MAKALAH KE-ISMAFARSI-AN LATIHAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA DAN MENEJEMEN FARMASI TINGKAT 1
Oleh
:
Nurul Maharani Putri NIM : 3920187181434
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR PUTRI MANTINGAN
MANTINGAN 2018/1440
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izinNya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa saya kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya. Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalahmakalah selanjutnya.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI KATAPENGANTAR ……………………………………………………….
2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...
3
BAB. 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….
4
1.1.LATAR BELAKANG..……………………………………………...
4
1.2.RUMUSAN MASALAH..…………………………………………...
4
1.3.TUJUAN .…………………………………………………………….
4
1.4.MANFAAT…………………………………………………………...
5
BAB. 2 PEMBAHASAN..………………………………………………….... 6 A. SEJARAH ISMAFARSI…..………………………………………...
6
B. TUJUAN ISMAFARSI ..……………………………………………. 7 C. VISI DAN MISI ISMAFARSI………………………………………. 7 a. Misi ISMAFARSI ..…………………………………………….... 7 b. Visi ISMAFARSI …..……………………………………………. 8 D. STRUKTUR KEPENGURUSAN ISMAFARSI……………………. 8 E. PERANAN ISMAFARSI BAGI INDONESIA .…………………… 9 F. BENTUK KEGIATAN ISMAFARSI ……………………………… 13 G. RUANG LINGKUP FARMASI…………………………………….. 13 a. Bidang Industri ..………………………………………………… 13 b. Bidang Klinis/Rumah Sakit…………………………………….... 14 c. Bidang Pemerintahan …..……………………………………….. 14 d. Bidang Penanganan, Pengawasan Narkotika-Psikotropika…... 15 e. Bidang Pengawasan Obat Dan Makanan …..………………….
16
f. Bidang Akademik ………………………….……………………
16
H. 9 STARS PHAMACIST………………………..……………………
17
BAB. 3 PENUTUP ..…………………………………………………………. 20 A. KESIMPULAN ..…………………………………………………….. 20 B. SARAN ..……………………………………………………………… 20 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 21
3
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) adalah organisasi mahasiswa yang terdiri dari lembaga-lembaga kemahasiswaan dari institusi farmasi di Indonesia dan merupakan organisasi intra universitas yang berbasis keprofesian, bertujuan untuk menyatukan opini dan ajang silaturahmi mahasiswa farmasi. Semenjak pertama kali dibentuk pada tahun 1955, kini ISMAFARSI beranggotakan lebih dari 60 institusi farmasi di seluruh nusantara. Akibat adanya kebijaksanaan pemerintah tentang penataan kembali kehidupan kampus, dalam Instruksi Dirjen Dikti Nomor : 002 / Int / Dj / 1978, SK Mendikbud Nomor: 0230 / J / 1979, dan dengan adanya peraturan pemerintah Nomor : 5 tahun 1980, organisasi yang semula bernama Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (MAFARSI) yang telah didirikan pada tangal 22 Desember 1955 di Kaliurang Yogyakarta, mulai beralih nama menjadi Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang disahkan tepat pada tanggal 10 -19 Oktober di BukitTinggi. Di bentuknya organisasi ini didasari akan pentingnya mahasiswa farmasi Indonesia untuk menjalin komunikasi dalam memecahkan permasalahan yang ada di ruang lingkup kefarmasian.1
1.2. RUMUSAN MASALAH
Sampai sejauh ini seperti apa sejarah berdirinya ISMAFARSI?
Seperti apa tujuan, visi, dan misi ISMAFARSI?
Bagaimana peran ISMAFARSI dalam kesehatan Indonesia?
Seperti apa ISMAFARSI di indonesis?
1.3. TUJUAN
1
Anita Binti Akhmad, Ismafarsi Indonesia, (Jember: 2012, Universitas Jember), hlm. 3.
4
Menjadi sumber informasi bagi para pembaca disamping penyelesaian makalah ini untuk syarat kelulusan Latihan Kepemimpinan dan Menejemen Mahasiswa Tingkat 1 (LKMMF 1).
1.4. MANFAAT Mengetahui sejarah ISMAFARSI bagi kewajiban mahasiswa farmasi agar mencapai tujuan yang imbang dalam dunia profesi di masa depan. Paham dalam arah visi dan misi diadakannya organisasi ISMAFARSI. Mengerti bentuk ISMAFARSI hingga dapat optimal menjalankan jiwa farmasi. Bisa menjalankan kaderisasi untuk mengaktifkan organisasi.
5
BAB. 2 PEMBAHASAN
A. SEJARAH ISMAFARSI Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang lebih awal dikenal dengan nama MAFARSI merupakan organisasi yang didirikan pada tanggal 22 Desember 1955, di Kaliurang – Yogyakarta. Kelahiran organisasi ini dilandasi oleh kesadaran bahwa mahasiswa farmasi Indonesia perlu menjalin komunikasi
untuk
memecahkan
permasalahan
yang
ada.
Ide
awal
pembentukannya oleh mahasiswa farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pada saat itu kebetulan mempunyai masalah yang sama (farmasi UGM pada tahun 50-an merupakan bagian dari Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi, sedangkan Farmasi ITB yang terbagi atas jurusan riset dan jurusan apoteker, merupakan bagian dari Fakultas Teknik). Hal tersebutlah yang kemudian dianggap menimbulkan berbagai masalah. Mahasiswa farmasi UGM maupun ITB akhirnya sepakat untuk mendirikan MAFARSI yang saat itu merupakan suatu organisasi mahasiswa intra universitas profesional pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia. Terpilih sebagai ketua adalah Purnomo Singgih (UGM) dan Midian Sirait (ITB). sedangkan tokohtokoh mahasiswa lainnya yang ikut terlibat diantaranya adalah Marisi P Sihombing, Sunarto Prawirosujanto, Djasman, Sulastomo, Sardjoko dan lain-lain. Pada masa awal berdirinya, kegiatan MAFARSI berkisar pada perjuangan untuk menyempurnakan kurikulum disamping kegiatan rutin kemahasiswaan seperti diskusi, simposium, pengadaan diktat, dan lain-lain. Tetapi pada tahap berikutnya, MAFARSI dipercaya terlibat dalam penyusunan UU Pokok Kesehatan dan UU Pokok Farmasi. Tahun 1970, MAFARSI kembali mengadakan kongres dan memilih Ilham Indradjaja sebagai Sekretaris Jenderal. Kemudian pada periode ini kenggotaan MAFARSI merupakan Lembaga Kemahasiswaan di tiap Institut pendidikan farmasi, tidak lagi bersifat personal / perseorangan. Pada tanggal 10-19 Oktober di Bukittinggi tercatat peristiwa penting Organisasi MAFARSI dengan pergantian nama menjadi ISMAFARSI. Hal ini sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah tentang penataan kembali kehidupan
6
kampus, yaitu melalui Instruksi Dirjen Dikti Nomor: 002/Int/Dj/1978, SK Mendikbud Nomor: 0230/J/1979, dan Peraturan Pemerintah Nomor: 5 tahun 1980. Dalam kongres terakhir MAFARSI atau Munas (Musyawarah Nasional) I ISMAFARSI terpilih Tjeptjep Syaifulrahman sebagai Sekretaris Jenderal.2
B. TUJUAN ISMAFARSI ISMAFARSI ini dibentuk bukan hanya sekedar organisasi yang berjalan tanpa tujuan. ISMAFARSI dengan tujuan menciptakan mahasiswa yang berfikir kritis dan cerdas. ISMAFARSI turut membentuk kader – kadernya menjadi seorang farmasis yang bertanggung jawab dan beretika profesi serta berkompeten tentunya sangat berpengaruh dalam kemajuan dunia kefarmasian dengan mempunyai sikap bertanggung jawab merupakan sikap dasar untuk segala profesi, apalagi bagi profesi yang beresiko tinggi seperti seorang farmasis. Selain itu, organisasi ini juga menciptakan karakter individu untuk dapat menjadi kader yang mampu melahirkan ide-ide atau konsep pergerakan hingga akhirnya mampu serta berkompeten dalam transfer ilmu pada generasi ISMAFARSI selanjutnya. Mahasiswa ISMAFARSI juga dapat menjadi kader yang berpengaruh di tingkat universitas, wilayah, nasional maupun internasional. Berikut paparan tujuan ISMAFARSI
mewujudkan lembaga eksekutif
mahasiswa secara khususnya dan mahasiswa farmasi pada umumnya yang bertanggung jawab, sadar, dan mampu dalam menjunjung tinggi norma dan etika profesi farmasi.3
C. VISI DAN MISI ISMAFARSI Misi ISMAFARSI : 1. Membina kerjasama mahasiswa farmasi seluruh Indonesia melalui kegiatan kemahasiswaan. 2. Menjalin kerjasama dengan seluruh organisasi profesi dan organisasi mahasiswa kesehatan lainnya. 2
Jefri Efranda, Organization Profile of ISMAFARSI, (Surabaya: 2016, Universitas
Airlangga), hlm. 8. 3
http:// smafarsi.org.
7
3. Memajukan dunia farmasi di Indonesia dalam bidang pendidikan. 4. Berperan aktif dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan pada umumnya dan dibidang farmasi khususnya.
Visi ISMAFARSI : Terwujudnya mahasiswa yang berperan aktif dalam kefarmasian di masyarakat.4
D. STRUKTUR KEPENGURUSAN ISMAFARSI ISMAFARSI merupakan organisasi berbentuk konfederasi. Konfederasi adalah suatu bentuk pemerintahan atau organisasi yang dipimpin oleh secretariat jendral dan di atus oleh konstitusi tertinggi dalam susunan Anggaran Darurat atau Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Dengan istilah yang biasa di kenal “segala sesuatu dari lembaga eksekutif mahasiswa dan untuk lembaga itu sendiri. Berikut bentuk organisasi ISMAFARSI.
Masa jabatan bagi seorang secretariat jendral ISMAFARSI dua tahun. Dan saat ini ISMAFARSI di Indonesia terbagi dalam 8 wilayah, yaitu:
Sumatra 1
Sumatra 2 4
http:// smafarsi.org.
8
Jabodelata
Joglo Sempur
Priangan
Kalimantan
Batara Jatim
Indonesia Timur
E. PERANAN ISMAFARSI DALAM DUNIA KESEHATAN INDONESIA Pekerjaan kefarmasian tidak hanya dilakukan di ruang hampa atau di dalam ruangan, tapi dalam lingkungan kesehatan. Kesehatan adalah suatu konsep luas dimana dapat menjadi suatu kisaran pengertian dari teknis sampai moral dan filosofi. Definisi kesehatan menurut konsep Konstitusi WHO tahun 1946 adalah keadaan sempurna fisik, mental dan social, tidak adanya penyakit atau kelemahan. Setelah beberapa tahun WHO mendiskusikan lagi dan mendefinisikan sebagai berikut, yaitu keadaan dimana seorang individu atau kelompok dapat merealisasikan aspirasinya dengan kebutuhan yang layak dan dapat melakukan perubahan atau mengatasi kesukaran dari lingkungan. Kesehatan merupakan suatu sumber daya yang paling penting dalam kehidupan sehari hari, bukan objek kehidupan dan merupakan suatu konsep positive yang mengutamakan sumber daya personal dan social. Peran seorang farmasis terdapat dalam berbagai sector dunia, keterlibatan seorang farmasis dalam dunia kefarmasian ada dalam dunia riset dan pengembangan, formulasi, manufaktur, jaminan mutu, lisensi, marketing, distribusi, penyimpanan, suplai, penyampaian informasi, yang semuanya telah tercakup dalam pelayanan kefarmasian dan diteruskan kedalam bentuk dasar dari praktek farmasi. Farmasis bekerja dalam rangkaian variasi yang luas, dalam bentuk farmasi komunitas (retail dan pelayanan kesehatan), farmasi rumah sakit (dalam berbagai entuk dari rumah sakit kecil sampai rumah sakit besar), industry farmasi, dan lingkungan akademis. Selain itu seorang farmasis juga dapat terlibat dalam
9
administrasi pelayanan kesehatan, penelitian, organisasi kesehatan internasional dan organisasi non pemerintah. Seorang tenaga profesi (Farmasis) adalah seorang pelayan masyarakat.oleh karna itu misi farmasis/apoteker harus dialamatkan pada kebutuhan masyarakat dan pasien individual. Tapi, tidak banyak saat ini kita mendengar kasus medication error yang sering terjadi pada duni kefarmasian. Oleh karna itu, diharapkan dengan pembekalan dini pada mahasiswa farmasi tetang issue issue seputar kefarmasian menjadikan calon farmasis yang handal, dengan melalui organisasi yang bersifat kefarmasian ataupun kesehatan, misalnya ISMAFARSI, HMF, ataupun JMKI. Dalam system keorganisasian mahasiswa farmasi akan di didik dalam memegang tanggung jawab mengelola terapi obat sehingga mereka dapat memelihara dan mengembangkan posisinya dalam dunia kesehatan dan untuk itu harus ada kompetensi atas peran mereka dalam kefarmasian (pharmaceutical care). Dispensing harus menjadi tanggung jawab seorang farmasis,, meskipun sedikit farmasis/apoteker yang terlibat langsung dalam dispensing obat-obatan tetapi pada daerah pedesaan apoteker harus memimpin proses dispensing dan bertanggung jawab atas kualitas obat dan dampak dari pengobatan.5 Beberapa angka penting bagi peranan ISMAFARSI dalam pembentukan karakter farmasis Indonesia, sebagai berikut : Seorang farmasis berpotensi dalam peningkatan dampak pengobatan dan kualitas hidup masyarakat (pasien) dalam berbagai sumber dan mempunyai posisi tersendiri dalam sistem pelayanan kesehatan. Suatu organisasi dibentuk di harapkan dapat membawa dampak positive bagi masyarakat luas. Dari Visi dan Misi yang dianut, ISMAFARSI bertujuan untuk membentuk kader – kadernya menjadi seorang farmasis yang bertanggung jawab dan beretika profesi serta berkompeten. Adanya sederet rencana kegiatan yang dibentuk diharapkan dapat menjadi media pengembang bagi para kader-kader penerus ISMAFARSI. 5
Depkes RI, Rangkuman Pelatihan Apoteker Pengelola Apotek, ( Jakarta: 1999, Dit.Jen
POM Depkes Rl), hlm. 13.
10
Setiap devisi kepengurusan ISMAFARSI memiliki tujuan serta manfaat tersendiri dalam mengembangkan potensi para kader ISMAFARSI. Adanya peningkatan daya saing dunia kerja, mengharuskan kita para calon tenaga kefarmasian untuk lebih aktiv dalam menyingkapi masalah kefarmasian demi persaingan global yang lebih besar dengan tenaga kefarmasian di luar negri. Dalam organisasi ISMAFARSI diharapkan menjadi batu loncatan awal para mahasiswa farmasi/ calon farmasis untuk menghasilkan profesi farmasis yang berkompeten dalam melaksanakan asuhan kefarmasian.6 Sebagai organisasi persatuan lembaga eksekutif mahasiswa farmasi seluruh Indonesia, tentunya ISMAFARSI memiliki peran dalam menghadapi keduniaan kefarmasian termasuk saat menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) seperti saat ini, sehingga menjadikan ISMAFARSI sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa farmasi yang ada di seluruh Indonesia dituntut untuk berperan secara aktif dalam mempertahankan eksistensi Indonesia di wilayah ASEAN yang apabila ditinjau kembali dari segi kualitas, lulusan farmasi dan apoteker yang ada di Indonesia mempunyai pengetahuan dan teknik yang tidak kalah jika dibandingkan dengan 9 negara anggota ASEAN lainnya. Beberapa tenaga pengajar ilmu kefarmasian dan apoteker di Indonesia juga telah mengenyam pendidikan di beberapa universitas di dunia. Dunia kefarmasian merupakan dunia yang sangat krusial dalam menunjang kualitas kesehatan masyarakat khususnya di negeri kita tercinta ini, disamping peranan keprofesian lain yang terkait seperti dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, sekarang lingkup peranan dunia kefarmasian semakin berkembang, bukan hanya berorientasi pada produk obat-obatan tetapi juga berorientasi kepada dunia kesehatan kefarmasiaan dengan meningkatnya kesadaran setiap orang akan pentingnya penggunaan obat-obatan yang baik dan benar untuk kepentingan kesehatan. Seorang apoteker sebelum menjalankan praktik profesinya harus mengucapkan sumpah/janji (PP No.20/1962). Dalam menjalankan praktik profesi Apoteker, perlu selalu diingat bahwa terdapat 3 pilar, 6
Anonim, Visi, Misi dan Aplikasi ISMAFARSI, (http://ismafarsi.org: Ramis, 19
September 2018).
11
yaitu ilmu, etika, dan hukum. Menurut Pedoman Kode Etik Apoteker Indonesia tentang Kewajiban Apoteker terhadap Pasien pada Pasal 9, Apoteker mempunyai kewajiban mengutamakan kepentingan pasien. Dalam 10 tahun terakhir tantangan yang dihadapi oleh para tenaga kesehatan cukup berat, seperti permasalahan dalam pelayanan kesehatan terhadap penyebaran rumah sakit ataupun klinik yang ada di Indonesia masih saja belum merata. Ketimpang tindihan dibidang peningkatan mutu kesehatan yang masih saja hanya dapat di nikmati oleh sebagian besar masyarakat mayoritas yang hidup di perkotaan. Sedangkan, masyarakat minoritas yang hidup di daerah terpencil sebagian besar belum dapat menikmati fasilitas kesehatan yang seharusnya mereka dapat pula. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya sehingga kesenjangan ataupun masalah dibidang kesehatan ini dapat segera diatasi. Peranan generasi muda sebagai tonggak suatu bangsa sangat menjadi faktor penting dalam menghadapi permasalahan ini. Selama ini mahasiswa dikenal sebagai penerus suara rakyat yang terus mendengungkan suara-suara keadilan dengan lantang. Oleh karena itulah, mahasiswa farmasi yang berperan sebagai tenaga pelayanan kesehatan menjadi faktor penting dalam menyelesaikan dan memberikan solusi serta tindakan nyata terhadap permasalahan yang terdapat di masyarakat. Seorang tenaga profesi (Farmasis) sama dengan seorang pelayan masyarakat. Oleh karna itu misi farmasis atau apoteker harus dialamatkan pada pelayanan kesehatan masyarakat dan pasien individual. Diharapkan dengan pembekalan dini pada mahasiswa farmasi tentang isu-isu seputar kefarmasian menjadikan calon farmasis yang handal, dengan melalui organisasi yang bersifat kefarmasian khususnya ISMAFARSI, HMF, ataupun JMKI. Dalam sistem keorganisasian mahasiswa farmasi akan di didik dalam memegang tanggung jawab mengelola terapi obat sehingga mereka dapat memelihara dan mengembangkan posisinya dalam dunia kefarmasiaan maupun dunia kesehatan untuk itu harus ada kompetensi atas peran mereka dalam kefarmasian (pharmaceutical care). Melalui ISMAFARSI yang merupakan organisasi intra universitas yang berbasis keprofesian, dibentuk tidak hanya berdiri hanya semata mata kepentingan studi organisasi itu saja, melainkan di harapkan organisasi tersebut akan dapat
12
membawa dampak positive bagi masyarakat luas. Dengan adanya suatu program kerja yang disusun dalam dekade sistem kepengurusan maka diharapkan progam kerja yang di emban mendapatkan hasil optimal dengan adanya pengabdian maupun pengembangan kualitas pribadi
farmasis yang mandiri
dalam
masyarakat.7
F. BENTUK KEGIATAN ISMAFARSI Berbagai bentuk kegiatan diadakan oleh ISMAFARSI, dapat berupa kegiatan individu dan kelompok. Beberapa kegiatan ini bisa berasal daerah atau wilayah regional sampai nasional dan internasional. Beberapa bentuk kegiatan ISMAFARSI :
Latihan Kepemimpinan Mahasiswa dan Menejemen Farmasi 1
Latihan Kepemimpinan Mahasiswa dan Menejemen Farmasi 2
Latihan Kepemimpinan Mahasiswa dan Menejemen Farmasi 3
Student Exchanges
Research
Donor darah
Delegasi diskusi dalam Rapat Koordinator Wilayah
Delegasi Rapat Wilayah Nasional
Delegasi event luar negeri dalam IPSF atau International Pharmacheutional Students Federation8
G. RUANG LINGKUP FARMASI INDONESIA Ruang Lingkup Farmasi di berbagai bidang, antara lain : 1. Bidang Industri Farmasis di industri farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran produk, riset dan pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi dan administrasi 7
Staf Ahli Internal, Buku Panduan Inisiasi Integrasi ISMAFARSI ke Lembaga Eksekutif
Mahasiswa (BEM/HIMA/SEMA) Farmasi Seluruh Indonesia, (Jakarta: 2013, Badan Pengurus Harian ISMAFARSI), hlm.13. 8
Staf Ahli ISMAFARSI, SOP Internal Bersama ISMAFARSI Hebat, (Jakarta:
ISMAFARSI, 2017), hlm.15.
13
atau manajemen. Fungsi perwakilan pelayanan medis (medical service representative) atau ”detailman” yang bertugas dan langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan industri farmasi mungkin juga dijabat seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu dipegang seorang Farmasis karena latar belakang pengetahuannya. Saat ini memang tidak banyak Farmasis yang mengisi jabatan ini karena jumlahnya belum mencukupi, dan lebih dibutuhkan di tempat pengabdian profesi yang lain. Peningkatan karir jabatan ini dapat mencapai tingkat supervisor dalam pemasaran produk, dan direktur pemasaran produk dalam organisasi industri farmasi. Pada unit produksi dan pengendalian kualitas (quality control) industri dipersyaratkan seorang Apoteker. Untuk bidang riset dan pengembangan (R & D = Research and Development) biasanya diperlukan lulusan pendidikan pascasarjana, meskipun bukan merupakan persyaratan.
2. Bidang klinis/rumah sakit Farmasi Rumah Sakit ialah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini yang sudah sangat berkembang di negara maju, juga sudah mulai dirintis di Indonesia dengan pembukaan program spesialisasi Farmasi Rumah Sakit. Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di masa depan akan semakin meningkat karena 3 hal :
Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit.
Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam berbagai aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat.
Faktor pertambahan penduduk.
3. Bidang Pemerintahan Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak menyerap tenaga Farmasis, terutama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Minuman (DitJen POM) dan jajaran Pusat Pemeriksaan Obat (PPOM) dan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (Balai POM) di daerah. Demikian pula Bidang
14
Pengendalian Farmasi dan Makanan pada setiap Kantor Wilayah Departemen Kesehatan (sekarang dihapus, hanya ada Dinas Kesehatan Propinsi) dan jajaran Dinas Kesehatan sampai ke Daerah Tingkat II dan Gudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis pada instansi pemerintah ialah administrastif, pemeriksaan, bimbingan dan pengendalian. Sejak tahun 2001, telah terjadi perubahan struktur, Direktorat Jendral POM tidak lagi bernaung di bawah Departemen Kesehatan, tetapi menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Demikian pula struktur Balai (besar, kecil) POM di daerah tingkat I yang langsung berada di bawah Badan POM, tidak berada di dalam Dinas Kesehatan Propinsi. Departemen HANKAM juga memerlukan Farmasis yang terutama berfungsi pada bagian logistik dan penyaluran obat dan alat kesehatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi. Sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka fungsi seorang “Farmasis ialah dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Persyaratan untuk diterima menjadi dosen akan ditingkatkan menjadi lulusan
Pascasarjana,
atau
mempunyai
Sertifikat
Mengajar
Program
PEKERTI/AA (Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional/Applied Approach), yaitu program penataran dosen dalam aktivitas instruksional atau proses belajar mengajar. Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau Apoteker diwajibkan untuk mengabdi pada negara selama 3 tahun setelah lulus ujian Apoteker sebelum dapat berpraktek swasta perorangan. Wajib kerja sarjana ini dikenal sebagai Masa Bakti Apoteker (MBA) yang dapat dilaksanakan pada instansi pemerintah seperti tersebut di atas atau penugasan khusus dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan sebagai wakil Menteri Kesehatan di daerah. Dengan dihapuskannya Kantor Wilayah, tugas ini diambil alih Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
4. Bidang pengawasan obat dan makanan Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat, baik obat tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari
15
tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari, meneliti, dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat.
5. Bidang Penanganan dan pengawasan narkotika dan psikotropika Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Rumah sakit, apotek, puskesmas, dan balai pengobatan hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal:
menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan.
menolong orang sakit dalam keadaan darurat melalui suntikan, atau
menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada apotek.
Bidang Komunitas
Farmasis atau Apoteker memberikan kesan umum bahwa tempat kerja seorang farmasi hanyalah di Apotik, yaitu salah satu tempat pengabdian profesi seorang Apoteker. Seorang Farmasis di Apotik langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga fungsi tersebut dikelompokkan dalam Farmasi Masyarakat (Community Pharmacy). Fungsi Farmasis Masyarakat di Apotik merupakan kombinasi seorang profesional dan wiraswastawan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 25/80 tentang Apotik, bahwa Apotik adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker, maka makin besar harapan yang diberikan pemerintah kepada para Farmasis, baik dari segi jumlah tenaga farmasi maupun dari segi kemampuan profesionalnya.
6. Bidang Akademik Sesuai dengan tugas tridarma perguruan tinggi, farmasis yang bekerja di lembaga pendidikan tinggi dituntut juga dapat melakukan penelitian bidang farmasi. Lembaga penelitian pemerintah dimana farmasis eksis didalamnya seperti LIPI, BATAN, dll. Penelitian yang dikerjakan oleh lembaga swasta khusus dibidang obat-obatan masih sangat kurang. Belakangan ini telah tejadi
16
peningkatan perhatian dari lembaga industri dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian pengembangan tanaman obat menjadi produk sediaan obat. Hal ini ditunjukkan mulai banyak dikenal produk fitofarmaka yang beredar dimasyarakat. Hasil penelitian ini juga merupakan kerjasama antara Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi dan Industri Farmasi.9
H. 9 STARS OF PHARMACY Profesi farmasi telah berkembang pesat sejak itu berabad-abad yang lalu. Skenario yang selalu berubah di dunia farmasi telah mengakibatkan apoteker tertentu harus memenuhi, dalam rangka memberikan perawatan kedudukan yang terbaik layanan untuk setiap pasien. Kriteria ini lebih relevan apoteker di rumah sakit dan pengaturan klinis. WHO memperkenalkan konsep 'apoteker bintang tujuh', merinci peran masing-masing apoteker harus melakukan: pemberi perawatan, pembuat keputusan, komunikator, manajer, pelajar seumur hidup, guru dan pemimpin 'Apoteker tujuh bintang' adalah konsep penting di hal pengaturan tolok ukur bagi apoteker untuk menyediakan perawatan farmasi berkualitas tinggi untuk pasien. Sebuah adendum untuk konsep apoteker tujuh bintang mengakibatkan masuknya dua kriteria baru, sehingga memberi naik ke 'apoteker Sembilan bintang'. Selain ketujuh peran, masuknya apoteker sebagai peneliti dan pengusaha cukup signifikan.10
9
Muftia, Dunia Farmasi Dan Apotek, (Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, 2016),
hlm. 15. 10
Diterjemahkan dari…”The pharmacy profession has evolved considerably since its
inception centuries ago. The ever-changing scenario in the pharmacy world has resulted in certain that pharmacists must fulfill, in order to provide top notch pharmaceutical care services to each patient. These criteria are more pertinent to pharmacists in the hospital and clinical settings. The WHO introduced the concept „Seven-star pharmacist‟, detailing the roles each pharmacist must perform: care-giver, decisionmaker, communicator, manager, life-long-learner, teacher and leader. The „seven-star pharmacist‟ was a landmark concept in terms of setting benchmarks for pharmacists to provide very high quality pharmaceutical care to the patients. An addendum to the seven-star pharmacist concept has resulted in the inclusion of two new criteria, thereby giving rise to the „Nine-star pharmacist‟. In addition to the seven roles, the inclusion of pharmacist as a
17
Berikut nine star pharmachist, antara lain : 1. Care-Giver Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan pemberi pelayanan kefarmasian kepada pasien, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku ( PP No 51 Tahun 2009 ), misalnya peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring, visite, dll. 2. Decision-Maker Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, yang bertujuan agar pengobatan lebih aman, efektif dan rasional. 3. Communicator Seorang Farmasi/apoteker harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik, sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi antar tenaga kesehatan berjalan dengan baik, misalnya konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke bangsal/ruang perawatan pasien. 4. Manager Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang pengelola dalam berbagai aspek kefarmasian, sehingga kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh pengelola obat (seperti Pedagang Besar Farmasi/PBF), seorang manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi, dan lain lain. 5. Leader Seorang Farmasi/apoteker harus mampu menjadi pemimpin dalam memastikan terapi berjalan dengan aman, efektif dan rasional, misalnya sebagai direktur industri farmasi (GM), direktur marketing, dan sebagainya. 6. Life-Long Learner Seorang Farmasi/apoteker harus memiliki semangat belajar sepanjang waktu, karena informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan researcher and an entrepreneur is quite significant”. Lihat : Aaseer TS. Subramani, Seven-Star Pharmacist concept of WHO, (J Young Pharm: London, 2014), p.1-3.
18
terapi) berkembang dengan pesat, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan. 7. Teacher Seorang Farmasi/apoteker dituntut juga dalam mendidik generasi selanjutnya, baik secara real menjadi guru maupun dosen, ataupun sebagai seorang farmasi yang mendidik dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang membutuhkan informasi. 8. Research Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik, disamping itu farmasi juga bisa meneliti aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik). 9. Entrepreneur Seorang Farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat, misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.11
11
Subramani Parasuraman, The Nine-Star Pharmacist: An Overview, (Malaysia:
Universitas AIMST, 2015), hlm.4.
19
BAB. 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN Suatu organisasi dibentuk di harapkan dapat membawa dampak positive bagi masyarakat luas. Dari Visi dan Misi yang dianut, ISMAFARSI bertujuan untuk membentuk kader – kadernya menjadi seorang farmasis yang bertanggung jawab dan beretika profesi serta berkompeten. Adanya sederet rencana kegiatan yang dibentuk diharapkan dapat menjadi media pengembang bagi para kaderkader penerus ISMAFARSI. Setiap devisi kepengurusan ISMAFARSI memiliki tujuan serta manfaat tersendiri dalam mengembangkan potensi para kader ISMAFARSI. Adanya peningkatan daya saing dunia kerja, mengharuskan kita para calon tenaga kefarmasian untuk lebih aktiv dalam menyingkapi masalah kefarmasian demi persaingan global yang lebih besar dengan tenaga kefarmasian di luar negri.
B. SARAN Bagi para pembaca diharap bisa mengembangkan kemajuan ISMAFARSI kepedan hari. Menjadi sarana dan prasarana terwujudnya Indonesia yang sehat dangan bantuan gerakan ISMAFARSI. Dapat merangkul dan mempererat ikatan sesame mahasiswa farmasi di Indonesia untuk cita-cita yang sama dalam tujuan yang sama.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Visi, Misi dan Aplikasi ISMAFARSI, (http://ismafarsi.org: Ramis, 19 September 2018). Binti Akhmad. Anita, Ismafarsi Indonesia, (Jember: 2012, Universitas Jember). Depkes RI, Rangkuman Pelatihan Apoteker Pengelola Apotek, ( Jakarta: 1999, Dit.Jen POM Depkes Rl). Efranda. Jefri, Organization Profile of ISMAFARSI, (Surabaya: 2016, Universitas Airlangga). http:// smafarsi.org. Muftia, Dunia Farmasi Dan Apotek, (Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, 2016). Parasuraman. Subramani, The Nine-Star Pharmacist: An Overview, (Malaysia: Universitas AIMST, 2015). Staf Ahli Internal, Buku Panduan Inisiasi Integrasi ISMAFARSI ke Lembaga Eksekutif Mahasiswa (BEM/HIMA/SEMA) Farmasi Seluruh Indonesia, (Jakarta: 2013, Badan Pengurus Harian ISMAFARS). Staf Ahli ISMAFARSI, SOP Internal Bersama ISMAFARSI Hebat, (Jakarta: ISMAFARSI, 2017). TS. Aaseer, Subramani, Seven-Star Pharmacist concept of WHO, (J Young Pharm: London, 2014).
21