PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai potensi di sektor pertaniannya. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara. Sektor pertanian di Indonesia dalam arti luas memiliki beberapa sub sektor yaitu pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan perternakan. Masing- masing sub sektor memiliki peranan masing-masing dalam mencukupi kebutuhan manusia. Semua sub sektor-sub sektor ini membantu manusia mencukupi kebutuhan pangan agar dapat beraktivitas sehari-hari. Pesatnya perkembangan zaman menyebabkan pertumbuhan populasi manusia semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan pun juga meningkat. Kendala yaang terjadi dalam sektor pertanian tersebut berkaitan erat dengan konsep agribisnis serta pengembangannya sebagai upaya penyelesaiannya. Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari kegiatan on farm dan off farm. Seluruh proses yang berhubungan langsung dengan proses budidaya pertanian, seperti menyemai bibit, mengawinkan hewan ternak, memupuk, memberi pakan ternak, mengendalikan hama dan penyakit, panen dan lain-lain. Sedangkan pertanian off farm adalah proses komersialisasi hasil-hasil budidaya pertanian, seperti pedagang, pengepul dan lain-lain.
Kegiatan on farm merupakan modal utama bagi kegiatan off farm karena hasil kegiatan on farm tersebut menjadi bahan baku yang dibutuhkan kegiatan off farm. Kegiatan on farm (usahatani) ini bertujuan memenuhi stok/bahan baku kegiatan off farm (agroindustri) agar kegiatan off farm tersebut dapat berjalan terus menerus tanpa terhenti siklusnya. Kegiatan off farm ini dapat meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut dengan dilakukannya perlakuan-perlakuan tambahan atau yang biasa disebut dengan agroindustri. Agroindustri termasuk dalam kegiatan yang tergolong off farm karena kegiatannya menggunakan bahan baku dari hasil sektor pertanian. Agroindustri ini bisa diterapkan pada setiap subsektor-sub sektor pertanian. Subsektor-subsektor yang dimasksud adalah subsektor pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Agroindustri atau pengolahan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan nlai tambah bagi produk pertanian sebelum dipasarkan.
Kegiatan on farm yang dilakukan adalah budidaya tanaman teh yang dilakukan pada perkebunan. Semua kegiatan yang berhubungan dengan budidaya teh dilakukan sedemikian rupa hingga mendapatkan output daun-daun teh yang nantinya akan menjadi input pada pengelolahan selanjutnya. Pengelolahan selanjutnya yang dimaksud yaitu kegiatan off farm. Kegiatan off farm yang dilakukan adalah agroindustri teh hitam. Semua kegiatan tersebut baik budidaya maupun agroindustri akan berjalan dengan baik dan efisien apabila dilakukan manajemen agribisnis yaitu dengan dilakukannya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Tujuan akhir dengan dilakukannya manajemen agibisnis kegiatan usahatani on farm dan off farm (hulu hingga hilir) yaitu diharapkan dapat menjalankan suatu usaha di bidang pertanian dengan perlakuan dan hasil yang optimal serta memperoleh benefit secara maksimal.
PEMBAHASAN
MANAJEMEN ON FARM (USAHATANI TEH HITAM)
Latar Belakang Pemilihan Komoditas
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasarannya. Di masa yang akan datang, mungkin saja komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih ditetapkan jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan. Pemilihan komoditas tersebut akan mendasari perencanaan-perencanaan pada tahap usaha pertanian selanjutnya, seperti pemilihan lokasi, perencanaan agroindustri hingga perencanaan lokasi pemasaran dan target / pangsa pasarnya.
Tanaman teh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Tanaman ini termasuk genus Camellia, suatu genus tumbuhan berbunga dari famili Theaceae. Hasil tanaman berupa pucuk daun diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan yang saat ini ekstraknya populer digunakan sebagai bahan treatment dan lain sebagainya. Mengkonsumsi teh selain menyegarkan tubuh, ternyata juga memberi manfaat bagi kesehatan. Senyawa bermanfaat yang dikandung pucuk teh antara lain adalah polifenol dan flourida. Polifenol bermanfaat sebagai anti kanker dan fluorida bermanfaat bagi kesehatan gigi. Selain tanaman teh yang dikenal memiliki banyak manfaat, permintaan akan teh di pasaran baik dalam dan luar negeri yang tinggi. Banyak budaya mengenai kebiasaan minum-minuman teh di saat berkumpul dengan keluarga dan di saat santai. Hal-hal tersebut merupakan indikator bahwa teh memiliki peluang yang tinggi pada permintaannya baik pada saat ini maupun yang akan datang. Perencanaan untuk budidaya tanaman teh ini berada pada lokasi di dataran tinggi yang topografi dan iklimnnya cocok untuk budidaya tanaman teh. Sehingga alasan tersebut menjadi dasar pemilihan komoditas teh untuk budidaya hingga pemasarannya.
Perencanaan Lokasi
Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar 400 hingga 2000 mdpl. Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti kelembaban relatif suhu udara yang baik berkisar 13 – 15OC pada siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka pembukaan dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui klasifikasi kesesuaian tanah dan kemampuan lahan.
Sepanjang iklim dan tanah yang subur bagi pertanaman teh, elevasi (ketinggian suatu tempat terhadap daerah sekitarnya (di atas permukaan laut)) tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara. Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian elevasi di Indonesia terdapat 3 daerah, yaitu: Daerah rendah < 800 m di atas permukaan laut Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut. Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl . Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun. Sehingga lokasi direncanakan akan di bangun di daerah Bogor tepatnya di kecamatan Cisarua.
Cisarua merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota Bogor. Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M-1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara 17,580C-23,91°C. Apabila dihubungkan dengan syarat tumbuh tanaman teh yang dapat tumbuh baik di ketinggian 400-2000 mdpl, curah hujan tidak kurang dari 2000 mm/thn dan suhu udara berkisar 13 hingga 15 derajat celcius kecamatan Cisarua, bogor memiliki kriteria yang mendekati syarat tumbuh tanaman teh dan menjadi daerah ideal untuk menghasilkan tanaman teh yang baik.
Perkebunan yang ada di kecamatan Cisarua tersebut akan berdampingan dengan lokasi tempat penyimpanan dan pengolahan daun teh yang telah dipanen. Daun teh yang telah dipetik akan mudah layu dan tidak akan bertahan lama sehingga lokasi pengolahan dari daun teh tersebut berada tidak jauh dari perkebunan. Hal tersebut bertujuan menjaga kualitas dari daun teh agar tetap segar pada saat proses pengolahan berlangsung.
Skala Usaha Pertanian
Skala usaha terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis, akan dapat menghasilkan skala ekonomi yang tinggi. Namun, kenyataannya di lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu dalam merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi pada komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala yang kecil.
Usaha tanaman teh ini direncanakan dalam skala besar. Sesuai dengan alasan dasar budidaya teh ini yaitu dikarenakan pangsa pasar yang luas serta dalam pengelolahannya membutuhkan perawatan yang tidak mudah sehingga diperlukan dalam skala besar agar jauh lebih efektif. Oleh karena itu dibutuhkan teh khususnya yang telah siap saji dalam jumlah banyak untuk memenuhi permintaan pasar dan memperoleh keuntungan besar dengan adanya kondisi tersebut. Skala besar yang dimaksudkan yaitu dengan merambah pasar hingga ke luar negeri (ekspor).
Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Persiapan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan dalam on farm the kali ini menggunakan bahan tanam berupa setek batang. Hal ini dipilih karena metode setek merupakan metode yang paling efektif mengingat lahan tanam yang sangat luas tentu membutuhkan bahan tanam dalam jumlah sangat banyak. Selain itu salah satu kelebihan dari metode setek yaitu sifat yang diturunkan serupa dengan induknya.
Persiapan Lahan Semai
Lahan yang digunakan sebagai lahan pesemaian perlu disiapkan jauh hari sebelum dilakukan pembibitan. Lokasi yang cocok untuk dilakukan pesemaian adalah lahan kebun dengan spesifikasi sebagai berikut;
Tempat yang terbuka
Drainase tanah yang baik
Berdekatan dengan sumber air
Berdekatan dengan akses transportasi
Topografi yang landa
Pembuatan Bedengan Semai
Bedengan yang digunakan sebagai lokasi pesemaian merupakan lokasi yang tidak terlalu menjadi persoalan yang berarti. Bedengan yang dibutuhkan hanya lahan yang dibuat secara berpetak-petak dengan ukuran 1m x 15 m. Jarak yang dibutuhkan untuk memisahkan bedengan satu dengan lainnya sebesar 60 cm dimana terdapat parit pada jarak tersebut sedalam 10 cm yang dimaksudkan sebagai tempat resapan air manakala air terlampau banyak. Pada tiap petak bedengan diberlakukan pola rangka sungkup yang dibuat oleh kerangka bambu dan ditutupi oleh plastik berbentuk setengah lingkaran layaknya atap rumah seperti gambar dibawah ini,
Penanaman Semai
Media tanam berupa polibag disusun pada lahan bedengan semai secara rapat dan disiram hingga keadaan cukup basah sebelum dilakukan penanaman. Setelah itu bahan tanam berupa setek ditanam dengan cara ditancapkan tangkainya ke tanah lalu dilakukan penyiraman kembali hingga tangkai sedikit goyah. Kemudian bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama 4 bulan. Setelah itu dilakukan pembukaan sungkup secara bertahap dalam waktu 2 bulan dengan rincian selama 2 jam pada minggu 1 dan 2, dan selanjutnya bertahap 4, 6, 8 dan 12 jam sampai tanpa sungkup.
Seleksi Bibit Semai
Pelaksanaan seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan setelah bibit tumbuh. Bibit yang tumbuh sehat dipisahkan dari yang kecil. Bibit yang baik dipindahkan keluar agar beradaptasi di bawah sinar matahari. Untuk sementara diberi naungan dari alang-alang atau paku andam. Adaptasi dapat juga dilakukan dengan cara membuka plastik naungan secara bertahap. Kriteria bibit siap tanam sebagai dasar penentuan mutu bibit sebagai berikut :
Umur bibit minimal 8 bulan
Tinggi minimal 30 cm dengan jumlah daun 5 helai.
Tumbuh sehat, mekar dan berdaun normal
Perakaran baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan kalus.
Beradaptasi minimal 1 bulan terhadap sinar matahari.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan adalah persiapan lahan dimana lahan tersebut belum pernah ditanami tanaman teh atau disebut dengan penanaman baru. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain;
Survey dan Pemetaan Tanah
Jalan kebun, kontrol, dan transportasi
Lokasi emplasmen pabrik, perumahan dan lain-lain
Peta kebun dan peta kemampuan lahan
Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan kebun
Pembongkaran Pohon dan Tunggul
Pohon dan tunggul dibongkar langsung
Pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara mengoleskan bahan kimia pada batang kemudian dikuliti.
Babad dan Nyasap
Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran pohon dan tunggul selesai. Setelah pembabatan tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma. Pekerjaan ini dilakukan musim kemarau.
Pengolahan Tanah
Pencangkulan pertama dilakukan sampai sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40 cm setelah 2-3 minggu setelah pencangkulan pertama sambil meratakan tanah
Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera dibuat jalan kebun untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman. Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan panjang tergantung keadaan. Jangan terlalu banyak membuat jalan sehingga banyak lahan terbuang atau terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai pembuatan jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah erosi. Pembuatan saluran drainase agar mempertimbangkan kemiringan serta letak jalan kebun.
Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah tanaman teh sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai panjang 50 cm dengan tebal 1 cm. Cara pengajiran pada lahan datar dan landai dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada lahan miring pengajiran dilakukan dengan sistem kontrol.
Pembuatan Lubang Tanam
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua ajir yang telah ditanam. Ukuran lobang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm dan untuk bibit asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lobang dibuat 1 minggu sebelum ditanam.
Penanaman Bibit Teh
Sebelum ditanam lobang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g KCl. Untuk daerah pH tinggi lobang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau 50-100 g belerang lumpur tiap lobang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag setelah ditanam, lobang tanam diratakan agar bekas penanaman tidak nampak cekung atau cembung. Jarak tanam yang diterapkan adalah 120cm x 90cm menyesuaikan dengan kemiringan lahan.
Pembuatan Rorak
Sesuai dengan kemiringan tanah rorak dibuat 2 – 3 baris tanaman secara selang seling dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60 cm. Rorak perlu dikuras 3 kali dalam setahun. Tanah yang menutup dikeluarkan dari rorak agar berfungsi kembali. Fungsi dari pada rorak ini sebagai kantong peresapan air yang berguna dimusim kering. Rorak disamping mencegah erosi dapat memperbaiki abrasi tanah dan tempat penampungan bahan organik. Jumlah rorak di daerah datar jumlahnya dapat sama atau lebih dibanding lereng yang miring, tergantung
aliran air.
Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan yang baru. Bibit untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama. Penyulaman dilakukan mulai 2 – 4 minggu setelah adanya penanaman. Penyulaman harus dilakukan sampai tanaman berumur 2 tahun. Penyulaman tahun pertama diperkirakan sekitar 10%, tahun ke 2 sebesar 5% sehingga tanaman menghasilkan populasi menjadi penuh.
Penyiangan
Apabila penanaman tanaman teh telah selesai dilakukan, tanah perlu diratakan kembali. Satu setengah atau 2 bulan setelah tanaman ditanam, gulma mulai tumbuh dan perlu disiangi. Penyiangan dapat juga dilakukan dengan herbisida bila tersedia. Penyiangan dengan cara manual perlu diulangi 1,5 – 2 bulan kecuali ada gangguan serangga hama/penyakit penyiangan dilakukan dengan cara strip weeding.
Pembentukan Bidang Petik
Pembentukan bidang petik berfungsi agar tanaman menjadi bentuk perdu, dimana kerangka tanaman percabangannya ideal dengan bidang petik yang luas sehingga pucuk yang dihasilkan banyak. Pelaksanaan cara ini sebagai berikut :
Setalah umur tanaman 6 bulan batang utama dipotong pada ketinggian 20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
Tunas sekunder yang tumbuh setelah 6 bulan dibiarkan mencapai panjang 50 cm kemudian dirundukkan kesegala arah.
Setelah 6 bulan dirundukkan, tunas daun yang tumbuh 60 – 70 cm dilakukan pemotongan setinggi 45 cm. Jendangan setinggi 60 – 65 cm dilakukan 3 bulan setelah dipotong di atas.
Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi. Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran pemangkas sangat menentukan keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor lainnya. Sebelum pangkasan dimulai, terlebih dahulu harus dibuat contoh pangkasan (indung pangkasan) yang diawasi dengan ketat. Secara garis besarnya urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai berikut:
Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk sudut 45° menghadap ke dalam perdu.
Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak, oleh karena itu gaet atau gergaji harus tajam.
Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (< 2 cm) menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2 cm) mempergunakan gergaji pangkas.
Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm (ukuran pensil).
Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan pada waktu, dosis, jenis, dan pelaksanaan yang tepat. Waktu pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan antara 60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa aliran air. Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas yang ingin dicapai. Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk di lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah harus ditetapkan baik untuk tanaman TBM maupun tanaman TM seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Dosis Pupuk TBM
Tabel 2. Dosis Pupuk TM
Pengendalian HPT
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman merupakan salah satu bentuk pemeliharaan tanaman agar dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit yang akan mempengaruhi produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Fungisida yang dianjurkan untuk memberantas penyakit penting pada tanaman teh bahan aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%, bitertanol 30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial 75%, tembaga amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan, tembaga 50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb 80%.
Berikut penggolongan jenis hama dan penyakit pada tanaman teh.
Hama Penting
Hama Kurang Penting
Penyakit Penting
Penyakit Kurang Penting
Kepik pengisap
Tungau kuning
Cacar daun
Jamur akar coklat
Ulat penggulung daun
Tungau jingga
Penyakit akar
Jamur leher akar
Ulat jengkal
Empoasca sp.
Penyakit busuk daun
Jamur busuk akar
Ulat penggulung pucuk
Penyakit mati ujung
Jamur busuk akar
Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada the muda dan produktif perlu mendapatkan perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap solar radiasi sinar matahari mendorong laju pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya terdiri dari ;
Cara kultur teknis, dengan pemberian mulsa dan pupuk hijau,
Cara mekanis dengan mencabut gulma,
Cara kimiawi, dengan menggunakan herbisisda baik herbisida kontak atau sistemik.
Pemetikan
Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan, jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan. Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi. Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.
Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).
Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.
Pola – pola produksi
Pola produksi dalam usahatani teh direncanakan akan dilakukan dengan komoditas tunggal. Teh merupakan satu-satunya komoditas yang akan dibudidayakan dan tidak terdapat komoditas lain yang akan dibudidayakan dalam lahan yang akan digunakan. Teh akan dibudidayakan sepanajang tahun guna pemenuhan kebutuhan dalam dan luar negeri. Perencanaan pola produksi dengan menggunakan komoditas tunggal dilakukan dengan alasan untuk mengoptimalkan penggunaan input-input produksi yang ada sehingga dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Penerapan pola produksi komoditas tunggal ini akan dilakukan pada lahan seluas 4 hektar.
Sumber – Sumber Input Pengadaan
NO
VARIABLE COST
NAMA SAPRODI
HARGA PER-SATUAN
JUMLAH YANG DIGUNAKAN
HARGA TOTAL
1
Bibit Teh Hitam
Rp 400,00/bibit
10000 bibit
Rp 4.000.000,00
2
Polybag Hitam
Rp 23000/kg
74 kilogram
Rp 1.702.000,00
3
Plastik Bedengan
Rp 210.000/600m2
945 m2
Rp 350.000,00
4
Pupuk Urea
Rp 1800,00/kg
21.710 kilogram
Rp 39.078.000,00
5
Pupuk TSP
Rp 2500,00/kg
50 kilogram
Rp 125.000,00
6
Pupuk KCl
Rp 2900,00/kg
50 kilogram
Rp 145.000,00
7
Pupuk Phospat
Rp 2000,00/kg
9600 kilogram
Rp 19.200.000,00
8
Pupuk Kalium
Rp 4000,00/kg
9600 kilogram
Rp 38.400.000,00
10
Tenaga kerja Bulanan
Rp 1.500.000/orang/bulan
20 orang (48 bulan)
Rp 1.440.000.000,00
11
Tenaga Kerja Harian
a. Pengolahan Tanah
Rp 35.000/orang/hari
130 orang (6 hari)
Rp 27.300.000,00
b. Penanaman
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (2 hari)
Rp 19.600.000,00
c. Penyiangan
Rp 35.000/orang/hari
80 orang (24 hari)
Rp 67.200.000,00
d. Pembuatan Rorak
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (1 hari)
Rp 1.050.000,00
e. Penyulaman
Rp 35.000/orang/hari
20 orang (2 hari)
Rp 1.400.000,00
f. Pemb.Bidang Petik
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
g. Pemangkasan
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (4 hari)
Rp 25.200.000,00
h. Pemupukan
Rp 35.000/orang/hari
180 orang (2 hari)
Rp 12.600.000,00
i. Pengendalian HPT
Rp 35.000/orang/hari
30 orang (16 hari)
Rp 16.800.000,00
j. Pemetikan
Rp 35.000/orang/hari
280 orang (4 hari)
Rp 39.200.000,00
12
Air
Rp 3700,00/m3
1440 m3
Rp 5.328.000,00
13
BBM
Rp 7000,00/liter
1440000 liter
Rp 1.008.000,00
TOTAL VARIABLE COST=
Rp 1.734.486.000,00
NO
FIXED COST
NAMA SAPRODI
HARGA PER-SATUAN
JUMLAH YANG DIBUTUHKAN
TOTAL HARGA
1
Pajak
Rp 341.952.000/10ha/th
10 hektar
Rp 1.367.808.000,00
2
Cangkul
Rp 30.000/buah
100 cangkul
Rp 3.000.000,00
3
Gunting Tanaman
Rp 22.500/buah
200 gunting tanaman
Rp 4.500.000,00
4
Garu
Rp 100.000/buah
20 garu
Rp 2.000.000,00
5
Keranjang Petik
Rp 40.000/buah
300 keranjang
Rp 12.000.000,00
6
Sprinkle
Rp 140.000/unit
50 unit
Rp 7.000.000,00
TOTAL FIXED
COST=
Rp 1.396.308.000,00
Biaya Total (TC) = biaya variabel (VC) + biaya tetap (FC)
= Rp 1.734.486.000,00 + Rp 1.396.308.000,00
= Rp 3.130.794.000,00
MANAJEMEN OFF FARM ( AGROINDUSTRI TEH HITAM)
A. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pemilihan lokasi menetukan keberhasilan dalam sebuah kegiatan agroindustri, lokasi yang tepat dan startegis dapat membantu sebuah perusahaan berkembang dengan baik. Kegiatan operasional perusahaan berada di pucak Bogor tepatnya di Kecamatan Cisarua. Kecamatan Cisarua yang berada diketinggian 900-1800 m di atas permukaan laut ini memiliki suhu rata rata hingga 16o-24° Celcius. Hawa yang cukup dingin dan baik dihuni oleh binatang dan tumbuhan, sehingga Kecamatan Cisarua cocok dikembangkan perkebunan holtikultura seperti kebun teh.
Lokasi kebun teh dan pabrik daun teh berada pada tempat yang sama, hal ini dilakukan agar proses produksi daun teh dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan mengingat permintaan akan produk teh kering yang semakin meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi letak pabrik yang berdekatan dengan kebun teh yaitu kondisi kesegaran daun teh, dimana produk teh kering akan memiliki kualitas tinggi apabila menggunakan pucuk daun teh segar.
B. Pemilihan Tekonologi, Fasilitas Persediaan dan Pemasukan
Perkembangan teknologi yang digunakan dalam pengolahan dan operasional pabrik dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan kualitas sebuah produk dan kuantitas produk yang dihasilkan. Perusahaan agroindustri daun teh ini melakukan pemilihan teknologi pada teknologi padat modal, yang artinya dalam pengolahan daun teh menjadi daun teh kering perusahaan ini lebih mengandalkan mesin dan teknologi dibanding dengan tenaga manusia. Hal ini berkaitan dengan pengolahan daun teh basah menjadi daun teh kering memerlukan teknologi yang lebih maju agar produksi lebih efektif dan efisien.
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan daun teh basah menjadi daun kering dapat dikatakan cukup modern, karena setiap tahap pengolahan sudah memakai mesin yang canggih sehingga dapat selesai lebih cepat. Beberapa jenis teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini antara lain, Rotary Panner, Open Top Roller dan Ball Tea. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan teknologi dan mesin yang cukup modern membuat produk teh yang memiliki kualitas baik dan mampu menembus pasar ekspor.
Pengemasan dan penyimpanan setelah disortasi sesuai mutunya, teh dimasukkan kedalam peti penyimpanan agar mutu teh tetap bertahan pada kondisi yang diinginkan sebelum dikemas. Peralatan untuk penyimpanan teh biasanya berbentuk peti miring yang terbuat dari bahan stainless steel yang bagian bawahnya diberi lubang. Alat ini biasa disebut tea bins. Setelah volume teh dalam peti penyimpanan sudah cukup banyak untuk dikemas dan siap untuk diekspor atau diperdagangkan, maka teh ini disalurkan melalui lubang yang ada dibawah peti dan ditampung di atas pelat bergerak berputar menuju tempat pengepakan. Untuk pasar eksport biasanya digunakan peti kayu yang bagian dalamnya dilapisi kertas timah atau alumunium. Sedangkan untuk pasar lokal atau dalam negeri biasanya hanya berupa bungkusan yang terbuat dari kertas berlapis-lapis.
C. Perencanaan Tenaga Kerja
Sumber daya manusia merupakan salah satu modal utama dalam menjalankan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan dituntut secara profesional mengorganisir sumber daya manusia agar dapat sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Perusahaan pabrik teh kering merupakan perusahaan perkebunan dan pengolahan teh yang banyak menyerap tenaga kerja. Perkebunan teh membutuhkan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan di pabrik sekitar 250 orang tenaga kerja dalam setiap kali proses produksi.
Jumlah tenaga kerja sebanyak 250 orang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa sektor kerja, diantaranya 100 orang tenaga kerja untuk rotary panner, 50 orang tenaga kerja untuk Open Top Roller dan 50 orang tenaga kerja untuk ball tea. Sisanya 10 orang tenaga kerja pada bagian teknik, 20 orang tenaga kerja sebagai kantor (proses produksi menggunakan mesin dan kendali), dan 19 orang tenaga kerja sebagai quality control serta 1 orang tenaga kerja untuk Tea Tester.
D. Perencanaan Bahan Baku dan Pelengkap
Karakteristik teh sebagai bahan baku industri pengolahan sangat ditentukan oleh mutu dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut. Teh sebagai bahan baku industri pengolahan, memiliki keterbatasan karena seringkali tidak dapat memenuhi kontinuitas baik dari segi jumlah maupun mutu teh. Untuk menjamin kecukupan bahan bakunya, beberapa industri pengolahan teh memiliki industri terpadu (terintegrasi) yaitu mulai dari perkebunan teh hingga industri hilir yaitu industri minuman teh jadi. Namun, disini teh kering berupa teh celup lah yang diusahakan dan direncanakan. Sehingga perkebunan teh yang dimiliki cukup luas. Barang yang di stock adalah biji teh itu sendiri yang persediaannya haruslah banyak. Jenis teh yang di stock adalah teh hitam yang bagus untuk dipasarkan dalam bentuk teh celup.
Perusahaan agroindustri teh ini yang menghasilkan teh hitam dengan kapasitas pabrik 100.000 kg teh hitam per hari. Kegiatan produksi di masing-masing pabrik dipengaruhi oleh jumlah pucuk teh basah yang masuk ke pabrik, jumlah pucuk yang masuk dipengaruhi oleh hasil kebun dan kebutuhan pesanan atas produk agroindustri teh.
Pucuk basah mulai datang di pabrik setelah melalui tahap waktu timbang pertama yaitu pukul 11.00 WIB dan waktu timbang kedua yaitu pukul 13.00 WIB. Hasil petikan daun teh dari lahan budidaya ditimbang langsung di lokasi lalu diangkut dengan 3 unit truck dan ditimbang ulang di pabrik agar hasil timbangan semakin akurat. Team quality control selanjutnya akan mengambil sampel pucuk daun teh untuk dianalisa mutu pucuk daun teh basah yang telah dipetik.
E. Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan di Pabrik
Pucuk basah daun teh hitam yang sudah sampai di pabrik diturunkan dari truk pengangkutan lalu diletakkan di wadah persegi yang besar, withering trough sebagai penempatan sementara sebelum masuk pucuk basah dimasukkan ke dalam rotary panner. Rotary panner berfungsi sebagai mesin pelayuan cepat, waktu yang dibutuhkan adalah 5-7 menit saja. Setelah tahap pelayuan cepat, daun teh tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggulung selama 25 menit yaitu Open Top Roller (OTR). Kadar air daun teh setelah proses penggulungan tersebut berkurang 30 persen. Daun teh yang sudah digulung tadi dikeringkan dalam mesin pengeringan yang bernama ball tea.
Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 10-14 jam pada suhu 120oC-150oC dan menghasilkan output teh kering dengan kadar air lima persen. Tahap terakhir dari proses ini adalah penyortiran. Penyortiran teh kering tersebut juga melalui beberapa tahap mesin penyortir, antara lain :
1. Mydleton, yaitu pemisahan partikel berdasarkan ukuran, bentuk dan kebersihan teh kering.
2. Winower, yaitu pemisahan partikel berdasarkan berat jenis teh kering.
5. Colour separator, yaitu pemisahan partikel berdasarkan warna.
Teh hijau memiliki beberapa grade menurut kehalusan partikel dan kebersihan dari serat dan batang. Grade tersebut dipisahkan menjadi grade ekspor dan grade lokal.
Jumlah teh pucuk basah yang masuk pabrik sekitar 55.406 kg tiap sekali proses produksi. Setalah melalui beberapa tahap pengolahan, berat daun mengalami penyusutan karena sudah menjadi daun teh kering. Berat daun teh kering sebesar 1 kg didapat dari pengolahan 5 kg daun teh basah, sehingga jumlah teh kering yang dihasilkan pabrik ini yaitu 11.081 kg. Harga untuk 1 kg daun teh hitam kering adalah sekitar Rp 150.000,-. Pabrik ini melakukan proses produksi sebanyak 4 kali, sehingga produk teh hitam kering yang dihasilkan sebanyak 44.324 kg.
Seluruh teh jadi diuji coba mutunya oleh quality control berdasarkan masing-masing grade. Mutu teh dinilai berdasarkan rasa, aroma dan warna seduhan. Produk jadi dari pengolahan agroindustri daun teh pada perusahaan ini yaitu berupa teh kering (teh celup) yang biasanya dapat langsung disedu dengan air panas untuk dikonsumsi. Produk teh hitam kering dikemas setiap 1000 kg, biaya yang dikeluarkan untuk 1000 kg adalah Rp 250.000,-.
KESIMPULAN
Kegiatan on farm (usahatani tanaman teh hitam) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan kegiatan off farm yaitu agroindustri teh hitam. Dalam kegiatan on farm dibutuhkan kegiatan manajemen seperti perencanaan yang meliputi pemilihan komoditas, perencanaan lokasi, skala usaha, perencanaan proses produksi pertania, pola-pola produksi, dan sumber input-input pengadaan. Selain manajemen dalam kegiatan on farm, diperlukan kegiatan manajemen off farm yang meliputi perencanaan lokasi dan tata letak, perencanaan teknologi, perencanaan tenaga kerja, perencanaan bahan baku dan pelengkap serta pelaksanaan kegiatan pengolahan. Semua hal tersebut direncanakan agar dapat memperkirakan apa saja yang perlu disiapkan sehingga pada saat pelaksanaan dapat terlaksana dengan baik dan efisien. Dari hasil perencanaan tersebut didapatkan total keseluruhan biaya pada on farm yaitu Rp 3.130.794.000,00 dan total keseluruhan biaya pada off farm yaitu Rp 1.400.000.000,00 dalam empat kali produksi. Jumlah total biaya pada on farm dan off farm yaitu sebesar Rp 4.530.794.000,00 sedangkan pemasukan dari hasil produksi yaitu Rp 6.648.600.000,00. Sehingga dalam empat kali proses didapatkan keuntungan sebesar Rp 2.117.806.000. Apabila telah dilakukan perencanakan tersebut, didapatkan semua data mengenai input-input yang dibutuhkan, biaya dan pemasukan sehingga untuk proses manajemen selanjutnya seperti pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan menjadi lebih mudah dan dapat lebih terkontrol apabila terjadi suatu kesalahan dan dengan sesegera mungkin dapat dilakukan pengendalian.