I. Prospek Agribisnis Jagung
Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi padi dan
sumber kalori atau
makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan dengan industri besar. Selain untuk untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya produktivitasnya lebih b anyak. Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk diusahakan secara agribisnis, hal ini karena tanaman ini memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan baik dari aspek budidaya maupun dari aspek peluang pasar. Dari aspek budidaya budidaya tanaman jagung tidak s ulit untuk dibudidayakan. dibudidayakan. Tanaman Tanaman jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah. Yang terpenting dan sangat berhubungan erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur hara NPK pada tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus (Sudjana dkk., 1991). Demikian juga benih jagung jagung telah banyak v arietas arietas -varietas unggul unggul yang dilepas. Menurut Rahmanto Rahmanto (1997), (1997), perkembangan perkembangan daya hasil dari varietas -varietas unggul yang diadopsi diadopsi petani tel ah terbukti memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional. Dari aspek peluang pasar tanaman jagung mempunyai prospek yang cerah untuk diusahakan, diusahakan, karena permintaan permintaan konsumen dalam dalam negeri dan peluang peluang ek spor yang terus meningkat. Rukmana (1997) mengemukakan bahwa prospek
usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, baik untuk
memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung oleh adanya kesadaran gizi dan diversifikasi bahan makanan pada masyarakat. Demikian juga untuk keperluan bahan baku industri rumah tangga seperti emping jagung, wingko jagung dan produk jagung olahan lainnya dan untuk keperluan bahan baku pakan ternak, serta untuk ekspor memerlukan produk jagung dalam jumlah yang besar. Keadaan ini merupakan peluang pas ar yang potensial bagi petani dalam mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian peningkatan produksi jagung baik kualitas maupun kuantitas sangat penting.
II.
Sistem Agribisnis Jagung
Secara konsepsional sistem agribisnis jagung merupakan keseluruhan aktivitas yang saling berkaitan mulai dari pembuatan dan pengadaan sarana produksi pertanian hingga pemasaran hasil jagung, baik hasil usahatani maupun hasil olahannya. Menurut Sa¶id dan Intan (2001) sistem agribisnis terdiri dari subsistem pengadaan dan penyalu ran sarana produksi, subsistem produksi primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan lembaga penunjang. Pada umumnya sistem agribisnis jagung yang dilakukan oleh petani antara lain meliputi :
Subsistem pembuatan (subsistem hulu), pengadaan dan pen yaluran sarana produksi pertanian. Sarana produksi pertanian ini diperoleh petani dengan sistem pembelian atau dengan bantuan dalam bentuk kemitraan.
Subsistem produksi dalam usahatani (on -farm). Kegiatan pada subsistem ini meliputi pemilihan benih jagung, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen.
Subsistem pengolahan hasil panen (subsistem hilir). Penanganan lepas panen jagung pada tingkat petani pada umumnya baru sampai pada pengeringan jagung tongkol dan pengupasan kulit jagung (klobot) , hal ini karena petani belum memiliki alat teknologi dan biaya yang cukup untuk
melakukan pengolahan lanjutan. Untuk tingkat pengolahan lanjutan seperti pemipilan
dan
pengolahan
dilakukan
pada
tingkat
pedagang
atau
perusahaan, sehingga nilai tambah yang besar biasanya berada pada tingkat ini.
Subsistem pemasaran hasil (subsistem hilir). Pola pemasaran jagung melalui jalur pemasaran yang beragam, diantaranya bagi petani yang tidak melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra biasanya pemasaran jagung dilakukan melalui pedagang pengumpul baik yang memfungsikan kelompok tani atau koperasi maupun yang tidak, ada pula yang langsung menjual produknya ke pabrik pengolahan atau langsung ke konsumen jika produk tersebut untuk langsung dikonsumsi. Bagi petani y ang telah melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra pemasaran produk jagung dilakukan melalui kelompok tani atau koperasi, perusahaan mitra, pabrik pengolahan dan konsumen.
Kelembagaan pendukung agribisnis jagung (subsistem hilir) pada umumnya adalah lembaga di tingkat petani dan lembaga di luar petani. Lembaga ditingkat petani terdiri dari kelompok tani dan koperasi, Lembaga di luar petani seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan dan lain -lain.
A. Subsistem Hulu 1) Lahan Pertanaman Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil -hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang d iterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Rukmana (1997), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme tanah serta membuang ga s-gas beracun dari dalam tanah. Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa olah tanah (TOT) atau disebut zero tillage, pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan pengolahan tanah maksimum (ma ximum tillage) (Rukmana, 1997).
Zulkifli
(2005),
mengemukakan
bahwa
jagung
hibrida
tidak
membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat tumbuh disemua macam tanah asalka n tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase) dan tata udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini tanah harus sering diolah dalam masa pertumbuhan dan saluran air dibuat diantara barisan selalu diperbaiki. Air yang berlebihan den gan membentuk genangan air akan mengakibatkan benih busuk, ta naman kekurangan udara sehingga pertumbuhannya tidak nor mal.
2) Modal (sarana produksi) Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan
mesin-mesin sering dimasukkan dalam
kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jan gka panjang (Soekartawi, 2003). Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat -obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar -kecilnya modal yang dipakai.
Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan sua tu usahatani (Soekartawi,2003).
Rukmana (1997), mengemukakan bahwa benih yang bermutu tinggi yang berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani jagung. Berbagai benih varietas unggul jagung dapat dengan mudah diperoleh ditoko -toko sarana produksi pertanian. Benih jagung tersebut sudah dikemas dalam kantong plastik dan berlabel sertifikat sehingga petani tinggal menggunakannya. Namun kadang benih jagung diproduksi sendiri oleh petani. Biji jagung yang akan dijadikan benih diproses melalui tahap -tahap pengeringan, pemipilan, pengeringan ulang dan pengemasan sesuai dengan kaidah tata laksana pembenihan. Syarat benih jagung yang baik adalah: 1) daya tumbuh minimum 80%. 2) tidak keropos dan berlubang. 3) bebas dari hama dan penyakit 4) murni atau bebas dari campuran varietas lain. 5) berwarna seragam sesuai dengan warna asli suatu varietas. 6) ukuran biji seragam (Rukmana, 1997). Menurut Marsono dan Sigit (2005), Pupuk sangat bermanfaat dalam menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organi k, terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti N, P, K yang mudah hilang oleh penguapan. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk organik. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, phosfor dan kalium.
Menurut
Pinus
(1994),
pupuk
phonska
digunakan
untuk
pertumbuhan akar tanaman muda, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Dosis pupuk phonska pada tanaman jagung ya itu 50-100 kilogram per hektar.
3) Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang p erlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :
Tersedianya tenaga kerja. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu
sehingga
jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
Kualitas tenaga kerja. Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi.
Persediaan
tenaga
kerja
spesialisasi
ini
diperlukan
sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila m asalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat -alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk me ngoperasikan alat tersebut.
Jenis kelamin. Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerja kan tanam.
Tenaga kerja musiman. Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja
musiman.
Bila
terjadi
konsekuensinya
juga
terjadi
(Soekartawi, 2003).
pengangguran migrasi
atau
semacam urbanis asi
ini,
maka
musiman
Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1995). Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dib awah usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka ter ima dan begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai te naga kerja traktor karena kemampuan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi, 2003).
4) Manajemen Manajemen terdiri dari mere ncanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang -
orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan pros es produksi (Soekartawi, 2003). Faktor manajemen dipengar uhi oleh: 1) tingkat pendidikan 2) Pengalaman berusahatani 3) skala usaha. 4) besar kecilnya kredit dan 5) macam komoditas. Menurut
Entang
dalam
Tahir
Marzuki
(2005),
perencanaan
usahatani akan menolong keluarga tani di pedesaan. Diantaranya pe rtama, mendidik para petani agar mampu berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya. K edua, mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keput usan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada. K etiga, membantu petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat -obatan. Keempat, membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus juga dengan cara -cara pengembaliannya. Kelima, membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang diharapkan (Soekartawi, 2005). Perencanaan input -input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input -input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adala h membuat sendiri atau membeli. Pengorganisasian mengenai sumberd aya berupa input -input dan sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian
efisiensi
usaha
dan
waktu.
Pengorganisasian
tersebut
terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang akan digunakan dalam pros es produksi sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak, pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input -input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam
usahatani pengorganisasian input -input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber -sumber produksi (Soekartawi, 2005). Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses, masukan, jadwal kerja yan g merupakan upaya untuk memperoleh hasil maksimal dari usaha produksi. Sedangkan evaluasi
dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yang dianggap dapa t merugikan maka segera dilakukan p engendalian (Soekartawi, 2005). Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat -obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor -faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi bibit, pupuk, obat -obatan dan terbatasnya persediaan modal untuk pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut. Sebaliknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi semakin baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil
cenderung
menghasilkan
usaha
yang tidak efisien pula
(Soekartawi, 1999). Selanjutnya dikemukakan bahwa Pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi untuk menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yang telah direncanakan. Dalam usahatani misalnya pengendalian dapat dilakukan p ada masalah kelebihan penggunaan tenaga manusia, penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap proses produksi dan lain-lain.
Faktor sedangkan
produksi
keduanya
tersebut akan
berpengaruh
mempengaruhi
pada
biaya
penerimaan
produksi usahatani.
Penerimaan usahatani akan terkait dengan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga komoditas. Salah satu yang menentukan komoditas adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan faktor produksi yang sering
mengalami
perubahan
akan
berpengaruh
terhadap
tin gkat
keuntungan yang diterima. Faktor -faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usaha, tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha dan juga intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto, 1991). Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub -sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu k egiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hu lu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.
B. Subsistem On-Farm
Di negara berkembang seperti Indonesia penggunaan jagung benih unggul masih didominasi oleh varietas bersari bebas atau jagung komposit. Beberapa alas - an penting kenapa jagung komposit ditanam di beberapa lingkungan tumbuh, : mudah dan sederhana dikembangkan, benih dapat secara cepat diperbanyak oleh petani atau kelompok tani sehingga memungkinkan menyebar, mengurangi ketergantungan petani kepada pihak lain karena dapat menyimpan benih sendiri, biaya produksi lebih murah. Selain itu, ada beberapa alasan kenapa sebagian besar petani masih menggunakan jagung komposit varietas unggul, antara lain : daya adaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahan marginal maupun lahan subur, harga benih relatif murah, benih dapat digunakan beberapa generasi tanpa mengalami degenerasi(kemund uran hasil), umur genjah dan daya hasil cukup tinggi.
TEKNIK BUDIDAYA 1.
Penyiapan lahan y
Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga 2 kali (tergantung kondisi tanah), untuk tanah bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
y
Jika curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap 3 m, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.
2.
Penggunaan benih unggul y
Varietas unggul jagung komposit antara lain : Bisma, Lamuru, Palakka, Kresna, Sukmaraga, Srikandi putih, Srikandi kuning.
y
Benih bermutu merupakan syarat terpenting dalam budidaya tanaman jagung . Benih sehat dan memiliki daya tumbuh minimal 90 %.
y
3.
Kebutuhan benih antara 20 -25 kg/ha, tergantung jarak tanam. Penanaman
y
Populasi
tanaman
jagung
yang
optimal
antara
62.500 -100.000
tanaman/ha. Jarak tanam yang optimal antara 80 cm x 40 cm; 75 cm x 50 cm; dan 80 cm x 25 cm, masing-masing dengan 2 (dua) tanaman per lubang. y
Campurkan benih jagung sebelum tanam dengan Redomil/Saromil dosis 100 gr/kg benih.
4.
Pemupukan y
Pupuk kandang dengan dosis antara 5 ± 15 ton/ha.
y
Saat tanam pupuk Urea 50-75 kg/ha + SP36 75-100 kg/ha+ KCl 50-75 kg/ha.
y
Umur 30-40 hari setelah tanam diberikan pupuk Urea 100 -150 kg/ha.
y
Pemupukan diberikan secara ditugal pada setiap tanaman jarak 3 -5 cm dari tanaman kemudian ditutup dengan tanah.
5.
Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi kegiatan : penyiangan, pembumbunan dan pengaturan drainase. y
Penyiangan fase pertumbuhan awal sangat baik dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam pemanfaatan unsur hara dengan pengganggu (gulma).
tanaman
y
Penyiangan dilakukan satu atau dua kali selama periode tumbuh tanaman tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan pertama
umur 10-
15 hari setelah tanam. y
Pembumbunan tanaman jagung dilakukan pada saat tanaman umur 4 ± 5 minggu.
y
Kegiatan pembumbunan tanaman dapat memperbaikan drainase pada lahan pertanaman.
6.
Pengendalian hama Serangan hama merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi jagung. Hama yang menyerang di pertanaman antara la in : y
Lalat bibit (Atherigona sp.) dan ulat tanah (Agrotis sp.), merusak tanaman muda, terutama pada musim hujan dapat mengakibatkan tanaman mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, tanam serempak.
Pengendalian
dengan
insektisida
yang
mengandung
khlorpirifos dan karbofuran. y
Penggerek batang (Ostrinia Furnacalis), merusak daun, batang, bunga jantan dan juga tongkol saat tanaman umur
1 bulan. Pengendalian
dengan menggunakan Furadan 3 G diberikan melalui pucuk sebelum berbunga (40 hari) d an diikuti Decis 25 EC. y
Penggerek tongkol (Helicoverpa sp.) , menyerang bagian reproduksi tanaman termasuk kuncup bunga dan buah, biasanya pada ujung tongkol dan merusak sebagian biji jagung dalam tongkol. Pengendalian dilakukan setelah terbentuk jambul jag ung dengan Decis 25 EC setiap 1-2 hari sekali sehingga biayanya mahal.
y
Pemanfaatan musuh alami dengan cara menghindari tindakan -tindakan yang dapat merugikan perkembangan musuh alami.
y
Pengendalian fisik dan mekanik antara lain dilakukan dengan mengambil kelompok telur dan membunuh larva hama atau imagonya atau mengambil tanaman yang sakit.
7.
Pengendalian penyakit Suatu penyakit merupakan hasil interaksi 3(tiga) komponen utama yaitu: pathogen, inang dan lingkungan (PIL). Usaha -usaha pengendalian
untuk mengatasi masalah penyakit pada dasarnya adalah cara -cara memanfaatkan PIL tersebut untuk memperkecil akibat yang ditimbulkannya sehingga mencapai suatu titik di bawah ambang ekonomi dengan kerugian yang dapat diabaikan. y
Bulai
(Downy
mildew) ,
penyakit
yang
paling
berbahaya
dapat
menurunkan hasil sampai 100 %. Penyebaran penyakit melalui angin yang membawa konidia dari sumber inokulum ke tanaman di sekitarnya. Pengendalian tidak menggunakan benih dari tanaman sakit, tanam serempak, penggunaan varietas tahan d an eradikasi.
Seedtreatment
pada benih sebelum ditanam dengan Ridomil/Saromil dengan dosis 100 gr/kg benih dapat menekan serangan bulai. y
Hawar daun (Helminthosporium turcicum) , timbul bercak-bercak pada daun bawah tua kemudian menuju daun -daun muda, pada infeksi berat tanaman mati. Kerugian dapat mencapai 70 %. Pengendalian gunakan fungisida sistemik, terutama sejak bunga jantan muncul dengan interval 7-10 hari.
y
Virus Mosaik, saat ini ada 3 (tiga) macam, yaitu : Virus Mosaik Tebu, Virus Mosaik Ketimun, dan Virus Mosaik Kerdil Jagung (VMKJ). Tanaman jagung rentan VMKJ sampai umur 5 minggu dan semakin tua akan lebih tahan. Dapat menular melalui biji dan tepung sari. Belum ada varietas jagung yang tahan terhadap VMKJ. Pengendalian dilakukan dengan penyiangan, sanitasi, dengan insektisida efektif seperti Monokrofos, Tamaron atau Thiodan.
8.
Panen dan pasca panen y
Panen dilakukan saat setelah benih mencapai masak fisiologis, karena pada saat itu kadar air benih jagung masih cukup tinggi, yaitu sekitar 35 40 % maka segera dilakukan penjemuran.
y
Penundaan waktu panen adalah sampai benih mencapai masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan). Penundaan dimaksud untuk menurunkan kadar air benih sampai 25 -30 %, sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat ditekan.
y
Tongkol jagung dipanen manual, segera kulit dikupas dan dijemur sampai kadar air 10-14 %, kemudian dipipil, pemipilan pada saat kadar air masih tinggi akan merusak kualitas biji jagung.
y
Jagung pipilan kemudian dijemur lagi hingga kadar air < 9 % apabila akan disimpan.
VARIETAS UNGGUL y
KRESNA, Umur 90 hari; tinggi tanaman 185 cm; warna biji kuning; bentuk biji mutiara; bobot 1.000 biji 270 gr; potensi hasil 7,0 t/ha; cukup tahan terhadap bulai.
y
BISMA, Umur 96 hari; tinggi tanaman 230 cm; warna biji kuning; bentuk biji semi mutiara; bobot 1.000 biji 307 gr; potensi hasil 7,5 t/ha; tahan karat dan bercak daun.
y
LAMURU, Umur 95 hari; tinggi tanaman 190 cm; warna biji kuning; bentuk biji mutiara; bobo t 1.000 biji 275 gr; potensi hasil 7 -8 t/ha; cukup tahan bulai dan karat.
y
PALAKKA, Umur 95-100 hari; tinggi tanaman 160 -200 cm; warna biji kuning; bentuk biji mutiara; bobot 1.000 biji 275 gr; potensi hasil 8,0 t/ha; tahan penyakit bulai.
y
SUKMARAGA, Umur 105-110 hari; tinggi tanaman 180 -220 cm; warna biji kuning tua; bentuk biji semi mutiara; bobot 1.000 biji 240 -280 gr; potensi hasil 8,5 t/ha; tahan penyakit bulai dan karat daun .
C. Subsistem Hilir
Subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian, secara jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengolahan produk Pengolahan produk dilakukan setelah kegiatan panen dalam subsistem agribisnis atau biasa disebut denga kegiatan pasca panen. Kegiatan pascapanen merupakan b agian integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu sub -sistem agribisnis yang
mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing komoditas
Indonesia
masih
lemah,
karena
selama
ini
hanya
mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor ±driven), sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural recources based dan unskilled -labor intensive. Pada komuditi Jagung , kegiatan pasca panen dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi
pengolahan
jagung
yang
berpeluang
meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai ekonomi Pascapanen jagung selama ini masih dkerj akan secara tradisional. Untuk pengembangan industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp 80 -160 miliar. Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Adapun berbagai produk olahan lain seperti pada uraian berikut ini. a. Dodol Jagung Dodol jagung diolah dari tepung jagung yang diberi gula, garam dan santan kelapa yang dimasak menjadi bub ur kental, dicetak dan dikemas. b. Pati Jagung. Pati jagung dalam perdagangan biasa disebut tepung maizena. Pati jagung dapat dibuat menjadi berbagai macam produk olahan pangan. Proses pembuatan pati jagung secara garis besar melalui tahapan perendaman biji jagung, penggilingan, pemisahan lembaga dari endosperm, pemisahan serat kasar dari pati dan gluten, kemudian
pemisahan
antara
pati
dari
glutennya,
kemudian
pengeringan pati. Pati jagung potensial mensubstitusi terigu maupun tapioka dari 20-100%. Jika pati jagung menggantikan 10% saja, maka diperlukan 0,3 -1,0 juta ton p ati jagung per tahun.
c. Tepung Jagung Pembuatan tepung jagung lebih mudah daripada pembuatan pati jagung. Tahapan pembuatan tepung jagung meliputi penggilingan kasar hingga berbentuk butiran (beras jagung), pemisahan kulit dan lembaga,
penggilingan
halus
hi ngga
berbentuk
tepung
dan
pengayakan. Guna mendukung upaya diversifikasi penggunaan tepung
jagung
menjadi
berbagai
bentuk
makanan,
dilakukan
pembuatan tepung jagung komposit yang disebut sebagai bahan makanan campuran (BMC), yaitu pencampuran tepung jagung dengan tepung dari komoditas lain untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan baku produk olahan antara lain produk rerotian, dll. d. Emping Jagung Emping jagung adalah biji jagung yang dipres tipis seperti emping. Di negara barat emping jagung ini disebut cor n flake. Produk ini dapat dimakan dengan menuangkan susudan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin berkembang dan berdampak positif dalam u saha diversifikasi menu makanan. e. Keripik Jagung Berbeda dengan emping jagung, keripik jagung dibuat dari biji jagung utuh. Mula -mula dilakukan pemasakan biji jagung utuh di dalam air kapur. Adonan tersebut kemudian digiling dan dicetak lalu dilakukan pengeringan dan penggorengan (Munarso dan Mujisihono, 1993). Keripik jagung banyak dikonsumsi di Meksiko dan Amerika Serikat disebut tortilla. Penyajiannya dapat ditambah sayur, daging, keju atau susu, dikonsumsi untuk sarapan ataupun sebagai makanan kecil (kudapan). 2. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada k onsep inti, yaitu :
kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar. Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk
cocok dengannya dan
dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memi lih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran. Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sul awesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 ± 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata -rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun . Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38, 85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara -negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara negara lainnya 14,34%. Total produksi jag ung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT . Berikut digambarkan pola pemasaran dari agribisnis jagung sebagai berikut. Pola 1. Petani
Pedagang tingkat desa
Pedagang besar kabupaten
Pedagang dalam negeri/Eksportir
Prosesor
Pola 2. Petani
KUD/Pasar lelang
Prosesor
Pedagang dalam negeri/Eksportir
Pola 3. Petani KUD
Prosesor
Pedagang dalam negeri/Eksportir
Kebutuhan akan jagung di daerah ini cukup tinggi. Di samping jagung bijian untuk pakan ternak, jagung muda pun banyak diminta, karena pasarnya masih terbuka lebar. Petani pun belakangan tidak lagi repot-repot memetik jagung di sawah, karena sudah banyak pembeli yang langsung membeli di sawah. Harganya pun lumayan menjanjikan. Satu are jagung tua, laku terjual rata -rata Rp 90.000. Untuk jagung yang sudah dirontokan atau jagung bijian, laku terjual Rp 1.500 per kilogram, sedangkan yang masih tongkolan hanya Rp 900, sedangkan kalau borongan harganya bisa mencapai Rp 90.000 per arenya serta jagung muda Rp 200 per tongkol. Jagung muda memang banyak diserap pasar, baik di pasar tradisional maupun di objek -objek wisata di daerah ini. Jagung rebus dan jagung bakar memang merupakan menu makanan favorit di sejumlah objek wisata . 3. Manajemen Manajemen adalah suatu proses untuk mencapai hasil -hasil yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan menjalankan fungsi -fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan pengimplementasian fungsi
pengawasan
dan
pengendalian.
Subsistem
hilir
serta
agribisnis
manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut: y
Fungsi perencanaan, dimana pada subsistem hilir perencanaan misalnya
dilakukan
dengan
mendiskusikan
suatu
perencanaan
tentang akan diolah seperti apa hasil produk yang telah diperoleh pada on-farm apakah jagungnya nanti akan dijadikan dodol jagung,
pati jagung atau yang lainnya, merencanakan setelah produk jadi akan di pasarkan dimana dan dengan harga berapa.. y
Fungsi
pengorganisasian,
dimana
pada
subsi stem
hilir
pengorganisasian dilakukan dengan mengelompokkan orang -orang yang akan di tempatkan sebagai coordinator suatu kegiatan yang dapat dikhususkan, sebagai contoh suatu perusahaan setelah memeutuskan produksinya akan mereka kelola menjadi tepung jagung kemudian di organisasikanlah karyawannya yang mana pembagiannya ada yaSng mengurusi penyediaan bahan pelengkap selain jagung, ada yang mengurusi distribusi, promosi sampai pasar. y
Fungsi pengendalian dan f ungsi pengarahan ini kebanyakan yang berperan adalah manajer. Pada subsistem hilir manajer diharapakan dapar secara intensif memberikan pengarahan agar tidak terjadi kekeliruan dalam mencapai tujuan sebagimana direncanakan.
y
Fungsi pengevaluasian pada subsistem hilir dilakukan dengan melihat sejauh mana kinerja yang ttelah dilakukan apakah telah mencapai tujuan yang telah direncanakan ataukah perusahaan menghadapi masalah
dan
produktivitas.
CONTOH KASUS
sejauh
mana
masalah
tersebut
mempengaruhi