PETUNJUK
PERENCANAAN DRAINASE
OLEH :
Petunjuk Perencanaan Drainase
KATA PENGANTAR
Tugas besar merupakan salah satu kegiatan dari perkuliahan yang dimaksudkan untuk mengaplikasikan dan memperdalam teori-teori yang telah di peroleh sebelumnya. Melalui tugas besar diharapkan mahasiswa tidak hanya mengerti tentang teori-teori perencanaan drainase tetapi dapat merencanakan drainase suatu kawasan sebagai bekal kerja nantinya. Salah satu media yang dapat membantu memperlancar dan mencapai hasil maksimal adalah “Petunjuk Praktikum/Tugas”, oleh karena itu perlu disusun modul tersebut. Buku ini berisi arahan dalam merencanakan drainase permukaan, yang terdiri dari perencanaan sistem drainase suatu kawasan, aspek hidrologi dan hidrolika dalam perencanaan drainase. Dalam perencanaan sistem drainase akan dipelajari bagaimana sistem yang yang sesuai dan efisisen untuk suatu kawasan. Aspek hidrologi akan membahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk suatu saluran drainase.Sedangkan aspek hidrolika akan membahas mengenai disain dan dimensi saluran yang memadai. Mudah-mudahan buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh para mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Sipil dan mereka yang membutuhkannya.
Pembina,
Petunjuk Perencanaan Drainase DAFTAR ISI
Hal. Halaman Judul……………………………………………………………...
i
Kata Pengantar……………………………………………………………...
ii
Daftar Isi………………………………………………………....................
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Umum………………………………………………
1
1.2 Siklus Dan Tahapan Pembangunan Sistem Drainase…………..
2
1.3 Prosedur Kerja Perencanaan Drainase………………………….
3
BAB 2. SISTEM DRAINASE
2.1 Landasan Teori…………………………………………………
4
2.2 Skema Klasifikasi Sistem Drainase…………………………….
5
2.3 Data Perancangan………………………………………………
6
2.4 Analisa Sistem Jaringan Drainase………………………………
7
BAB 3. ASPEK HIDROLOGI
Petunjuk Perencanaan Drainase
3.4 Data……………………………………………………………..
26
3.5 Pembahasan Analisa Hidrologi…………………………………
27
BAB 4. ASPEK HIDROLIKA
4.1 Landasan Teori…………………………………………………
31
4.2 Pemilihan Bentuk Saluran Ekonomis…………………………..
34
4.3 Bangunan Air Gorong – Gorong (Culvert)…………………….
35
4.4 Data…………………………………………………………….
38
4.5 Pembahasan Analisa Hidrolika…………………………………
38
LAMPIRAN
Petunjuk Perencanaan Drainase
BAB
PENDAHULUAN
1 1.1.Pengertian Umum
Drainaie berasal dari kata “drain” (bhs. Inggris) yang berarti membuang air yang menggenang. Secara umum adalah suatu ilmu yang mempelajari cara – cara atau teknik untuk membuang air (pemutusan air) dari suatu tempat yang dipandang berlebihan (meluap = sering disebut banjir, menggenang). Sebagai akibat dari adanya hujan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Dalam ilmu jelas ada kaitan erat antara : -
Terjadinya hujan yang menyebabkan meluap dan melimpasnya air (banjir) serta menggenangnya air.
-
Cara maupun usaha manusia untuk menghilangkan, mengarahkan dan membuang air agar tidak meluap (banjir) dan menggenang. Mengatur sistem pembuangan air limpasan hujan. Sedangkan
drainase
perkotaan
adalah
ilmu
drainase
yang
mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik, dan lingkungan sosial budaya yang ada di
Petunjuk Perencanaan Drainase
1.2.Siklus Dan Tahapan Pembangunan Sistem Drainase
Pra Studi Kelayakan
Identifikasi Proyek
Studi Kelayakan
PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
Perencanaan Rinci
EVALUASI DAN MONITORING
Persiapan Konstruksi
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Project Completion
Konstruksi
Petunjuk Perencanaan Drainase
1.3.Prosedur Kerja Perencanaan Drainase Dalam setiap kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan teknik, selalu dilakukan melalui beberapa tahap dalam suatu prosedur sebagai berikut: Mulai Data: 1. Site plan 2. Peta topografi 3. Data Curah Hujan
Perencanaan Sistim Jaringan Drainase Analisis Hidrologi Analisis Hidrolika Cek Q renc < Q sal
Selesai
Petunjuk Perencanaan Drainase
BAB
SISTIM DRAINASE
2 2.1. Landasan Teori
Air hujan yang jatuh dipermukaan harus secepatnya dibuang ke saluran agar tidak terjadi genangan-genangan dan tidak mengalir melalui permukaan jalan-jalan yang dapat
merusak permukaan badan jalan.
Banyaknya air hujan yang harus dibuang tergantung pada jumlah hujan dan jenis permukaan. Jenis permukaan mempengaruhi jumlah air yang dapat diserap oleh permukaan tanah, dan yang tidak dapat diserap harus dibuang melalui jaringan drainase. Jumlah air hujan ditentukan oleh jumlah maksimum air hujan yang turun pada duration dan return period tertentu sesuai dengan life time bangunan
yang
terlindungi
(dilindungi
oleh
penutup
atap)
untuk
memperlancar pembuangan maka suatu daerah harus dibagi dalam beberapa zoning yang dituangkan dalam layout plan. Perencanaan sistim jaringan drainasi dimaksudkan untuk menentukan penempatan atau
perletakan
dari
saluran drainasi sehingga
secara
keseluruhan membentuk jaring – jaring (jaringan) dalam kesatuan wilayah
Petunjuk Perencanaan Drainase
e. Mengingat adanya kemiringan tanah searah, maka perlu dikembangkan sistim blok yaitu dengan membagi daerah menjadi zone dengan sistem drainase yang saling terpisah antara satu dengan yang lain. f. Sedapat mungkin saluran drainase air hujan terpisah dengan saluransaluran yang lain yang ada. g. Sedapat mungkin saluran drainase digabungkan menjadi satu dengan saluran jalan.
2.2 Skema Klasifikasi Sistem Drainase Menurut terbentuknya
Letak bangunan
Jenis Drainase
Menurut fungsi
Menurut konstruksi
Alamiah Buatan
Permukaan tanah Bawah perm. tanah
Sigle purpose Multi purpose
Terbuka Tertutup
Pararel atau sisir
Petunjuk Perencanaan Drainase
2.3 Data Perancangan
Untuk memulai suatu perencanaan sistem drainase, perlu dikumpulkan data – data penunjang agar hasil perencanaan dapat dipertanggungjawabkan. Jenis data tersebut meliputi :
Peta lay out existing atau site plan Untuk perencanaan detail, yaitu penempatan saluran-saluran kwarter dan tersier diperlukan peta situasi atau site plan dalam skala besar, misalnya 1 : 1000. Pada peta sudah digambarkan rumah-rumah dan jalan serta kenampakan-kenampakan lain yang penting. Hendaknya site plan tersebut berskala agar lebih memudahkan dalam pengukuran atau perhitungan luasan daerah yang akan diukur.
Peta topografi Peta topografi terdapat garis-garis kontur dimana digambarkan dengan beda tinggi 0,5 m untuk lahan yang sangat datar atau 1 m untuk lahan curam. Peta topografi sangat penting dalam melihat arah aliran limpasan air hujan, jadi dalam perencanaan drainase terutama dalam pembuatan saluran drainase hanya mengikuti kontur pada peta topografi tersebut. Jika beda kontur terlalu curam hendaknya dalam perencanaan saluran drainase menggunakan bangunan terjunan untuk menghindari
Petunjuk Perencanaan Drainase
2.4 Analisa Sistim Jaringan Drainase
1. Sesuai dengan kontur peta topografi, pilihlah alternative pola sistem jaringan drainase sesuai dengan skema klasifikasi sistem drainase diatas
untuk menentukan pola sistim jaringan drainase yang paling efisien dan efektif dalam menjamin lancarnya limpasan air pada saluran drainase. (tuangkan dalam peta/site plan dan dilengkapi notasi salurannya).
2. Analisalah dan berikan alasanmu! Mengapa pola jaringan drainase tersebut dipilih, serta jelaskan apa keuntungan dan kerugiannya terhadap kondisi peta/siteplan tersebut! 3. Hitung luasan total DAS, dan bagilah DAS tersebut menjadi beberapa sub DAS pada peta siteplan anda. 4. Hitung luas masing-masing Sub DAS untuk masing-masing saluran dan tuangkan dalam bentuk table. No
1
Nama
Sub
Luas Sub
Saluran
DAS
DAS (m )
Kwarter
A B …
2
Tersier
A+B
2
Panjang Saluran (m)
Beda elevasi (m)
Petunjuk Perencanaan Drainase
BAB
ASPEK HIDROLOGI
3 3.1 Landasan Teori
Analisis hidrologi dilakukan terhadap data hujan untuk mendapatkan besarnnya intensitas curah hujan sebagai dasar perhitungan debit banjir rencana pada daerah yang direncanakan untuk dibuat bangunan drainasi. Analisis hidrologi yang dilakukan akan meliputi kegiatan : -
Pengumpulan data hidrologi (data curah hujan)
-
Analisis data yang dilakukan dengan maksud agar data siap untuk dianalisis selanjutnya.
-
Analisis frekwensi dilakukan terhadap data yang siap untuk mendapatkan hasil, yaitu intensitas curah hujan. Beberapa karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan
perencanaan hidrologi meliputi:
• Intensitas I, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya mm/menit, mm/jam, atau mm/hari.
• Lama waktu (durasi) t, adalah panjang waktu dimana hujan turun dalam menit atau jam.
Petunjuk Perencanaan Drainase
• Waktu konsentrasi tc adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik control yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
3.2 Pengukuran Curah Hujan
Curah hujan dapat diukur menggunakan alat ukur hujan yang umumnya disebut dengan sukat hujan (rain gauge), atau sering juga disebut Pluviometer (pluviometer ) atau penakar hujan dari suatu pos hujan. Satuan untuk mengukur curah hujan adalah 1 mm. Nilai itu menunjukkan bahwa tebal hujan menutupi ai atas permukaan bumi setebal 1 mm, dan zat cair itu tidak meresap ke dalam tanah (permukaan bumi dianggap kedap air) atau tidak menguap kembali ke atmosfer. Untuk mengukur curah hujan dapat digunakan alat ukur hujan dan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a) Alat ukur hujan biasa (AUHB) (rain gauge, RG) b) Alat ukur hujan otomatik (AUHO )(automatic rain fall recorder, ARR) Tipe alat ukur hujan otomatis ada tiga yaitu:
• Weighting Bucket Raingauge • Float Type Raingauge
Petunjuk Perencanaan Drainase
1. Pengisian Data Kosong
Data curah hujan yang hilang disebabkan oleh beberapa hal, seperti alat ukur rusak, pengamat berhalangan, dan data pencatatan hilang. Untuk data dari stasiun (selain stasiun yang datanya hilang) terdapat pencatatan hujan jangka panjang, maka dapat dicari dengan metode Normal Ratio Kuthog dengan rumus sebagai berikut : r a =
1 ⎡ Ra
Ra Ra Ra ⎤ ⎢ r 1 + r 2 + r 3 + .... + r n ⎥ n ⎣ R1 R2 R3 Rn ⎦
Dimana : r a
= data hujan yang akan dicari.
R a
= ∑ hujan tahunan normal pada stasiun yang datanya hilang.
R 1…R n
= ∑ hujan tahunan pada stasiun 1 s/d n
r 1…r n
= hujan pada saat yang sama dengan hujan yang akan dicari dari stasiun 1 s/d n.
n
= jumlah stasiun hujan disekitar stasiun yang akan dicari.
2. Pengecekan Kualitas Data Hujan
Data hujan yang diperlukan harus dicek sebelum digunakan untuk analisis hidrologi lebih lanjut. Agar tidak mengandung kesalahan dan harus
Petunjuk Perencanaan Drainase
Salah
satu
cara
untuk
menguji
konsistensi
adalah
dengan
menggunakan analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis) untuk data hujan musiman atau tahunan dari suatu DAS.
3. Tebal Hujan Rata-rata DAS
Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atau terjadi hanya bersifat setempat. Jika terjadi hujan setempat saja maka kita hanya mendapat curah hujan di daerah itu. Sedangkan di suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal. Ada tiga macam metode pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan tebal hujan rata-rata dari suatu DAS antara lain : a. Metode rata-rata aritmatik R =
1 n
( R1 + R 2 + R3 + .... + Rn)
dimana : R
= curah hujan daerah (mm)
R1, R2, …, Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan. n
= jumlah titik atau pos pengamatan.
Petunjuk Perencanaan Drainase
c. Metode Isohiet R =
A1. R1 + A2 . R2 + ... + An . Rn A1 + .... + An
dimana : R
= hujan rerata daerah (mm)
A1, A2, …, An
= luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet (km )
R 1, R 2, …, R n
= curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A 1, A2, …, An
2
(mm).
4. Analisis Frekuensi Dan Probabilitas
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa-peristiwa
ekstrim yang
berkaitan
dengan
frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistic data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistic kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistic kejadian hujan masa lalu. Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
Petunjuk Perencanaan Drainase
Parameter statistic yang penting dan berkaitan dengan analisa data : Parameter
Rata – rata
Sample
1
x =
n
s=⎢
Koefisien variasi
CV =
∞
n
∑ x
µ
i
i =1
⎡ 1
Simpangan baku
Populasi
= E ( X ) = ∫ xf ( x)dx −∞
⎤
n
∑ ( xi − x )2 ⎥
⎣ n − 1 i =1
⎦
s
1 2
σ
= { E [( x − µ ) 2 ]}
CV =
x
1 2
σ µ
n
Koefisien skewness
n G=
∑ ( x − x)
3
i
i =1
(n − 1)(n − 2).s 3
γ =
E ( x − µ ) 2 σ
3
5. Pengeplotan Probabilitas
Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Posisi pengeplotan data merupakan nilai probabilitas yang dimiliki oleh masing-masing data yang diplot. Metode yang paling sering digunakan adalah metode persamaan Weibull :
Petunjuk Perencanaan Drainase
Misal : Uji pada sumbu x, untuk n = 25 (dimana n adalah banyaknya data) ; derajat kepercayaan ( α )= 0,05 (5%); ∆ y max = 13%, maka nilai ∆ cr = 0,27 (lihat pada tabel smirnov – kolmogorof).
• Uji CHI – SQUARE ⎡ ∆ y 2 ⎤ Ketentuan : ∑ ⎢ < x 2 , maka data probabilitas hujan dapat ⎥ ⎣ y ⎦ dipakai. Dipakai derajat kepercayaan , α = 0,05 (5%). Cari nilai percentile (P) = (100% -
α
) dan nilai x 2 dapat dilihat pada
tabel chi – square. Dimana : y
= data curah hujan probabilitas.
∆ y = jarak atau simpangan vertical terjauh dari garis lurus grafik probabilitas.
Tabel. Nilai Kritis SMIRNOV - KOLMOGOROF N
Derajad kepercayaan, α 0,20
0,10
0,05
0,01
5
0,45
0,51
0,56
0,67
10
0,32
0,37
0,41
0,49
15
0,27
0,30
0,34
0,40
Petunjuk Perencanaan Drainase
Tabel. Distribusi CHI – SQUARE (Sumber : Shanin, 1976 : 203) v
PERCENTILE, P 0,995
0,99
0,975
0,95
0,90
0,75
0,50
0,25
1
7,88
6,63
5,02
3,94
2,71
1,32
0,455
0,102
2
10,6
9,21
7,38
5,99
4,61
2,77
1,39
0,575
3
12,8
11,3
9,35
7,81
6,25
4,11
2,37
1,21
4
14,9
13,3
11,1
9,49
7,78
5,39
3,36
1,92
5
16,7
15,1
12,8
11,1
9,24
6,63
4,35
2,67
6
18,5
16,8
14,4
12,6
10,6
7,84
5,35
3,45
7
20,3
18,5
16,0
14,1
12,0
9,04
6,35
4,25
8
22,0
20,1
17,5
15,5
13,4
1 0,2
7,34
5,07
9
23,6
21,7
19,0
16,9
14,7
1 1,4
8,34
5,90
10
25,2
23,2
20,5
18,3
16,0
12,5
9,34
6,74
11
26,8
24,7
21,9
19,7
17,3
13,7
10,3
7,58
12
28,3
26,2
23,3
21,0
18,5
14,8
11,3
8,44
13
29,8
27,7
24,7
22,4
19,8
16,0
12,3
9,30
14
31,3
29,1
26,1
23,7
21,1
17,1
13,3
10,2
15
32,8
30,6
27,5
25,0
22,3
18,2
14,3
11,0
16
34,3
32,0
28,8
26,3
23,5
19,4
15,3
11,9
17
35,7
33,4
30,2
27,6
24,8
20,5
16,3
12,8
18
37,2
34,8
31,5
28,9
26,0
21,6
17,3
13,7
19
38,6
36,2
32,9
30,1
27,2
22,7
18,3
14,6
20
40,0
37,6
34,2
31,4
28,4
23,8
19,3
15,5
21
41,4
38,9
35,5
32,7
29,6
24,9
20,3
16,3
22
42,8
40,3
36,8
33,9
30,8
26,0
21,3
17,2
Petunjuk Perencanaan Drainase
7. Curah Hujan Rancangan Kala Ulang : 1; 2; 5; 10 Tahunan
Dalam perhitungan curah hujan rancangan kala ulang, terlebih dahulu harus mengenal periode ulang dalam perencanaan drainase. Suatu data hidrologi (bisa data hujan, debit sungai dll) adalah (x) akan mencapai suatu harga tertentu atau disamai (x i) atau kurang dari (x i) atau lebih atau dilampaui dari (x i) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai periode ulang dari (x i) Contoh : R 2 tahun = 115 mm Dalam perencanaan saluran drainasi periode ulang yang dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang akan dikeringkan. Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang adalah : -
untuk perencanaan saluran kwarter (periode ulang 1 th)
-
untuk perencanaan saluran tersier (periode ulang 2 th)
-
untuk perencanaan saluran sekunder (periode ulang 5 th)
-
untuk perencanaan saluran primer (periode ulang 10 th)
Penentuan periode ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Petunjuk Perencanaan Drainase
8. Waktu Konsentrasi (tc)
Dalam analisis intensitas hujan perlu memahami karakteristik hujan seperti durasi hujan dan waktu konsentrasi terlebih dahulu. Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menit, jam) durasi hujan diperoleh dari pencatatan alat pengukur hujan baik manual (sederhana) maupun dengan alat penakar hujan otomatik. Dalam perencanaan drainasi durasi hujan ini sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik paling jauh ke titik yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Untuk mencari waktu konsentrasi terdapat tiga alternative rumus : (1) waktu konsentrasi (tc) ditinjau dari 2 komponen (t 0 + t d) ; (2) waktu konsentrasi (tc) dari rumus distribusi hujan jam – jaman dengan menggunakan model “MONONOBE”; (3) waktu konsentrasi untuk DAS kecil di daerah pertanian. A. Waktu konsentrasi (tc) ditinjau dari 2 komponen (t 0 + td)
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dihitung menjadi 2 (dua) komponen : 1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas permukaan tanah menuju kesaluran drainasi terdekat.
Petunjuk Perencanaan Drainase
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : -
Luas daerah pengaliran
-
Kemiringan dasar aliran
-
Panjang saluran drainasi
-
Debit dan kecepatan aliran
Dalam perencanaan drainasi waktu konsentrasi sering dikaitkan dengan durasi hujan, karena air yang melimpas mengalir dipermukaan tanah dan selokan drainasi (sebagai akibat adanya hujan) selama t waktu, maka dianggap hujan yang terjadi berlangsung selama t waktu.
Hujan terjadi selama t
A t0 = 0 t1 = x1 Permukaan tanah
B Saluran drainasi
Waktu utk mengalir = t = t 1 + t2 Anggapan
t2 = x2
lama hujan = waktu konsentrasi
Petunjuk Perencanaan Drainase
Rumus
distribusi
jam
– jaman
model MONONOBE
dilihat
berdasarkan pengamatan di Indonesia, lamanya hujan terpusat (t) tidak lebih dari 7 jam, maka dalam perhitungan ini diasumsikan hujan terpusat 6 jam sehari. Langkah selanjutnya, menghitung nisbah hujan jam – jaman : . T − (t − 1)( RT −1 ) Rt = t R Dimana : R T
= Rerata Intensitas hujan dalam T jam
R t
= Curah hujan pada jam ke T
t
= Waktu konsentrasi atau lamanya hujan terpusat
R (t-1) = Intensitas hujan dalam (t-1) Selanjutnya menghitung hujan netto. Hujan netto adalah bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung. Untuk mencari hujan netto digunakan rumus : Rn = C . R
Dimana : Rn
= Hujan Netto (mm)
C
= Koefisien Pengaliran (lihat tabel)
R
= Curah hujan rancangan kala ulang T (mm)
Petunjuk Perencanaan Drainase
9. Koefisien Pengaliran Permukaan (C)
Jika daerah aliran saluran (DAS) terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dihitung dengan rumus: n
∑ Ci. Ai C =
i =1 n
∑ Ai i =1
Dimana: Ai
= Luas lahan dengan jenis penutup tanah i,
Ci
= Koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i
n
= Jumlah jenis penutup lahan
Tabel. Koefisien limpasan untuk metode Rational Diskripsi lahan/karakter permukaan
Koefisien Aliran, C
Bisnis :
Perkotaan
0.70 – 0.95
Pinggiran
0.50 – 0.70
Perumahan :
Petunjuk Perencanaan Drainase
Halaman, tanah berpasir :
datar 2%
0.05 – 0.10
rata-rata 2-7%
0.10 – 0.15
curam, 7%
0.15 – 0.20
Halaman, tanah berat :
datar 2%
0.13 – 0.17
rata-rata 2-7%
0.18 – 0.22
curam, 7%
0.25 – 0.35
Halaman kereta api
0.10 – 0.35
Taman Tempat bermain
0.20 – 0.35
Taman, perkuburan
0.10 – 0.25
Hutan :
datar 0-5%
0.10 – 0.40
bergelombang, 5-10%
0.25 – 0.50
berbukit 10-30%
0.30 – 0.60
Sumber: Mc. Guen, 1989
10. Analisis Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Petunjuk Perencanaan Drainase
LANGKAH – LANGKAH MENCARI INTENSITAS HUJAN :
A. Jika yang tersedia data curah hujan jangka pendek atau berdurasi. Rumus yang digunakan :
Rumus TALBOT (1881)
I =
a t + b
Dimana : I
= Intensitas hujan (mm/jam)
T
= lamanya hujan (jam)
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
[ I .t ]⎣ I 2 ⎦ − ⎣ I 2 .t ⎦[ I ] a= N [ I 2 ] − [ I ][ I ] b=
[ I ][ I .t ] − N I 2 .t N [ I 2 ] − [ I ][ I ]
Rumus SHERMAN (1905), cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. I =
a n
t
Dimana :
Petunjuk Perencanaan Drainase
Rumus ISHIGURO (1953) I =
a t + b
Dimana : I
= Intensitas hujan (mm/jam)
t
= lamanya hujan (jam)
a dan b = konstanta
a=
b=
⎣ ⎦ N [ I ] − [ I ][ I ]
I t I 2 − I 2 t [ I ] 2
⎣ I ⎦ I .
t − N I 2 t
[ ]
N I − [ I ][ I ] 2
Dimana : [ ] = jumlah angka – angka dalam tiap suku N = banyaknya data
1. Tentukan besarnya curah hujan yaitu dari perkalian antara tinggi hujan dengan 60 menit dibagi durasi hujan yang bersangkutan. 2. Lakukan perhitungan probabililitas sesuai hasil distribusi frekuensi untuk
Petunjuk Perencanaan Drainase
Lengkung intensitas CH adalah grafik yang menyatakan hubungan antara intensitas CH (It) dengan durasi hujan t, hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas CH untuk kala ulang tertentu.
Terjadi 1x dlm 10 th Intensitas CH Satuan :
mm/jam 3 2 m /det/km l/det/ha
Terjadi 1x dlm 5 th
10 th
Terjadi 1x dlm 2 th
5 th
Terjadi 1x dlm 1 th
2 th 1 th
30
60 menit durasi hujan (t)
B. Jika yang tersedia data hujan harian atau tahunan Rumus yang digunakan :
Rumus MONONOBE 2
120 menit
Petunjuk Perencanaan Drainase
3. Lakukan perhitungan waktu konsentrasi (tc) untuk masing – masing sub DAS. 4. Lakukan perhitungan dengan cara yang sama untuk masing – masing periode ulang. Ket : Untuk rumus MONONOBE dicari terlebih dahulu waktu konsentrasinya (tc).
11. Debit Rencana
Debit banjir rencana dapat ditentukan melalui berbagai metode, salah satu metode yang sering digunakan adalah metode rasional dengan rumus: Q = 0,002778.C . I . A
Dimana : 3
Q = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun (m /det) A = luas daerah tangkap hujan (ha) I
= Intensitas curah hujan untuk durasi hujan t ( mm/jam)
C = Koefisien Aliran permukaan (0
Tentukan nilai C, jika DAS terdiri dari bermacam – macam penggunaan lahan, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS dengan
Petunjuk Perencanaan Drainase
3.4 Data
Kedalaman curah hujan jangka pendek di pos penakar hujan terdekat dengan lokasi Perumahan …………………………..sebagai berikut: No
Tahun
1
Durasi (menit)
1 hr
2 hr
68
76
-
112
71
100
-
86
98
116
124
137
80
92
89
79
-
125
70
75
105
95
119
124
-
38
54
66
75
114
102
135
-
49
42
45
67
77
125
124
112
130
22
42
56
-
52
96
98
95
126
154
29
42
44
30
42
98
53
88
156
166
256
16
34
36
41
59
48
65
88
99
124
145
172
1970
15
18
28
40
43
46
74
128
78
156
133
198
12
1971
11
23
35
29
55
45
55
86
122
185
158
182
13
1972
17
21
32
38
48
51
56
75
125
95
142
163
14
1973
19
25
22
39
52
50
60
70
97
96
94
142
15
1974
21
28
29
43
45
53
61
85
95
174
188
248
16
1976
20
26
31
42
41
42
72
113
89
130
173
227
17
1977
27
27
30
45
35
48
69
55
138
145
169
195
5
10
15
30
45
60
120
180
360
720
1960
22
25
30
48
52
53
56
63
64
2
1961
18
22
32
50
29
54
45
85
3
1962
16
26
35
42
48
47
60
4
1963
18
23
26
59
45
56
5
1964
19
24
36
43
49
6
1965
20
30
40
41
7
1966
27
28
17
8
1967
21
35
9
1968
14
10
1969
11
Petunjuk Perencanaan Drainase
3.5 Pembahasan Analisa Hidrologi
1. Pengisian data kosong (jika ada data kosong); 2. Pengecekan kualitas data (untuk data curah hujan tahunan); 3. Menentukan tebal hujan rata-rata DAS; 4. Hitung intensitas hujannya pada lokasi rencana anda. (Tuangkan dalam bentuk tabel)
Contoh untuk durasi 5 menit No
Tahun
Durasi (menit) 5
1
1960
2
1961
3
1962
4
1963
5
1964
6
1965
.
.
dst
dst
.
.
29
1989
10
15
30
45
60
120
180
360
720
1
2
hr
hr
Petunjuk Perencanaan Drainase
5. Analisis Frekwensi. Cari standart deviasinya dengan metode yang sesuai data anda untuk masing-masing durasi hujan. No
Tahun
1
1960
2
1961
3
1962
4
1963
5
1964
6
1965
7
1966
8
1967
9
1968
10
1969
.
.
dst
dst
.
.
26
1986
27
1987
X1
(X1-Xrata-rata)
(X1-Xrata-rata)
2
Petunjuk Perencanaan Drainase
6. Hitung dan tabelkan harga-harga intensitas hujan untuk berbagai durasi dan periode ulang. 7. Hitung harga tiap-tiap suku untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam rumus intensitas hujan 8. Bandingkan kecocokan masing-masing rumus intensitas hujan tersebut dan cari rumus yang paling sesuai. 9. Hitung curah hujan rancangan kala ulang 1; 2; 5; 10 tahun (sesuai dengan pembagian saluran pada site plan anda); 10. Gambarkan dalam grafik hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan untuk berbagai periode ulang dari metode yang paling sesuai. 11. Hitung debit rencana untuk masing-masing saluran dan tabelkan.
Petunjuk Perencanaan Drainase
Table perhitungan debit rencana untuk masing-masing saluran dari data hujan yang tersedia No
Daerah
Luasan
Koefisien
Kemiringan
panjang
panjang
Koef.
Kecepatan
Waktu
Intensitas
Debit
aliran
DAS
aliran, C
lahan, S
lahan, L
saluran
Manning,
aliran dalam
konsentrasi,
hujan, I
rencana
(m)
drainasi,
n
saluran , V
tc (menit)
(mm/jam)
(m3/det)
A (ha)
Ls (m)
(m/det )
12. Buatlah skema hasil perhitungan debit untuk DAS yang terdiri dari beberapa sub area.
30
Petunjuk Perencanaan Drainase
BAB
ASPEK HIDROLIKA
4 4.1 Landasan Teori
Analisis hidraulika dalam teknik drainasi terutama diarahkan pada penentuan kapasitas saluran drainasi (kemampuannya) dalam menerima beban drainasi (limpasan air akibat terjadinya hujan) pada suatu daerah tangkap hujan. Analisis yang dilakukan akan meliputi :
Penentuan atau pemilihan bentuk saluran drainasi (terbuka, tertutup atau pipa)
Penentuan batas kecepatan aliran rata – rata pada saluran
Penentuan besarnya kemiringan dasar saluran drainasi
Penentuan besarnya koefisien kekasaran dinding saluran
Penentuan besarnya dimensi saluran yang dapat menampung beban drainasi
Besarnya kriteria (ketentuan) yang digunakan dalam analisis hidraulika : a. Kecepatan aliran
Petunjuk Perencanaan Drainase
Jenis material dinding saluran
Batas kecepatan aliran (m/det) Min Max
Beton Aspal Pasangan batu pecah dan batu bata Campuran kerikil dan lempung Campuran pasir kasar, kerikil dan tanah Campuran pasir halus dan tanah lumpur
0.6 0.6 0.6 0.6 0.3 0.1
3 1.5 1.8 1.0 0.6 0.2
b. Kemiringan dasar saluran Penentuan
kemiringan
dasar
saluran
diusahakan
mengikuti
kemiringan permukaan tanah (kontur tanah) di daerah rencana. Apabila kemiringan terlalu terjal maka harus dibuat konstruksi pemecah gaya terjun (bangunan terjun) pada tempat – tempat tertentu yang memungkinkan, sehingga dinding dan dasar saluran tidak cepat rusak.
Petunjuk Perencanaan Drainase
d. Dimensi saluran drainasi (Debit Saluran) Untuk menentukan dimensi saluran drainasi digunakan rumus umum, yaitu : Q=A.V=A.
1 2 3 12 R S n
Dimana : 3
Q = Debit aliran dalam saluran (m /det) 2
A = Penampang basah saluran (m ) V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det) Rumus tersebut kemudian berkembang sesuai dengan penggunaan koefisien kekasaran dindingnya. UNTUK MANNING : V=
1 2 3 12 R S n
Dimana : V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det) n
= Koefisien kekasaran dinding saluran (Manning)
S
= Kemiringan dasar saluran (% = m/det)
R
A
Petunjuk Perencanaan Drainase
4.2 Pemilihan Bentuk Saluran Ekonomis
Persamaan
–
persamaan
yang
digunakan
untuk
perhitungan
penampang saluran berbentuk trapesium yang ekonomis dirumuskan sebagai berikut : h 3−
2
B = 2h 3 −
4
P=
8 3
3
3
h 3 = 2h 3
h 3=
2 3
h 3
1 ⎛ 2 ⎞ 2 A = ⎜ h 3 + h 3 ⎟ h = h 3 3 ⎝ 3 ⎠ Luas penampang melintang (A); keliling basah (P); Saluran dengan penampang melintang yang berbentuk trapesium dengan lebar dasar (B); kedalaman aliran (h); dan kemiringan dinding l : m. Penampang trapesium yang paling efisien jika kemiringan dindingnya, m=
1 3
o
atau ө = 60 . Penurunan rumus untuk mencari tinggi air, h:
1 2 1 V = R 3 S 2 n
R =
A P
=
h2 3
2h 3
=
h
2
Petunjuk Perencanaan Drainase
Jadi :
⎡ ⎤ Q h=⎢ −1 − 2 / 3 1 / 2 ⎥ ⎣ ( 3.n .2 .S )⎦
0.375
Tinggi jagaan (F) = 25% . h Maka, tinggi saluran (H) = h + F = h + 25%. h = 125/100. h
(m)
4.3 Bangunan Air Gorong – Gorong (Culvert)
Bangunan gorong – gorong dimaksudkan untuk meneruskan aliran air buangan yang melintas di bawah jalan raya. Dalam merencanakan gorong – gorong perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah pengaliran secara efisien.
Kemiringan dasar gorong – gorong dibuat lebih besar dari saluran pembuangannya, dimaksudkan agar dapat menggelontorkan sediment.
Keadaan aliran pada gorong – gorong. Dikenal ada 2 keadaan aliran gorong – gorong yakni :
Petunjuk Perencanaan Drainase
D
= Tinggi gorong – gorong (m)
Q
= Debit air maksimum (m /dtk)
H
= Elevasi muka air di hulu gorong – gorong dikurangi elevasi
3
dasar gorong – gorong. Asumsi : o
Dimisalkan kecepatan air dalam gorong – gorong diambil 1,5 m/dtk dengan dinding gorong – gorong dari beton.
o
Ketebalan tanah penutup di atas gorong – gorong minimm 0,6 m diambil 0,8 m.
o
Elevasi muka air hulu 1m di bawah muka jalan.
o
Lebar jalan lingkungan tergantung pada site plan anda.
Kebutuhan gorong – gorong = x x. (B.h) = Q/V
x=
Q V ( B.h)
Cek kecepatan : V=
Q
syarat : V hitungan < V asumsi (1,5 m/dtk)
Petunjuk Perencanaan Drainase
H
= Elevasi muka air di hulu gorong – gorong dikurangi elevasi dasar gorong – gorong.
2. Kendali outlet Pada gorong – gorong bertekanan, tinggi tekan air ditentukan dengan menggunakan persamaan energi antara hulu dan hilir : Zu +
Vu
2
2g
2
= Hf + Zd +
Vd
2g
Dimana : Zu
= elevasi muka air hulu (upstream) diukur dari datum.
Zd
= elevasi muka air hilir (downstream) diukur dari datum.
Hf
= total kehilangan energi antara hulu dan hilir gorong –gorong. Kehilangan tinggi tekan melalui gorong – gorong adalah jumlah
kehilangan pada inlet, sepanjang gorong – gorong dan pada outlet. Diasumsikan kehilangan inlet dan outlet disini adalah sebesar 0,2 dan 0,1. Rumus umum :