MAKALAH REKAYASA USAHA TANI PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN TEH
disusun oleh: Nita Agresia Sijabat
150610160041 150610160041
Dhyna Dellaura P.
150610160048 150610160048
Gina Deviyanti
150610160069 150610160069
Arian Dini
150610160070 150610160070
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reka yasa Usaha Tani
UNIVERSITAS PADJAJARAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JATINANGOR 2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu s ubhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun dalam r angka memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Usaha Tani. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada dosen pengajar yaitu Nur yaitu Nur Syamsiyah, SP., MP serta MP serta rekan-rekan kami yang tengah turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sebagai penambah wawasan mengenai pengolahan pasca panen pada tanaman teh di Indonesia. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk, isi maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak penyusun terima dengan baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jatinangor, November 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 1.3. Tujuan Makalah ............................................................................................ 2 1.4. Manfaat Makalah .......................................................................................... 2 BAB II. PROSES PASCA PANEN TANAMAN TEH ...................................... 3
2.1. Panen ............................................................................................................ 3 2.2. Pasca Panen .................................................................................................. 8 2.3. Produk Kelompok Kami ............................................................................. 15 BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 18
3.2. Kesimpulan ................................................................................................. 18 3.3. Saran ........................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teh merupakan minuman yang digemari oleh masyarakat. Teh memiliki rasa dan aroma yang khas. Tanaman Teh terutama bagian daun teh memiliki khasiat yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Teh yang dikonsumsi (red: diminum) berasal dari bagian pucuk daun muda yang mengalami proses pengolahan tertentu. Tanaman teh (Camellia sinensis) berasal dari familia Tehaceae. Teh diperkirakan berasal dati pegunungan Himalaya. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis yang membutuhkan sinar matahari yang cukup dan hujan sepanjang tahun. Menurut Anonim (1992) dalam Ayu (2010) tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai kemampuan produksi relatif lebih cepat dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. Kelebihan lainnya yaitu dapat berfungsi hidrologis dan dengan pengaturan rotasi petik, tanaman teh dapat dipanen menurut petak pemetikan, sehingga tanaman teh tersedia setiap hari. Umur ekonomis teh mencapai 70 tahun, sehingga akan dapat memberi peluang bisnis yang cukup. Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian di Indonesia. Komoditas teh menjadi salah satu sumber devisa Negara Indonesia. Indonesia merupakan produsen teh yang menempati posisi ke-5 sebagai Negara pengekspor teh dunia, tetapi kini tergeser menjadi posisi ke-7 setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki dan Vietnam (Pusdatin, 2007 dalam Mufti, 2014). Teh memiliki prospek yang bagus jika dilakukan usaha tani padanya. Meskipun posisi teh Indonesia di dunia berkurang, jika usaha tani teh dilakukan dengan baik dan penjualan teh bisa terdiversifikasi macamnya maka posisi teh Indonesia bisa meningkat lagi. Oleh karena itu, maka perlu mengetahui proses panen dan pasca panen tanaman teh agar bisa membuat produk olahan teh yang inovasi agar meningkatkan penjualan teh, dan membangun kembali kejayaan teh Indonesia..
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumsukan sebuah permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana proses panen tanaman teh? 2. Bagaimana proses pasca panen tanaman teh untuk produk fresh? 3. Bagaimana pengolahan teh pada produk olahan tanaman teh? 4. Bagaiman labeling dan packaging yang diharapkan pada produk olahan tersebut?
1.3. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai proses panen dan pasca panen tanaman teh.
1.4. Manfaat Makalah
Manfaat yang diperoleh adanya makalah ini yaitu bagi penulis dan pembaca bisa mendapatkan ilmu dan wawasan mengenai proses panen dan pasca panen pada tanaman teh.
2
BAB II. PROSES PASCA PANEN TANAMAN TEH
2.1. Panen
p Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan, jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan. Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi. A. Macam dan Rumus Pemetikan
Macam petikan didasarkan pada mutu pucuk yang dihasilkan tanpa memperhatikan bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka. Macam dan rumus petikan ditentukan berdasarkan: (1) Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0), (2) Petikan pucuk pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m), (3) Petikan halus, peko+satu/dua lembar daun muda/burung dengan satu lembar daun muda (p+2m, b+1m), (4) Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m), (5) Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t) (6) Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k) B. Jenis Pemetikan
Dalam satu daur pangkas jenis pemetikan dapat dibagi at as: pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Nama pemetikan jendangan bila pemetikan 3
dilakukan pada tahap awal setelah pemangkasan tanaman. Tinggi bidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi pangkasan. (1) Pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25 cm, (2) Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm, (3) Pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm, (4) Pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm, (5) Pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15 cm. Pemetikan jendangan dapat dilaksanakan apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan setelah 10 kali pemetikan, kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Sedangkan pemetikan produksi dapat dilakukan terus menerus dengan jenis petikan tertentu sampai pangkasan dilakukan. Berdasarkan daun yang ditinggalkan, pemetikan produksi dapat dikategorikan sbb: (1) pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+1 atau k+2), (2) pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+o pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir), (3) petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel (k+0). Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan sedang dengan bidang petik rata. C. Jenis Petikan
Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
4
(1) Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m. (2) Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m). (3) Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}. D. Daur Petik
Pengertian tentang daur petik adalah jangka waktu pemetikan yang pertama dan jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur petik tergantung pertumbuhan pucuk teh. Beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan pucuk teh antara lain: a. Umur pangkas yang makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin panjang. b. Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur petik jadi panjang. c. Daur petik lebih panjang pada musim kemarau dibanding musim hujan. d. Tanaman makin sehat maka daur petik lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang sehat. E. Proses Panen
Ada 3 macam macam petikan teh diantaranya ; a. Petikan Jendangan Petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata b. Petikan Produksi
5
Petikan produksi dilakukan setelah petikan jendangan.Cara pemetikan produksi adalah sebagai berikut ; 1.
Tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil
sedangkan tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan. 2.
Tunas yang terlalu muda harus diambil/dipetik.
3.
Semua pucuk burung diambil.
4.
Tunas yang menyamping dan tingginya tidak melebihi bidang pangkas
dibiarkan. c. Petikan Gandesan Dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.Waktu pemetikan daun teh didasarkan pada daur petik. Daur petik merupakan jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya,dihitung dalam hari.Panjang pendeknya daur petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh:
Umur pangkas Semakin tua umur pangkas, semakin lambat pertumbuhan, sehingga daur
petik lebih panjang.
Iklim Pada musim kemarau, pertumbuhan tunas semakin lambat sehingga daur
petik lebih panjang. Sebaliknya, pada musim penghujan, pertumbuhan tunas semakin cepat sehingga daur petik menjadi lebih pendek.
Elevasi atau ketinggian tempat
Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, semakin lambat pertumbuhan, sehingga semakin panjang daur petik.
Kesehatan tanaman
6
Jika kondisi tanaman teh semakin sehat, semakin cepat pertumbuhan pucuk sehingga semakin pendek daur petiknya. Sedangkan untuk bagian tanaman teh yang di petik diantaranya ; 1. Pucuk peko Pucuk peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk. Pucuk ini akan mengalami dormansi setelah menghasilkan 4-7 pucuk. Di dalam pucuk peko terkandung banyak senyawa katekin yang belum mengalami degradasi sehingga dapat menghasilkan teh yang berkualitas baik. 2. Pucuk burung Pucuk burung adalah tunas tidak aktif yang berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk. Pada periode ini pucuk in-aktif mereduksi atau memperlambat pertumbuhan. Pucuk burung sering terbentuk jika pemupukan tanaman kurang dan ketersediaan air yang kurang. 3. Pucuk nagog Pucuk nagog adalah pucuk yang tumbuh dari pucuk burung. Biasanya pucuk ini baru muncul setelah 90 hari. 4. Pucuk atau cabang cakar ayam Pucuk atau cabang cakar ayam adalah pucuk yang pertumbuhan tunas dari ketiak daunnya lebih dari satu dan berada di atas bidang petik. Biasanya, pertumbuhan pucuk ceker ayam ini tidak akan stabil. Pemetikan dapat dilakukan secara manual (menggunakan tangan) atau pun mekanik (menggunakan gunting maupun mesin). Teknik pemetikan ini berpengaruh terhadap daur petik tanaman teh. Dengan menggunakan tangan, gilir petiknya adalah 10-14 hari, dengan menggunakan gunting, gilir petiknya adalah 1820 hari serta dengan menggunakan mesin, gilir petiknya adalah 25-30 hari. Manfaat pemetikan menggunakan gunting diantaranya adalah kapasitas pemetikan yang lebih tinggi dan dapat menekan dan mengurangi populasi hama dan penyakit pada
7
daun teh. Kelemahan yaitu mutu petikan cenderung menjadi kasar terutama pada awal-awal pemakaian. Sedangkan jika menggunakan mesin, kapasitas pemetikan dengan menggunakan mesin lebih tinggi daripada pemetikan dengan menggunakan tangan dan gunting. Pemetikan menggunakan mesin hanya dilakukan jika jumlah pucuk yang harus dipetik melimpah dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga pemetik yang ada. Pemetikan manual dilakukan oleh para pemetik teh. Pemetik teh tersebut harus memahami cara pemetikan teh, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memetik teh adalah: a. Berjajar menurut kontur tanaman b. Mengambil semua pucuk yang posisisnya ada diatas bidang petik c. Mengambil semua burung yang posisinya ada di atas bidang petik, yang muda dikumpulkan sebagai hasil petik, yang tua dibuang d. Tidak melakukan pemetikan yang ada di dalam bidang petik karena akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sehat e. Tidak melakukan pemetikan ditepi tanaman yang posisisnya belum melebihi bidang petik agar bidang petik tidak saling menutup yanh bisa menyebabkan produksi pucuk menurun f. Mengambil atau memetik pucuk tanggung yang posisinya sejajar dengan pucuk yang masuk petik g. Mengambil pucuk yang pertumbuhanya mengelompok mengarah pada cakar ayam agar tidak megganggu pertumbuhan pucuk lainnya
2.2. Pasca Panen 1. Pengolahan Teh Hitam
Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Ortodoks dan sistem baru yaitu Crushing-Tearing-Curling
8
(CTC) dan Lowrie Tea Processor (LTP). Meski sistem ini berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda. a. Pelayuan Pelayuan merupakan tahap pertama dalam proses pengolahan teh hitam. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi layu. Prosei pelayuan ini dilakukan pada alat Witehring Trough selama 14-18 jam. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak. b. Penggilingan dan oksimatis Proses
penggilingan
merupakan
proses
awal terjadinya oksimatis yaitu
bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar di permukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya
mutu
teh.
Selama
proses
ini berlangsung,
sebagian katekin (catehcin) akan diubah menjadi teaflavin (tehaflavin) dan tearubigin
(teharubigin)
yang
merupakan komponen
penting
yang
mempengaruhi warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), Rotorvane (RV) dan Press Cup Roller (PCR) untuk teh hitam ortodoks dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) untuk teh hitam CTC. Proses oksimatis pada pengolahan teh hitam ortodoks dioptimalkan dengan cara menyimpan bubuk teh pada baki sampai dengan bubuk teh dianggap sudah optimal oksimatisnya. Sementara itu pada proses pengolahan teh hitam
9
CTC,
oksimatis dioptimalkan
pada
mesin
Continous Fermenting Machine
(CFM). c. Pengeringan Proses pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia
penting dalam
bubuk teh
telah
secara optimal
terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air bubuk teh turun menjadi 2,5 – 3,5%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang digunakan dapat berupa Endless Chain Pressure Dryer (ECP) maupun Fluid Bed Dryer (FBD) pada suhu 93-98°C selama 15-20menit. Sebenarnya output dari proses ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading. d. Sortasi dan grading Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan berat. Sedangkan berdasarkan
standar
grading
bertujuan
untuk memisahkan
teh
mutu yang telah disepakati secara nasional maupun
internasional. Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan ke dalam peti miring/tea bean yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan
pencampuran (blending).
Proses
ini
bertujuan
untuk
menghomogenkan produk teh dalam jenis mutu yang sama. e. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak mempengaruhi mutu teh di dalamnya.
2. Pengolahan Teh Hitam Sistem Ortodoks
Pengolahan teh hitam sistem ortodoks terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu : a. Pelayuan
10
Proses pelayuan dilakukan mengunakan alat palung layuan(witehring
trough)
selama 14-18 jam, untuk mencapai derajat layu pucuk 44-46%. b. Penggilingan Daun teh yang sudah layu digiling dengan alat Open Top Roller (OTR) selama 40 menit, Press Cap Roller (PCR) selama 30 menit dan Rotor Vane (RV) selama 5 menit sampai dihasilkan bubuk teh. c. Oksidasi enzimatis Bubuk teh dimasukkan dalam ruang oksidasi dan disimpan dalam rak-rak khusus selama 90-110 menit terhitung mulai daun layu masuk mesin penggiling. Kelembaban udara yang diperlukan adalah di atas 90% dan suhu ruangan optimum adalah 26,7OC. d. Pengeringan Bubuk teh dikeringkan dalam mesin pengering berupa Fluid Bed Dryer (FBD) untuk bubuk teh dengan partikel kecil dan pengering Endless Chain Pressure (ECP) untuk bubuk teh dengan partikel besar, dengan lama pengeringan 20-25 menit untuk mencapai kadar air 2,5-3,5%. e. Sortasi dan grading. Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan berat. berdasarkan
Sedangkan
standar
grading
bertujuan
untuk memisahkan
teh
mutu yang telah disepakati secara nasional maupun
internasional. Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan ke dalam peti miring/tea bean yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan
pencampuran (blending).
Proses
ini
bertujuan
untuk
menghomogenkan produk teh dalam jenis mutu yang sama. f. Pengemasan Pengemasan dilakukan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak
11
mempengaruhi mutu teh di dalamnya. 3. Pengolahan Teh Hitam Crushing, Tearing and Curling (CTC)
a. Pelayuan Daun teh dilayukan menggunakan alat Witehring Trough (WT) selama 12-16 jam untuk mencapai kadar air 65-68% (derajat layu 32-35%). b. Pengayakan pucuk layu Daun layu diayak menggunakan alat Green Leaf Sifter (GLS) untuk memisahkan pucuk daun dari pasir, kerikil dan benda-benda asing. c. Penggilingan persiapan Daun layu digiling menggunakan alat Barbora Leaf Conditioner (BLC) sampai diperoleh bubuk teh kasar. Proses penggilingan persiapan ini bertujuan untuk mempersiapkan proses penggilingan CTC. d. Penggilingan CTC Bubuk teh kasar dihancurkan menggunakan CTC. Pemisahan hasil gilingan dilakukan dengan menggunakan Feed Conveyor (FC). e. Oksidasi enzimatis Bubuk yang sudah dihancurkan dioksimatis menggunakan alat Continues Fermenting Machine (CFM) selama 80-85 menit. f. Pengeringan Bubuk hasil oksimatis dikeringkan menggunakan alat Fluid Bed Dryer 6 Section (FBD 6”) hingga kadar air mencapai 2,5-3,5%. g. Sortasi dan grading Bubuk teh kering disortasi menggunakan Vibro Screen Sifter (VSS), Vibro Fibre Extractor (VFE), Minipicker dan Rotary Tea Sifter (RTS) hingga diperoleh teh yang sesuai dengan standar.
12
h. Pengemasan Pengemasan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak mempengaruhi mutu teh di dalamnya. 4. Pengolahan Teh Hijau
Teh hijau dapat dinilai sebagai teh yang memiliki potensi aktivitas kesehatan yang paling baik jika dibandingkan dengan beberapa jenis teh lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan katekin yang merupakan komponen bioaktif, selama pengolahan teh hijau dipertahankan jumlahnya dengan cara menginaktivasi enzim polifenol oksidase, melalui proses pelayuan maupun pemanasan. Pada proses pengolahan teh lainnya, katekin (catehcin) dioksidasi menjadi senyawa ortokinon (orthoqiunon),
bisflavanol,
teaflavin
(tehaflavin) dan
tearubigin
(teharubigin) yang kemampuannya tidak sehebat katekin. Pengolahan teh hijau Indonesia
menganut serangkaian proses fisik dan mekanis tanpa atau sedikit
mengalami proses (panning). Tahapan
oksimatis
terhadap daun teh melalui
pengolahannya
terdiri
atas
sistem
sangrai
pelayuan, penggulungan,
pengeringan, sortasi dan grading serta pengemasan. a. Pelayuan Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, pelayuan disini bertujuan menginaktivasi enzim polifenol oksidase agar tidak terjadi proses oksimatis. Akibat proses ini daun menjadi lentur dan mudah digulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan sejumlah daun teh kedalam mesin pelayuan Rotary Panner (RP) dalam keadaan panas (90-100°C) sekitar 5 menit secara kontinyu. Penilaian tingkat layu daun pada pengolahan teh hijau dinyatakan sebagai persentase layu, yaitu perbandingan daun layu terhadap daun basah yang dinyatakan dalam persen. Persentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh hijau adalah 60-70%. Tingkat layu yang baik ditandai dengan daun layu yang berwarna hijau cerah, layu dan lembut serta mengeluarkan bau yang khas. b. Penggulungan
13
Pada proses pengolahan teh hijau, penggulungan merupakan tahapan pengolahan yang
bertujuan
untuk membentuk
mutu
secara
fisik.
Selama proses
penggulungan daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan terjadi pemotongan. Proses ini dilakukan segera setelah daun layu keluar dari mesin pelayuan. Mesin penggulung yang biasa digunakan adalah Open Top Roller 26" Type Single Action selama 15-17 menit. c. Pengeringan Pengeringan dilakukan
melalui
dua
tahap. Pengeringan bertujuan
untuk
mereduksi kadar air dalam daun hingga 3-4%. Pengeringan pertama bertujuan mereduksi kadar permukaan
daun.
air
dan
memekatkan
cairan
sel
yang menempel
pada
Hasil pengeringan pertama masih setengah kering dengan
tingkat kekeringan (kering dibagi basah) sekitar 30-35%. Mesin yang digunakan pada proses pengeringan pertama ini adalah ECP dengan suhu masuk 130-135°C dan suhu keluar 50-55°C dengan lama pengeringan sekira 25 menit. Pengeringan kedua
disamping
memperbaiki bentuk
gulungan
juga
bertujuan
untuk
mengeringkan teh sampai kadar air mencapai sekitar 3-4%. Mesin yang digunakan dalam proses ini biasanya berupa Rotary Dryer Type Repeat Roll. Lama pengeringan berkisar antara 60-90 menit pada suhu 70-95°C. d. Sortasi dan grading Seperti halnya pada proses pengolahan teh hitam, proses ini bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu agar teh dapat diterima baik di pasaran lokal maupun ekspor. e. Pengemasan Pengemasan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak mempengaruhi mutu teh di dalamnya.
14
2.3. Produk Kelompok Kami
Kelompok kami merencanakan sebuah produk fresh dari tanaman teh dengan label “Hill Pride – Tea” dengan makna bahwa teh yang kami produksi ditanam di pegunungan-pegunungan di Indonesia, dimana pegunungan teh ters ebut menjadi kebanggan kami. Berikut ini adalah logo dari produk fresh kami :
Sedangkan produk olahan yang kami rencanakan dari tanaman teh yaitu brownies yang berbahan dasar teh bubuk. Kami memilih brownies karena di Indonesia saat ini sedang musim dan booming makanan “ brownies” yang bermacam-macam rasa dan varian, namun belum ada brownies yang berbahan dasar teh memiliki nama merek atau label sendiri atau bisa dikatakan hanya termasuk varian dari rasa brownies lain misal brownies varian green tea “Amanda”. Oleh karena itu, kami memilih brownies berbahan dasar teh dengan label “Sweet Tea Brownies”, agar produk ini terkenal dengan mereknya sendiri. Alasan dari
nama Sweet Tea Brownies yaitu kata brownie yang berarti produk yang kami jual yaitu sebuah “ brownies”, kemudian kata “tea” yang berarti brownies tersebut berbahan dasar teh, dan kata “sweet” yang berarti manis, yang identic dengan brownies itu sendiri yaitu “manis”. Warna hijau pada logo dan packaging kami karena agar identic dengan warna dari tanaman teh yaitu hijau. Berikut ini adalah label dan packaging dari produk kami :
15
a. Logo/Label
b. Packaging
16
17
BAB III. PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Panen pada tanaman teh dilakukan dengan memetik bagian dari tanaman teh yaitu daun. Daun yang layak dipanen untuk tanaman teh yaitu pucuk daun. Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun muda. Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara berkesinambungan. Pemetikan pucuk daun teh yaitu meliputi macam-macam pemetikan, rumus pemetikan, jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam pemetikan. Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Ortodoks dan sistem baru yaitu Crushing-Tearing-Curling (CTC) dan Lowrie Tea Processor
(LTP).
Meski
sistem
ini berbeda,
secara
prinsip
proses
pengolahannya tidaklah jauh berbeda. Pengolahannya terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pelayuan, penggilingan, pengeringan, sortasi dan grading, dan pengemasan. Sebuah hasil tanaman yang telah dipanen dari usaha tani bisa dijual secara produk fresh maupun produk olahan. Labeling dan packaging merupakan hal penting dalam menjual sebuah produk, karena konsumen akan sangat mudah terpengaruh oleh labeling dan packaging. Oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan labeling dan packaging yang semenarik mungkin agar konsumen mau membeli produk kita.
3.3. Saran
Saran mengenai pembuatan makalah ini yaitu, harus lebih menguasai penggunaan aplikasi untuk mendesign label dan packaging agar hasil design lebih baik lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kementan. (2015). Pedoman Penanganan Pascapanen Tanaman teh . Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
19