Makalah Parasit Trichuris Trichiura 20 Oktober 2013 | riezkhyamalia BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Trichuris trichiura /Trichocephalus dispar (Cacing Cambuk) Trichuris trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik. Tidak mematikan, tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pada parasit ini sangat merugikan bagi kesehatan manusia terutama pada anak-anak dikarenakan dapat merusak motorik anak tersebut. B. TUJUAN PENULISAN Tujuan Umum Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi. Tujuan Khusus – Untuk Untuk mengetahui apa itu parasit Trichuris trichiura – Untuk Untuk mengetahui morfologi parasit Trichuris trichiura – Untuk Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh Trichuris trichiura – Untuk Untuk mengetahui dampak kesehatan bagi anak-anak dari parasit Trichuris trichiura – Untuk Untuk mengetahui penyembuhan dari penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichuris trichiura
C. RUMUSAN MASALAH – Apa Apa definisi dari parasit Trichuris trichiura? – Bagaimana Bagaimana morfologi dari parasit Trichuris trichiura? – Penyakit Penyakit apa saja yang timbul akibat parasit Trichuris trichiura? – Dampak Dampak apa yang timbul akibat parasit Trichuris trichiura? – Penanganan Penanganan apa saja bila terinfeksi oleh parasit Trichuris trichiura? D. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan. Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang parasit Trichuris Trichiura Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran. E. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan parasit Trichuris trichiura
BAB 2 PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Cacing Cambuk. Dalam bahasa latin cacing cambuk disebut Trichuris trichiura. Nama penyakit yang ditimbulkannya disebut trikuriasis. Trichuris trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik. Tidak mematikan, tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). B. MORFOLOGI Cacing betina panjangnya hingga mencapai kira-kira 5 cm, sedangkan untuk cacing jantan kirakira 4 cm. pada bagian anterior dari cacing ini memiliki seperti cambuk yang panjangnya 3/5 dari panjang tubuh cacing ini. Bagian posterior cacing ini bentuknya lebih gemuk, sedangkan pada cacing betina bentuknya membulat dan tumpul. Pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Hidup cacing ini pada manusia terdapat di colon asendens dan sekumdengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Cacing betina dapat menghasilkan telur setiap harinya hingga berkisar antara 3000-10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, yang memiliki bentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuningkuningan dengan bagian dalamnya yang jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes dari tinja hospes. Telur akan menjadi matang setelah 3 – 6 minggu pada kondisi lingkungan yang sesuai pada tanah dan lembab serta daerah yang teduh. Telur yang matang merupakan telur yang didalamnya berisi larva dan merupakan bentuk infektifnya. Cara infektif langsung hanya bila secara kebetulan hospes tertelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan kemudian akan masuk ke dalam usus halus. Setelah cacing ini dewasa maka cacing ini akan turun ke usus bagian distal dan akan masuk kedalam kolon yaitu terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Lamanya waktu yang dibutuhkan telur ini tumbuh dari telur ini tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari. C. PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT INFEKSI PARASIT Trichuris trichiura Cacing trichuris trichiura pada manusia terutama hidup didaerah sekum dan kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak-anak cacing trichuris trichiura ini tersebar diseluruh kolon dan rectum yang kadang-kadang terlihat terlihat dimukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat dari mengejannya penderita pada waktu melakukan defekasi. Cacing trichuris trichiura ini memasukan kepalanya dalam mukosa usus hingga dapat menjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan dapat mengakibatkan peradangan dimukosa usus, selain itu akibatnya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu juga cacing ini menghisap darah dari hospes sehingga dapat mengakibatkan anemia. Untuk penderita pada anak-anak dengan infeksi trichuris trichiura yang berat dan menahunmenunjukan gejala-gejala diare yang dapat diselinggi dengan sindrom disentri, anemia, nyeri ulu hati, berat badan menurun dan kadang- Kadang rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak -anak atau wanita dalam masa persalinan, selain itu juga dapat menyebabkan peradangan usus buntu (apendisitis). Pada tahun 1976, bagian parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan trichuris trichiura
berat mengakibatkan diare yang menahun, dapat hingga 2-3 tahun. Infeksi berat trichuris trichiura dapat diselinggi dengan infeksi cacing yang lainnya atau protozoa. Infeksi ringan tidak memberikan gejala klinis yang jelas hingga tidak terdapat gejala klinis sama sekali hingga harus dilakukan pemeriksaan tinja secara rutin. Selain itu juga Telah dilakukan suatu pemeriksaan tinja dengan metoda langsung, pengapungan dan sedimentasi yang bertujuan untuk mengetahui metoda yang paling sensitif dalam mendeteksi adanya telur cacing. Penelitian dilakukan atas murid-murid Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Alhidayah Sukatani bulan Juni-Juli 1992, dengan jumlah seluruh sampel 130. Hasil menunjukkan bahwa metoda yang paling tinggi sensitifitasnya adalah metoda sedimentasi, lalu metoda pengapungan dan yang paling rendah adalah metoda langsung. Untuk kasus trichuris trichiura didapatkan sebanyak 20,8%. D. DAMPAK KESEHATAN DARI PARASIT Trichuris trichiura Untuk mengambil makanan cacing Trichuris trichiura memasukkan tubuh bagian interiornya ke dalam mukosa usus hospes. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun di dalam usus manusia (Faust et al, 1990). Kerusakan mekanik pada bagian kolon disebabkan oleh kepala cacing yang masuk ke dalam epitel, tidak dijumpai peradangan kolon yang difus, apabila terjadi disentri, mukosa menjadi sembab dan rapuh. Dalam masyarakat, infeksi cacing T. trichiura dengan gejala ringan tidak banyak menimbulkan perhatian. Pada infeksi berat dengan diare yang terus menerus dengan darah di dalam tinja. Adanya kasus diare yang sedang berlangsung selama berbulan-bulan menyebabkan pertumbuhan anak tidak memuaskan, berat badan berkurang dan tidak sesuai dengan umur (Margono, 2001). Pada kasus infeksi berat, dapat menimbulkan intoksikasi sistemik dan di ikuti anemia yang dapat menyertai infeksi dengan kadar Hb 3 mg per 100 ml darah. Rupanya cacing ini juga mengisap darah hospes, perdarahan dapat terjadi pada tempat melekatnya, kira-kira 0,005 ml darah setiap hari terbuang akibat di isap oleh se ekor cacing ini (Brown, 1993). Berbagai gangguan tersebut di atas, ternyata dapat mengakibatkan pula gangguan kognitif secara tidak langsung. Dilaporkan oleh Hadidjaya (1996) bahwa gangguan kognitif bisa terjadi secara langsung, ia menemukan terdapat hubungan kausal antara infeksi cacing Ascaris lumbricoides dengan fungsi kognitif. Penelitian Nokes, dkk. (1998) melakukan tes kognitif terhadap anak-anak usia sekolah (9-12 tahun) yang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dari sedang sampai berat. Hasil tes menunjukkan penurunan kandungan cacing cenderung secara bermakna dapat meningkatkan daya ingat dan pendengaran. Jadi ada hubungan kausal antara anak usia sekolah yang terinfeksi cacing dengan kemampuan kognitifnya. Mohammad (2004) menggunakan TONI-tes (tes non verbal intelligence) untuk melihat gangguan fungsi kognitif anak-anak yang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura dari sedang sampai berat pada anak-anak Sekolah Dasar di daerah pedesaan Trengganu (Malaysia), ternyata intensitas penyakit cacingan tersebut mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Di Indonesia prevalensi infeksi A. lumbricoides 71 %, T. trichiura 80 % dan Cacing tambang 40 % pada anak-anak Sekolah Dasar. Adanya gangguan kognitif secara langsung maupun tidak langsung pada penderita infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah, menunjukkan bahwa mutu sumber daya manusia di Indonesia paling sedikit 65 % terganggu. Upaya pemberantasan penyakit cacingan secara berkesinambungan, dapat menurunkan bahkan mungkin menghilangkan sama sekali infeksi cacing di masyarakat. Dengan upaya ini diharapkan mutu sumber daya manusia masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.
E. PENANGANAN INFEKSI PARASIT Trichuris trichiura Untuk infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan. Untuk pemberian obat tiabendazol dan ditiazin tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Saat ini obat yang digunakan yaitu mebendazol, albendazol, dan oksantel pamoat dapat mengobati dan didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Pengobatan dengan Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya. Penggunaan farmakologi untuk pengobatan infeksi T.trichiura antara lain: Mebendazol •Bentuk sediaan : tablet, sirup 100 mg/ 5ml (botol 30 ml) •Cara kerja obat : memiliki khasiat sebagai obat kecacingan yang mempunyai jangkauan luas terhadap cacing-cacing parasit. •Aturan pemakaian : 100 mg, 2 kali sehari selama3 hari •Efek yang tidak diinginkan : kadang-kadang terjadi nyeri perut, diare, sakit kepala, demam, gatal-gatal, ruam kulit •Tidak boleh digunakan pada anak -anak balita dan wanita hamil. Albendazol; dosis tunggal 400 mg Oksantel pirantel pamoat; dosis tunggal 10-15 mg/kgBB
BAB 3 PENUTUP A. KESIMPULAN Mengingat prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah di Indonesia tinggi dan dilaporkan telah mengakibatkan gangguan fungsi kognitif secara tidak langsung dan langsung, maka mutu sumber daya manusia Indonesia kualitasnya menjadi rendah Trichuris trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik. Tidak mematikan, tetapi mengganggu kesehatan tubuh manusia dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Morfologi dari T.trichiura antara lain : o Cacing jantan Panjang 4 cm dengan ujung ekor melingkar dan terdapat spikulum. o Cacing betina Panjang 5 cm dengan ujung ekor membulat. Pada kasus infeksi berat, dapat menimbulkan intoksikasi sistemik dan di ikuti anemia yang dap at menyertai infeksi dengan kadar Hb 3 mg per 100 ml darah B. SARAN Menjaga kebersihan agar tidak terinfeksi oleh parasit T.trichiura. Adapun pencegahan sebagai berikut : Individu a. Mencuci tangan sebelum & sesudah makan; b. Mencuci sayuran yang dimakan mentah; c. Memasak sayuran di air mendidih; Lingkungan a. Menggunakan jamban ketika buang air besar; b. Tidak menyiram jalanan dengan air got;
c. Tidak jajan di sembarang tempat. Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan. DAFTAR PUSTAKA http://ketobapadah.blogspot.com/2011/04/infeksi-cacing-cambuk-trichuris.html http://fmipa.unp.ac.id/artikel-129-gangguan-fungsi-kognitif-akibat-infeksi-cacing – yangditularkan-melalui-tanah.html http://nilna.wordpress.com/2008/07/14/cacing-cacing-berbahaya-yang-hidup-di-usus-manusia
trichiura (cacing cambuk) Posted by Maksum Al-Rasyid on 07.08
Morfologi dan siklus hidup Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan jantan 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan cacing jantan melingkar dan terdapat suatu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
Cacing dewasa Trichuris trichiura
Telur T. trichiura
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut tenjadi matang dalam waktu 36 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Siklus hidup T. trichiura
Gejala klinis Trichuriasis
Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis ynag khas. Pada infeksi berat dan menahun menyebabkan disentri, prolapsus rekti, apendisitis, anemia berat, mual, muntah. Disentri yang terjadi dapat menyerupai amoebiasis.infeksi pada umumnya ringan samapai sedang dengan sedikit/tanpa gejala. Perkembangan larva Trichuris di dalam usus biasanya tidak memberikan gejala klinik yang berarti walaupun dalam sebagian masa perkembangan larvanya memasuki mukosa intestinum tonue. Proses yang berperan dalam menimbulkan gejala adalah trauma oleh cacing dan dampak toksik. Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan kepalanya pada dinding usus. Cacing ini biasanya menetap pada sekum. Pada infeksi yang ringan kerusakan dinding mukosa usus hanya sedikit. Pemeriksaan laboratorium
Terjadi anemia hipokromik yang disebabkan karena perdarahan kronis. Pada tiap-tiap infeksi didapatkan eosinofilia sebesar 5-10%. Di dalam tinja pasien didapatkan telur atau cacing dewasa. Pengobatan
1. Perawatan umum: Higiene pasien diperbaiki dan diberikan diet tinggi kalori, sedangkan anemia dapat diatasi dengan pemberian prefarat besi. 2. Pengobatan spesifik: Bila keadaan ringan dan tak menimbulkan gejala, penyakit ini tidak diobati. Tetapi bila menimbulkan gejala, dapat diberikan obat-obat: 1) Diltiasiamin jodida, diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB per hari se lama 3-5 hari 2) Stibazium yodida. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB per hari, 2 x sehari, selama 3 hari dan bila diperlukan dapat diberikan dalam waktu yang le bih lama. Efek samping
obat ini adalah rasa mual, nyeri pada perut, dan warna tinja menjadi merah. 3) Heksiresorsinol 0,2%, dapat diberikan 500 ml dalam bentuk e nema, dalam waktu 1 jam. 4) Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari, atau dosis tunggal 600 mg Komplikasi
Bila infeksi berat dapat terjadi perforasi usus atau prolapsus rekti. http://maksumprocedure.blogspot.com/2012/05/trichuris-trichiura-cacing-cambuk.html