BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Teori Behavioristik, John B. Watson sebagai tokoh utama dalam Teori Behavioristik ini, ia menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya. Jadi, Watson menyingkirkan dari psikologi konsep-konsep seperti kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif lainnya. Pendeketan Konseling Behavioristik beranggapan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain. Therapi konseling Behaviorisme, konselor harus memegang peranan aktif dan langsung, agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan istilah-istilah klien sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan klien. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Konsep Dasar dari Teori Behaviorisme? 2. Apa Prinsip-prinsip Tingkah Laku ( Behaviorisme Therapy ) ? 3. Apakah Tujuan
Terapi Tingkah Laku Behaviorisme dalam bimbingan dan
konseling? 4. Hubugan yang berupa apa yang sifatnya membantu dari Teori Behaviorisme ? 5.
Apa Aplikasi Terapi tingkah laku dalam melaksanakan Terapi Behaviorisme dalam bimbingan dan konseling ?
1.3 Tujuan Tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui konsep dasar dari Teori Behaviorisme. 1
2. Mengetahui prinsip-prinsip teori tingkah laku ( Behaviorisme Therapy ). 3. Mengetahui tujuan dari terapi tingkah laku Behaviorisme dalam Bimbingan da Konseling. 4. Mengetahui hubugan yang sifatnya membantu dari terapi Behaviorisme dalam bimbingan dan konseling. 5. Mengetahui aplikasi teori tingkah laku dalam melaksanakan terapi Behaviorisme dalam bimbingan dan konseling.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Teori Behaviorisme
Pendekatan Behavioristik dalam Bimbingan Konseling John B. Watson Pendiri Behaviorisme (1878 – 1958), ini adalah seorang behavioris radikal yang pernah menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya – dokter, ahli hokum, seniman, perampok, pencopet – melalui bentukan lingkungan. Jadi, Watson
menyingkirkan
dari
psikologi
konsep-konsep
seperti
kesadaran,
determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif lainnya. B. F. Skinner menyatakan bahwa kondisi-kondisi tertentu seringkali mengontrol seseorang untuk berperilaku, hal ini terjadi baik dirumah, disekolah, dirumah sakit, bahkan dipenjara sekalipun. Seorang konselor akan merubah perilaku klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dia akan menciptakan kondisi tertentu. Selain itu skinner juga menolak anggapan bahwa kepribadian manusia ditentukan oleh pengalaman masa lalu seperti yang diungkapkan Freud. Albert Bandura menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain. Ia mengungkapkan bahwa salah satu pross fundamental yang memungkinkan klien mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi atau percontohan social yang disajikan oleh terapis. Jadi dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tokoh pendiri behaviorisme adalah John B. Watson, ia menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya. Jadi, Watson menyingkirkan dari psikologi konsep-konsep seperti kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif lainnya. Pendeketan Konseling Behavioristik juga beranggapan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain. 3
B. Prinsip-prinsip Teori Tingkah Laku Pada dasarnya, Watson menolak pikiran dan kesadaran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan perilaku (behaviour) sebagai subjek psikologi. Terdapat 3 Prinsip dalam aliran behaviorisme: 1) Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir di kehidupan. Perilaku muncul sebagai respons dari kondisi yang mengelilingi manusiadan hewan. 2) Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu. 3)
Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
C. Tujuan Terapi Tingkah laku ( Konseling Behavioral ) Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon respon yang lama merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Tetapi ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh: a. Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik. b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan). c. Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus. d. Penilaian objektif mengenai hasil konseling.
D. Hubungan yang Bersifat Membantu ( helping relationship )
4
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan istilah-istilah klien sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan klien. Klien harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktifitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun di luar konseling.Dalam hubungan konselor dengan klien beberapa hal di bawah ini harus dilakukan: a. konselor memahami dan menerima klien; b. keduanya bekerjasama; c. konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan klien. Role of counselor Konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasehat, penguat, fasilitator, instruktur atau pengawas dari orang-orang di lingkungan klien yang membantu dalam proses perubahan. Konselor yang berorientasi sosial – kognitif berperan sebagai model Tujuan
dari konselor
behavioral
ingin
membantu
klien
membentuk
penyesuaian diri yang baik dalam lingkungan hidup, pencapaian pribadi, dan obyektifitas profesional.
E. Aplikasi Terapi Tingkah Laku Behavioral. Konselor-konselor behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial (social-learning theory). Mereka mengemukakan bahwa prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan adalah untuk mengubah perilaku, dapat diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah di dalam proses belajar, yang tujuan ingin membantu klien membentuk penyesuaian diri yang baik dalam lingkungan hidup, pencapaian pribadi, dan obyektifitas profesional Dalam deskripsi ini ada tugas dan teknik-teknik yang menandai ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap bimbingan dan konseling. Liberman (1981) mengemukakan tiga bidang kepedulian teknis bagi konselor; 5
1) kreasi dari gabungan terapeutik yang positif. 2) membuat analisa fungsional terhadap masalah-masalah. 3) Implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement dan modeling di dalam konteks interaksi sosial. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh John B.Watson (1878 – 1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat, Witson dikenal sebagi Bapak Behaviorisme. Ia menyingkirkan dari psikologi konsep-konsep seperti kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif lainnya. Pendeketan Konseling Behavioristik beranggapan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain Prinsip - prinsip dalam aliran behaviorisme: 1) Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. 2)Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. 3)Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan istilah-istilah klien sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan klien. 3.2 Saran 6
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian teoritik. Jakarta : Rineka Cipta. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/behaviorisme.html http://www.scumdoctor.com/psychology/behaviorism/Theory-And-Definition-OfBehaviorism.html
7