bedah
Bedah
105.
Exterpasi Neurofibroma
Spesialis Bedah
Bedah
106.
Exterpasi Nevus Keloid
Spesialis Bedah
Bedah
107.
Exterpasi Verusa Clavus
Spesialis Spesial is Bedah
Bedah
108.
Exterpasi Atheroma
Spesialis Bedah
Bedah
109.
Exterpasi Papiloma
Spesialis Bedah
Bedah
110.
Ganglion Poplitea
Spesialis Bedah
Bedah
111.
Gynocomasty Gynocomast y
Spesialis Spesial is Bedah
Bedah
112.
Haemoroid / fistula ani
Spesialis Bedah
Bedah
113.
Hernia
Spesialis Bedah
Bedah
114.
Hernia + Sircumsisi
Spesialis Bedah
Bedah
115.
Hernia Residif
Spesialis Bedah
Bedah
116.
Herniotomi + exterpasi tumor
Spesialis Bedah
Bedah
117.
Hydrocele Hydrocel e Varicocele
Spesialis Spesial is Bedah
Bedah
118.
Kriptorrchismus
Spesialis Bedah
Bedah
119.
Laparotomi /Explorasi/Biopsi
Spesialis Bedah
Bedah
120.
Laparotomi invaginasi
Spesialis Bedah
Bedah
121.
Mastectomi
Spesialis Bedah
Bedah
122.
Cauterisasi papiloma
Spesialis Bedah
Bedah
123.
Torsio tertis / Orchidectomi Orchidectomi
Spesialis Bedah
Bedah
124.
Tumor Tumor jinak Payudara
Spesialis Bedah
Bedah
125.
Tumor Tumor besar
Spesialis Bedah
Bedah
17
126.
Tumor Tumor Intra Abdominal
Spesialis Bedah
Bedah
127.
Tumor Tumor parotis
Spesialis Bedah
Bedah
128.
Tumor Tumor Rahang
Spesialis Bedah
Bedah
129.
Tumor Tumor Thyroid Sub Total Labectomi Labectomi
Spesialis Bedah
Bedah
130.
Tutup Colostomi
Spesialis Bedah
Bedah
131.
Wide Dissection
Spesialis Bedah
Bedah
132.
Wiring Mandibula
Spesialis Bedah
Bedah
133.
Wiring Supracondilar
Spesialis Bedah
Bedah
124.
Insisi Hordeolum
Spesialis Bedah
Mata
125.
Eksisi Chalazion
Spesialis Bedah
Mata
126.
Trabeculectomi Trabeculectomi
Spesialis Bedah
Mata
127.
Katarak
Spesialis Bedah
Mata
128.
Trauma Trauma Oculi ( vul upp regio occuli )
Spesialis Bedah
Mata
129.
Extraksi Corpus Alienum
Spesialis Bedah
Mata
130.
Irigasi mata
Spesialis Bedah
Mata
131.
Biobsy
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
132.
Bisalpingo Ovarektomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
133.
Conisasi Cerviks
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
134.
Counterisasi Cerviks
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
135.
Forseps Ekstraksi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
136.
Kehamilan Ektopik
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
137.
Manual Placenta
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
18
138.
Myomectomy Myomectomy
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
139.
Ovarektomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
140.
Pemasangan Pemasangan Infus
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
141.
Pemasangan Pemasangan kateter
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
142.
Pemasangan Pemasangan Laminaria
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
143.
Pemberian Obat Injeksi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
144.
Pemeriksaan Dalam
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
145.
Penjahitan Luka Jalan Lahir
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
146.
Curretage
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
147.
Persalianan Normal
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
148.
Persalinan Sungsang
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
149.
Prolaps Uteri
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
150.
Salpingo Ovarectomi Ovarectomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
151.
THBSO
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
152.
Tindakan Tindakan Episiotomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
153.
Tindakan Tindakan Embriotomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
154.
Tindakan Tindakan Induksi Persalinan
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
155.
Tindakan Tindakan Curetage
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
156.
Tindakan Tindakan Operasi Histerektomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
157.
Tindakan Tindakan Operasi KET
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
158.
Tindakan Tindakan Operasi Sectio Histerectomi Histerectomi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
159.
Tindakan Tindakan Pembiusan
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
19
160.
Tindakan Tindakan Reposisi Uterus
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
161.
Tindakan Tindakan Sterilisasi Post Partum
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
162.
Tranfusi
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
163.
Tumaor Tumaor Jinak Ovarium
Spesialis Bedah
Obstetri Gynekologi
164.
Vaccum Ekstraksi
Spesialis Spesial is Bedah
Obstetri Obstetr i Gynekologi
20
BAB III PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan pemberian informed consent /persetujuan tindakan medis sesuai prosedur di Rumah Sakit Mawaddah Medika. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena keterbatasan pengetahuan pengetahuan dan kurangnya referensi. Tim penyusun berharap berbagai pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan panduan dimasa yang akan datang.
Ditetapkan, Direktur
dr.Sihwati Wilujeng
21