Semantik Bahasa Indonesia
Beranda
Lorem Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Ipsum Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Dolor Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
Makna dalam Semantik Minggu, 31 Maret 2013
PENGERTIAN MAKNA Menurut pandangan Ferdinand de Sausure, makna adalah “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Menurut de Sausure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie, Inggris:signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: Signifier). Yang diartikan(signifie, signified) sebenarnya tidak lain pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant, signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada suatu referen yang merupakan unsur luar bahasa (ekstralingual). Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna (Hari Murti , 1982 : 98 dalam Chaer 2007).Istilah lain yang lazim sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Hari Murti , 1982 : 76 dalam Chaer 2007) adalah istilah dalam bidang gramatikal. Perlu dipahami bahwa tidak semua kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata. Misalnya leksem seperti agama, cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan referensinya secara konkret. Para filsuf dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirnya teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata dimaksudkan untuk memberikan penyelesaian mengenai persoalan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa, pikiran, dan realitas di alam. Dalam hal semantik bahasa tidak mempengaruhi tentang makna kata, karena semua bahasa berisi hanya satu set kata yang terbatas. Jadi makna kata dapat diberikan dalam suatu daftar yang terbatas. Ullman (1972) berpendapat,´Apabila seseorang memikirkan maksud suatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan antara dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh karena itu walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda.
JENIS MAKNA Terdapat beberapa pendapat mengenai jenis makna. Jenis makna menurut para ahli :
Abdul Chaer
Geoffrey Leech
Muhammad
Makna Leksikal Makna Gramatikal Makna Kontekstual
Makna Tematik Makna Stilistik Makna Afektif
Makna Referensial Makna Nonreferensial Makna Denotatif Makna Konotatif Makna Konseptual Makna Asosiatif Makna Kata Makna Istilah Makna Idiom Makna Pribahasa
Makna Refleksi Makna Kolokatif
Mukhtar Umar Makna Dasar/Asasi Makna Tambahan Makna Gaya Bahasa/Style Makna Nafsi Makna Ihaa’i
Makna Konseptual Makna Konotatif
Berikut ini akan dipaparkan jenis-jenis makna tersebut, khususnya Makna Lesikal, Gramatikal, dan Kontekstual. 1. Makna Leksikal, Grammatikal, dan Kontekstual a. Makna leksikal makna lesikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘ sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’; pinsil bermakna leksikal ‘ sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’; dan air bermakna leksikal ‘ sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Jadi, dengan adanya contoh di atas dapat dikatakan juga bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Makna leksikal juga merupakan makna yang ada dalam kamus karena kamus-kamus dasar biasanya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang dijelaskannya. Makna leksikal atau makna semantik, atau makna eksternal juga merupakan makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. “Makna leksikal ini dipunyai unsur bahasa-bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya (Harimurti, 1982: 103). Veerhar (1983; 9) berkata, “………sebuah kamus merupakan contoh yang tepat dari semantik leksikal: makna tiap-tiap kata diuraikan di situ” (Mansoer Pateda, R, 2002: 119). b. Makna Gramatikal Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘ mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘ mengendarai kuda’; dengan dasar rekreasi melahirkan makna gramatikal ‘ melakukan rekreasi’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate dengan dasar ayam melahirkan makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar madura melahirkan makna gramatikal ‘ asal’; dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘ bercampur’; dan dengan kata Pak Kumis melahirkan makna gramatikal
‘buatan’. Sintaksisasi kata-kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat adik menendang bolamelahirkan makna gramatikal; adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bolabermakna ‘sasaran’. c. Makna Kontekstual Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Contoh makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut: 1. Rambut di kepala nenek belum ada yang putih. 2. Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. 3. Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu. 4. Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Contoh: Tiga kali empat berapa? Jika dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung, tentu akan dijawab “dua belas”. Kalau dijawab lain, maka jawaban itu pasti salah. Namun, kalau pertanyaan itu dilontarkan pada tukang foto di tokonya atau di tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab “dua ratus”, atau mungkin juga “tiga ratus”, atau mungkin juga jawaban lain. Mengapa bisa begitu, sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pasfoto yang berukuran tiga kali empat centimeter.
KESIMPULAN Makna bahasa itu bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna yang mencakup makna dasar, tambahan, gaya bahasa, nafsi, ihaa’i, konotatif, stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial, non-referensial, denotatif, konotatif, asosiatif, makana kata, makna istilah, idiom, dan peribahasa.
Referensi Chaer, Abdul. 2007. Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009.Pengantar Semantik Bahasa Imdonesia. Jakarta; Rineka Cipta Abdul Chaer, Linguistik Umum, 1994, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 289-297. R, Mansoer Pateda. 2010. Semantik leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. Muhammad Mukhtar Umar, Ilmu Al-Dilalah, hal. 36-41 Wahab, Abdul.1995.Teori Semantik. Surabaya; Airlangga Leech,Geoffrey.2003.Semantik.Yogyakarta; Pustaka Pelajar Parera, J.D.2004.Teori Semantik. Jakarta; Erlangga Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Diposkan oleh Fifin Putry Yanti (6C) di 09.23
0 komentar: Poskan Komentar Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Lorem Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.
Ipsum Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.
Dolor Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example. get rss
Followers Blog Archive
▼ 2013 (4)
o▼
Maret (4)
Makna dalam Semantik
Gaya Bahasa
Medan makna from fifin_putry
6.2 Komponen Makna
Komponen makn...
Diberdayakan oleh Blogger.
Profilku Fifin Putry Yanti (6C) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Islam Riau Lihat profil lengkapku
My Widget
Blogroll
Mau buat buku tamu ini ? Klik di sini [hide]
Copyright © 2010 Semantik Bahasa Indonesia | Blogger Templates by Splashy Templates | Psd by BevelAndEmboss