MAKALAH SPRAIN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera o lahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami cedera muskoluskletal, salah satunya adalah sprain. Sprain atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah ad alah pita sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu bergerak. Sprain biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, da n lutut. Bila kekurangan ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sprain? 2. Apa yang disebut dengan sprain? 3. Apa penyebab terjadinya sprain? 4. Apa tanda dan gejala sprain? 5. Menjelaskan klasifikasi sprain? 6. Menjelaskan patofisiologi sprain? 7. Menjelaskan manifestasi klinis sprain? 8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sprain?
9. Menjelaskan penatalaksanaan sprain? 10. Menjelaskan komplikasi sprain? 11. Menjelaskan pencegahan sprain?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan Umum : Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma musculoskeletal khususnya sprain Tujuan Khusus : Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang tentang sprain. 1.4 Manfaat Penulisan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sprain 2. Mengerti apa yang menyebabkan sprain 3. Mengetahui proses dari sprain 4. Mengetahui pemeriksaan yang harus dilakukan pada penyakit sprain 5. Mengerti tentang cara pengobatan sprain 6. Mengetahui patofisologi sprain 7. Mengetahui manifestasi klinis sprain 8. Mengetahui pemeriksaan penunjang sprain 9. Mengetahui penatalaksanaan sprain 10. Mengetahui komplikasi sprain 11. Mengetahui pencegahan sprain
BAB II KONSEP TEORITIS PENYAKIT 2.1 Anatomi Fisiologi Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen : a.
Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
b.
Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi pergerakan atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4 hal 112). Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996). Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan (Smeltzer,2002). Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995). Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain (Lukman Nurna Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).
a. 1.
Klasifikasi Menurut permukaannya
a) Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan tulang saling bergeser
b) Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi c) Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arah d) Sendi ellipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elips e) Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti soket. f)
Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
g) Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak.
2.
Menurut pergerakannya
a) Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali. b) Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi sedikit. c) Sendi diartrosis (sendi synovial) adalah sendi dengan pergerakan bebas. 3.
Menurut tempatnya Persendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :
a) Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara fascies artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis proksimal. b) Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia ossis fibulae dan insisura fibularis ossis tibialis. c) Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia, terbentang melalui membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula.
2.2 Konsep Penyakit 2.2.1 Pengertian Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar.
(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC) Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang membe rikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan sendi. (Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC) Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. (Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC) Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.
2.2.2 Klasifikasi ( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta : Erlangga) a.
Sprain derajat I (kerusakan minimal) Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan fungsi.
b.
Sprain derajat II (kerusakan sedang) Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sang at nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
c.
Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen) Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada ki saran pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
2.2.3 Etiologi (Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Penyebab sprain meliputi : Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain. 2.2.4 Patofisiologi Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.
2.2.5 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi : a. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi) b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi c.
Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.
2.2.6 Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi: a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (kadang-kadang). b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto rontgen/ radiologi. yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa.
Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan pada ligamen dan sendi. 2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging) Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh yang lebih detail. Hasil yang diperoleh gambaran ligamen yang luka.
2.2.8 Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan medis 1) Imobilisasi 1. Penggunaan gips 2. Elastis 2) Farmakologi 1. Analgetik Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat analgetik :
Aspirin: Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau 3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.
Bimastan : Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung, asma, d an ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6jam.
Analsik : Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ; Kontra indikasi : hipersensitif ; Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak 3xsehari 1/2kaplet).
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat) 4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo b erat, pemasangan gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi
5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada sebagia altet).
b. Penatalaksanaan keperawatan 1) Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan 2) Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera dilakukan sesudah cedera) 3) Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki) 4) Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan pembengkakan (letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk mencegah cedera karena hawa dingin).
2.2.9 Pencegahan 1. saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. 2. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan. 3. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.
2.2.10 WOC (Web of Caution) Tekanan Eksternal yang berlebih
Kerusakan serabut ringan Kerusakan serabut total Ligamen robek
Kemampuan stabilitas menghilang menghilang Pembuluh darah terputus Edema Pembengkakan Pendarahan
SPRAIN Gerakan minim
Ggn. imobilitas fisik Kurang informasi
Kurang pengetahuan Kesakitan saat bergerak
Nyeri aku Defi sit perawatan dir i Ketidakmampuan merawat diri
2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 1. Keluhan utama Keluhan utama adalah nyeri. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus menanyakannya secara langsung kepada pasien dengan teknik P, Q, R, S, T. g (penyebab) :apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas, spontan, stress setelah makan dll)? kualitas)
:apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll? Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?
daerah)
:dimana letak nyeri?
(intensitas)
:jelaskan skala nyeri dan frekuensi, apakah di sertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?
waktu)
: kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda makan? Frekuensi? b. Riwayat Penyakit Dahulu 1) Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada muskuloskeletal lainnya? c. Riwayat Penyakit Keluarga 1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini?
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a.
Data Biologis
1) Gerak dan Aktivitas Kaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-hari. 2) Kebersihan Diri Kaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya. b. Data Psikologis 1) Rasa Aman Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan pencegahan pada saat melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor sensori, serta faktor psikososial. 2) Rasa Nyaman Kaji apakah pasien mengalami mual dan nyeri (PQRST).
c.
Data Sosial
1) Sosial Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengid entifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi. 2) Prestasi Kaji tentang latar belakang pendidikan pasien. 3) Bermain dan Rekreasi Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan frekue nsinya) 4) Belajar Kaji apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan dilakukan. Kaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru. d. Data Spiritual 1) Ibadah Kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika sakit. 4. Pemeriksaan Fisik a.
Inspeksi :
1) Kelemahan 2) Edema 3) Ketidakstabilan fungsi ligamen
b. Palpasi : Mati rasa
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, ligamen atau tendon 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan akitivitas 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
2.3.3 Intervensi Keperawatan Nursing Care Plan Pasien Sprain Dx. 1 Nyeri Akut Diagnosa Keperawatan
(Nanda NIC NOC hal.530) Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Nyeri akut
Setelah diberikan asuhan
berhubungan
keperawatan selama...x24 nyeri yang
dengan spasme
jam, diharapkan nyeri
otot, ligamen atau pasien berkurang dengan tendon.
Lakukan pengkajian
Rasional Membantu dalam mengidentifikasi
komperhensif meliputi derajat P,Q,R,S,T
kiteria hasil :
ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk
DS :
. Klien mengatakan nyeri
keefektifan analgesic
pasien mengeluh
berkurang
Menurunkan aliran
nyeri, pasien
. Memperlihatkan
Tinggikan bagian
balik vena,
mengatakan
pengendalian nyeri
yang sakit
menurunkan edema
nyerinya seperti
. Mempertahankan tingkat
di tusuk-tusuk,
nyeri pada skala 2 dari 1-
pasien
10 dari skala nyeri yang
Lakukan perubahan
sirkulasi darah
mengatakan nyeri
diberikan
posisi
khususnya pada area
dan rasa nyeri Untuk memperlancar
bertambah apabila . Pasien tidak tampak
yang tertekan dan
kakinya
untuk menghindari
kesakitan dan meringis
digerakkan.
lagi
terjadinya dekubitus
. TD = 110/70 – 120/80 DO : pasien tampak
mmHg . Memperlihatkan teknik
kesakitan, pasien
relaksasi secara
tampak merintih,
individual yang efektif
skala nyeri 4 dari
untuk mencapai
10 skala nyeri
kenyamanan.
Lakukan kompres
Menurunkan udema /
dingin/es selama 24-
pembentukan
48 jam pertama dan
hematoma,
sesuai indikasi
menurunkan sensasi nyeri
Bantu pasien
Dengan teknik
yang diberikan,
mengidentifikasi
relaksasi dan teknik
TD= 90/60
tindakan kenyamanan
distraksi dapat
mmHg.
yang efektif di masa
mengalihkan perhatian
lalu seperti distraksi
pasien agar tidak
dan relaksasi
terfokus pada nyeri sehingga nyeri bisa dirasakan berkurang
Kolaborasi dengan dokter dalam
Dalam pemberian
pemberian analgetik
analgetik impuls nyeri pasien berkurang
Dx 2 Gangguan Mobilitas Fisik Diagnosa
(Nanda NIC NOC hal. 472)
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
Gangguan
Setelah diberikan asuhan
Kaji derajat imobilisasi
Mengetahui persepsi
mobilitas fisik
keperawatan selama
yang dihasilkan oleh
diri pasien mengenai
berhubungan
...x24 ajm, diharapkan
cedera / pengobatan dan keterbatasan fisk
dengan nyeri /
pasien dapat
perhatikan persepsi
aktual, mendapatkan
ketidakmampuan.
memperlihatkan
pasien terhadap
informasi dan
DS :
mobilitas pergerakan
immobilisasi
menentukan informasi
pasien
sendi dan otot dengan
dalam meningkatkan
mengatakan
kriteria hasil :
kemajuan kesehatan
Keperawatan
kakinya sulit
Pasien mampu
digerakan
melakukan ROM aktif
DO :
dan ambulasi dengan
pasien tampak
perlahan
pasien Meningkatkan aliran Instruksikan pasien /
darah ke ligamen dan
bantu dalam rentang
ke tulang untuk
mengalami
Berjalan dengan
gerak klien / aktif pada
mempertahankan
perubahan cara
menggunakan langkah-
ekstremitas yang sakit
gerak sendi
berjalan, pasien
langkah yang benar
dan yang tidak sakit
tampak kesulitan
sejauh 2 m.
Menghindari
dalam membolak-
Berikan lingkungan
terjadinya cedera
balik posisi
yang aman, misalnya
berulang.
tubuhnya, pasien
ingin ke kamar mandi
tampak berbaring
ataupun ingin duduk di
di tempat tidur.
bantu menggunakan pegangan tangan, penggunaan alat bantu moblilitas atau kursi roda penyelamat
Ajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam
Agar pasien terhindar
mobilisasi seperti body
dari kerusakan
mechanic ROM aktif
kembali pada
dan ambulasi
ekstremitas yang luka.
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang
Penanganan yang
boleh digerakkan dan
tepat dapat
yang belum boleh
mempercepat waktu
digerakkan.
penyembuhan.
Dx 3 Defisit Perawatan Diri Diagnosa
(Nanda NIC NOC hal. 642)
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Defisit perawatan
Setelah diberikan asuhan
Kaji kebersihan tubuh
Untuk mengetahui
diri berhubungan
keperawatan selama ...x
dan mulut pasien.
tingkat kebersihan
dengan
24 jam diharapkan pasien
ketidakmampuan
mampu melakukan
Bantu pasien dalam
dalam
perawatan diri secara
melakukan mandi dan
melaksanakan
mandiri dengan kriteria
hygiene oral sampai
pasien agar terhindar
aktivitas.
hasil :
pasien benar-benar
dari bakteri dan
DS : pasien
Pasien tampak bersih
mampu melakukan
mikroorganisme dan
mengatakan belum
dan rapi.
perawatan diri.
menciptakan
mandi sejak
Pasien mengatakan
Keperawatan
Rasional
pasien.
Menjaga kebersihan
kemandirian pasien.
kemarin, pasien
badannya tidak lengket
Ajarkan
Agar pasien dan
mengatakan
dan kulit tidak kusam
pasien/keluarga
keluarga mengerti
badannya terasa
lagi.
penggunaan metode
tentang metode
lengket dan kulit
Pasien tampak dapat
alternatif untuk mandi
alternatif untuk mandi
kusam. Pasien
melakukan perawatan
dan hygiene oral.
dan hygiene oral dan
mengatakan tidak
gigi dan mulut.
melatih pasien dalam
bisa kekamar
menjaga kebersihan
mandi.
diri.
DO : pasien
Kolaborasi dengan
Pemberian sabun
tampak kusam dan
dokter dalam
yang baik untuk
kotor, pasien
pemberian sabun
kesehata mencegah
tampak tidak
kesehatan yang baik
kuman pada kulit
mampu pergi ke
sebelum mandi,
pasien, air hangat
kamar mandi.
anjurkan mandi
dapat mendilatasi
menggunakan air
pembuluh darah.
hangat
Dx 4 Kurang Pengetahuan Diagnosa
(Nanda NIC NOC hal.440) Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Kurang pengetahuan
Setelah diberikan asuhan
Kaji gaya belajar
berhubungan dengan
keperawatan selama ...x
kurang informasi,
24 jam, diharapkan
materi
salah interpretasi
pasien akan mendapatkan
Mengetahui sebatas
informasi, tidak
pengetahuan mengenai
Lakukan penilaian
mana pengetahuan
mengenal sumber
penyakitnya dan
terhadap tingkat
yang tidak diketahui
informasi.
mengetahui tentang
pengetahuan pasien pasien sehingga
DS : pasien
program pengobatan
saat ini dan
memudahkan untuk
mengatakan tidak
dengan kriteria hasil:
pemahaman
pemberian informasi
mengetahui tentang
Pasien mengatakan
terhadap materi
penyakitnya dan
mengerti dan memahami
Agar pasien lebih
program pengobatan
tentang penyakitnya dan
mengerti dan untuk
yang akan di lakukan.
program pengobatan
Berinteraksi
mempermudah
DO : pasien tampak
yang akan di lakukan.
dengan pasien
penyerapan informasi
menunjukkan perilaku
Pasien tampak tidak
dengan cara tidak
yang tidak sesuai atau
menunjukkan perilaku
menghakimi unutk
terlalu berlebihan
yang tidak sesuai atau
memfasilitasi
seperti agitasi, pasien
berlebihan seperti agitasi
pembelajaran
tampak tidak
lagi, pasien tampak
Beri penyuluhan
pemahaman dan
mengikuti
mengikuti instruksi yang
sesuai tingkat
meningkatkan kerja
instruksiyang di
diberikan secara akurat.
pemahaman pasien,
sama dalam
ulangi informasi
penyembuhan atau
bila diperlukan.
dan mengurangi
Keperawatan
berikan secara akurat.
pasien
Rasional Untuk mempermudah cara penyampaian
Meningkatkan
resiko komplikasi
Kolaborasi dengan
Pasien dapat
dokter untuk
mengikuti program
memfasilitasi
terapi sesuai dengan
kemampuan pasien
kemampuannya.
mengikuti program terapi.
2.3.4 Implementasi Sesuai dengan intervensi.
2.3.5 Evaluasi 1. Dx 1 a.
Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Memperlihatkan pengendalian nyeri c.
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 skala nyeri yang diberikan
d. Pasien tidak tampak kesakitan dan meringis lagi e.
TD = 110/70 – 120/80 mmHg
f.
Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
2. Dx 2 a.
Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahan
b. Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2 m. 3. Dx 3 a.
Pasien tampak bersih dan rapi
b. Pasien mengatakan badannya tidak lengket dan kulit tidak kusam lagi c.
Pasien tampak dapat melakukan perawatan gigi dan mulut.
4. Dx 4 a.
Pasien mengatakan mengerti dan memahami tentang penyakitnya dan program pengobatan yang akan dilakukan
b. Pasien tampak tidak menunjukan perilaku yang tidak sesuai atau berlebihan seperti agitasi lagi, pasien tampak mengukti instruksi yang diberikan secara akurat.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
3.2 Saran Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik dan t epat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
DATAR PUSTAKA
Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA, intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC http://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-Strain