GMNI: Arti, Sejarah, Peran, dan Tantangan Disampaikan pada PPAB GMNI Komisariat Jenderal Sudirman STAIN Kediri, Sabtu, 3 November 2012.
Ditulis oleh: Kaum Marhaen Pengantar Hampir setiap permasalahan yang terjadi di dalam negeri kita baik pada sektor sosial, ekonomi, maupun politik senantiasa berkaitan dengan konstelasi global yang ada. Imperialisme dan kolonialisme atas negeri kita sejak awal abad ke-19 adalah dampak daripada Revolusi Industri di Inggris yang melahirkan peradaban baru dalam sistem perekonomian dunia. Sebuah sistem perekonomian yang mengharuskan negara-negara maju untuk selalu mengeksploitasi sumber daya alam sebanyak-banyaknya dari berbagai belahan dunia sebagai bahan baku industri sekaligus mencari pasar baru sebagai akibat dari akumulasi barang dan modal yang terjadi di negerinya. Revolusi Bolshevik di Uni Soviet pada tahun 1917 juga telah mengilhami pemberontakan Partai Komunis Hindia Belanda pada tahun 1926. Sejak saat itulah banyak tokoh Indonesia yang belajar dan melakukan komunikasi intensif dengan Uni Soviet. Penerapan kebijakan politik etis Belanda di Indonesia juga telah mengakibatkan munculnya intelektual-intelektual muda di Indonesia yang bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran ala barat, yang kemudian mengakibatkan terjadinya pertarungan ide dan gagasan antara tokoh-tokoh pendiri Republik tentang konsep kemerdekaan, kenegaraan, kebangsaan, demokrasi, dan lain-lain pada awal masa sebelum kemerdekaan bangsa kita. Terjadinya resesi ekonomi di negara-negara kapitalis pada tahun 1930-an menyebabkan meletusnya konflik antar mereka dalam memperebutkan wilayah negara jajahan. Pada saat negara-negara besar terbelah menjadi blok Axis dan blok Sekutu, di saat itulah Amerika Serikat menyusun konsep sosiologi untuk membuat rekayasa sosial guna diterapkan di negara jajahan mereka. Teori yang digunakan adalah strukturalisme fungsional dari Talcott Parsons. Pada era 1940-an muncul fenomena kemerdekaan negara negara jajahan di dunia termasuk Indonesia yang merdeka pada tahun 1945. Untuk mengendalikan negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tahun 1944 dalam pertemuan Bretton Woods dibentuklah PBB, World Bank, IBRD, IMF, dan GATT. Proses ini memicu pertumbuhan perusahaan-perusahaan raksasa lintas negara dan antar bangsa yang biasa disebut dengan MNC (Multi National Coorporation). Maka dimulailah penjajahan model baru dari penjajahan konvensional ala militer kepada model penjajahan modern ala ekonomi. Strategi yang diterapkan oleh negara-negara kapitalis adalah dengan menerapkan ideologi developmentalisme dan konsep ekonomi pertumbuhan dari W.W. Rastow di negara-negara berkembang. Sistem kapitalisme inilah yang menyebabkan kemelaratan bangsa Indonesia secara terus menerus. Untuk itulah demi menjawab persoalan di atas lahirlah dari rahim ibu pertiwi organisasi kader pejuang bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Dengan berasaskan Marhaenisme ajaran Bung Karno GMNI siap menjebol pengaruh kapitalisme global di Indonesia sampai ke akar-akarnya, dan membangun tatanan baru demi terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
1
Pengertian Dasar GMNI Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi Kader dan Organisasi Perjuangan yang bertujuan untuk mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945 (Anggaran Dasar GMNI 3:1) dengan berlandaskan pada pada
marhaenisme
ajaran Soekarno
sebagai azas perjuangan.
1
Di kutip dari situs resmi GMNI. http://gmni.co.id
1
GMNI adalah organisasi mahasiswa yang tidak memiliki keterkaitan dengan organisasiorganisasi di dalam kampus, seperti BEM, DEMA, UKM, dan organisasi intra kampus lain. Oleh karena itu, GMNI disebut sebagai Organisasi mahasiswa ekstra kampus (omek). Kata Nasional yang tercantum dalam nama GMNI mengindikasikan bahwa organisasi ini bukan organisasi sekte, namun organisasi yang bersifat universal, diperuntukkan kepada seluruh
mahasiswa
Indonesia tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, atau aliran-aliran tertentu. Semangat nasioalisme dan patriotisme yang di junjung tinggi dalam kerangka ke-bineka-an indonesia menjadi ciri utama dari GMNI yang tidak dimiliki oleh organisasi lain pada level kampus, seperti HMI, PMII, KAMMI, PMKRI, dan lain sebagainya
yang mengatas namakan
golongan atau aliran tertentu. Sejak organisasi ini didirikan, GMNI tetap konsisten pada nafas 2
perjuangan nya hingga kini, m eski dalam perjalanan nya banyak me nghadapi tantangan.
GMNI melaksanakan tujuan organisasi dengan semangat gotong royong melalui usahausaha yang tidak bertentangan dengan azas perjuangan GMNI. Dalam menyelenggarakan usahausahanya, organisasi ini senantiasa memperhatikan kesatuan, persatuan dan keutuhan organisasi. Anggota GMNI adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menerima dan menyetujui azas, tujuan, sifat, motto dan usaha organisasi serta memenuhi dan menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan pada pasal 6 ayat (1) dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Anggota-anggotanya dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik organisasi, dilarang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pertentangan dan perpecahan dalam tubuh organisasi serta tindakan lainya yang menyimpang dari kebijakan organisasi, dilarang menyebar luaskan paham, isu serta fitnah yang dapat menimbulkan permusuhan diantara anggota dan masyarakat pada umumnya. Larangan tersebut berlaku bagi seluruh anggota tanpa membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi. Pengertian dasar ini adalah deskripsi sederhana dari GMNI, pemahaman lengkap dan mekanisme organisasi dapat di lihat pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga (AD ART) GMNI.
Sejarah Berdirinya GMNI GMNI yang lahir dari ruh Marhaenisme ajaran Bung Karno, telah menjadi bagian penting dalam sejarah pergerakan mahasiswa Indonesia. Organisasi ini terbentuk pada tanggal 23 Maret 1954 dalam Kongres ke-I di Surabaya. Sehingga diputuskan bahwa organisasi yang telah difusikan dari tiga organisasi Mahasiswa berhalu an Nasionalis diberi nama “Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia”. Meskipun organisasi ini berangkat dari kalangan pelajar salah satu ormas
terbesar di Indonesia, tetapi yang melatarbelakangi terbentuknya organisasi ini adalah kondisi politik Indonesia pada era 60-an yang mengharuskan mahasiswa untuk turut andil dalam dunia perpolitikan Indonesia. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan yang berasaskan sama yakni Marhaenisme ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah: Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta Proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa mulai tampak, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.
2
Banyak tantangan yang dihadapi selama GMNI berproses hingga kini, salah satunya adalah konflik dualisme kepemimpinan dan ide yang berlarut-larut, hingga berakhir pada penyatuan kembali di Kongres Persatuan Pangkal Pinang 2006.
2
Dalam satu rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk mempersatukan ketiga organisasi yang se-asas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat sambutan positif. Setelah melalui serangkaian pertemuan penjajagan, maka pada Rapat Bersama antar ketiga Pimpinan Organisasi Mahasiswa tadi, yang diselenggarakan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai sejumlah kesepakatan antara lain: 1. Ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi 2. Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) 3. Asas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) adalah Marhaenisme ajaran Bung Karno 4. Sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), Dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo, 2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo) Akhirnya, dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI.
Azas dan cita-cita perjuangan Dasar perjuangan GMNI adalah Marhaenisme. Marhaenisme inilah yang hingga kini menjadi azas perjuangan GMNI. Marhaenisme adalah ideologi yang di gagas oleh Ir. Soekarno berisi tiga ajaran pokok yaitu Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembahasan secara tuntas mengenai marhaenisme sulit dilakukan jika hanya dalam momen pengenalan sekelas PPAB, karena sebagai sebuah ideologi, memahami marhaenisme setidaknya membutuhkan perangkat pengetahuan lain seperti filsafat pemikiran dan pemahaman tentang ideologi. Secara sederhana, Marhaenisme bertujuan untuk mengangkat derajat golongan kecil yang dalam istilah Soekarno disebut kaum Marhaen dengan tiga konsep dasar diatas; sosio nasionalisme, sosio demokrasi, dan ketuhanan yang maha esa. Sosio Nasionalisme adalah satu asas kehidupan rakyat Indonesia yang berdasarkan pada nilai-nilai semangat kebangsaan Indonesia. Nasionalisme Indonesia muncul dan tumbuh dalam sejarah ketertindasan bangsa oleh kapitalisme dan imperialisme. Oleh karena itu nilai-nilai yang dianut oleh nasionalisme Indonesia adalah nilai-nilai kebangsaan yang menginginkan penegakan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, zonder exploitation de lhomme par lhomme dan zonder exploitation de nation par nation, dan bersifat melindungi serta menyelamatkan kehidupan
seluruh Rakyat Indonesia. Sosio-Nasionalisme adalah ide yang dijadikan sebagai asas pergaulan hidup bangsa yang dilandasi oleh semangat cinta terhadap manusia dan kemanusiaan, sebuah susunan masyarakat yang tidak chauvist melainkan humanis, tegas dan revolusioner terhadap segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh feodalisme, kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme sebagai sebuah kesadaran dan keharusan sejarah (historische notwendeigheit). Sosio Demokrasi adalah asas kehidupan Rakyat Indonesia yang memiliki 2 (dua) makna demokrasi yaitu demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik adalah sistem kehidupan politik ketata-negaraan Indonesia yang memberikan keadilan kepada seluruh rakyat Indonesia, dan tidak mengabdi pada segolongan masyarakat. Demokrasi politik Indonesia adalah demokrasi yang memberikan hak penuh kepada seluruh rakyat Indonesia sebagai entitas merdeka untuk mengartikulasikan seluruh kemerdekaan politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi politik Indonesia mengedepankan nilai-nilai solidaritas kebangsaan daripada kepentingan individu, kelompok maupun golongan. Demokrasi ekonomi adalah 3
bangunan sistem perekonomian nasional yang berpijak pada pondasi nilai-nilai ideologi, dimana manusia Indonesia menjadi sebuah kedirian (entity) bebas yang hak dan kewajibannya diletakkan di dalam suatu kepentingan bersama. Setiap warga negara berhak memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan bebas berusaha demi perkembangan kemanusiaanya (pasal 27 UUD 1945). Namun demikian, negara juga menjamin bahwa setiap cabang produksi dan kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak akan dikuasai (dikelola) oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (pasal 33 UUD 1945). Dasar penyusunan perekonomian nasional juga harus didasarkan pada upaya mewujudkan nilai-nilai (asas) kekeluargaan, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk ekonomi koperasi sebagai badan hukum (recht persoon) utama dalam perekonomian nasional. Sebab koperasi adalah sebuah badan hukum yang mampu mengintegrasikan sistem kepemilikan privat dalam naungan kebersamaan. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah asas kehidupan Rakyat Indonesia yang ber-Ketuhanan. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah nilai-nilai yang menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara seluruh Rakyat Indonesia karena setiap nilai-nilai Ketuhanan (agama) akan mengajarkan kepada rakyat tentang hakekat kemanusiaan dan budi nurani manusia Indonesia. Nilai-nilai Ketuhanan tersebut diletakkan dalam Ketuhanan yang berkebudayaan, yang meletakkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan cara saling hormat-menghormati sesama pemeluk agama.
Konsepsi tentang Ketuhanan ini sekaligus menjadi penyanggah anggapan
bahwa sebagai organisasi Nasionalis, GMNI tidak mengedepankan nilai-nilai religiusitas, spiritualitas, dan keberagamaan.
Attribut Organisasi Sebagai satu organisasi GMNI mempunyai sejumlah Atribut Organisasi, yang berfungsi sebagai: 1. Alat untuk membangkitkan semangat Korps dan sekaligus sebagai alat untuk menggambarkan Nilai-Nilai Dasar yang terkandung dalam Doktrin P erjuangan GMNI. 2. Sarana untuk mengenalkan diri kepada pihak lain. Atribut GMNI terdiri dari: 1. Panji/bendera GMNI 2. Lambang/Simbol GMNI 3. Logo GMNI 4. Jaket GMNI 5. Peci GMNI 6. Mars GMNI 7. Hymne GMNI 8. Motto GMNI Panji/bendera GMNI Panji/Bendera GMNI berbentuk empat persegi, dengan komposisi warna MERAH – PUTIH – MERAH, tegak vertikal, perbandingan tiap warna masing-masing 1/3 (satu per tiga) dari panjang Panji/Bendera. Lambang/Simbol GMNI Lambang GMNI berbentuk Perisai bersudut enam, atau tiga su dut diatas, dan tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang Merah mengapit bidang Putih, tegak vertikal. Di tengah perisai terdapat lukisan Bintang Merah dengan Kepala Banteng Hitam sebagai pusat. Dibawah Bintang terdapat logo GMNI. Makna yang terkandung dalam lambang antara lain: 1. Tiga Sudut atas Perisai melambangkan Marhaenisme 2. Tiga Sudut bawah Perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan Tinggi 3. Warna Merah berarti Berani, warna Putih be rarti suci. 4. Makna komposisi: Keberanian dalam menegakkan Kesucian. 5. Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi. 6. Kepala Banteng melambangkan Potensi rakyat Marhaen. 4
7. Warna Hitam melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas perjuangan. Logo GMNI Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf “G”, “M”, “N”, “I” dengan komposisi sebagai berikut: 1. Huruf “G” yaitu kependekan dari kata “GERAKAN” ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar) 2. Huruf “M” yaitu kependekan dari kata “MAHASISWA” ditulis dalam huruf kecil. 3. Huruf “N” yaitu kependekan dari kata “NASIONAL” ditulis dalam huruf kecil. 4. Huruf “I” yaitu kependekan dari kata “INDONESIA” ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar) Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan INDONESIA merupakan elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh organisasi GMNI, sementara aspek MAHASISWA dan NASIONAL hanya menunjukkan predikat yang mempertegas keberadaan organisasi GMNI. Jaket GMNI Jaket GMNI berwarna MERAH DARAH, dengan model “Sukarno Look”. Pada kantong kiri depan terpasang Lambang GMNI, dan diatas kantong kanan depan terpasang identitas lokasi. Kelengkapan lainnya seperti tanda jabatan, dan lain-lain dipasang sesuai ketentuan organisasi. Peci GMNI Peci GMNI berwarna HITAM dengan Strip merah di tengahnya, tutup atas juga berwarna merah, pada bagian depan sebelah kiri dipasang lencana (pin) GMNI. Mars GMNI Mars GMNI adalah modifikasi dari lagu “Marhaen Bersatu”, dengan syair yang disesuaikan dengan identitas GMNI. Syair lagu tersebut adalah sebagai berikut: Mahasiswa Indonesia Bersatulah Segera Di dalam satu barisan anti kemiskinan dalam satu barisan serasa sama bahagia Berjuang secara dinamis di dalam Front Marhaenis Reff. Bersama buruh tani, bersama GMNI Abdi rakyat sejati Bersatulah segera Mahasiswa Indonesia
Hymne GMNI Kami pemuda Indonesia, putra-putri sang fajar Merah warna darahku, putih warna tulangku bersih jernih jiwa kita Kami mahasiswa Indonesia, cinta rakyat merdeka siap rela berkorban sepenuh jiwa raga demi nusa dan bangsa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Pejuang Pemikir yang tetap setia Mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya GMNI.., GMNI.., Jaya…!
Motto Motto GMNI adalah “PEJUANG PEMIKIR – PEMIKIR PEJUANG”
5
Struktur Organisasi Sesuai dengan AD ART, struktur
dan hierarki keorganisasian GMNI terdiri atas (dari yang
terendah hingga yang tertinggi): 1. Pengurus Komisariat, di pimpin oleh ketua komisariat atau Komisaris 2. Dewan Pimpinan Cabang di pimin oleh Ketua Cabang 3. Kordinator Daerah (KORDA), di pimpin oleh ketua Korda 4. Presidium, di pimpin oleh ketua presidium
Peran dan Tantangan GMNI Peran : 1. Organisasi Kader, 2. Organisasi perjuangan -Tujuan: Sosialisme Indonesia, pancasila juni 1945 dan UUD 1945 -Trisakti bungkarno; Berdikari ekonomi, berdaulat politik, dan berkepribadian kebudayaan. 3. Organisasi massa -Bagian dari infrastuktur sistem politik indonesia, menjadi penyeimbang dalam mengawal demokrasi dan pemerintahan dengan berbagai bentuk, seperti kritik, pengawalan, demonstrasi, dll.
Tantangan: 1. Musuh-musuh GMNI sekaligus musuh Negara; Neo Liberalisme, Neo Imperialisme, Feodalisme, dan kekuatan Kontra revolusi. 2. Eksistensi Gerakan Mahasiswa yang semakin tidak populer di kalangan Mahasiswa. 3. ....... (golek i dewe, wes ngantuk).
6
Indeks.
Berbincang tetang gmni, maka tidak akan pernah lepas dari berbincang soal kebagsaan dan sejarah bangsa.
7