MAKALAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT SECARA TRANSDERMAL MELALUI VESIKEL Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penghantaran Obat
Oleh : KELAS A
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Renova Rizka P. Terryda Ayu P. Muflikhatun Nisa’ Nisa’ Estu Haryanti Muhimatul Fitria K. Carina Puspita K. Wakika Hosnul K. Riza Fahmi Qoyyum K.
(132210101057) (132210101057) (132210101059) (132210101059) (132210101061) (132210101069) (132210101069) (132210101071) (132210101071) (132210101075) (132210101075)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2016
2
Daftar Isi Halaman Judul.......................................................................................................................... 1 Daftar Isi…...…………………………………………………………………….....................2 BAB I PENDAHULUAN……...………………………………………………………...........3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 3 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3 1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
2.1 Sistem Penghantaran Obat Transdermal ........................................................................... 5 2.2 Vesikel dalam penghantaran obat secara transdermal ...................................................... 6 2.3 Contoh Formulasi sediaan transdermal melalui vesikel……………………………….... BAB III PENUTUP………………………………………………………………..................
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….................. 3.2 Saran……………………………………………………................................................ Daftar Pustaka………………………………………………………………......................... Lampiran…………………………………………………………………………………......
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit). Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan hormon, misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk menghilangkan kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing). Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan. Misalnya efek penggumpalan darah akibat estrogen oral, atau iritasi lambung pada obat-obat antiinflamasi non steroid dan aspirin/asetosal (Lucida, 2008). Namun sistem penghantaran obat secara transdermal menjadi sulit karena harus dapat melalui kulit memiliki tingkat permeasi yang rendah sebagai barier paling utama. Beberapa metode telah diteliti dan dikembangkan untuk meningkatkan laju permeasi obat secara transdermal sehingga diperoleh efektifitas yang besar dan efek samping yang lebih rendah. Salah satu metode sistem penghantaran obat secara transdermal adalah dengan bantuan vesikel. Vesikel adalah suatu partikel koloid yang berisi air. Umumnya tersusun atas fosfolipid atau surfaktan non ionik. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai peran dari vesikel dalam sistem penghantaran obat secara transdermal dan juga contoh dari formulasi sediaan transdermal yang menggunakan bantuan vesikel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem penghantaran obat secara transdermal? 2. Bagaimana obat dapat dihantarkan melalui kulit? 3. Apa yang dapat dilakukan vesikel dalam sistem penghantaran obat secara transdermal? 4. Apa saja jenis vesikel yang dapat digunakan melalui transdermal? 5. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan vesikel dalam sistem penghantaran obat secara transdermal?
4
6. Bagaimana contoh formulasi sediaan transdermal yang menggunakan bantuan vesikel?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami pengertian dari sistem penghantaran obat secara transdermal. 2. Agar mahasiswa memahami cara penghantaran obat melalui kulit. 3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami peran vesikel dalam sistem penghantaran obat secara transdermal. 4. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis vesikel yang dapat digunakan melalui transdermal. 5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian penggunaan vesikel dalam sistem penghantaran obat secara transdermal. 6. Agar
mahasiswa
mengetahui
menggunakan bantuan vesikel.
contoh
formulasi
sediaan
transdermal
yang
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Penghantaran Obat secara Transdermal
Sediaan transdermal merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat dengan cara ditempel melalui kulit. Rute penghantaran obat secara transdermal merupakan rute pilihan alternatif untuk beberapa obat, karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat dengan dosis konstan, cara penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat (Khan, et al., 2012) Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target penghantaran obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeutik yang diharapkan (Barhate, et al., 2009). Sediaan transdermal merupakan sediaan yang menyediakan rute alternatif untuk menghantarkan obat menembus kulit hingga dapat mencapai peredaran darah sehingga dapat menghindarkan obat dari kemungkinan terjadinya first pass metabolism. Secara umum ada dua tipe dari system transdermal tersebut yang dapat mengontrol laju pelepasan obat dalam kulit dan yang memungkinkan kulit untuk mengontrol laju absorpsi dari obat (Ansel, 1995). Persyaratan sistem penghantaran obat secara transdermal adalah: a. Sistem dapat menghantarkan obat dengan laju obat yang terkontrol, sejak saat menempel pada kulit pasien hingga terjadi absorpsi ke sirkulasi sistemik b. Sistem harus memberikan karakteristik fisikokimia yang tepat untuk dapat melepaskan substansi obat ke dalam stratum corneum c. Sistem dapat mengoklusi kulit untuk memastikan arus searah dari laju fluks obat d. System transdermal memiliki efek terapeti yang lebih menguntungkan daripada bentuk sediaan dan system penghantaran obat yang lainnya e. Bahan pelekat, pembawa, dan bahan aktif dalam system transdermal tidak boleh mengiritasi kulit pasien
6
f. System transdermal ,merupakan sisitem yang oklusi dan tidak boleh aad perkembangan dari bakteri kulit.
Sistem penghantaran transdermal tidak hanya menyediakan pelepasan terkontrol, pemberian terkontrol dari obat, tetapi memungkinkan pemasukan berkelanjutan dari obat dengan waktu paruh biologis yang pendek, dan menghilangkan masuknya ke dalam sirkulasi sistemik yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan (Gaikwad, 2013) Sistem penghantaran obat secara transdermal berdasarkan kecanggihannya diklasifikasikan sebagai berikut
a) Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat
Ini
melibatkan
desain
sistem
yang
memberikan
obat-obatan
dengan
mengendalikan difusi molekuler dari molekul obat melintasi penghalang kulit dalam atau di sekitar sistem pengiriman. Polimer membran permeasi dikendalikan sistem pengiriman obat. Ini melibatkan sistem di mana obat ini tertutup dalam reservoir obat. Hal ini tercakup oleh membran semipermeabel dari polimer yang mengatur pelepasan dan memiliki permeabilitas tertentu.Ada beberapa potensi pengembangan dengan proses permeasi membran permeasi membran sebagai mikroporous dikendalikan pengiriman perangkat pencernaan, resistensi cairan lambung usus ditargetkan rilis perangkat dikendalikan pencernaan dan gel difusi dikendalikan sistem pengiriman obat (Bharadwaj, 2011).
b) Aktivasi sistem pengiriman obat dimodulasi
Jenis sistem pengiriman dapat dicapai oleh : 1. Fisik
Tekanan osmotik diaktifkan sistem pengiriman obat.
Tekanan hidrodinamik obat dikendalikan sistem pengiriman.
Tekanan uap diaktifkan sistem pengiriman obat.
Mekanis diaktifkan sistem pengiriman obat.
Magnetis diaktifkan sistem pengiriman obat.
Elektrik diaktifkan sistem pengiriman obat.
USG diaktifkan sistem pengiriman obat.
Hidrasi diaktifkan sistem pengiriman obat.
7
2. Kimia
pH diaktifkan sistem pengiriman obat
Ion diaktifkan sistem pengiriman obat
Hidrolisis sistem pengiriman obat diaktifkan
3. Biokimia Enzim diaktifkan sistem pengiriman obat(Bharadwaj, 2011).
c)
Umpan balik pengiriman obat diatur system
Pelepasan molekul obat dari sistem transdermal difasilitasi oleh agen yang memicu pelepasan obat, seperti biokimia dalam tubuh dan juga diatur oleh konsentrasi melalui beberapa mekanisme umpan balik(Bharadwaj, 2011).
d) Carrier berbasis sistem pengiriman obat
Hal ini melibatkan sistem vesikuler seperti hidrogel, liposom, niosomes, nanocapsules, nanopartikel, polimer kompleks, mikrosfer, nanoer ythrosomes, transferosomes, dendrimers, aquasomes, dan lain-lain(Bharadwaj, 2011).
2.2 Vesikel dalam Sistem Penghantaran Obat secara Transdermal
Sistem Vesikular adalah salah satu pendekatan yang paling menjanjikan untuk penghantaran transdermal dari bahan aktif (Tiwari, 2013) 1. Liposom
a. Uraian umum Liposom Kata liposom berasal dari dua kata yunani: “lipo” berarti lemak dan “soma” berarti bagian. Liposom adalah vesikel sederhana berukuran mikroskopik. Liposom adalah bentuk nanopartikel yang terbentuk oleh penggunaan lesitin. Liposom dapat dipersiapkan dengan merusak membran biologis atau dengan sonikasi. Liposom dapat dibuat sepenuhnya dari bahan-bahan alami dan oleh karena itu tidak toksik, biodegradabel, dan tidak immunogenik. Pada tahun 1961,
liposom pertama kali digambarkan oleh
8
hematologi Inggris Dr. Alec D Bangham FRS, di Isntitut Babraham, Cambridge (Tiwari, 2013) b. Tipe Liposom Liposom dapat diklasifikasikan berdasarkan pada: a. Parameter struktur b. Metode pembuatan c. Komposisi d. Aplikasi Pada dasar parameter struktur, liposom diklasifikasikan menjadi 4 jenis – vesikel multilamelar, vesikel oligolamelar, vesikel unilamelar. Vesikel multilamelar ukurannya kurang dari 0,5 µm ( < 0,5 µm). Vesikel oligolamelar kisaran ukurannya antara 0,1 – 1,0 µm. Vesikel unilamelar dibagi menjadi dua jenis termasuk vesikel kecil unilamelar dan vesikel besar unilamelar. Vesikel kecil unilamelar kisaran ukuran antara 20 – 100 nm. Vesikel besar unilamelar kisarannya antara lebih besar dari 100 nm (>100 nm) (Dual, dkk., 2012). Liposom diklasifikasikan berdasarkan metode pembuatan yaitu metode Dehidrasi – rehidrasi. Vesikel unilamelar dibuat dengan metode terbalik fase evaporasi, vesikel multilamelar dibuat dengan pembalikkan fase evaporasi, vesikel debut dengan teknik ekstruksi, vesikel multilamelar beku-cair dan vesikel stabil pluri-lamelar (Dual, dkk., 2012) Pada dasar komposisi dan penggunaan liposom diklasifikasikan menjadi liposom konvensional yang bermuatan fosfolipid dan kolesterol negatif atau netral, liposom fusogenik, liposom sensitif pH, liposom kationik, liposom sirkulasi darah panjang dan liposom imun yang terkait dengan monoklonal antibodi (Dual, dkk., 2012)
9
2. Niosom
a. Uraian umum Niosom Niosom adalah gambaran sistem penghantaran obat, dimana obat dienkapsulasi dalam vesikel. Vesikel terdiri dari 2 lapisan (bilayer) bahan aktif permukaan non-ionik dan selanjutnya disebut niosom. Niosom sangat kecil, dan berukuran mikroskop. Ukuran niosom berada dalam skala nanometrik. Meskipun secara struktur sama dengan liposom, niosom memiliki beberapa keuntungan melebihi liposom. Niosom baru-baru ini menunjukkan peningkatan penghantaran obat transdermal secara besar dan juga dapat digunakan pada target penghantaran obat, dan karena itu penelitian ditingkatkan pada struktur ini yang dapat menyediakan metode baru untuk penghantaran obat (Makeshwar, 2013). b. Keuntungan Niosom (Gadhiya, dkk., 2013) :
Suspensi vesikel adalah pembawa basis air. Hal ini memberikan kepatuhan yang tinggi pada pasien dibandingkan dengan bentuk sediaan berminyak.
Niosom memiliki rangka dasar terdiri dari bagian hidrofilik, amfifilik, dan lipofilik secara bersama dan hasilnya dapat menyediakan molekul obat dengan kisaran yang besar pada kelarutan.
Karakteristik pada formulasi vesikel adalah dapat diubah dan dikontrol. Perubahan komposisi vesikel, ukuran, lamelar, volume yang tersedia, muatan permukaan, dan konsentrasi dapat mengontrol karaktersitik vesikel.
Vesikel dapat bertindak sebagai depot, melepaskan obat dalam cara yang terkontrol.
Niosom dapat mengurangi toksisitas obat karena sifat nonioniknya.
10
c. Tipe Niosom (Gadhiya, dkk., 2013) : Niosom diklasifikasikan berdasarkan sejumlah fungsi bilayer (misalnya MLV, SUV) atau sebagai fungsi ukuran (misalnya LUV, SUV) atau sebagai fungsi metode pembuatan (misalnya REV, DRV). Beberapa tipe niosom digambarkan sebagai berikut 1. Vesikel Multi lamelar (VML/MLV) 2. Vesikel Besar Unilamelar (VBU/LUV) 3. Vesikel Kecil Unilamelar (VKU/SUV)
11
3. Etosom
a. Uraian umum Etosom Etosom adalah vesikel tunggal tertutup dan lembut. Etosom terutama terdiri dari fosfolipid, etanol dan air. Etosom ini merupakan vesikel lembut yang digunakan untuk meningkatkan penghantaran dari bahan aktif. Etosom merupakan pembawa penghantar non-invasif. Etosom mewakili gambaran pembawa vesikular untuk meningkatkan penghantaran melalui kulit. Ukuran etosom dapat bervariasi dari 30 nm sampai beberapa mikron. Etosom memiliki kemampuan untuk berpermeasi melalui kulit manusia karena tingginya
kemampuan
deformasinya.
Karakteristik
fisikokimia
dari
etosom
memungkinkan pembawa vesikular ini untuk memindahkan bahan lebih efikasi (tepat guna) melalui stratum korneum ke dalam lapisan terdalam pada kulit dibandingkan liposom konvensional. Etosom terutama digunakan untuk penghantaran obat melalui rute transdermal ( Tiwari, 2013).
b. Penggunaan Etosom Etosom terutama digunakan untuk penghantaran obat melalui rute transdermal. Keuntungan dari etosom sebagai peningkat permeasi dari molekul obat ke dalam dan melalui kulit, stabilitas yang lebih baik, kelarutan yang lebih baik dari beberapa obat dibandingkan dengan vesikel konvensional, berkebalikan dengan deformasi liposom meningkatkan penghantaran obat (Bharti, dkk., 2012)
12
4. Fitosom
a. Uraian Umum Fitosom Untuk bioavailabilitas yang baik, produk alami harus memiliki keseimbangan yang baik antara sifat hidrofilik (untuk melarut ke dalam cairan saluran pencernaan) dan sifat lipofilik (untuk menyeberangi biomembran lipid). Beberapa bahan-bahan alam seperti polifenol memiliki kelarutan yang baik dalam air, tetapi, bagaimanapun, sulit diabsorbsi (Manach, dkk., 2004) karena ukurannya yang besar, tidak bercampur dengan proses difusi pasif dan/atau ketercampurannya yang buruk dengan minyak dan lemak lainnya. Akibatnya, kemampuan flavonoid untuk menyeberangi membran terluar yang kaya akan lemak pada enterosit usus kecil sangat terbatas. Bahan-bahan alam yang larut air (terutama polifenol) dapat diubah menjadi molekular kompleks yang bercampur dengan lipid yang dikenal sebagai fito som. Fitosom secara umum lebih baik dibandingkan dengan ekstrak herbal karena kemampuannya meningkatkan untuk menyeberangi biomembran yang kaya akan lipid dan mencapai sirkulasi (Bombardelli, dkk., 1989a; Mauri, dkk., 2001; Kidd dan Head, 2005; Rossi, dkk., 2009). Fosfolipid adalah molekul lipid yang kecil dimana gliserol terikat oleh dua asam lemak, dengan hidroksil ketiga, secara normal satu dari dua metilen primer, terikat pada gugus fosfat (Citernesi dan Sciacchitano, 1995). Generasi pertama dari Fitosom® dipersiapkan dengan menggabungkan polifenol yang dipilih atau ekstrak polifenol dengan fosfolipid dalam pelarut non-polar (Bombardelli, dkk., 1989a), tetapi, yang terkini, Fitosom® generasi terbaru dikembangkan menggunakan pelarut air-etanol. Produk yang diperoleh dengan cara ini sesuai dengan spesifikasi pangan (Franceschi dan Giori, 2007; Giori dan Franceschi, 2007), dan potensi pengembangan Fitosom® dari bidang farmasi/kosmetik menuju makanan sehat.
13
b. Keuntungan Teknologi Fitosom (Jain, dkk., 2010; Kidd, 2005)
Fosfatidilkolin, salah satu komponen dari fitosom, memiliki fungsi ganda dimana bertindak sebagai pembawa maupun memiliki keuntungan dalam kesehatan seperti efek hepatoprotektif
Dilarutkan dalam pelarut organik yang mengandung obat/ekstrak.
Komposisi fitosom bersifat aman dan komponennya diterima untuk penggunaan dalam bidang farmasi.
Absorpsi dan bioavailabilitas dari bahan alam yang larut air meningkat. Hal ini menghasilkan efek terapi yang lebih baik.
Karena bioavailabilitas dari bahan alam meningkat, oleh karena itu, dosis yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek yang diinginkan juga berkurang.
Fitosom memiliki stabilitas yang lebih baik dari liposom. Hal ini karena fitosom terdiri dari ikatan kimia yang tidak terdapat pada liposom.
Fosfolipid menambahkan nilai nutrisi pada ekstrak tanaman.
Permintaan pasar yang tinggi untuk produk tersebut.
Proses pembuatan phytosom relatif mudah.
Fitosom memiliki kemampuan permeasi melalui kulit dengan cukup mudah dan oleh karena itu meningkatkan efektivitasnya.
14
Bahan alam yang larut air terbungkus oleh fosfolipid yang mencegah bahan alam tersebut mengalami dekstruksi oleh enzim dan bakteri usus. Hal ini membantu penghantaran obat yang baik menuju jaringan target.
Fosfatidilkolin menutrisi kulit disamping bertindak sebagai pembawa karena merupakan bagian dari membran sel.
Fitosom dapat digunakan untuk target sistemik karena fitosom mampu berpindah dari lingkungan hidrofilik ke lingkungan lipofilik pada sel enterosit dan dari sel enterosit menuju ke sel
2.3 Contoh Formulasi Sediaan Transdermal melalui Vesikel
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Abhinav, K., Lal, P.J., Amit, J., Vishwabhan, S. 2011. Review on Niosomes as Novel Drug Delivery System. International Research Journal of Pharmacy. India. 61 – 65.
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Terjemahan dari, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms oleh Farida Ibrahim. UI Press. Jakarta. pp 390 – 391, 490 – 494, 515
Anonim, 2011, FDA Menyetujui Obat (online), http://id.hicow.com/food-and-drugadministration/obat/disetujui-obat-1514738.html, diakses tanggal 22 Desember 2011.
Anonim, 2010, Sediaan Transdermal (online). http://www.scribd.com/doc/75456370/sediaan-transdermal, diakses tanggal 22 Desember 2011.
Bharadwaj, Snigdha., dkk, 2011, Recent Advancement In Transdermal Drug Delivery System(online), http://ijbtr.com/journal/June_2011_Volume-1_Issue-1-articleNo6.pdf, diakses tanggal 22 Desember 2011.
Bombardelli, E., Curri, S.B., Della, L. R., Del, N.P., Tubaro A., Gariboldi, P., 1989. Complex between phospholipids and vegetal derivatives of biological interest. Fitoterapia. New York. 60:1 – 9.
Citernesi, U. dan Sciacchitano, M. 1995. Phospholipid/active ingredient complexes. Cosmetics and Toiletries Manufacture World-wide. Aston Press. England. 110: 57 – 68.
Dual J.S., Ranas A. C., Bhandari A.K. 2012. Liposome: Methods of Preparation and Applications. Research Scholar, JNU, Jodhpur and Asst. Professor, Shivalik College of Pharmacy. Nangal, Punjab.
17
Franceschi, F. dan Giori, A. (Indena S.p.A.). 2007. Phospholipid complexes of olive fruits or leaves extracts having improved bioavailability. Patent app. WO2007118631.
Gadhiya, P., Shukla, S., Modi, D., Bharadia, P. 2012. A Review-Niosomes in Targeted Drug Delivery. International Journal for Pharmaceutical Research Scholars. 2 : 61.
Lucida, Henny., dkk, 2008, Uji Daya Peningkat Penetrasi Virgin Coconut Oil (VCO) Dalam Basis Krim (online). http://digilib.unsri.ac.id/download/Publikasi%20Sukma090814.pdf, diakses tanggal 22 Desember 2011.
Makeshwar, K.B., Wasankar, S.R. 2013. Review Article- Niosome : a Novel Drug Delivery System. Asian J. Pharm. Res. Vol.3: Issue 1. Maharashtra. pp 16 – 20.
Manach, C., Scalbert, A., Morand, C., Rémésy, C., Jiménez, L. 2004. Polyphenols: food sources and bioavailability. Am J Clin Nutr. 79:727 – 47.
Mauri, PL., Simonetti P., Gardana C., Minoggio, M., Morazzoni P., Bombardelli E, et al. 2001. Liquid chromatography/atmospheric pressure chemical ionization mass spectrometry of terpene lactones in plasma of volunteers dosed with Ginkgo biloba L. extracts. Rapid Commun Mass Spectrom. 15:929 – 34.
Patel, Divyesh,.dkk, 2011, Transdermal Drug Delivery System : Review(online),http://ijppronline.com/journal/february-2011-vol-1-issue-1/paper10.pdf, diakses tanggal 22 Desember 2011.
Patel, J., Patel, R., Khambolj, K., Patel, N. 2009. An Overview of Phytosomes as an Advanced Herbal Drug Delivery system. Anand Pharmacy College, S.P. University, Anand. Gujarat. India. 363 – 371.
Tiwari, G. 2013. Preparation and characterization of Ketoconazole Encapsulated Liposome and Ethosome: a Comparative Study. Tesis tidak dipublikasikan. Rourkela, India: National Institute of Technology.
18