TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL HEWANI
“Pengolahan Susu – Susu Susu Pasteurisasi” Pasteurisasi” Disusun untuk memenuhi memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Mikrobial yang diampu oleh: Mustika Nuramalia Handayani, S.TP., M.Pd.
Disusun oleh :
Iqbal Rizki Pratama
(1500431)
Kemal Ahmad Rivai
(1507116)
Galuh Raka Fauzi
(1506928)
Putri Audia Aneti Kallista
(1504063)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2017
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu tinggi diterapkan baik dalam pengawetan maupun dalam pengolahan pangan. Pemberian suhu tinggi pada pengolahan dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan bahwa pemberian panas yang cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba dan menginaktifkan enzim. Selain itu makanan menjadi lebih aman karena racun-racun tertentu rusak karena pemanasan. Salah satu pengawetan makan dengan suhu tinggi adalah dengan menggunakan metode pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan yang menggunakan suhu rendah dibawah 100 oC. Tujuan pasteurisasi adalah untuk mengurangi populasi
mikroorganisme
pembusuk
sehingga
bahan
pangan
yang
dipasteurisasi tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari (seperti produk susu pasteurisasi) sampai beberapa bulan (seperti produk sari buah pasteurisasi). Selain itu, pasteurisasi juga bertujuan untuk menonaktifkan enzim-enzim dan memeperpanjang daya simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan menjadi dua, yaitu LowTemperature Long Time atau LTLT dengan suhu 63 oC selama 30 menit dan High Temperature Short Time atau HTST dengan suhu 72 oC selama 15 detik. 1.2 Tujuan 1.3.1. Mengetahui karakteristik pada susu pasteurisasi 1.3.2. Mengetahui prinsip pembuatan susu pasteurisasi 1.3.3. Mengetahui prosedur pembuatan susu pasteurisasi 1.3.4. Mengetahui perbedaan susu pasteurisasi full cream, dan susu
pasteurisasi skim.
PEMBAHASAN
2.1
Karakteristik Susu Pasteurisasi
Pada umumnya proses pasteurisasi dilakukan dengan mamanaskan susu pada suhu 62°C selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat dapat digunakan suhu 72ºC selama 15 detik. Meskipun bakteri patogen sudah dimusnahkan, tetapi bakteri non patogen, terutama bakteri pembusuk masih hidup. Jadi susu pasteurisasi, buka merupakan susu awet. Dalam penyimpanannya, biasanya susu pasteurisasi digabungkan dengan metode pendinginan (Agung, 2012). Untuk memperpanjang daya simpannya, susu pasteurisasi disimpan pada suhu maksimal 10°C, lebih dingin lebih baik. Pada suhu tersebut mikroba pembusuk meskipun tidak mati, tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang. Pada saat pasteurisasi, bukan hanya bakteri patogen yang mati, tetapi beberapa jenis enzim juga dimatikan. Enzim yang terpenting adalah posfatase. Enzim tersebut memiliki daya tahan panas yang sedikit lebih tinggi daripada bakteri patogen penyebab tbc. (Koswara, 2009) Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas. Ciri – ciri fisik susu: a. Warna Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan
b. Rasa Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari: a.
Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
b.
Sebab-sebab dari enzim yang menghasilkan cita rasa tengik karena kegiatan lipase pada lemak susu.
c.
Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
d.
Sebab-sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
e.
Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan klor.
c. Tekstur Tekstur air susu dipengaruhi oleh viskositas air susu. Seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega. d. Aroma Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu.
Adapun menurut SNI 01-3951-1995 sebagai berikut :
2.2
Prinsip Pembuatan Susu Pasteurisasi
Proses pasteurisasi termasuk proses pemanasan yang dapat didefenisikan sebagai berikut: pasteurisasi adalah proses pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu pada suhu 62°C selama 30 menit, atau pemanasan pada suhu 72ºC selama 15 detik, yang segera diikuti dengan proses pendinginan (Saleh, 2004). Ada 2 macam cara pasteurisasi yaitu: 1. Pasteurisasi lama (LTLT= Low Temperature Long Time) dengan suhu 62ºC- 65°C selama 30 menit. 2. Pasteurisasi sekejap (HTST= High Temperature Short Time) dengan suhu 85ºC – 95°C selama 1-2 menit. Sedangkan menurut (Fitriani, 2015) metode pasteurisasi dikenal beberapa macam suhu pemanasan pasteurisasi yaitu: low temperature long time (LTLT), yakni susu dipanaskan pada suhu 62- 65ºC selama 30-32 menit. High temperature short time (HTST), yakni susu dipanaskan dalam waktu yang sangat singkat pada suhu 71-74ºC selama 15-30 detik atau pada suhu
85-127°C selama 8 detik. Ultra high temperature (UHT), susu dipanaskan pada suhu 140-150ºC selama 1-2 detik. Pada kondisi pemanasan 10 menit dengan suhu 63°C hubungan waktu dengan temperatur belum cukup untuk mendestruksi beberapa organisme yang menyebabkan demam, sehingga Dinas Kesehatan Amerika Serikat merekomendasikan lama pasteurisasi diperpanjang menjadi 30 menit.
2.3
Prosedur dan Diagram Proses Pembuatan Susu Pasteurisasi No
1.
Urutan Kerja
Persiapan
Uraian
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan Timbang semua bahan sesuai kebutuhan
2.
Pemanasan
Apabila dikehendaki, tambahkan stabilizer ke
Pendahuluan
dalam susu Aduk rata dan minimalisir terjadinya gumpalan Panaskan susu pada suhu 50-55°C sambil terus diaduk
3.
Homogenisasi
Lakukan homogenisasi pada tekanan minimal 150 bar agar lemak benar-benar merata Ulang perlakuan apabila lemak masih menggumpal dan segera lakukan pasteurisasi pasca homogenisasi
4.
Pasteurisasi
Tambahkan gula dan garam ke dalam susu Lakukan pasteurisasi pada suhu 75 oC selama 15 menit Pastikan selama proses susu diaduk agar bahan tambahan larut secara merata Setelah suhu pasteurisasi tercapai, lakukan penambahan perisa buah dan pewarna makanan
atau coklat bubuk 5.
Penurunan Suhu
Lakukan penurunan suhu hingga mencapai suhu 28°C secara cepat Apabila hal ini tidak dimungkinkan, maka abaikan proses ini dan lakukana pengemasan susu dalam kondisi panas untuk meminimalisir kontaminasi
6.
Pengemasan
Lakukan pengemasan sesuai volume yang dikehendaki baik menggunakan botol atau cup Bahan pengemas harus terbuat dari bahan yang dapat melindungi produk agar tidak kontak langsung dengan sinar matahari
7.
Inspeksi
Lakukan pengecekan kebocoran secara teliti Lakukan pengemasan ulang atau tetapkan sebagai produk afkir Lanjutkan dengan merendam cup-cup susu dalam bak pendingin yang berisi air yang mengalir
8.
Penyimpanan Susu
Simpan susu pasteurisasi pada refrigerator suhu 28°C Lama simpan 7 hari
9.
Distribusi
Selama distribusi susu harus dalam keadaan dingin dan setelah dibuka harus segera dikonsumsi hingga habis
(Sumber : Widi Roseli (Widyaiswara BBPP-Batu))
2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Susu Pasteurisasi
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pasteurisasi: 1.
Suhu Pemanasan Suhu pemanasan untuk pasteurisasi dibedakan menjadi 3 golongan, antara lain; a. Proses pasteurisasi dengan suhu rendah yaitu pada suhu 61 oC (LTLT). b. Proses pasteurisasi dengan suhu cukup tinggi yaitu pada suhu 71,775oC (HTST). c. Proses pasteurisasi dengan suhu tinggi yaitu pada suhu 131 oC (UHT).
2.
Jenis produk pangan (susu) yang diproses Pasteurisasi pada susu, pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputasan dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas.
3.
Waktu pemanasan Proses pasteurisasi dengan penanganan suhu yang tidak tepat dapat mengakibatkan loss nutrition, yaitu hilangnya nutrisi-nutrisi penting yang terkandung dalam susu. Penanganan suhu yang salah juga dapat mengakibatkan bakteri patogen yang tetap hidup didalam susu, sehingga mengakibatkan ketahanan susu menjadi berkurang, serta beresiko menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia. Waktu pemanasan untuk pasteurisasi dibedakan menjadi 3 golongan, antara lain: a. Waktu pemanasan pasteurisasi dengan waktu yang lama yaitu selama 30 menit (LTLT). b. Waktu pemanasan pasteurisasi dengan waktu singkat yaitu selama 1516 detik (HTST). c. Waktu pemanasan pasteurisasi dengan waktu sangat singkat yaitu selama 0,5 detik (UHT).
4.
Media penghantar panas Media yang digunakan untuk proses pasteurisasi adalah media yang dapat menghantarkan panas dengan baik dan merata.
5. pH produk
6.
2.5
Resistensi mikroba
Perbedaan Susu Pasteurisasi Full Cream, Pasteurisasi Skim, dan lain lain
Susu pasteurisasi dapat bertahan selama 12 sampai 16 hari dari tanggal atau hari pemrosesan, jika disimpan pada suhu yang ideal, yaitu 30 – 60C. Karenanya, susu pasteurisasi harus disimpan dalam lemari es. Sebagai catatan, umur simpan selama itu (sampai 16 hari) hanya untuk susu pasteurisasi yang belum dibuka. Setelah kemasan dibuka, susu harus segera dihabiskan. Pasteurisasi efektif membunuh bakteri-bakteri yang berpotensi patogenik di dalam susu. Namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat termoresisten alias tahan terhadap suhu tinggi. Proses UHT (Ultra High Temperature) adalah sterilisasi parsial yang diterapkan pada produk-produk pangan, termasuk susu, untuk melenyapkan semua bakteri pembusuk maupun pathogen berikut sporanya. Dalam proses ini, susu dipanaskan pada suhu tinggi yang melampaui titik didihnya (minimal 1300 C) selama 0,5 detik, dan selanjutnya susu dikemas dalam kemasan yang aseptik Berbeda dengan susu hasil pasteurisasi metode LLT dan HTST, susu hasil pasteurisasi dengan metode UHT jauh lebih panjang dari susu pasteurisasi dengan metode LLT dan HTST, bisa tahan selama 6 bulan tanpa refrigerasi (pendinginan). Tetapi ini hanya berlaku untuk susu UHT yang kemasannya belum dibuka. Begitu kemasannya dibuka, susu UHT akan mudah terkontaminasi dengan bakteri pembusuk. Oleh karena itu, setelah dibuka susu harus disimpan di dalam refrigerator/ le mari es (suhu 3-5 0C) dan sebaiknya segera habiskan dalam jangka waktu 7 sampai 10 hari. Selain umur simpan, perbedaan antara susu pasteurisasi dengan susu UHT terletak pada rasa. Susu UHT memiliki cita rasa yang lebih 'matang' dari susu pasteurisasi. (EG – dari berbagai sumber)
Metode Pasteurisasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut : 1. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 75 oC dengan alat Plate Heat Exchanger. 2. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time/LTLT) yaitu proses pemanasan susu pada suhu 61 oC selama 30 menit. 3. Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature/UHT) yaitu memanaskan susu pada suhu 131 oC selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas. Jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah susu skim dan Susu Full Cream. Susu Full Cream biasanya dianjurkan bagi anak-anak dan remaja karena sangat penting bagi pertumbuhan. Sedangkan, susu skim sering dianjurkan bagi pria dan wanita yang berusaha menurunkan berat badan. Hal ini karena salah satu perbedaan utama antara Susu Full Cream dan susu skim adalah jumlah lemak susu yang dikandungnya. Susu Full Cream mengandung semua jenis lemak susu yang lengkap di dalamnya. Umumnya, susu sapi mengandung 3,5% lemak susu untuk setiap cangkir susu. Susu skim, adalah susu sapi yang mengalami proses skimming, yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan lemak susu sebanyak mungkin. Hal ini memungkinkan seseorang dapat mengonsumsi susu untuk mendapatkan kalsium dan protein tanpa mengonsumsi lemak susu. Hal tersebut menimbulkan perbedaan lain antara Susu Full Cream dan susu skim. Lemak Susu yang terkandung dalam Susu Full Cream menyebabkan rasa susu lebih creamy dan lebih lezat dari susu skim. Kebanyakan orang yang minum susu skim akan merasakan kalau susu skim lebih hambar. Hal tersebut dikarenakan banyak kandungan rasa dalam lemak susu yang dihilangkan, lalu digunakan untuk membuat berbagai produk lain yang berbahan dasar susu seperti keju dan mentega. Inilah sebabnya susu
jenis ini disebut dengan susu full cream. Sedangkan susu skim seringkali disebut sebagai susu rendah lemak karena susu skim masih mengandung sejumlah lemak susu di dalamnya, atau sekitar 0,5% lemak susu. Hal tersebut menimbulkan perbedaan lain antara Susu Full Cream dan susu skim. Lemak Susu yang terkandung dalam Susu Full Cream menyebabkan rasa susu lebih creamy dan lebih lezat dari susu skim. Kebanyakan orang yang minum susu skim akan merasakan kalau susu skim lebih hambar. Hal tersebut dikarenakan banyak kandungan rasa dalam lemak susu yang dihilangkan, lalu digunakan untuk membuat berbagai produk lain yang berbahan dasar susu seperti keju dan mentega. Inilah sebabnya susu jenis ini disebut dengan susu full cream. Sedangkan susu skim seringkali disebut sebagai susu rendah lemak karena susu skim masih mengandung sejumlah lemak susu di dalamnya, atau sekitar 0,5% lemak susu. Susu skim ialah susu yang telah melewati proses skimming. Tujuannya adalah untuk mengurangi kandungan lemak yang ada di dalam susu tersebut menjadi serendah mungkin. Rata-rata susu skim hanya mengandung lemak dengan konsentrasi di bawah 0,5 persen. Itu sebabnya, susu ini cocok sekali dikonsumsi oleh Anda yang ingin menurunkan berat badan secara sehat. Tapi jangan kaget ya kalau rasanya agak sedikit hambar. Dinamakan susu full cream karena susu ini mengandung lemak dalam komposisi yang penuh, yakni sekitar 3,5 persen. Karena kandungan gizinya masih utuh, susu ini sangat bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Susu full cream juga terasa lezat dan kental di mulut. a. Apa bedanya susu full cream dan susu skim? Kedua jenis susu ini dibedakan dari kandungan lemak yang ada di dalamnya. Susu full cream mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu skim. Pada proses produksi, kandungan lemak dalam susu skim sengaja dihilangkan sehingga menjadi sangat rendah, kurang dari 0,5%. Sedangkan, kandungan lemak dalam susu full cream sekitar 3,25%. Karena kandungan lemaknya inilah, susu full cream memiliki kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu skim.
Kandungan lemak dalam susu yang berbeda umumnya tidak memengaruhi nutrisi lainnya yang ada dalam susu. Nutrisi antara susu full cream dan susu skim tetap sama, seperti vitamin D, vitamin A, kalsium, fosfor, vitamin B2, dan vitamin B12. Namun, kandungan asam lemak omega-3 pada kedua jenis susu tersebut berbeda. Semakin banyak kandungan lemak dalam susu tersebut, maka semakin tinggi juga kandungan asam lemak omega-3 dalam susu. Asam lemak omega-3 sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung dan otak Anda. Bahkan sebuah penelitian yang menghubungkan kandungan asam lemak omega-3 dalam susu dengan diabetes menunjukkan bahwa mereka yang minum susu
dengan
kandungan
asam
lemak
omega-3
tinggi
memiliki
kemungkinan 44% lebih rendah untuk terkena diabetes. b. Benarkah susu skim lebih sehat dari susu full cream? Saat Anda memilih susu skim, Anda memilih susu dengan kandungan lemak yang lebih sedikit. Sedangkan, susu full cream mengandung lemak yang lebih banyak, tapi belum tentu tidak sehat bagi Anda. Susu memang mengandung lemak jenuh yang menurut beberapa penelitian berhubungan dengan penyakit jantung. Sehingga, orang lebih memilih susu skim yang mengandung lemak lebih sedikit dibanding susu full cream. Namun, beberapa penelitian belakangan ini juga telah menunjukkan
bahwa
kandungan
lemak
jenuh
dalam
susu
tidak
menyebabkan penyakit jantung. Jadi, susu full cream tidak seburuk yang ada di pikiran Anda. Bahkan, penelitian yang dipublikasikan oleh Scandinavian Journal of Primary Health tahun 2013 menunjukkan bahwa lemak susu berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dari obesitas abdominal dibandingkan dengan susu dengan lemak lebih rendah. Partisipan dalam penelitian ini yang memiliki asupan susu tinggi lemak memiliki risiko 48% lebih rendah terkena obesitas abdominal. Sedangkan, yang mengonsumsi susu rendah lemak memiliki risiko 53% lebih tinggi untuk mengalami obesitas abdominal.
Penelitian lain yang dipublikasikan oleh Nutrition Research 2014 juga melaporkan bahwa susu full cream dapat mengurangi risiko obesitas, khususnya obesitas abdominal alias perut buncit. Dalam salah satu ulasan, sejumlah 11 dari 16 penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi susu tinggi lemak berhubungan dengan risiko obesitas yang lebih rendah. Beberapa ahli berpendapat bahwa kandungan lemak dalam susu yang lebih tinggi dapat membuat seseorang puas dan kenyang setelah mengonsumsinya sehingga ia tidak makan lebih banyak lagi. Dengan kata lain, konsumsi
susu full
cream lebih
bisa
membantu
Anda dalam
mengontrol berat badan. Beberapa penelitian pun telah membuktikan bahwa konsumsi susu full cream dapat membantu mencegah kenaikan berat badan. c.
Bagaimana dengan susu skim? Susu skim bisa menjadi pilihan terbaik bagi Anda yang sedang diet. Kandungan lemaknya yang rendah membuat kalori yang terkandung dalam susu skim menjadi lebih sedikit. Namun, susu skim tetap bisa menyediakan protein yang Anda butuhkan, sekira delapan gram protein per gelas susu. Susu skim juga mengandung kalsium tinggi, sekitar 300 mg per gelas. Namun, hati-hati, walaupun susu skim mengandung lemak yang lebih sedikit, tetapi belum tentu juga mengandung gula yang lebih sedikit. Biasanya makanan atau minuman berlabel rendah lemak atau bebas lemak mempunyai kadar gula yang lebih tinggi. Gula lebih banyak ditambahkan pada produk ini untuk meningkatkan rasa, setelah kandungan lemak dikurangi. Perlu Anda ketahui bahwa semakin banyak kandungan lemak, tentu semakin enak rasa sebuah makanan atau minuman.
d.
Jadi, pilih susu full cream atau susu skim? Semuanya tergantung pada pilihan dan kesukaan Anda. Apapun pilihannya, keduanya bisa menjadi pilihan yang sehat dalam diet Anda. Susu full cream atau susu skim sama-sama memiliki nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh Anda. Sebaiknya, sesuaikan juga dengan kebutuhan dan makanan yang Anda makan dalam sehari jika Anda ingin
mengonsumsi susu full cream atau susu skim. Jika Anda sedang ingin menurunkan berat badan, mungkin susu skim pilihan yang tepat. Namun, setelah minum susu skim dan Anda belum merasa kenyang, sebaiknya Anda tidak melebihkan porsi makan Anda dari biasanya untuk mencegah kenaikan berat badan.
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1. Pasteurisasi merupakan proses pemanasan setiap komponen susu pada suhu 62ºC selama 30 menit yang biasa disebut dengan LTLT (low temperature long time) atau pemanasan pada suhu 72°C selama 15 detik yang biasa disebut dengan HTST ( high temperature short time), yang segera diikuti dengan proses pendinginan. 2. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 75 oC dengan alat Plate Heat Exchanger. 3. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time/LTLT) yaitu proses pemanasan susu pada suhu 61 oC selama 30 menit. 4. Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature/UHT) yaitu memanaskan susu pada suhu 131 oC selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, S. (2012). Teknologi Pengolahan Susu. Surakarta. Fitriani. (2015). Kualitas Organoleptik dan Nilai pH Susu. Skripsi. Koswara, S. (2009). Teknologi Pengolahan Susu. eBookPangan. Saleh, E. (2004). Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU digital Library. http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/membuat-susu-pasteurisasi/