Tugas Kimia Analisis Instrumen 1. Metode Adisi Standar Ketika menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui bahwa perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel maupun didalam larutan standar. Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva kalibrasi, yaitu: 1. Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan respon/konsentrasi, tetapi faktor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan (slope) kurva kalibrasi. 2. Faktor yang tampak pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang pengukuran. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap slope kurva kalibrasi. Jika perbandingan respon/konsentrasi antara sampel dan larutan standar tidak sama, misalnya disebabkan oleh matrik atau komposisi yang berbeda antara sample dan standar, maka penggunakaan kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi sampel akan memberikan hasil yang tidak akurat. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan metode adisi standar. Dengan menggunakan metode ini, kedalam sejumlah sampel ditambahkan larutan standar (konsentrasi diketahui dengan pasti) dengan volume yang bervariasi. Kemudian diencerkan hingga volumenya sama. Dengan demikian maka baik matrik sampel maupun matrik standar adalah sama. Yang berbeda hanyalah konsentrasi standar yang ditambahkan pada sampel. Untuk lebih mudahnya, persiapan sampel dapat dilakukan seperti dalam Tabel 11. 1(misal konsentrasi larutan standar adalah 10 unit). Kurva adisi standar dari Tabel 11.1 dapat dilihat pada Gambar 11.8. Pada gambar tersebut, sumbu X adalah konsentrasi standar yang ditambahkan setelah pengenceran sampai 50.0 mL. Intersep yang diplotkan pada sumbu X merupakan nilai mutlak Tabel 11.1. Preparasi larutan sampel untuk adisi standar.
yang menunjukkan konsentrasi analit dalam sample setelah pengenceran sampai 50 mL, yaitu 1.3 unit. Dengan demikian konsentrasi sample sebelum diencerkan adalah sebesar 2.6 unit (1.3 unit x 50.0/25.0).
Gambar 11.8. Kurva adisi standar
Sensitivitas dan Limit Deteksi Limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi terkecil yang berbeda dari blangko yang secara statistik dapat dideteksi. LOD ini dihitung berdasarkan dua kali standar deviasi dari pengukuran sedikitnya 10 kali larutan blangko. Limit deteksi juga memberikan petunjuk kestabilan sistem intrumentasi secara menyeluruh, dimana LOD ini akan berbeda-beda untuk intrumentasi yang satu dengan lainnya. Bahkan LOD dari satu intrumentasi dapat berbeda dari hari ke hari. Karakteristik konsentrasi (sering juga disebut sebagai sensitivitas) untuk 1% absorpsi adalah konsentrasi dari suatu elemen yang memberikan pembacaan 0.0044 unit absorban. Karakteritik konsentrasi tergantung pada beberapa faktor misalnya efisiensi atomisasi, efisiensi nyala, dan noise. Gambar11.9 meng-ilustrasi-kan perbedaan antara sensitivitas dan limit deteksi. Gambar11.9A maupun 11.9B memiliki sensitivitas yang sama, akan tetapi limit deteksi B lebih baik di bandingkan A.
Gambar 11.9. Perbedaan antara sensitivitas dan limit deteksi
2. Persamaan Regresi antara Larutan Standar dan C (konsentrasi) Ca Absorbansi 0,08 0,14 0,246 0,283
Konsentrasi 2 ppm 4 ppm 8 ppm 10 ppm
Hubungan Antara Absorbansi Larutan Standar Ca terhadap Konsentrasi Ca 12 y = 38,854x - 1,2755 R² = 0,9947
10
i s n a b r o s b A
8 6
Series1
4
Linear (Series1)
2 0 0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
Konsentrasi Ca
Persamaan regresi antara larutan standar Ca dan Konsentrasi Ca adalah 2 dengan R = 0,9947 atau R = 0,9974