MAKALAH SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. 1 Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria. 2 Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. 3 Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih penyebab utama kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin mendapatkan legitimasi seiring dengan munculnya flu burung dan flu babi, dua penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan. Di Pekanbaru sendiri, data penyakit berbasis lingkungan pada tahun 2004, didapatkan data malaria sebanyak 236 kasus, tahun 2005 198 kasus, tahun 2006 195 kasus. TB paru pada tahun 2004 didapatkan 347 kasus, tahun 2005 633 kasus, tahun 2006 287 kasus. DBD tahun 2004 253 kasus, tahun 2005 839, tahun 2006 347 kasus. Diare tahun 2006 1.059 kasus, ISPA tahun 2006 231 kasus. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.2, 3, 4 Program kesehatan lingkungan Puskesmas Muara Fajar telah melakukan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, namun kegiatan tersebut belum sesuai target yang ditetapkan Depkes RI. Dari laporan kegiatan program Kesling bulan Januari-November 2009, terdapat 42 tempat umum yang ada di wilayah Puskesmas Muara Fajar, baru 14 yang pernah dilakukan pemeriksaan sanitasi. Jika dipersentasikan, cakupan pelayanannya adalah 33,33%, sedangkan menurut standar pelayanan minimal Kabupaten/kota yaitu 80%. Hasil wawancara dengan penanggung jawab program Kesling, permasalahan terletak pada kurangnya jumlah tenaga sanitarian dengan wilayah kerja yang luas, serta banyaknya beban kerja lainnya. Selain itu formulir pemeriksaan dan inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum belum tersedia lengkap.
BAB II PEMBAHASAN 2.1
a. b. c. d. e.
Sanitasi Tempat-Tempat Umum Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Tempat-tempat umum yaitu tempat kegiatan bagi umum, yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan, yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Jenis tempat-tempat umum antara lain : 8, 9 Yang berhubungan dengan sarana Pariwisata : Penginapan/Losmen Mess Kolam Renang Bioskop Tempat Hiburan Tempat Rekreasi Bilyard Tempat Bersejarah Yang berhubungan dengan sarana Perhubungan : Terminal Angkutan Darat Terminal Angkutan Sungai Yang berhubungan dengan sarana Komersial : Pemangkas Rambut Salon Kecantikan Pasar-Pasar Apotik Toko Obat Perbelanjaan Yang berhubungan dengan sarana Sosial : Tempat-Tempat Ibadah Rumah Sakit Klinik Bersalin Sekolah-Sekolah/Asrama Panti Asuhan Kantor-Kantor Pemerintahan dan Swasta termasuk Bank-Bank Pemerintah dan Swasta. Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar kewenangan Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum
tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 2.2
a. b. c. d. e. f. g.
a. 1) 2) b. 1) 2) 3)
Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum Dasar pelaksanaan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum adalah Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Menurut Kepmenkes tersebut, batasan pengertian penyehatan sarana dan bangunan umum, adalah upaya kesehatan lingkungan, dalam pengendalian faktor risiko penyakit pada sarana dan bangunan umum. Faktor resiko penyakit adalah hal-hal yang memiliki potensi terhadap timbulnya penyakit. Tujuan diadakannya penyehatan sarana dan bangunan umum adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pengendalian faktor risiko penyakit dan kecelakaan pada sarana dan bangunan umum. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah : Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren, condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya. Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat rekreasi, kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha yang sejenis. Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau yang sejenisnya. Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal penumpang, kapal ferry penumpang, kereta api dan sejenis. Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis. Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat ibadah yang sejenis. Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik obat, apotik dan yang sejenis. Untuk pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat, adalah Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM & PL), dan sebagai penanggung jawab program adalah Direktur Jenderal PPM & PL. Untuk pelaksanaan di tingkat propinsi sebagai penanggung jawab adalah Gubernur Kepala Daerah dan Pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Pelaksanaan di Tingkat Kabupaten, sebagai Penanggung jawab program adalah Bupati / Walikota dan pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Di Tingkat Kecamatan Penanggung jawab pelaksanaan program adalah Camat dan pelaksananya adalah Kepala Puskesmas. Dinas Kabupaten/kota memiliki unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu Puskesmas. Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan sarana dan bangunan umum di tingkatKabupaten/Kota adalah : Perencanaan Membuat program kegiatan upaya penyehatan sarana dan bangunan umum. Mengumpulkan data, menetapkan prioritas dan implementasi / pelaksanaan program serta melakukan evaluasi. Pengawasan kualitas Pengawasan kualitas yang dilakukan, meliputi : Inspeksi sanitasi. Pengambilan sample dan pemeriksaan sample Analisa data dan rumusan pemecahan masalah, serta memberi rekomendasi untuk tindak lanjut.
c.
d.
1.
2. a. 1) 2) b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 3.
4. a. b. c. d.
Investigasi Invstigasi dilakukan bila ditemukan adanya Kejadian Luar Biasa, dan atau keluhan dari masyarakat. Tindak lanjut Tindak lanjut dilakukan berdasarkan hasil monitoring dan investigasi, melalui penyuluhan, pelatihan, perbaikan dan pemeliharaan. Sebagai sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum adalah : Sumber daya manusia Kegiatan ini didukung oleh tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tenaga kesehatan lingkungan adalah petugas atau pengelola yang memperoleh pendidikan atau pelatihan dibidang kesehatan lingkungan. Peralatan Untuk menunjang kegiatan diperlukan instrumen yaitu : Formulir Pengamatan Formulir pemeriksaan Formulir Inspeksi Sanitasi Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain : Pengukur pencahayaan (Lightmeter) Pengukur kelembaban (Hygrometer) Pengukur mikroba dalam ruangan (Microbiological Test Kit) Pengukur kebisingan (Integrating Sound Level Meter) Pengukur kualitas air Pengukur kualitas udara (Air Polution Test Kit) Sanitarian Kit Vector Kit Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan Metode Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sekurang-kurangnya 2(dua) kali dalam satu tahun. Pengawasan pada kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sesuai dengan kondisi setempat dan memperhatikan risiko atau gangguan pada kesehatan masyarakat. Cara pengawasan dilakukan melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, analisa laboratorium, penyusunan laporan dan tindak lanjut. Dana Sumber pendanaan yang diperlukan dapat diperoleh melalui : APBN APBD Bantuan Luar Negeri Bantuan lain yang tidak mengikat
BAB III PENUTUP 3.1.SIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU, belum optimalnya pemeriksaan rumah tangga sehat, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi TPM. 2. Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesling PKM Muara Fajar adalah belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. 3. Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya jumlah petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana khusus untuk kugiatan. 4. Alternatif pemecahan masalah yang disarankan antara lain memberikan surat rekomendasi serta penyediaan formulir dan pedoman umum untuk pelaksanaan kegiatan. 5. Upaya pemecahan masalah yang telah terlaksana adalah pemberian surat rekomendasi yang berisi pemberdayaan petugas, penyediaan alat pengukuran kualitas lingkungan, dan pengalokasian dana khusus untuk kegiatan. 6. Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu. 3.2.SARAN 1. Sebaiknya Kepala Puskesmas memberdayaan petugas lain untuk membantu petugas Kesling dalam pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU. 2. Kepada Kepala Puskesmas sebaiknya menyediakan peralatan yang penting untuk mengukur kualitas lingkungan, seperti 1 buah meteran, 1 buah vektor kit, 1 buah microbial test kit dan 1 air polution test kityang dapat dilakukan secara bertahap. 3. Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang ada secara optimal untuk menunjang kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA Adriyani, Seto. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik Di Gresik, Jurnal Kesehatan Lingkungan. Surabaya : 2005 Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003. Depkes RI. 2006. Intervensi Faktor Lingkungan Cegah 13 Juta Kematian.http://www.depkes.go.id [Diakses 7 Desember 2009]. Arifin, Munif. 2009. Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi Lingkungan.http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan. [Diakses 7 Desember 2009]. Seksi Penyehatan Lingkungan. Laporan rekapitulasi penyakit berbasis lingkungan Puskesmas kota Pekanbaru. Pekanbaru: Dinkes kota Pekanbaru, 2006. Setiyabudi R. 2007. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari :http://www.ajago.blogspot.htm. [Diakses : 20 November 2009]. World Health Organization (WHO). 2008. Environmental Health.http://www.WHO.int. [Diakses 20 November 2009]. Depkes RI. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta : 1992. PEMKO Muara Enim. PERDA Kabupaten Muara Enim No.3 Tahun 1992 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Sosial. Muara Enim : 1994. ///////////////////////////////////////
Sanitasi tempat-tempat umum (STTU) BAB I BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN 1. Pengertian sanitasi menurut WHO Sanitasi merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup 2. Pengertian sanitasi: Sanitasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terbebas dari ancaman penyakit. 3. Pengertian tempat-tempat umum Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk
melakuikan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak, atau Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari. 4. Pengertian sanitasi tempat-tempat umum Sanitasi tempat-tempat umum adalah: suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya berbagai jenis penyakit, atau Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan. Tujuan Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain: 1. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala. 2. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum. Jenis-jenis tempat umum Ada beberapa jenis-jenis tempat umum, antara lain: 1. Hotel 2. Kolam renang 3. Pasar 4. Salon 5. Panti Pijat 6. Tempat wisata 7. Terminal 8. Tempat ibadah Syarat-syarat dari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu: 1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum 2. Harus ada gedung dan tempat yang permanent 3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung) 4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll) Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum yaitu: 1. Aspek teknis/hukum (persyaratan H dan S, peraturan dan perundang-undangan sanitasi). 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi,dll. 3. Aspek administrasi dan manegement, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi: Man, Money, Method, Material, dan Machine. Hambatan yang sangat sering dijumpai dalam pelaksaan sanitasi di tempat-tempat umum, yaitu: 1. Pengusaha a. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturan perundang-undangan yang menyangkut usaha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehatan masyarakat. b. Belum mengetahui/kesadaran mengenai pentingnya unsaha STTU untuk menghindari
terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit. c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan kerena memerlukan biaya ekstra. d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari STTU. 2. Pemerintah a. Belum semua peralatan dimiliki oleh tenaga pengawasan pada tingkat II dan kecamatan. b. Masih terbatasnya pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengawasan. c. Masih minimnya dana yang diakolasikan untuk pengawasan STTU. d. Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki sarana transportasi untuk melakukan kegiatan pengawasan. Ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu: Secara spesifik ada beberapa ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu: 1. Penyediaan air minum (Water Supply) 2. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes disposal meliputi sawage, refuse, dan excreta) 3. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation) 4. Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and Contruction) 5. Pengawasan fektor (Vektor Control) 6. Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution) 7. Hygiene dan sanitasi industri (Industrial Hygiene and Sanitation) Kegiatan yang mendasari sanitasi tempat-tempat umum (STTU), yaitu: 1. Pemetaan (monitoring) Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis dan jumlah tempattempat umum yang ada kemudian disalin kembali atau digambarkan dalam bentuk peta sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum tersebut. 2. Inspeksi sanitasi Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat umum dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab dengan mewawancarai dan melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu mendapatkan pembenahan. 3. Penyuluhan Penyuluhan terhadap masyarakat (edukasi) terutama untuk menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari TTU. Teknik pembuangan kotoran sebagai pelaksanaan usaha kebersihan Teknik pembuangan kotoran yang dimaksud dalam STTU berupa hasil dari kegiatan manusia dalam hal ini berupa sampah. Dalam teknik penanganan sampah, tidak semua macam-macam tempat-tempat umum melakukan teknik yang sama. Ada yang melakukannya dengan mengumpulkan sampah pada TPS (tempat pembuangan sementara) sebelum dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir), dan ada juga sampah yang dihasilkan langsung dibakar pada tempat yang telah disediakan. Selain itu volume pengangkutan sampah yang dihasilkannyapun berbeda-beda, ada yang pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan setiap hari, tetapi ada juga yang pengangkutannya sekitar dua sampai tiga kali dalam seminggu. Hukum yang mendasari nilai ambang batas (NAB) yaitu;
1. UU No.23 thn 1992 tentang Kesehatan. 2. UU No.11 thn 1962 tentang Hygiene untuk usaha bagi umum. 3. UU No. 2 thn 1966 tentang Hygiene. 4. Permenkes No. 06/menkes/per/I/1990 tentang pesyaratan kesehatan kolam renang dan pemandian umum. 5. Pemerkes No.80/menkes/II/1990 tentang persyaratan kesehatan hotel. 6. Peraturan daerah yang mengatur kegiatan-kegiatan usaha bagi umum. Nilai ambang batasnya dalam penilaian STTU yang distandarkan yaitu: A. Gedung secara umum 1) Bangunan gedung kuat 2) Bangunan gedung utuh 3) Bangunan gedung bersih 4) Bangunan tidak rentan menimbulkan kecalakaan 5) Bangunan tidak rentan menimbulkan penyakit 6) Bangunan gedung tidak mengganggu lingkungan sekitar 7) Bangunan gedung tidak terganggu lingkungan sekitar B. Lantai 1) Lantai kedap air 2) Lantai rata 3) Lantai tidak licin 4) Lantai mudah dibersihkan 5) Lantai dalam keadaan bersih C. Dinding 1) Dinding sebelah dalam berwarna terang 2) Dinding sebelah dalam rata 3) Dinding mudah dibersihkan 4) Dinding dalam keadaan bersih D. Langit-langit 1) Langit-langit berwarna terang 2) Langit-langit mudah dibersihkan 3) Jarak langit-langit dari lantai minimal 2,5 meter E. Atap 1) Atap kuat 2) Atap tidak bocor 3) Atap tidak memungkinkan dijadikan sarang serangga dan tikus. F. Ventilasi 1) Terdapat ventilasi alami atau mekanis 2) Udara dalam ruangan tidak pengap G. Pencahayaan 1) Pencahayaan dalam ruangan cukup terang 2) Pencahayaan tidak menimbulkan silau H. Perlindungan terhadap serangga dan tikus 1) Lubang penghawaan terlindung rapat 2) Lubang pembuangan air limbah tertutup dan dilengkapi jeruji/saringan
3) Tempat penampungan air diberi tutup 4) Tempat penampungan air dibersihkan secara berkala 5) Saluran pembuangan air limbah mengalir dengan lancar I. Penyediaan air bersih 1) Air bersih memenuhi syarat fisik ( tidak berasa, berbau dan berwarna) 2) Jumlah kuantitas air cukup J. Kamar mandi dan jamban 1) Tersedia kamar mandi dan jamban 2) Kamar mandi bersih 3) Tersedia air dalam jumlah cukup 4) Dilengkapi dengan bahan pembersih (sabun, sikat, dll) 5) Lantai tidak licin 6) Lantai tidak tergenang air/miring kearang saluran pembuangan 7) Jamban menggunakan tipe minimal leher angsa 8) Jarak jamban dapat dijangkau atau berdekatan dengan bak penampungan air. K. Tempat sampah 1) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat 2) Tempat sampah kedap air 3) Tempat sampah mudah dibersihkan 4) Permukaan bagian dalam rata 5) Dilengkapi dengan tutup L. Karyawan 1) Bertempramen baik 2) Tidak berpenyakit 3) Menggunakan pakaian kerja atau seragam 4) Pakaian dalam kondisi baik dan bersih
//////////////////
SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempattempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah agama. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005). Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah
besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.tempat-tempat umum perlu dijaga sanitasinya, seperti halnya transportasi baik darat,air dan udara.Pasalnya, tempat-tempat umum itu menjadi semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi(Rosyadi,2002).tempat-tempat umum memiliki berbagai kegiatan yang sangat penting. Salah satu hal utama dalam bidang sosial,tempat-tempat umum misalnya transportasi air (pelabuhan) bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh akses jalur transportasi dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara yang lain. Dapat dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan tercemar dengan mudah baik karena aktifitas manusia maupun karena faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terutama kepada masyarakat yang sering mengakses pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius. Standar sanitasi tempat-tempat umum dengan standar internasional harusnya lebih baik dari manajemen sanitasi tempat-tempat umum pada umumnya guna mengantisipasi permasalahan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum. Jadi sanitasi tempat-tempat sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah kesehatan,misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan,untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar mengubah pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiologi.
B. TUJUAN 1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang kesehatan lingkungan terutama sanitasi tempat-tempat umum. 2. Tujuan khusus
a)
Untuk mengetahui sanitasi pada lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan di
tempat-tempat umum b)
Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan di
tempat-tempat umum c)
Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat Umum d)
Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum e)
Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum f)
Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum g)
Untuk mengetahui jaminan rasa terlindungi pada masyarakat pengunjung dan
masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes RI, 2002).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempattempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007). Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005). Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria : 1. Diperuntukkan masyarakat umum. 2. Mempunyai bangunan tetap/ permanen. 3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha. 4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas : a. Fasilitas kerja pengelola. b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah. Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa : 1.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. 2.
Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum. Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin : 1.
Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan. b. Kualitas sanitasi. 2.
Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung. b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan. c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan.
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi : 1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene 2. Alat-alat kebersihan 3. Tempat kegiatan Kenapa sanitasi di tempat-tempat umum sangat diperlukan ? : 1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan 2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan 3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik 4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit 5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 6. Adanya tuntutan physical dan mental confort
B. ASPEK PENTING DALAM PENYELENGGARAAN SANITASI TEMPATTEMPAT UMUM 1. Aspek teknis/hukum (Peraturan dan perundang-undangan sanitasi) 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll
3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine
HAMBATAN YANG SANGAT SERING DIJUMPAI DALAM PELAKSANAAN SANITASI DI TEMPAT-TEMPAT UMUM :
PENGUSAHA 1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-undangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat 2. Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit 3. Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra 4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH 1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan 2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan 3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU 4. Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki saran transportasi untuk kegiatan pengawasan
LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU 1. Identifikasi masalah (problem identification) 2. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (sanitary inspection)
melakukan
3. Follow Up 4. Evaluasi 5. Pencatatan dan pelaporan
C. JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN PENGAWASAN * Hotel * Restourant * Kolam renang * Pasar * Bioskop * tempat-tempat rekreasi * tempat-tempat ibadah * pertokoan * Pemangkas rambut * salon * Stasiun kereta api atau bus * rumah sakit
D. PEMERIKSAAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
1. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (MASJID DJAMIQ LEBAI SANDAR AMPENAN) a. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu tertentu digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. b. Persyaratan Kondisi Masjid 1)
Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum :
a)
Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota
Ampenan b)
Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
c)
Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid.
d)
Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.
e)
Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata.
f)
Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air
kedap air. g)
Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya
genangan air. h)
Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta
berwarna terang. i)
Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang.
j)
Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun
buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman. k)
Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic,
bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud. 2)
Fasilitas Sanitasi :
a)
Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi persyaratan air
bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran khusus.
b)
Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran
pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang tertutup dan kedap air. c)
Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah
diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat.
2. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Umum (TERMINAL MANDALIKA - BERTAIS) Terdapat beberapa terminologi tentang terminal. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan transportasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi. Berdasarakan kedua terminologi diatas, terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi (Kepmenhub 35/2003). Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal berperan dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam suatu wilayah (Menteri Pekerjaan Umum, 2010). Kategori Terminal Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaan, regulasi (peraturan) dan norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah (coach terminal).
Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010): - Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum. Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut : a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Fasilitas Sanitasi Terminal Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung, semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Fasilitas-faslitas tersebut antara lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010): 1. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum. 2. Bangunan kantor terminal. 3. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar. 4. Menara pengawas. 5. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. 6. Kamar kecil/toilet.
Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal
Secara garis besar persyaratan sanitasi terminal dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu bagian luar terdiri dari tempat parkir, pembuangan sampah, dan penerangan; dan bagian dalam terdiri dari gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, tempat cuci tangan, pembuangan air hujan dan air kotor, pemadam kebakaran, dan kotak P3K yang dikelompokkan menjadi kelompok kecil, antara lain (Chandra, 2007): Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Luar : Tempat Parkir Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian yang bersifat tidak sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir adalah memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat Perhubungan Darat, 1998). Persyaratan tempat parkir pada terminal (Chandra, 2007): a. Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih. b. Tidak terdapat sampah berserakan, genangan air, dan lain-lain.
Pembuangan Sampah Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pembagian Sampah Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007): 1. Berdasarkan zat kmia yang terkandung di dalamnya. a. Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah. b. Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
a. Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu. b. Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk. a. Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya. b. Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah. a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
b. Rubbish, terbagi menjadi dua: 1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya. 2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca, kaleng, dan sebagainya. c. Ashes, semua sisa pembakaran dan industri. d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami. f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan. g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan. h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik. k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.
Pengelolaan Sampah Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007).
Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber. Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini: a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor. b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan. c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
Hubungan Sampah dan Kesehatan Lingkungan Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang tampak pada 4 aspek (Mukono, 2005): a. Aspek kesehatan. 1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti: serangga, tikus, cacing, dan jamur.
2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain: a) Diare, kholera, typus, DHF (Dengue Haemorrhagic Fever). b) Pes, murine typus. c) Penyakit kulit dan candidiasis. d) Taenia.
b. Aspek lingkungan. 1) Estetika lingkungan. 2) Penurunan kualitas udara. 3) Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air.
c. Aspek sosial masyarakat. 1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat. 2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung.
Persyaratan pembuangan sampah pada terminal (Chandra, 2007): 1. Tersedianya tempat pengumpulan sampah sementara sebelum dibuang. 2. Tempat pengumpulan sampah harus tertutup dan kedap air.
Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Dalam : Ruang Tunggu Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah
didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh. Penciptaan ini bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah ( Persyaratan ruang tunggu terminal (Chandra, 2007): 1. Ruangan bersih. 2. Tempat duduk bersih dan bebas dari kutu busuk. 3. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan. 4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air. 5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan. (Padmanaba dkk ,2010). Jamban dan Urinoir (Pengelolaan Kotoran Manusia) Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Suparmin, 2002). Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka diperlukan teknik pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah kenyamanan ataupun kesehatan bagi manusia.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum
optimalnya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, belum optimalnya pemeriksaan terminal, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi tempattempat umum. 2.
Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesehatan lingkungan adalah
belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. 3.
Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya
jumlah petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana khusus untuk kugiatan. 4.
Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.
SARAN 1.
Sebaiknya Kepala Terminal memberdayaan petugas lain untuk membantu
petugas Kesling dalam pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum. 2.
Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang
ada secara optimal untuk menunjang kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hilal, Nur.2008. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Ssampah Padat. JKL Purwokerto. Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya. Candra Dermawan, 2006, Artikel Iptek - Bidang Teknologi Transportasi ITS: Sarana Transportasi Lalu Lintas Darat Masa Depan. Sanitasi Tempat-Tempat Umum. www. Google. Com Masjid. Terminal bus.
///////////////////
PEMERIKSAAN INSPEKSI SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Definisi TempatTempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria : 1. Diperuntukkan masyarakat umum. 2. Mempunyai bangunan tetap/ permanen. 3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha. 4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas : a. Fasilitas kerja pengelola. b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi, pembuangan limbah. Jadi sanitasi tempattempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa : 1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. 2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempattempat umum. Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin : 1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat : a. Kualitas kesehatan. b. Kualitas sanitasi. 2. Psikologis bagi masyarakat : a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung. b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan. c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan. A. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum 1. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid) a. Pengertian Masjid Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu
tertentu digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. b. Persyaratan Kondisi Masjid 1) Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum : a) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota Yogyakarta. b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik. c) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid. d) Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik. e) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata. f) Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air. g) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan air. h) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna terang. i) Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang. j) Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman. k) Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud. 2) Fasilitas Sanitasi : a) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi persyaratan air bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran khusus. b) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang tertutup dan kedap air. c) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat. 2. Pemeriksaan Sanitasi Pasar a. Pengertian Pasar Pasar adalah suatu tempat yang terdiri dari pelataran terbuka dan sebagian lagi bangunan-bangunan yang digunakan untuk menjual dan meragakan barang-barang dagangan kepada masyarakat. Macam-macam Pasar : Pasar dapat dibedakan berdasarkan bentuk, letak,jenis barang yang diperdagangkan dan waktu dibukanya. 1) Berdasarkan Bentuk Berdasarkan bentuknya pasar dibedakan menjadi pasar terbuka dan pasar tertutup. 2) Berdasarkan Letak a) Pasar Kota, yaitu pasar-pasar yang terletak di ibukota provinsi, kabupaten, kecamatan, atau pusat pemerintah. Umumnya dibuka setiap hari. b) Pasar Desa, yaitu pasar-pasar yang terletak di desa. Umumnya dibuka pada hari-hari tertentu saja. 3) Berdasarkan Barang yang diperdagangkan a) Pasar Hewan, yaitu pasar yang khusus untuk menjual hewan. b) Pasar Kembang, yaitu pasar yang khusus menjual bunga. c) Pasar kelontong, yaitu pasar yang menjual barang-barang kelontong. d) Pasar biasa/umum, yaitu pasar yang menjual berbagai macam barang dagangan (campuran). 4) Berdasarkan Waktu dibukanya a) Pasar pagi, yaitu pasar yang dibuka pada pagi hari saja antara jam 05.30 s/d 12.00. b) Pasar Sore, yaitu pasar yang hanya dibuka pada sore hari saja antara jam 14.00 s/d 18.00. c) Pasar Malam, yaitu pasar yang hanya dibuka pada malam hari saja setelah jam 18.00. b. Hubungan Pasar dengan Kesehatan Manusia Pasar perlu dilakukan pengawassan dan pemeriksaan sanitasi kesehatan lingkungannya karena baik secara langsung maupun tidak langsung pasar dapat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan manusia. Adapun hubungan pasar dengan kesehatan manusia adalah: 1) Pasar merupakan tempat yang paling baik sebagai tempat penularan penyakit melalui : a) Droplet Infection, percikan ludah, seperti TBC paru, influenza, dsb. b) Direct Contact (penularan langsung), missal karena padatnya pasar para pengunjung berdesak-desakan sehingga terjadi sentuhan maka akan terjadi penularan secara langsung dari penderita penyakit kulit seperti rabies, kusta, gudik, dsb. c) Indirect Contact (penularan tidak langsung), yaitu melalui air, alat makan,
piring, sendok untuk mengambil jajanan, dsb. 2) Pasar yang kurang diperhatikan kebersihannya, seperti pembuangan sampah dan limbah, akan menjadi tempat yang baik bagi berkembangbiaknya vector penyakit. c. Persyaratan Kondisi Pasar 1) Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Umum a) Lokasi pasar tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata kota Yogyakarta. b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik. c) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/halaman pasar. d) Susunan/ tata ruang bangunan diatur sedemikian rupa sehingga lalu lintas orang lancar, permukaan bangunan tempat jualan rata, miring dan lebih tinggi dari lantai. e) Lantai tidak licin, bersih terbuat dari bahan yang cukup kuat, kedap air dan permukaannya rata. 2) Fasilitas Sanitasi a) Air bersih tersedia dengan jumlah yang cukup dan memenuhi persyartan fisik. b) Tersedia jamban bagi para pedagang dan pengunjung, yang bersih dan terpelihara. Jamban terhubung dengan saluran air kotor kota atau septic tank. c) Pembuangan limbah disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan air limbah mangalir lancar. d) Tempat pembuangan sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, kedap air dan tertutup. Permukaan dalam rata dan halus. Tersedia tempat sampah dalam jumlah yang cukup dan TPS yang memenuhi syarat. 3) Lain-lain a) Tersedia alat pembersih dengan jumlah yang cukup dan berfungsi dengan baik. b) Tersedia kotak P3K dengan obat-obatan yang masih dalam keadaan baik. c) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan mudah dijangkau serta terdapat penjelasan tentang cara penggunaannya. d) Tersedia alat pengeras suara untuk memberikan penerang/ pengumuman dan masih berfungsi dengan baik. 3. Pemeriksaan Sanitasi Hotel a. Pengertian Hotel Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil. b. Persyaratan Sanitasi Hotel Melati: Berikut beberapa persyaratan sanitasi kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pihak perhotelan : 1) Persyaratan kesehatan Lingkungan dan bangunan Hotel : a) Terhindar dari pencemaran kimia, fisika dan pencemaran bakteri. Tidak terletak di daerah banjir, Lingkungan bersih. b) Tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang atau tempat perkembangbiakan serangga dan tikus, dapat mencegah masuk dan berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya. c) Berpagar kuat. d) Bangunan kokoh/ kuat. e) Penggunaan ruangan dipergunakan sesuai ddengan fungsinya. f) Konstruksi lantai bersih, bahan kuat, kedap air dan permukaan rata, tidak licin, bagian yang selalu berkontak dengan air dibuat miring kearah saluran pembuangan air agar tidak berbentuk genangan air. g) Dinding bersih permukaan yang selalu berkontak dengan air harus kedap air. Permukaan bagian dalam mudah dibersihkan. Berwarna terang. h) Atap kuat dan tidak bocor, langit-langit tinggi dari lantai minimal 2,5 meter. i) Pintu dapat dibuka dan ditutup serta dikunci dengan baik. j) Pencahayaan Ruang: 1) Untuk kegiatan dengan resiko kecelakaan tinggi > 300 lux. 2) Lampu tamu > 60 lux. 3) Lampu tidur 5 lux. 4) Lampu baca > 100 lux 5) Lampu relax >30 lux 2) Persyaratan kesehatan kamar Ruang Hotel : a) Umum a. Kondisi ruangan tidak pengap dan berbau bebas dari kuman-kuman pathogen kadar gas beracun tidak melebihi nilai ambang batas (NAB). b. Tingkat kebisingan tidak tidak melebihi persyaratan (kamar tidur ). c. Khusus kamar tidur bersih peralatan ditata rapi. Suhu 18-28⁰C kelembaban 40-70 %. d. Dinding ,pintu, jendela yang tembus pandang atau cahaya yang dilengkapi dengan tirai. b) Ruang istirahat karyawan : a. Bersih b. Tersedia jamban, kamar mandi dan peturasan yang terpisah untuk karyawan pria dan
wanita. c. Ruang istirahat karyawan pria dan wanita terpisah. d. Tersedia lemari atau locker. e. Kamar mandi, jamban dan peturasan bersih. f. Aliran air bersih dan lancar. g. Sarana pembuangan air limbah tertutup. h. Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah minimal kamar mandi, jamban dan peturasan tepat. i. Kamar lena atau kamar ganti bersih, udara ruang segar, tersedia lemari. c) Gudang Tempat penyimpanan peralatan atau perabotan hotel dan tempat umum penyimpanan peralatan dapur, kantin, serta peralatan restoran harus dipisah. d) Pengelolaan sampah (Tempat Sampah) a) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat dan kedap air. b) Permukaan bagian dalam halus dan rata. c) Mempunyai tutup yang mudah ditutup atau dibuka tanpa mengotori tangan. d) Jumlah dan volume tempat sampah sesuai dengan produksi sampah per hari. e) Mudah diisi dan dikosongkan. f) Sampah dari setiap ruang diangkut setiap hari. e) Adapun persyaratan yang harus dipenuhi berkaitan dengan karyawan antara lain : a) Karyawan dilengkapi dengan pakaian kerja yang bersih dan utuh. b) Memiliki surat keterangan dari dokter yang masih berlaku. c) Memiliki sertifikat kursus penyehatan makanan bagi petugas pengelola makanan. Untuk hotel berbintang telah menjalani pemeriksaan rectal swab bagi penjamah makanan. f) Dapur a) Luas dapur sekurangkurangnya 40 % dari ruang makan atau 27 % dari luas bangunan, permukaan lantai dibuat cukup landai kea rah saluran pembuangan air limbah. b) Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur, permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan. c) Penghawan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun bau-bauan yang dipasang setinggi 2 meter dari lantai dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur. d) Tungku dapur dilengkapi dengan sangkup asap, alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran pengumpul lemak dan semua terletak di bawah sangkup asap. e) Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan pintu bagian luar membuka ke arah luar. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya serangga yang dapat menutup sendiri. f) Ruang dapur paling sedikit terdiri dari : tempat pencucian peralatan, penyimpanan bahan makanan, pengelolaan, persiapan dan administrasi. g) Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 100 foot candle. h) Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali perjam untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu. i) Ruang dapur hrus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya. j) Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari, rak-rak peralatan, bakbak pencucian yang berfungsi dan terpelihara dengan baik serta tidak boleh berhubungan dengan jamban/ WC, peturasan/urinoir kamar mandi dan tempat tinggal. g) Ruang Makan a) Setiap kursi tersedia ruang minimal 0,85 m2, pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap dan bagian luar membuka kea rah luar. b) Meja, kursi dan taplak meja dalam keadaan bersih. c) Tempat untuk menyediakan /peragaan makanan jadi dibuat fasilitas khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan. d) Tidak mengandung gasgas beracun sesuai dengan ketentuan dan tidak mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram, serta tidak berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan, urinoir, kamar mandi dan tempat tinggal. e) Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang, set kursi yang bersih dan tidak mengandung kutu busuk/kepinding. h) Gudang bahan makanan a) Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang, tidak menyimpan bahan lain selain makanan. b) Pencahayaan minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut. c) Dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan, ventilasi yang menjamin sirkulasi udara serta dilengkapi dengan pelindung terhadap serangga. 4. Pemeriksaan Sanitasi Salon a. Pengertian Salon Kecantikan Salon
adalah sarana pelayanan untuk memelihara kecantikan khususnya memelihara rambut dan kulit dengan menggunakan kosmetik, manual, preparataif, aparatif dan dekoratif tanpa melakukan operasi. Jenis-jenis salon kecantikan menurut pelayanan yang dilakukan ada 3 macam, yaitu : 1) Salon kecantikan rambut. 2) Salon kecantikan kulit. 3) Salon kecantikan rambut dan kulit. Menurut jenis bahan kosmetik yang digunakan ada 3 jenis, yaitu : 1) Salon kecantikan modern. 2) Salon kecantikan tradisional. 3) Salon kecantikan kombinasi. Menurut tipenya salon diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu : 1) Salon kecantikan tipe D Salon tipe D merupakan usaha kecil-kecilan dengan ciri fisik : a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2. b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 4 kursi, kulit maksimal 2 dipan. Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah : a) Tata kecantikan rambut. b) Pencucian kulit kepala/rambut. c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut. d) Penataan rambut. e) Pengeritingan. f) Pengecatan (tanpa pemucatan). g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath). h) Tata kecantikan kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) tanpa kelainan. i) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore). 2) Salon kecantikan tipe C Salon tipe C memiliki ciri fisik : a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 30 m2. b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 6 kursi, kulit maksimal 3 dipan. Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah : a) Tata kecantikan rambut. b) Pencucian kulit kepala/rambut. c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut. d) Penataan rambut. e) Pengeritingan. f) Pengecatan (dengan pemucatan). g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath). h) Pelurusan. i) Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokkan ). j) Tata kecantikan k) Merawat kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan. l) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore), panggung, disko, karakter, cacat dan usia lanjut. m) Penambahan buku mata, n) Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki. o) Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik sederhana (2 jenis seperti frimator dan sauna ). 3) Salon Kecantikan tipe B Salon kecantikan kulit atau rambut tipe B memberikan pelayanan kecantikan dan rambut dengan perawatan manual, preparative, aparatif dan dekoratif. Disini alat kecantikan (alat listrik) yang digunakan masih terbatas. Salon ini diselenggarakan dengan manajemen yang baik yang memiliki pimpinan, staf administrasi dan staf teknik, memiliki cirri-ciri fisik, yaitu : a) Rumah sendiri/ tempat lain dengan ukuran minimal 50 m2. b) Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 8 kursi, kulit maksimal 4 dipan. Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah : a) Tata kecantikan rambut. b) Pencucian kulit kepala/rambut. c) Pemangkasan/pemotongan dan pengeringan rambut. d) Penataan rambut. e) Pengeritingan. f) Pengecatan (dengan pemucatan). g) Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath). h) Pelurusan. i) Perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokkan ). j) Penambahan rambut kepala. k) Tata kecantikan l) Merawat kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan. m) Merias wajah sehari-hari (pagi,siang,sore), panggung, disko, karakter, cacat dan usia lanjut. n) Penambahan buku mata, o) Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki. p) Perawatan kulit dengan menggunakan alat listrik q) Perawatan badan (body massage). 4) Salon Kecantikan tipe A Salon kecantikan tipe A merupakan tempat pusat pelayanan kecantikan kulit dan rambut (beauty center) yang member pelayanan perawatan lengkap baik manual, preparative, aparatif dan dekoratif ditambah perawatan khusus seperti obesitas, diet dan seram. Peralatan listrik yang digunakan lebih lengkap. Salon ini dikelola secara institusional dengan manajemen
yang baik seperti tipe B, tetapi disini lebih lengkap terutama staf ahli teknis. Jenis perawatan yang diberikan pada tipe A : a) Tata kecantikan sama dengan salon kecantikan tipe B. b) Tata kecantikan kulit seperti pada salon kecantikan tipe B ditambah perawatan yang lebih luas baik secara tradisional Indonesia (empiric timur) maupum modern (empiric barat) seperti : Akupresur, aroma terapi, reflekzone. c) Perawatan dengan alat listrik : helioterapy, hydrotherapy, mekanoterapy dan elektroterapi. d) Perawatan tradisional yang spesifik seperti : perawatanpengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan, dll. b. Persyaratan Kondisi Salon 1) Persyaratan Kesehatan dan Bangunan 2) Fasilitas Sanitasi 3) Alat kerja dan Bahan 4) Karyawan 5) Lain-lain 5. Pemeriksaan Sanitasi Rumah makan atau Restoran. a. Pengertian Rumah Makan/ Restoran Rumah makan merupakan salah satu tempat pegelolaan makanan (TPM) yang menetap dengan segala peralatan dan perlengkapannya yang digunakan untuk proses membuat, menyimpan, menyajikan dan menjual makanan minuman bagi umum. Selain itu dikatagorikan sebagai rumah makan bila luas ruang makan minimal 25 meter persegi serta mempunyai kapasitas tempat duduk minimal 10 kursi. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker),peralatan pencegahan terhadap lalat, tikus dan hewan lainnya serta peralatan kebersihan; b. Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi : a) Persyaratan lokasi dan bangunan b) Persyaratan fasilitas sanitasi; c) Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan; d) Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi; e) Persyaratan pengolahan makanan f) Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan maknanan jadi; g) Persyaratan peralatan yang digunakan. 6. Pemeriksaan Sanitasi Sekolah Dasar a. Pengertian Sekolah Dasar adalah proses pendidikan yang diberikan kepada anak didik yang mendasari setiap pendidikan selanjutnya. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa dan warga sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di lingkungan sekolah. Oleh karenanya lingkungan sekolah yang aman , nyaman dan sehat sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar. Fasilitas Sanitasi sekolah yang meliputi Air bersih, Toilet (Kamar mandi, WC dan Urinoir), sarana Pembuangan Air Limbah, Sarana pembuangan Sampah dan Pengendalian Vektor di lingkungan sekolah perlu mendapatkan perhatian . Fasilitas Sanitasi atau kesehatan lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan. b. Persyaratan Sanitasi Sekolah Dasar Meliputi : a) Persyaratan lokasi dan bangunan b) Persyaratan kesehatan ruang kelas c) Persyaratan fasilitas sanitasi d) Persyaratan fasilitas penunjang 7. Pemeriksaan Sanitasi Kolam Renang Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 061/ Menkes/ Per/ I/ 1991, kolam renang adalah suatu usaha bagi umum yang menyediakan tempat untuk berenang, berekreasi, berolahraga, serta jasa pelayanan lainnya, menggunakan air bersih yang telah diolah. Kolam renang termasuk dalam tempat pemandian umum buatan karena kolam renang dibangun atau dibuat oleh manusia. Syarat konstruksi kolam renang adalah sebagai berikut 1. Bahan a. Dari bahan yang kuat, kedap air, keras, tetapi halus b. Di cat dengan warna muda c. Setiap sudut pertemuan dinding dibentuk sudut
lengkung 2. Bentuk a. Lubang pengering (outlet drain) pada bagian yang terdalam b. Setiap dinding harus vertical c. Dasar kolam yang kedalamannya kurang dari 1.5 m kemiringannya maksimum 10% dan tidak boleh ada penurunan yang curam. Umtuk kedalaman yang lebih dari 1.5 m sampai 3 m penurunan maksimum 30 d. Untuk membedakan masing-masing wilayah (zone) harus diberikan tanda yang jelas agar tidak menimbulkan kecelakaan 3. Tempat berjalan a. Pada sekeliling kolam renang harus ada tempat berjalan dengan lebar minimal 1 m dengan kemiringan kea rah luar kolam b. Sekeliling kolam renang di tepi tempat berjalan ada parit pengering 4. Pipa pemasukan air (in let) Saluran air yang masuk ke kolam harus terjamin tidak ada hubungan silang (cross conection) dengan air kotor. Lubang pemasukan air bersih berseberangan dengan lubang pembuangan/ pengering Pipa pembuangan/ pengering Pipa pembuangan bias dihubungkan dengan pipa penyedot. Bila lebar kolam lebih dari 7 m harus dibuat beberapa lubang pembuangan. Pada lubang pembuangan harus dilengkapi dengan jeruji yang dibuat dari bahan yang tidak membahayakan bagi para perenang. Cara pengeluaran air harus menghindari terjadinya pusaran air (fortex). Pipa pembuangan tidak boleh berhubungan langsung dengan roil kota. Lubang pipa pengering minimal berjarak 25cm dari dinding, bila dipisahkan atau dibuat lebih dari satu lubang pengering jarak lubang satu dengan lainnya maksimal 50cm. 5. Saluran peluap (Scum gutters) a. Pada dua sisi dinding kolam harus ada saluran peluap b. Dalam saluran minimal 7.5 cm c. Lubang saluran harus cukup besar agar mudah dalam membersihkan d. Lubang pengering pada saluran peluap berjarak antara 3.5 m sampai 5.5m 6. Tangga a. Tangga harus vertical b. Dibuat dari bahan yang berbentuk bulat dan tahan karat c. Dipasang terutama pada bagian kolam yang dalam dan yang dekat dengan papan loncat 7. Papan loncat (Diving board) Papan lonacat harus sesuai dengan ketentuan teknis agar tidak menimbulkan kecelakaan. Ketentuan papan loncat adalah: a. Tinggi papan loncat harus sesuai dengan kedalaman kolam Tinggi papan loncat Dalamnya kolam 1.00 m 2.75 m 1.75 m 3.00 m 2.75 m 3.75 m 3.50 m 4.00 m > 3,50 m Mak. 5.00 m b. Jarak papan loncat satu dengan yang lainnya minimal 3.5m. 8. Pencahayaan (Lighting) a. Pencahayaan tidak menyilaukan perenang b. Tidak dipasang lampu diatas air kolam. Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ ////////////////
SANITASI TEMPATTEMPAT UMUM A.M.FADHIL HAYAT
PENGERTIAN SANITASI : Usaha pengawasan yg ditujukan thd faktor lingk yg dpt mrp mata rantai dari penularan penyakit TEMPAT-TEMPAT UMUM: Sarana yg diselenggarakan oleh pemerintah/swasta/perorangan yg digunakan utk kegiatan bagi masyarakat >> sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, pasar, sarana sosial lainnya STTU: usaha pengawasan yg ditujukan thd TTU yg dpt mrp mata rantai dari penularan penyakit
Indikator STTU Air bersih: tersedia air bersih, memenuhi syarat kuantitas dan kualitas, digunakan utk mencuci alat2 dan bahan makanan, minum, dan cuci tangan Jamban: tersedia jamban, memenuhi syarat konstruksi dan kebersihan, digunakan oleh seluruh pengelola dan pengunjung
Sampah: tersedia tempat sampah, memenuhi syarat konstruksi dan kebersihan, sampah ditampung dan dibuang di TPS SPAL: ada SPAL, memenuhi syarat konstruksi dan berfungsi, tdk ada air limbah yg menggenang Pencahayaan & Penghawaan: lingkungan dan bangunan cukup cahaya dan penghawaan, pedagang dan pengunjung merasa nyaman, tdk sumpek dan sesak
Ruang Lingkup Perdagangan: Pasar Tradisional/Modern, Mall Pariwisata: Hotel, Kolam Renang, Tempat Rekreasi lainnya Transportasi: Sarana (bus, kapal, pesawat udara, kereta api) Prasarana (pelabuhan, terminal, bandara, stasiun) Pelayanan kesehatan: Rumah sakit, puskesmas Sarana Ibadah
Perdagangan
Pariwisata
Transportasi
Pelayanan Kesehatan
Tempat ibadah
Kegiatan Rumah Sakit Rawat jalan: poliklinik, KIA, KB, general check-up, gigi Rawat inap: interna, anak, bedah, kebidanan, ICU, dll Gawat darurat Pelayanan medik Pelayanan penunjang medik: lab, radiologi, farmasi, fisioterapi Pelayanan penunjang nonmedik: laundry, dapur, administrasi, dll Diklat, penelitian
Limbah Rumah Sakit Limbah infeksius: ekskreta, spesimen lab, bekas balutan, jaringan busuk, dll Limbah tajam: pecahan gelas, termometer, jarum bekas, alat suntik Limbah plastik: kemasan obat, cairan infus, disposable syringe, perlak Limbah jaringan tubuh: sisa amputasi, plasenta Limbah sitotoksik: sisa obat kanker Limbah kimia, radioaktif, laundry, dapur, domestik
Potensi bahaya di RS Pemaparan radiasi Bahan kimia toksik Bahaya biologis Temperatur ekstrim Kebisingan Debu Stress, dll. 15 04/29/09
Tipe hazards di RS Physical exertion Fire & natural disaster Compressed gas Flammable & combustible liquids, vapors, gases Electrical equipments 04/29/09 16
Penyakit Akibat Kerja di RS Faktor biologik (kuman patogen dari pasien) Faktor kimia (antiseptik pd kulit, gas anastesi, dll.) Faktor ergonomik (cara duduk yg salah, cara mengangkat pasien yg salah, dll.) Faktor fisik dlm dosis kecil & terus menerus (panas pd kulit, radiasi pd sistem reproduksi/darah) Faktor psikososial (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dll.) 17 0 ////////////////// PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah agama. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005). Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempattempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)
upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.tempat-tempat umum perlu dijaga sanitasinya, seperti halnya transportasi baik darat,air dan udara.Pasalnya, tempat-tempat umum itu menjadi semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi(Rosyadi,2002).tempat-tempat umum memiliki berbagai kegiatan yang sangat penting. Salah satu hal utama dalam bidang sosial,tempat-tempat umum misalnya transportasi air (pelabuhan) bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh akses jalur transportasi dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara yang lain. Dapat dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan tercemar dengan mudah baik karena aktifitas manusia maupun karena faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terutama kepada masyarakat yang sering mengakses pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius. Standar sanitasi tempat-tempat umum dengan standar internasional harusnya lebih baik dari manajemen sanitasi tempat-tempat umum pada umumnya guna mengantisipasi permasalahan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum. Jadi sanitasi tempat-tempat sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah kesehatan,misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan,untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar mengubah pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiologi. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Untuk mendapatkan nilai tugas UTS STTU. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui sanitasi penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat umum Untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan di tempattempat umum Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat umum Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan di tempattempat umum Untuk mengetahui sanitasi pengendalian vector dan binatang pengganggu yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat umum Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat Umum Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum Untuk mengetahui jaminan rasa terlindungi pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum Untuk mengetahui jaminan rasa privasi pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di tempat-tempat umum C. PERMASALAHAN Kualitas sanitasi tempat-tempat umum yang buruk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan di masyarakat. Tingginya angka kesakitan penyakit infeksi berbasis lingkungan masih merupakan masalah utama di Indonesia,sehingga diperlukan suatu upaya yang
mengarah pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya pengelolaan kesehatan lingkungan yang berkelanjutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.MENJAMIN KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN SEPERTI : A. PENYEDIAAN AIR BERSIH Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. -Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna 2) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Tubuh orang dewasa terdiri dari 70 % air. Menurut WHO, di negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter perhari. Negara berkembang termasuk Indonesia memerlukan air antara 30-60 l/h Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yg kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yg kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber air minum 1) Air hujan tapi tdk mengandung kalsium 2) Air sungai 3) Air danau 4) Mata air berasal dari tanah 5) Air sumur dangkal 6) Air sumur dalam B.PEMBUANGAN KOTORAN Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut [2]: 1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi 2) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur 3) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan 4) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain 5) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin 6) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang 7) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal. 8) Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. 9) Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus. Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting
peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. 10) Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya. 11) Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan : a) Tidak mencemari air b) Tidak mencemari tanah permukaan c) Bebas dari serangga d) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan C.PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis[3]. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit. D.PENGELOLAAN SAMPAH Pengertian Sampah Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah. Sampah-Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti Sampah sisa sayuran, Sampah sisa daging, Sampah daun dan Sampah lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti Sampah plastik, Sampah kertas, Sampah karet, Sampah logam, Sampah sisa bahan bangunan dan Sampah lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari Sampah industri dan Sampah rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya: (1) sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, (2) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga, (3) Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, (4) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah, (5)
finansial (keuangan), (6) keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan (5) kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan (sampah). Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain. E.PENGENDALIAN VECTOR DAN BINATANG PENGGANGGU Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi. Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab. Cara pengendalian vektor 1. Usaha pencegahan (Prevention) : mencegah kontak dengan vektor Ex:pembErantasan nyamuk,kelabu. 2. Usaha penekanan (supression) : menekan populasi vektor sehingga tidak membahayakan kehidupan manusia 3. Usaha pembasmian (eradication) : menghilangkan vektor sampai habiS F. KUALITAS BANGUNAN YANG TERPELIHARA DENGAN BAIK Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement) a Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >> modifikasi/manipulasi lingkungan >> landfilling, draining b. Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi c. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina d. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control) e. kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik Konsep bangunan hijau (green building) adalah bangunan dimana dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pada prinsipnya tujuan dari green building adalah : 1. Meminimalkan/ mengurangi penggunaan sumber daya alam 2. Meminimalkan/ mengurangi dampak lingkungan 3. Meningkatkan kualitas udara ruangan menjadi lebih sehat 2. MEMBERIKAN JAMINAN PSIKOLOGI PADA MASYARAKAT PENGUNJUNG DAN MASYARAKAT SEKITARNYA YAITU: A. RASA AMAN Lingkungan yang Sehat untuk Anak-anak Alliance (HECA) mempromosikan sejumlah sederhana, biaya rendah, efektif dan berkelanjutan langkah-langkah untuk memerangi risiko lingkungan untuk anak-anak kita. di bawah ini adalah contoh dari langkah-langkah sederhana yang dapat diambil di rumah atau di sekolah-sekolah.
1. Penyimpanan air yang aman di rumah – dan perawatan air di rumah ketika kualitas yang ragu-ragu – mengurangi pencemaran air dan menyebabkan manfaat kesehatan terbukti. 2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan setelah buang air besar secara signifikan mengurangi risiko penyakit diare. 2. Ikuti WHO Lima Kunci untuk Makanan yang lebih aman untuk mengurangi risiko penyakit bawaan makanan: menjaga kebersihan; terpisah mentah dan dimasak, masak dengan saksama; menyimpan makanan pada suhu aman; dan penggunaan air bersih dan bahan baku. 3. Ventilasi yang baik di rumah, bersih dan ditingkatkan bahan bakar kompor memasak polusi udara dalam ruangan menurun dan memburuknya dan pengembangan infeksi pernafasan akut. 4. Sebagai anak-anak biasanya pergi tidur lebih awal daripada orang dewasa pada saat nyamuk menjadi aktif, penggunaan insektisida kelambu yang diobati dan pemutaran jendela, pintu dan atap menyediakan sarana yang sangat efektif untuk melindungi mereka terhadap penyakit malaria. 5. Pastikan aman penyimpanan, pengemasan, penggunaan dan penandaan yang jelas pembersih, bahan bakar, pelarut, pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan di rumah dan di sekolah-sekolah. B.RASA NYAMAN Misi ini ditujukan untuk menciptakan suasana kota yang bersih, sehat, layak huni dan inspiratif, sebagaimana yang diinginkan oleh warga Jakarta. Pola hidup masyarakat Jakarta yang berkualitas sangat ditentukan oleh ketersediaan layanan pendidikan dan kesehatan yang berstandar tinggi dan luas jangkauannya. Di bidang pendidikan, fokusnya adalah penyediaan fasilitas ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium yang memenuhi standar pendidikan modern. Kualitas dan dedikasi pendidik/guru terus ditingkatkan; kesejahteraannya terus dijamin. Di bidang kesehatan, selain dari apa yang telah dikemukakan pada bagian pertama misi ini, terus dilakukan pula gerakan untuk memperluas kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat. Gerakan ini sejalan dengan kebijakan penataan pemukiman dan ruang terbuka hijau yang pada gilirannya menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat multi-etnik dan beragam agama yang menjadi ciri masyarakat Jakarta. Kenyamanan dan kesejahteraan yang berkelanjutan hanya bisa terwujud jika masyarakat terbebas dari segala bentuk diskriminasi. C.RASA SANTAI Kampung Sama Bahari memang paling sering dikunjungi wisatawan, terutama turis asing peneliti.Kabarnya, perkampungan itu jauh lebih teratur dibandingkan perkampungan Bajo lainnya.Merapat di dermaga kecil, pengunjung memasuki jalan umum yang sesungguhnya jembatan.Walau sebagian besar masih ditopang batang kayu gelondong, sebagian jembatan beralas kayu tersebut sudah menggunakan pancang beton. Suku Bajo di Sama Bahari mengandalkan mata pencarian dari mengelola hasil laut. Selain nelayan, mereka juga mulai mengenal tambak terapung. Beberapa di antara mereka juga bertani rumput laut. Ikan hasil tangkapan dan panenan rumput laut dijual ke Kota Wanci, Pulau Wangi-wangi. Tetapi umumnya, nelayan menjual ikan ke kapal pengumpul ikan yang datang. Kebanyakan suku Bajo nelayan tradisional. Mereka menangkap ikan dengan menggunakan jaring, bagan apung, dan pancing. Konon dulu orang Bajo biasa menangkap ikan dengan tombak. Kini seiring peradaban modern, kebiasaan itu mulai hilang.Bahkan ada warga Sama Bahari yang sudah menjadi bandar ikan. Pendapatannya bisa mencapai ratusan ribu rupiah hingga jutaan sekalimelaut.Di tengah perkampungan, suku Bajo membangun sebidang lapangan, tempat anak-anak sering bermain bola. Tak jauh dari lapangan, ada semacam balaibalai tempat berkumpul, atau menonton siaran televisi. Berkat antena parabola, mereka dapat
menyaksikan siaran televisi luar negeri. Untuk sumber listrik, mereka menggunakan generator. Menurut Outreach & Community Development Coordinator WWF Indonesia Veda Santiadji, perkampungan Bajo di Sama Bahari relatif cukup modern. Mereka sudah memiliki sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, madrasah, musala, tempat pelelangan dan penyimpanan ikan. D.TERLINDUNGI Mencermati tema nasional Hari Kesehatan se Dunia ke-62 tahun 2010 mengingatkan kita bahwa masyarakat yang hidup diperkotaan harus punya peran dan kesadaran/kepedulian yang tinggi. Berperan dalam hal ini harus bertindak terhadap permasalahan yang ada dilingkungannya. Sedangkan kesadaran disini kita harus peduli mengantisipasi bilamana lingkungan sekitar kurang mendukung atau perilaku kesehatan yang menyimpang.Masalah kota sehat pada dasarnya merupakan pendekatan kesehatan masyarakat yang bertumpu pada kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat (dunia usaha, akademisi, profesi, media massa, LSM dan organisasi masyarakat lainnya) dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan perkotaan yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan fisik dan lingkungan social kota. Untuk mewujudkan kota sehat diperlukan proses keterlibatan warga kota yang telah memenuhi tatanan kesehatan dengan berbagai sector terkait seperti bidang pertanian, pariwisata dan perhubungan. Masalah kesehatan di perkotaan lebih komplek dan beragam misalnya penyakit menular/infeksi atau penyakit yang terkait dengan lingkungan serta kondisi kesehatan lingkungan yang buruk, termasuk kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Disisi lain penyakit modern di perkotaan seperti : degeneratif, kelebihan gizi, penyakit/kelainan mental, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat/Napza dan minuman keras, penyakit karena kekerasan dan kecelakaan masih menjadi perhatian kita semua. Selain itu, pemukiman kumuh, pencemaran udara, air dan tanah serta perilaku kesehatan yang kurang mendukung, seperti : merokok , membuang sampah dan membuang kotoran disembarang tempat, masih sering ditemui diwilayah perkotaan. Masalah lain yang perlu mendapat perhatian kita bersama, kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan yang kurang sehat/kumuh dan pelayanan masyarakat yang kurang layak yang kesemuanya berdampak pada kesehatan masyarakat dan akhirnya berpengaruh pada kualitas hidup manusia di dalamnya. Semua itu memerlukan proses penyuluhan ke masyarakat untuk mengubah dan memperbaiki perilaku menjadi lebih sehat, mengingat kota sehat merupakan konsepyangberkesinambungan. Karena untuk mewujudkan kota sehat, model yang biasa dilakukan dengan gerakan-gerakan masyarakat. Barangkali gerakan masyarakat itu perlu diimbangi dengan ketegasan penegakan peraturan yang telah ada harus diatasi dengan pemberlakuan aturan dan pengawasan serta pemberian sangsi bila terjadi pelanggaran, misalnya sangsi denda uang atau penjara bila terjadi pelanggaran atau kelalaian yang kemungkinan dapat merubah perilaku , seperti halnya warga kota.Andaikan semua ini dapat kita implementasikan tentunya kwalitas hidup masyarakat tercapai, niscaya lambat laun kota sehat warga sehat akan terwujud. E.PRIVASI Pada tanggal 3-4 Agustus ini di Jakarta berlangsung Pertemuan Khusus Tingkat Menteri tentang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) se-Asia Pasifik dengan tema ”Run Up to 2015”.Pertemuan ini merupakan persiapan negaranegara di kawasan Asia dan Pasifik dalam menghadapi MDGs + 10 Summit pada September 2010. Pertemuan tingkat tinggi ini akan mengevaluasi perjalanan MDGs sebagai komitmen global penanggulangan kemiskinan yang sudah menapak 10 tahun dari target 15 tahun yang direncanakanSebelumnya pada 23 Juni lalu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengawali rangkaian kegiatan MDGs + 10 Summit dengan meluncurkan Millennium
Development Goals Report 2010, sebuah laporan yang memperlihatkan kemajuan dan kelambanan dunia dalam menapaki target komitmen global untuk pengurangan atau penghapusan kemiskinan dunia.Untuk kawasan Asia dan Pasifik, laporan tentang posisi pencapaian MDGs juga telah diterbitkan dengan judul Achieving the Millennium Development Goals in an Era of Global Uncertainty: Asia-Pacific Regional Report 2009/2010. Laporan ini menjadi bahan bahasan dalam pertemuan 3-4 Agustus ini.Ada kesamaan pandangan antara UN MDGs Report 2010 dan Asia Pacific Report 2009-2010 dalam melihat krisis finansial sebagai tantangan mencapai MDGs. Organisasi Buruh Internasional makin menegaskan pandangan tersebut dengan melansir laporan bahwa penambahan jumlah orang miskin pada masa krisis finansial ketika mereka secara tiba-tibaharuskehilanganpekerjaannya. Indonesia boleh berbangga menjadi anggota G-20 dan tahan diterpa krisis finansial 20082009, tetapi harus disadari posisi Indonesia dalam pencapaian MDGs juga belum memuaskan. Berkali-kali, dalam Progress Report MDGs kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia masih masuk kategori negara yang lamban langkahnya dalam mencapai MDGs pada tahun 2015. Sumber kelambanannya ditunjukkan dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, belum teratasinya laju penularan HIV-AIDS, makin meluasnya laju deforestasi, rendahnya tingkat pemenuhan air minum dan sanitasi yang buruk serta beban utang luar negeri yang terus menggunung (MDGs Progres Report in Asia and the Pacific, UNESCAP, 2010). Fakta muram ini juga diperkuat dengan makin merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia sebagaimana yang dilaporkan di Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia/IPM). Jika pada tahun 2006 berada di posisi ke-107 dan tahun 2008 di posisi ke-109, pada tahun 2009 makin melorot di posisi ke-111. (Overcoming Barriers: Human Mobility and Development, UNDP, 2009). Kondisi ini menjadi tantangan berat Indonesia untuk menuntaskan lima tahun terakhir dari target MDGs pada 2015. Oleh karena itu, harus ada perubahan mendasar dalam menilai keberhasilan pembiayaan negara, bukan hanya pada tingkat penyerapan anggaran tetapi juga pada dampak penggunaan anggaran pada pencapaian target MDGs dan indikator IPM yang terukur. Titik lemah lain dalam upaya pencapaian MDGs di Indonesia adalah tidak adanya pengakuan inisiatif masyarakat (baik organisasi masyarakat sipil maupun sektor swasta) yang selama ini punya peran dalam upaya pencapaian MDGs di Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak pernah mendorong rasa kepemilikan bersama (ownership) MDGs ini kepada seluruh rakyatnya. Setidaknya dalam empat kali laporan yang disusun oleh Pemerintah Indonesia sangat kuat kesan bahwa pencapaian MDGs identik dengan pelaksanaan program pemerintah. Padahal kita tahu, ada banyak inisiatif dan kreativitas masyarakat muncul dalam menjawab masalah kemiskinan. Ironisnya, pemerintah tak pernah mengakuinya dalam laporan MDGs. Pemerintah lebih asyik menyajikan laporan pencapaian MDGs dalam grafik-grafik statistik yang tak bisa mengukur wajah kemiskinan yang berbeda konteks dan pengalaman kesejarahannya. 2.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Menurut beberapa literatur yang disebut tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara
sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar. Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat : 1. Diperuntukkan bagi masyarakat umm 2. Harus ada gedung/tempat yang permanen 3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung) 4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll) Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit. Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi : 1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene 2. Alat-alat kebersihan 3. Tempat kegiatan Kenapa sanitasi di tempat-tempat umum sangat diperlukan ? : 1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan 2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan 3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik 4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit 5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 6. Adanya tuntutan physical dan mental confort ASPEK PENTING DALAM PENYELENGGARAAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM 1. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, Peraturan dan perundang-undangan sanitasi 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll 3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine HAMBATAN YANG SANGAT SERING DIJUMPAI DALAM PELAKSANAAN SANITASI DI TEMPAT-TEMPAT UMUM PENGUSAHA 1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-undangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat 2. Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit 3. Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra 4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH 1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan 2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan 3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU 4. Belum semua kecamatan /tingkat II memiliki saran transportasi untuk melakukan kegiatan pengawasan LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU 1. Identifikasi masalah (problem identification)
2. Pemeriksaan H&S TTU (sanitary inspection) 3. Follow Up 4. Evaluasi 5. Pencatatan dan pelaporan JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN PENGAWASAN * Hotel * Restourant * Kolam renang * Pasar * Bioskop * tempat-tempat rekreasi * tempat-tempat ibadah * pertokoan * Pemangkas rambut * salon * Stasiun kereta api atau bus * rumah sakit Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria : 1.Diperuntukkan masyarakat umum. 2.Mempunyai bangunan tetap/ permanen. 3.Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha. 4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas : a.Fasilitas kerja pengelola. b.Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa : 1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. 2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum. Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin : 1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat : a. Kualitas kesehatan. b. Kualitas sanitasi. 2. Psikologis bagi masyarakat : a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung. b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan. c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan. 2.1.1 Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid) Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah
kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan : 1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan 2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah. 3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah. 4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan . 5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat ibadah. a. Pengertian Masjid. Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Komponen penilaian meliputi : 1. Letak Sesuai dengan rencana tata kota - Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan cemaran lainx) - Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau & cemaran lainnya 2. Kontruksi 3. Persyaratan, seperti : a. Alat sembahyang b. Lantai -Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah dibersihkan. c. Ventilasi - Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk pengap dan tdk panas) d. Pencahayaan e. Tempat sandal dan sepatu f. Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus b. Persyaratan Kondisi Masjid 1. Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum : a. Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota Meulaboh b. Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik. c. Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid. d. Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik. e. Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata. f. Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air. g. Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan air. h. Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna terang. i. Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang.
j. Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman. k. Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud. 2) Fasilitas Sanitasi : 1. Air Bersih - Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat - Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna - Angka kuman tidak melebihi NAB - Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB 2. Pembuangan Air Kotor - Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga - Air limbah mengalir dengan lancar - Saluran kedap air - Saluran tertutup 3. Toilet/ WC - Bersih - Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama - Tersedia air yang cukup - Tersedia sabun & alat pengering - Toilet pria & wanita terpisah - Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak - Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal) - Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar 4. Peturasan - Bersih - Dilengkapi dengan kran pembersih - Jumlahnya mencukupi 5. Tempat Sampah - Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan penutup - Jumlah tempat sampah mencukupi - Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA - Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang 6. Tempat Wudhu • Bersih • Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid • Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya mencukupi • Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga) • Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu • Limbah air wudhu mengalir lancar • Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah 7.Tempat Sembahyang - Bersih, tidak berbau yang tidak enak - Bebas kutu busuk & serangga lainnya - Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud 8.Tempat sandal dan sepatu - Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus - Bersih dan kuat
Pengertian Rumah Sehat Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang (1). B. Persyaratan Umum Rumah Sehat Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut (1): a. Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis; b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis; c. Dapat terhindar dari penyakit menular; d. Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan. Jika diteliti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan di atas adalah sama dengan persyaratan seperti yang disebutkan berikut ini. 1. Persyaratan letak rumah Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari bahaya timbulnya penyakit menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah merupakan persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah pertimbangan memilih letak rumah (2): a. Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah rendah yang sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi tempat perumahan yang permanen. Tanah berbatu karang biasanya lembap dan dingin, karena air pada waktu hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik (lantai yang kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik. b. Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan lapangan terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar yang terletak di sebelah utara akan menerima sinar matahari lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan ruang tempat menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah. 2. Persyaratan fisik Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan. Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk membuat fondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi bermacam-macam bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa bertambah dan bisa pula menurun, bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga berubah-ubah mengikuti perubahan keadaan musim. Fondasi yang tidak sesuai akan mengakibatkan rumah yang di atasnya bisa rontok. Ada tiga cara dalam membuat fondasi, yaitu: a. Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen; b. Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkret; c. Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari besi beton. Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas lantai bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang bebas, dan akan menyebabkan tidak sehat. Jika salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit infeksi menular, maka kurangnya
suplai oksigen akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5-3 m² untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (2). 3. Persyaratan fisiologis Rumah sehat harus dipenuhi criteria ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup, terhindar dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-anak bermain. a. Ventilasi Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pintu dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke dalam kamarkamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah. Fungsi ventilasi adalah: 1) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar; 2) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen karena aliran udara yang terus-menerus; 3) Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal. Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Aliran udara dalam ruangan pada ventilasi alamiah terjadi secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang, dinding, angin-angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar terjadi karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti mesin pengisap (AC) dan kipas angin (2). b. Pencahayaan Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi kesehatan orangorang yang ada di dalamnya. Ada dua macam cahaya, yaitu cahaya alamiah dan cahaya buatan. Cahaya alamiah merupakan cahaya langsung berasal dari sumber cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk penerangan secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya buatan merupakan cahaya yang bersumber dari listrik, lampu, api, lampu minyak tanah, dan sebagainya (2). c. Kebisingan Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau datangnya tiba-tiba seperti letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan tersebut. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan (2). 4. Persyaratan psikologis Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang rapi, tidak over crowding, dan sebagainya. Over crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan dan kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap ketenangan, baik individu, keluarga, maupun keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan kerahasiaan setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju member wewenang
kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah seperti ini. Rumah tempat tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan halhal sebagai berikut (2): a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar. b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. 5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut (2): a. Penyediaan air bersih yang cukup; b. Pembuangan tinja; c. Pembuangan air limbah (air bekas); d. Pembuangan sampah; e. Fasilitas dapur; f. Ruang berkumpul keluarga. C. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Rumah 1. Tingkat kemampuan ekonomi Individu jika ingin membangun suatu rumah tentunya akan mengukur tingkat kemampuan ekonominya, terutama menyangkut kesiapan finansial. Bagi masyarakat desa terkadang persoalan tidak serumit di perkotaan, dimana tanah yang akan dipergunakan untuk membangun suatu perumahan tidak semahal di kota, bahan-bahan yang akan dipergunakan dapat memanfaatkan sarana yang ada seperti bambu, kayu, atau atap bisa dibuat dari daun, alang-alang, daun lontar, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut di desa relative masih mudah didapat dan murah, namun di kota persoalannya akan berbeda. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian tiap-tiap individu dalam masyarakat yang akan membangun rumah adalah membangun rumah tidak sekedar mendirikan saja, tetapi bagaimana perawatan rumah tersebut sehingga dapat dipergunakan dalam waktu yang cukup lama bahkan dapat dinikmati oleh anak cucunya (2). 2. Faktor alam (lingkungan) Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini menyangkut bagaimana kondisi lingkungan alam dan social di sekitar kita. Membangun rumah di daerah yang rawan bencana banjir harus diperhatikan letak lokasi tanah diupayakan sebelumnya saat membangun ketinggian tanah diperkirakan agar di saat musim penghujan tidak kebanjiran. Membangun rumah di dekat daerah rawan longsor dan daerah rawan gempa, bahan yang digunakan harus ringan, namun kokoh. Rumah daerah dingin, panas, pegunungan, pantai, kota, dan desa akan mempunyai karakteristik tersendiri dan perlu desain yang berbeda-beda. Rumah dekat dengan hutan bisa dibuat sedemikian rupa dengan membuat tangga yang tinggi agar binatang buas dan ular tidak dapat naik (2). 3. Kemajuan teknologi Saat ini teknologi perumahan sudah begitu modern, namun rumah yang modern belum tentu sesuai dengan selera individu di masyarkat. Teknologi modern selain membutuhkan biaya dan perawatan yang mahal juga diperlukan pengetahuan yang cukup agar mengerti tentang teknologi tersebut. Bagaimanapun masyarakat telah memiliki teknologi perumahan yang telah diwarisi dari orang tuanya. Oleh karena itu, penerapan teknologi yang tepat guna harus dipertahankan sedangkan kekurangan-kekurangan yang ada dimodifikasi, sehingga dapat memenuhi persyaratan rumah sehat yang telah ditetapkan. Teknologi yang tinggi jika diterapkan di daerah tertentu belum tentu sesuai. Membangun rumah dengan pilar-pilar yang tinggi, bahan dari batu bata, rumah kaca, desain kamar tertutup, ventilasi, dan jendela diganti
dengan AC, hal ini jika diterapkan di desa belum tentu sesuai sebab udara di desa masih segar, rumah masih belum begitu padat, dan pencahayaan masih bagus (2). 4. Peraturan pemerintah menyangkut tata guna bangunan Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika tidak dibuat secara tegas dan dan jelas dapat menyebabkan gangguan ekosistem seperti banjir, pemukiman kumuh, dan lain-lain. Saat ini di kota-kota besar hal ini sudah menjadi problem yang kompleks. Namun jika di pedesaan hal ini belum menjadi masalah yang serius (2). D. Standar Rumah Sehat Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah diadakan perbaikan; mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. Pada tahun 1946 di Inggris ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness for Habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni, antara lain sebagai berikut (2): 1. Dalam segala hal harus kering. 2. Dalam keadaan rumah diperbaiki. 3. Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi. 4. Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga. 5. Mempunyai kamar mandi. 6. Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang baik. 7. Mempunyai system drainase yang baik. 8. Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di luar). 9. Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. 10. Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik. 11. Jalan masuk ke rumah yang baik. 12. Mempunyai fasilitas alat pemanas/pendingin di kamar. 13. Setiap kamar mempunyai titik lampu yang cukup.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. KESIMPULAN Kesimpulan dari analisa Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) meliputi sanitasi tempat-tempat umum berupa; sekolah, tempat peribadatan,terminal, dan rumah sakit adalah sebagai berikut: 1. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah di wilayah Batu Kota sebesar 75% berpotensi sehat, sedangkan 25% sekolah tidak berpotensi sehat. 2. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan sebesar 56% di wilayah Kota Batu berpotensi sehat, sedangkan 44% tempat peribadatan tidak berpotensi sehat. 3. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal sebesar 100% berpotensi sehat. 4. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit tidak ditemukan hasil karena belum dilakukan pemeriksaan. 2.SARAN 1. Upaya yang harus dilakukan untuk mengintervensi tatanan sekolah yang tidak berpotensi sehat dilakukan pelatihan dokter kecil, karena faktor inilah yang harus segera
ditindaklanjuti sebagai kegiatan mandiri pelayanan kesehatan siswa sekolah dasar oleh dokter kecil yang telah dibina. 2. Peningkatan Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan yang perlu diperhatikan adalah mengenai kebersihan lingkungan yang meliputi;kebersihan lantai, kebersihan tempat wudlu, dan kebersihan langit-langit. 3. Usaha mempertahankan kondisi terminal yang sehat memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara lembaga terkait dengan masyarakat.Masyarakat perlu mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan sehingga akan tercipta suasana terminal yang menyenangkan dan bersih. 4. Analisis Indeks Potensi Tatanan Sehat Rumah Sakit perlu dilakukan untukmelihat kondisi rumah sakit. /////////////////
SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM 8 NOVEMBER 2012 BY RENDEZVOUS2318 PENTINGNYA PENGELOLAAN SANITASI DI TEMPAT-TEMPAT UMUM
Menurut beberapa literatur yang disebut tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar. Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat : 1. Diperuntukkan bagi masyarakat umm 2. Harus ada gedung/tempat yang permanen 3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung) 4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll) Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi : 1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene) 2. Alat-alat kebersihan 3. Tempat kegiatan Kenapa sanitasi di tempat-tempat umum sangat diperlukan ? : 1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan 2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan 3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik 4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit 5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 6. Adanya tuntutan physical dan mental confort ASPEK PENTING DALAM PENYELENGGARAAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM 1. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, Peraturan dan perundang-undangan sanitasi 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll 3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine HAMBATAN YANG SANGAT SERING DIJUMPAI DALAM PELAKSANAAN SANITASI DI TEMPAT-TEMPAT UMUM PENGUSAHA 1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undangundangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat 2. Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit 3. Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan karena memerlukan biaya ekstra 4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan 2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan 3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU 4. Belum semua kecamatan /tingkat II memiliki saran transportasi untuk melakukan kegiatan pengawasan LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU 1. Identifikasi masalah (problem identification) 2. Pemeriksaan H&S TTU (sanitary inspection) 3. Follow Up 4. Evaluasi 5. Pencatatan dan pelaporan JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN PENGAWASAN
Hotel
Restourant
Kolam renang
Pasar
Bioskop
tempat-tempat rekreasi
tempat-tempat ibadah
pertokoan
Pemangkas rambut
salon
Stasiun kereta api atau bus
rumah sakit
///////////////////
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan
ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah agama. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.
BAB I PEMBAHASAN
2.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria : 1.Diperuntukkan masyarakat umum. 2.Mempunyai bangunan tetap/ permanen. 3.Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha. 4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas : a.Fasilitas kerja pengelola. b.Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempattempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa : 1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin : 1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat : a. Kualitas kesehatan. b. Kualitas sanitasi. 2. Psikologis bagi masyarakat : a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung. b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan. c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan. 2.1.1 Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid) Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan : 1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan 2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah. 3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah. 4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan . 5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat ibadah. a. Pengertian Masjid. Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Komponen penilaian meliputi : 1. Letak Sesuai dengan rencana tata kota - Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan cemaran lainx) - Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau & cemaran
lainnya 2. Kontruksi 3. Persyaratan, seperti : a. Alat sembahyang b. Lantai -Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah dibersihkan. c. Ventilasi - Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk pengap dan tdk panas) d. Pencahayaan e. Tempat sandal dan sepatu f. Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus b. Persyaratan Kondisi Masjid 1. Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum : a. Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota Meulaboh b. Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik. c. Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid. d. Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik. e. Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata. f. Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air. g. Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan air. h. Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna terang. i. Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang. j. Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman. k. Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud. 2)
Fasilitas Sanitasi :
1. Air Bersih - Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat - Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna - Angka kuman tidak melebihi NAB - Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB 2. Pembuangan Air Kotor - Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga - Air limbah mengalir dengan lancar - Saluran kedap air - Saluran tertutup 3. Toilet/ WC - Bersih
- Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama - Tersedia air yang cukup - Tersedia sabun & alat pengering - Toilet pria & wanita terpisah - Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak - Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal) - Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar 4. Peturasan - Bersih - Dilengkapi dengan kran pembersih - Jumlahnya mencukupi 5. Tempat Sampah - Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan penutup - Jumlah tempat sampah mencukupi - Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA - Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang 6. Tempat Wudhu • Bersih • Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid • Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya mencukupi • Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga) • Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu • Limbah air wudhu mengalir lancar • Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah 7.Tempat Sembahyang - Bersih, tidak berbau yang tidak enak - Bebas kutu busuk & serangga lainnya - Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud 8.Tempat sandal dan sepatu - Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus - Bersih dan kuat
DAFTAR PUSTAKA http://dwiafriapratama.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-inspeksi-sanitasi-tempat.html http://ardhikesehatanlingkungan.blogspot.com/2011/12/sanitasi-tempat-ibadah.html ///////////////
////////////////
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestic). Pembuangan akhir limbah tinjaumumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungaiatau danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang kekolam atau pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinandengan sanitasi yang sangat minim. Permasalahan sanitasi di Indonesia dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan yang sangat kompleks dan urgent. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia bahkan di daerah ibukota sendiri yang mengalami permasalahan sanitasi. Padahal sanitasi juga dapat menjadi tolok ukur dan faktor pendukung sebuah kesejahteraan bagi masyarakat. Masih sering dijumpaisebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karenatidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuanganair limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamarmandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yangmembuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.Hal ini terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi, faktorkebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yangrelative rendah dari masyarakat pun memang sangatberpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat. Dalam penerapannya dimasyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah, pengolaan sampah, control vector, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan. Menurut beberapa literatur yang disebut tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar.
Dari latar belakang yang telah penulis jabarkan diatas maka penulis mengambil judul dalam makalah iniadah “Pengelolaan Sanitasi Di Tempat-Tempat Umum (STTU)” B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam kalah ini adalah :
1.
Apa pengertian sanitasi?
2.
Bagimana pengelolaaan sanitasi Tempat-tempat umum (STTU)?
C.
Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahu dan memahami pengertian dari Sanitasi
2.
Memahami pengelolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU).
D.
Manfaat Penulisan Dalam penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi peihak bagi semua pihak yang terlibat didalamnya, dengan tujuan agar adanya pemahaman dan peningkatan mengenai pelaksanaan penglolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU). ///////////////
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Cover Daftar Isi Kata Pengantar Bab I Pendahuluan Bab II Pembahasan Bab III Penutup Daftar Pustaka Lampiran