Materi Bahan Ajar Semantik "Konsep Umum Makna"
Kelas PB 2010 Nama Kelompok: 1. M.
Miftakhul
(102074958) 2. Rizki Amaliah (102074213)
Bashori
3. Arum Lestari
(102074228)
4. Inta Mustika C. (102074229)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS BAHASA DAN SENI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2012 I.
Konsep Makna, Lambang, Acuan dalam Kajian Semantik
A.
Konsep Makna
Peng Penger erti tian an Makna Makna Isti Istilah lah makn maknaa (mean (meanin ing) g) meru merupa paka kan n kata kata dan dan istil istilah ah yang yang membin membingun gungka gkan. n. Penger Pengertia tian n dari dari makna makna sendir sendirii sangat sangat membin membingun gungka gkan, n, ada yang yang mengatakan bahwa makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian makna dari para ahli, diantaranya: •
Mansoer pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah istilah yang yang membin membingun gungka gkan n dan selalu selalu menyat menyatu u pada pada tutura tuturan n kata kata maupu maupun n kalimat.
•
Ullm Ullman an meng mengem emuk ukak akan an bahw bahwaa makn maknaa adal adalah ah hubu hubung ngan an antar antaraa makn maknaa dan dan pengertian.
•
Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sbagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
•
Bloomfield Bloomfield mengemukak mengemukakan an bahwa bahwa makna makna adalah suatu bentuk bentuk kebahasaan kebahasaan yang haru haruss
dian dianal alis isis is
mengujarkannya.
dalam alam
batas atas
“un “unsur” sur”
penti enting ng
situ situas asii
dim dimana ana
penut enutu ur
•
Aminnudin Aminnudin mengemuka mengemukakan kan bahwa makna merupakan merupakan hubungan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti.
Dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi: 1.
Maksud pembicara.
2.
Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku
manusia atau kelompok manusia. 3.
Hubungan dalam arti kesepakatan atau ketidaksepadanan antara bahasa
atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukanya. 4. B.
Cara me menggunakan la lambang-lambang ba bahasa.
Tanda da dan La Lambang (simbol)
Tanda Tanda dan lamban lambang g (simbol (simbol)) merupa merupakan kan dua unsur unsur yang yang terdapa terdapatt dalam dalam bahasa. bahasa. Tanda Tanda dan lamban lambang g (simbol (simbol)) dikemb dikembang angkan kan menjad menjadii sebuah sebuah teori teori yang yang dinama dinamakan kan semiotik. Semiotik mempunyai tiga aspek yang sangat berkaitan dengan ilmu bahasa, yaitu aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik. Ketiga aspek kajian semiotik ini dapat dijelaskan dijelaskan sebagai berikut. Pertam Pertama, a, aspek aspek sintak sintaksis, sis, sintak sintaksis sis semiot semiotik ik merupa merupakan kan studi studi tentan tentang g relasi relasi yang yang sering sering kali kali tertuj tertuju u pada pada pencari pencarian an peratu peraturan ran-per -peratu aturan ran yang yang pada pada dasarn dasarnya ya berfun berfungsi gsi secara secara bersam bersama-sa a-sama. ma. Sintak Sintaksis sis semiot semiotik ik tidak tidak dapat dapat membat membatasi asi diri diri dengan dengan hanya hanya mempelajari hubungan antartanda dalam suatu sistem yang sama. Sejauh perhatian utama kita ditujukan pada hubungan antartanda, maka kita bergerak dalam bidang sintaksis semiotik. Kedua, aspek semantik, semantik semiotik merupakan penelitian yang tertuju pada hubungan antara tanda dan denotatumnya, denotatumnya, dan interpretasinya. Ketiga, aspek pragmatik, jika yang menjadi objek penelitian adalah hubungan antara tanda dan pemakaian tanda, maka kita memasuki bidang pragmatik semiotik. Lebih singkat Djajasudarma Djajasudarma (1993) (1993) menjelaskan menjelaskan tiga aspek semiotik yaitu semantik semantik berhubungan dengan tanda-tanda; sintaktik berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan tanda-tanda); sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-tanda di dalam tingkah laku berbahasa. Saus Saussu sure re seba sebaga gaii bapa bapak k ilmu ilmu baha bahasa sa mode modern rn meng menggu guna naka kan n istil istilah ah semio semiolo logi gi,, sedangkan Peirce, seorang ahli filsafat memakai istilah semiotik. Kata semiotik berasal dari dari kata kata Yunani Yunani semeio semeion, n, yang yang berart berartii ‘tanda’ ‘tanda’,, maka maka semiot semiotik ik berarti berarti ‘ilmu ‘ilmu tanda’ tanda’..
Semioti Semiotik k adalah adalah cabang cabang ilmu ilmu yang yang beruru berurusan san
dengan dengan pengkaji pengkajiaan aan tanda dan segala segala
sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (van Zoest, 1993: 1). Selanjutnya, semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Hoed, 1992 dalam Nurgiyantoro, 2000). Menurut Sobur Sobur (2001) (2001),, semiot semiotik ik merupa merupakan kan suatu model dari ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an sosial sosial
yang yang
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Menurut Luxemburg dkk (1989), semiotik (kadang-kadang dipakai istilah semiologi) ialah ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistemsistem lambang dan proses-proses pelambangan. Pengertian lain, semiotik adalah ilmu tent tentan ang g tanda tanda-ta -tand ndaa yang ang meng mengan angg ggap ap bahw bahwaa feno fenome mena na sosia sosial/ l/ masy masyara araka katt dan dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiot Semiotik ik itu mempela mempelajari jari sistem-s sistem-siste istem, m, aturan aturan-atu -aturan ran,, konven konvensi-k si-konv onvensi ensi yang yang memungkin memungkinkan kan tanda-tanda tanda-tanda tersebut mempunya mempunyaii arti (Preminger, (Preminger, 2001 dalam Sobur, 2001). 2001). Tanda Tanda adalah adalah sesuatu sesuatu yang yang mewaki mewakili li sesuatu sesuatu yang yang lain, lain, yang yang dapat dapat berupa berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem bahasa yang paling lengkap dan sempurna (Nurgiyantoro, 2000: 40). Proses perwakilan disebut semiosis. Semiosis adalah suatu proses di mana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditandainya (Hoed, 1992 dalam Nurgiyantoro, 2000). Menurut Peirce ada tiga faktor yang menentukan adanya sebuah tanda, yaitu tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin si penerima (Luxemburg dkk, 1989). Jadi, ada tiga unsur yang menentukan tanda, yaitu tanda yang dapat ditangkap itu sendiri, yang ditunjuknya, dan tanda baru dalam benak si s i penerima. peneri ma. Antara tanda dan yang ditunjuknya terdapat relasi, tanda mempunyai sifat interpretatif. interpretatif. Dengan Dengan perkataan perkataan lain, representasi representasi dan interpretasi merupakan merupakan ciri khas tanda (van Zoest, 1993: 14-15). Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu:
ikon, jika berupa hubungan kemiripan;
indeks, jika berupa hubungan kedekatan eksistensi; dan
simbol, simbol, jika berhubungan berhubungan yang sudah terbentuk terbentuk secara konvensi (Abrams,
1981; van Zoest, 1992; dalam Nurgiyantoro, 2000: 42). Van Zoest (1993) menjelaskan ketiga tanda tersebut. Tanda ikonis ialah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi tetapi dapat dapat dikait dikaitkan kan dengan denganny nyaa atas dasar dasar suatu suatu persam persamaan aan yang yang secara secara potensi potensial al dimi dimili liki kiny nya. a. Sebu Sebuah ah inde indeks ks adal adalah ah sebua sebuah h tanda tanda yang yang dalam dalam hal hal cora corak k tand tandan anya ya tergantung dari adanya sebuah denotatum. Simbol (lambang) adalah tanda yang hubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum. Tanda dapat digolongkan berdasarkan penyebab timbulnya, seperti yang diungkapkan Djajasudarma (1993) sebagai berikut. 1.
Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya: - Hari Hari men mendu dung ng tan tanda da aka akan n huj hujan an,, - Hujan Hujan terus terus-me -mener nerus us dapat dapat menim menimbul bulkan kan banji banjir, r, - Banjir dapat menimbulka menimbulkan n wabah penyakit penyakit dan dan kelaparan, kelaparan, dan sebagai sebagainya. nya.
2.
Tanda Tanda yang yang ditimb ditimbulk ulkan an oleh oleh binatan binatang, g, diketa diketahui hui manusi manusiaa dari dari suara suara binata binatang ng tersebut, misalnya: -
Anjing Anjing meng menggon gonggo ggong ng tanda tanda ada ada orang orang masuk masuk halam halaman, an,
-
Kuci Kucing ng bert berten engk gkar ar (men (menge geon ong) g) denga dengan n ramai ramai suaran suaranya ya
tand tandaa ada wabah wabah
penyakit atau keributan, dan sebagainya. 3.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas: (1) yang bersifat verbal adalah tanda yang dihasilkan manusia melalui alat-alat bicara (organ of speach) dan (2) tanda yang bersifat nonverbal, digunakan manusia untuk berkomunikasi, sama halnya dengan tanda verbal. Tanda nonverbal dapat dibedakan atas: a.
Tanda yang dihasilkan anggota badan (body gesture) dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya: -
Acun Acunga gan n jemp jempol ol berm bermak akna na heb hebat at,, bagu bagus, s, dan dan sebag sebagai ainy nya. a.
-
Meng Mengan angg gguk uk berm bermak akna na ya, ya, men mengh ghor orma mat, t, dan dan seb sebag agai ainy nya. a.
-
Meng Mengge gele leng ngka kan n kepal kepalaa berma bermakn knaa tidak tidak,, buka bukan, n, dan dan seba sebaga gain iny ya.
-
Memb Membela elalak lakka kan n mata mata berm bermak akna na her heran an,, mara marah, h, dan dan seb sebag agai ainy nya. a.
-
Mengacungkan telunjuk juk bermakna tidak mengerti, set setuju, ju, dan
sebagainya. b.
Menu Menunj njuk uk berm bermak akna na itu itu,, sat satu u oran orang, g, dan dan seb sebag agai ainy nya. a. Tanda yang dihasilkan melalui bunyi (suara), misalnya:
- Bersiul bermakna bermakna gembira, gembira, memanggil, memanggil, ingin kenal, kenal, dan sebagainya sebagainya.. - Menjerit Menjerit bermakna bermakna sakit, sakit, minta tolong, tolong, ada ada bahaya, bahaya, dan dan sebagainy sebagainya. a. - Berd Berdeh eham am (bat (batu uk-b k-batu atuk keci kecil) l) berm bermak akn na ada ada oran rang ing ingin kenal enal,, dan sebagainya. Tanda Tanda dan simbol simbol berbed berbeda. a. Papan Papan yang yang berben berbentuk tuk bundar bundar bercat bercat putih putih dan melintang melintang di tengahny tengahnyaa berwarna berwarna merah yang dipasang dipasang pada patok di salah satu sudut jalan adalah tanda yang bermakna bahwa jalan tersebut terlarang untuk dimasuki kendaraan. Orang yang melihat tanda tersebut meskipun tidak dilarang secara verbal, tidak akan berani memasuki jalan yang memakai tanda itu. tetapi tanda dalam bentuk huruf-huru huruf-huruf, f, misalnya misalnya dilarang dilarang masuk adalah simbol-simb simbol-simbol ol yang bermakna seperti yang dinyatakan oleh simbol itu sendiri. Perbedaan antara tanda dan simbol terletak pada hubungan tanda atau simbol simbol dengan kenyataannya. Tanda Tanda memperl memperlihat ihatkan kan hubung hubungan an langsu langsung ng dengan dengan kenya kenyataan taan,, sedang sedangkan kan simbol memperlihatkan hubungan yang tidak langsung dengan kenyataan. Tanda Ⱬ misaln misalnya ya memper memperliha lihatka tkan n bahwa bahwa jalan jalan membel membelok, ok, sedangk sedangkan an lamban lambang g membe membelok lok secara konvensional belum tentu memperlihatkan sesuatu yang berliku-liku. Kebetulan leksem membelok dalam BI bermakna berjalan atau melewati jalan yang tidak lurus. Kalau leksem membelok kita utarakan kepada seorang penutur bahasa inggris, maka pasti ia tidak akan mengerti apa yang kita maksudkan. Tetapi tanda Ⱬ, baik kepada oran orang g indo indone nesia sia maup maupun un kepa kepada da oran orang g Belan Belanda da akan akan dita ditafsi fsirk rkan an sebag sebagai ai tand tandaa peringatan karena jalan berbelok-belok dan karena itu ia harus berhati-hati. Dengan melihat tanda Ⱬ orang segera melihat kenyataannya. Simbol (lambang) bersifat konvensional tetapi ia dapat diorganisir, direkam, dan dapat dikomunikasikan (Ogden dan Richards; 1972:9). Simbol dapat mempengaruhi pikiran dan merujuk benda tertentu. C. Acuan Acuan makna makna dalam dalam kajia kajian n semant semantik ik Kajian makna dalam semantik leksikal lebih mendasarkan pada peran makna kata dan hubungan makna yang terjadi antarkata dalam suatu bahasa. Hubungan makna antar kata baik yang bersifat sintagmatik dan paradigmatik kerap digunakan untuk menjawab permasalahan makna kata. Kajian makna kata dalam konteks ini pada gilirannya tentu dapat menjawab permasalahan makna kalimat. Sebab sebagaimana kerap dikemukakan oleh ahli semantik bahwa makna kalimat bergantung pada makna kata yang tercakup dalam kalimat tempat kata itu terangkai. Peran kajian makna kata berdasarkan hubungan makna makna ini terasa terasa pentin penting g mengin mengingat gat tidak tidak semua semua makna makna kata kata dapat dapat dijelas dijelaskan kan oleh oleh
keterk keterkaita aitanny nnyaa dengan dengan objek objek yang yang digamb digambark arkan an oleh oleh kata kata itu. itu. Makna Makna kata-ka kata-kata ta yang yang bersifat abstrak, misalnya hanya mungkin dapat dijelaskan maknanya oleh hubungan makna antarkata dalam suatu bahasa. Makna bahasa terutama makna kata dapat kita petakan menurut komponennya. Pandan Pandangan gan seperti seperti ini, ini, tampak tampak dalam dalam teori teori medan medan makna makna yang yang menya menyataka takan n bahwa bahwa kosakata kosakata dalam suatu bahasa terbentuk dalam kelompok-k kelompok-kelomp elompok ok kata yang yang menunjuk menunjuk kepada lingkup makna tertentu, misalnya perkakas dapur atau nama-nama warna. Dalam suatu medan makna, makna, antara kata yang satu dengan dengan kata lainnya menunjukkan menunjukkan hubungan hubungan makna yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan. Pertama golongan kolokasi yang menggambarkan hubungan sintagmatik antara kata-kata yang terdapat dalam suatu bidang tertentu tertentu atau medan tertentu. Kedua golongan golongan ’set’ yang cenderung menggambarkan menggambarkan hubungan paradigmatik antarkata dalam suatu bidang tertentu. Untuk menggambarkan hubungan antar kata dalam suatu bidang tertentu dapat diungk diungkapk apkan an melalui melalui kompon komponen en makna makna yang yang tercak tercakup up dalam dalam kata-ka kata-kata ta dalam dalam suatu suatu bidang tertentu. Komponen makna menunjukkan bahwa setiap kata maknanya terbentuk dari dari bebe bebera rapa pa unsur unsur atau atau komp kompon onen en.. Misal Misalny nya, a, kata kata-k -kata ata yang meng mengga gamb mbark arkan an kekerabatan, seperti ‘ayah’, ibu’, ‘adik’. ‘kakak’ dapat kita lihat komponen maknanya dalam diagram berikut. Selain untuk menunjukkan hubungan makna antarkata, komponen makna juga berguna, antara lain untuk perumusan makna dalam kamus dan untuk menentukan apakah kalimat yang digunakan dapat diterima atau tidak secara semantik. Tentu saja untuk mengungka mengungkapkan pkan komponen komponen makna makna tersebut tersebut perlu dilakukan dilakukan melalui analisis yang lazim dikenal sebagai analisis komponen makna. Analisis ini dalam kajian semantik leksikal tentu tentu cukup cukup menonj menonjol ol mengin mengingat gat manfaat manfaatny nyaa yang yang cukup cukup beraga beragam m dalam dalam mengka mengkaji ji makna kata dan hubungan makna antarkata dalam suatu bahasa. D.
Persamaan Persamaan dan Perbeda Perbedaan an Antara Antara Informas Informasii dan Maksud Maksud dalam dalam Memahami Memahami Makna
Untuk dapat memahami apa yang disebut makna atau arti, kita perlu menoleh kembali kepada teori yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, bapak linguistik modern modern yang yang namany namanyaa sudah sudah disebu disebut-se t-sebut but pada pada bab pertam pertama, a, yaitu yaitu mengen mengenai ai yang yang disebut tanda linguistik. Menurut de Saussure setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsu unsur, r, yaitu aitu (1) (1) yang ang diar diarti tika kan n (Pra (Pranc ncis is::
signifie’ , Ingr Ingris is:: signified ) dan (2)
yangmengar yangmengartikan tikan (Prancis: (Prancis: signfiant, Inggris: signifier signifier ). Yang diart artikan ( signifie’, signifie’, signifier) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi.
Sedangkan mengartikan ( signfiant, signifier ) itu adalah tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang terbentukdari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda – linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur unsur dalam dalam – bahasa bahasa (intral (intraling ingual ual)) yang yang biasan biasanya ya meruju merujuk k / mengacu mengacu kepada kepada suatu suatu referent yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual). Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bent bentuk-bentuk uk gaya gaya bahasa lainselama lainselama masih menyangkut menyangkut segi bahasa maka maka maksud maksud itu masih masih dapat dapat disebut disebut sebagai sebagai persoa persoalan lan bahasa. bahasa. Tetapi Tetapi kalau kalau sudah sudah terlalu jauh dan tidak berkaitan lagi dengan bahasa maka sudah tidak dapat lagi disebut sebagai persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalanbidang studi lain; entah filsafat, antropologi, atau juga psikologi. Tabel perbedaan informasi dan maksud dari segi peristiwa pengujaran dan jenis semantik. Istilah
Segi
Jenis semantik
(dalam keseluruhan peristiwa pengujaran) INFORMASI
MAKSUD
Segi objektif (yakni segi di
(Luar semantik;
bicarakan)
ekstralingual)
Segi
subjektif
(yakni
dipihak Semantik maksud
pemakai bahasa) E. Hubun Hubungan gan Makna Makna dengan dengan Lambang Lambang
Makna Leksikal dan Hubungan Referensial (hubungan makna dengan lambang) Unsur leksikal adalah unit terkecil di dalam sistem makna suatu bahasa dan
dapat dibedakan dari unit kecil lainnya. Sebuah leksem merupakan unit abstrak yang dapat terjadi dalam bentuk-bentuk bentuk-bentuk yang berbeda berbeda dalam kenyataan kalimat, dianggap sebagai leksem yang sama meskipun dalam bentuk infleksi. Makna leksikal merupakan unsur tertentu yang melibatkan hubungan antara makna kata-kata kata-kata yang siap dianalisis. dianalisis. Makna leksikal leksikal dapat berupa categorematical categorematical dan syncategorematical, yaitu semua kata dan infleksi, kelompok alamiah dengan makna struktural yang harus didefinisikan (dimaknai) dalam satuan konstruksi.
Hubungan Hubungan referensial referensial adalah hubungan hubungan yang terdapat terdapat antara sebuah kata dan dunia dunia luar bahasa yang diacu oleh pembicaraan. pembicaraan. Hubungan Hubungan antara kata (lambang), (lambang), makn maknaa (kon (konsep sep atau atau
refer referen ence ce)) dan dan sesuat sesuatu u yang diac diacu u atau
refere referent nt adala adalah h
hubungan tidak langsung. Hubungan yang terjadi antara ketiga unsur tersebut, dapat digambarkan melalui apa yang disebut dengan segi tiga semiotik (semiotic triangle) dari Ogden & Richards (1972); Palmer (1976) sebagai berikut.
Simbol Simbol atau lamban lambang g adalah adalah unsur unsur lingui linguistik stik berupa berupa kata kata (frasa, (frasa, klausa klausa,, kalimat, wacana); referent adalah objek atau hal yang ditunjuk (peristiwa, fakta di dalam dunia pengalaman manusia); sedangkan konsep (reference) adalah apa yang ada pada pada pikiran pikiran kita kita tentan tentang g objek objek yang yang diwuju diwujudka dkan n melalui melalui lamban lambang g (simbol (simbol). ). Berdasarkan Berdasarkan teori teori tersebut, tersebut, hubun hubungan gan simbol simbol dan dan referent referent (acuan) (acuan) melalui melalui konsep konsep yang bersemayam di dalam otak, hubungan tersebut merupakan hubungan yang tidak langsung. Bila Bila diperh diperhatik atikan an lebih lebih mendal mendalam, am, segi tiga tiga semiot semiotik ik tersebu tersebut, t, puncak puncakny nyaa merupakan dunia pengalaman manusia, kemudian dimanisfestasikan di dalam kata, kalima kalimat, t, atau wacana wacana yang yang memilik memilikii struktu strukturr diferen diferensial sial.. Ullmann Ullmann (1972: (1972: 55-64) 55-64) dalam Djajasudarma (1993), mengkritik terhadap segi tiga semiotik tersebut, kritiknya antara lain:
segi tiga semiotik tersebut terlalu besar karena pada segi tiga ini dimakkan acuan, padahal komponen tersebut berada di luar bahasa,
sulit untuk mencari hubungan lambang (nama, simbol), pengertian (konsep), dan benda (referent yang diacu).
Sehubungan dengan kritik tersebut, Ullmann menyarankan agar hubungan timbal balik antara antara bunyi bunyi dan sesuatu sesuatu yang yang diacu diacu disebu disebutt makna. makna. Kita Kita harus harus mening meninggal galkan kan segi segi tiga tiga
semiotik dan dapat digambarkan dengan garis lurus, sebagai berikut. S (simbol), M (makna), dan K (konsep).
Selanjutnya, Ullmann juga memberikan gambar yang menjelaskan bahwa tidak semua kata mempunyai hubungan tunggal seperti pada bagan pertama, tetapi ada beberapa kata (S) yang memiliki kesamaan makna, maka beliau menggambarkannya sebagai berikut.
Hubungan antara simbol dan acuan bersifat arbitrer: Arbitrer Dalam Kajian Semantik Istilah Istilah penama penamaan, an, diartik diartikan an Kridal Kridalaks aksana ana (1993) (1993),, sebaga sebagaii proses proses pencari pencarian an lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan dengan memanfa memanfaatka atkan n perben perbendah daharaa araan n yang yang ada; ada; antara antara lain lain dengan dengan peruba perubahan han--
perubahan makna yang mungkin mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas, dan peristi peristiwa wa di dunia. dunia. Anak-an Anak-anak ak mendap mendapat at kata-k kata-kata ata dengan dengan cara belajar belajar,, dan menirukan bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya. Nama-nama itu muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam,
alam
sekitar
manusia
berjenis-jenis.
Kadang-kadang manusia
sulit
memberi memberikan kan nama nama satu per satu. satu. Oleh Oleh karena karena itu, itu, muncu muncull nama-na nama-nama ma kelomp kelompok, ok, misalnya, binatang, burung, ikan, dan sebaginya, sebaginya, dan tumbuh-tumbuh yang yang jumlahnya tidak terhitung terhitung yang yang merupakan jenis binatang binatang,, jenis tumbuhan, tumbuhan, jenis
burung, burung, dan
jenis-jenis yang lain yang terdapat di dunia (Djajasudarma, 1993). Penamaan suatu benda di setiap daerah atau di lingkungan kebudayaan tertentu tidak semuanya sama, misalnya:
•
padi bahasa Indonesia
•
pare bahasa Sunda
•
pale bahasa Gorontalo. Hubungan antara simbol dengan referent atau acuan yang bersifat arbitrer
Menurut teori segitiga makna, ada hubungan timbal balik antara lambang (simbol) dengan konsep (makna). Hubungan antara konsep dengan acuan bersifat searah, sedangkan hubungan antara lambang (simbol) dengan acuan bersifat arbitrer (manasuka). Teori segitiga makna dikritik oleh Ullmann. Ia menganggap teori ini terlalu luas karena masuknya acuan. Menurutnya, acuan berada di luar bahasa (ekstralingual). Ia menyarankan agar hubungan antara lambang (simbol) bunyi dengan makna (konsep) diwujudkan dalam istilah nama (n) dan makna (m). Hubungan antara lambang dengan acuan bersifat arbiter sehingga sebuah acuan yang sama bisa saja diberi lambang atau symbol yang berbeda-beda. Menurut teori ini tidak ada hubung hubungan an lngsun lngsung g antara antara lamban lambang g dengan dengan acuann acuannya ya,, tidak tidak ada hubung hubungan an antara antara bahasa bahasa dengan dengan duniaf duniafisik isik,, hubun hubungan ganny nyaa selaman selamanya ya melalu melaluii pikiran pikiran dalam dalam wujud wujud konsep konsep yang yang bersemayam dalam otak. Hubungan antara lambang dan acuan bersifat arbitrer. Jadi adi, kal kalau seorang menyebut kucing, terbayang pada kita apa yang disebut kucing. Acuannya adalah kucing yang sebena sebenarny rnyaa terbay terbayang ang pada pada kita. kita. Kalau Kalau kita kita disuruh disuruh merinci merinci tentan tentang g kucing kucing kita kita dapat dapat menyebutkannya. Hal itu terjadi karena realitas kucing telah ada dalam otak, dan konsep kucing telah ada pula dalam otak. Semuanya ini terjadi melalui pengalaman. Sebenarnya sebelum seorang mengatakan mengatakan kucing, telah ada lebih dahulu desakan jiwa untuk untuk menyebut menyebut kucing. Desakan ini bekerja sama dengan otak, didalam otak telah ada konsep tentang kucing,
deretan bunyinya pun telah ada, yakni kucing sehingga lahirlah lambang kucing seperti yang kita kita dengar dengar.. Lamban Lambang g kucing kucing pun tidak tidak berdir berdirii sendir sendiri, i, lamban lambang g itu harus harus dirang dirangkai kaikan kan dengan lambang yang lain sehingga terbentuklah kalimat yang lain. Proses menghubunghubungkannya pun harus masuk akal. Tidak mungkin lambang kucing didahului oleh kata pohon, dan tidak mungkin mungkin lambang kucing diikuti oleh kat kataa meja. ja. F.
Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Abdul Chaer, Chaer, 1994:2 1994:286) 86) mengun mengungka gkapka pkan n penger pengertian tian makna makna sebaga sebagaii penger pengertia tian n atau atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. G. AspekAspek-Asp Aspek ek Makna Makna
AspekAspek-aspe aspek k makna makna ialah ialah hal yang yang mempen mempengar garuhi uhi penger pengertia tian n dan keutuh keutuhan an makna dari suatu ucapan dalam pembicaraan antara manusia satu dengan yang lainnya, keutuh keutuhan an makna makna tersebu tersebutt merupa merupakan kan perpad perpaduan uan dari dari empat empat aspek aspek yaitu yaitu penger pengertian tian (sense), perasaan perasaan (feeling), nada (tone), (tone), tujuan (intension). (intension). Memahami Memahami aspek itu dalam
seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi (Shipley, 1962;263). Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu : 1. Peng Penger erti tian an Pengertian Pengertian disebut juga dengan dengan tema. Pengertian Pengertian ini dapat dicapai dicapai apabila apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang diapakai atau disepakati bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah system hubungan-hubungan hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain diad diadal alam am kosa kosa kata kata.. Seda Sedang ngka kan n Ulma Ulman n meng mengata ataka kan n bahw bahwaa peng penger erti tian an adala adalah h informasi lambang yang disampaikan kepada pendengar. Contoh: a. Cela Celana na ini ini pen pende dek. k. b. Celana ini tidak panjang. Kalimat (a) dan (b) memiliki satu pengertian, meskipun kata “pendek” diganti dengan ukuran kata “tidak panjang”. 2. Nila Nilaii Ras Rasaa Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan dorongan maupun maupun penilaian. penilaian. Jadi, setiap kata mempuny mempunyai ai makna makna yang berhubungan berhubungan dengan dengan nilai nilai rasa dan setiap setiap kata kata mempun mempunya yaii makna makna yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan perasaan. Contoh: “Saya akan pergi” (menunjuk pada dorongan). ϖ “Engkau malas” (menunjuk pada penilaian). ϖ Kata-kata: Saya, pergi, malas; mempunyai nilai rasa. 3. Nada Aspek makna nada menurut menurut Shipley Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan pembicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
Contoh: “Pulang !” (kata ini menunjukan bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak ramah).ϖ “Pulang ?” (kata ini menunjukan bahwa pembicara menyindir). ϖ
4. Maksud Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperative, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik. Contoh: Orang berkata “Hai akan hujan”. Pembicara bermaksud: a. Cepat-cepat pergi. b. Bawa payung. c. Tunda dulu keberangkatan. Dan masih ada lagi kemungkinan yang tersirat. H. Macam Macam Aspek Aspek Makna Makna dan Konse Konsepnya pnya
4. Makn Maknaa Em Emotif otif Makna Makna emotif emotif menuru menurutt Sipley Sipley (dalam (dalam Mansoe Mansoerr Pateda Pateda,, 2001:1 2001:101) 01) adalah adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau atau terhada terhadap p sesuatu sesuatu yang yang dipiki dipikirka rkan n atau dirasak dirasakan. an. Dicont Dicontohk ohkan an dengan dengan kata kata kerbau dalam kalimat Engkau kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata Kata kerb kerbau au dihu dihubu bung ngka kan n deng dengan an sika sikap p atau atau poer poeril ilak aku u malas alas,, lamb lamban an,, dan dan dianggapseb dianggapsebagai agai penghinaan. penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarn pendengarnya ya tentunya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai. 5.
Makna Ko Konotatif
Makn Maknaa kono konotat tatif if berb berbed edaa deng dengan an makn maknaa emoti emotiff kare karena na makn maknaa kono konota tati tif f cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik fisik atau atau sosial sosial yang yang dapat dapat dihubu dihubungk ngkan an dengan dengan kedudu kedudukan kan yang yang khusus khusus dalam dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
6.
Makna Kognitif Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur
bahasa yang sangat dekat hubungannya hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran. 4.
Makna Re Referen rensia sial Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan
antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau keny kenyata ataan an.. Refer Referen en adal adalah ah sesua sesuatu tu yang yangdi ditu tunj njuk uk oleh oleh suatu suatu lamb lamban ang. g. Makn Maknaa referensial referensial mengisyara mengisyaratkan tkan tentang tentang makna yamg langsung langsung menunjuk menunjuk pada sesuatu, sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses. Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatak dikatakan an bahwa bahwa makna makna referen referensial sial merupa merupakan kan makna makna unsur unsur bahasa bahasa yanga yanga dekat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen. 5. Makn Maknaa Pikt Piktor orik ikal al Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan
atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.