MAKALAH OBSERVASI LINGKUNGAN “RUSAKNYA AREA SAWAH PRODUKTIF
AKIBAT PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA PRODUKSI PRODUKSI GENTENG KERAMIK ”
Oleh : Alwi Yasi Nilawati
I
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaiakan tugas makalah observasi lingkungan yang berjudul “RUSAKNYA “RUSAKNYA AREA SAWAH PRODUKTIF AKIBAT PENAMBANGAN TANAH LIAT PADA PRODUKSI GENTENG KERAMIK”. KERAMIK”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya menyelesaikannya dengan baik. Selaku penulis makalah ini saya mengucapkan terimakasih yang setulus tulusnya kepada
:
1. Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Pendidikan Lingkungan Hidup Ibu Miranita Khusniati 2. Bapak H. Akhmad Amin Masroh Masroh selaku ketua RT 01 RW RW 01 Klapagada Sruweng, Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. 3. Seluruh pihak yang yang telah mengizinkan mengizinkan penulis mengambil gambar gambar di area pengambilan gambar. 4. Kedua Orang tua penulis yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari hasil observasi ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Semoga tugas makalah yang penulis buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik . Semarang,
Mei 2015
Penulis
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................I KATA PENGANTAR .............................................................................................................. II DAFTAR ISI............................................................................................................................ III BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Permasalahan .................................................................................................................. 2 C. Tujuan ............................................................................................................................. 3 D. Manfaat ........................................................................................................................... 3 E.
METODE PENULISAN................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 6 PELAKSANAAN ...................................................................................................................... 6 A. Waktu dan Tempat .......................................................................................................... 6 B. Subjek / Narasumber Observasi ...................................................................................... 6 BAB III ...................................................................................................................................... 7 HASIL ........................................................................................................................................ 7 A. Permasalahan yang terjadi : ............................................................................................ 7 B. Penyebab : ....................................................................................................................... 7 C. Akibat yang ditimbulkan : .............................................................................................. 8 D. Solusi : ............................................................................................................................ 9 BAB IV .................................................................................................................................... 10 PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 10 A. Analisis ......................................................................................................................... 10 B. Referensi Data ............................................................................................................... 13 BAB V ..................................................................................................................................... 15 PENUTUP................................................................................................................................ 15 A. KESIMPULAN............................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................17 LAMPIRAN............................................................................................................................. 18
III
IV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia dengan lingkungan memiliki suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Saat
ini
aktivitas
aktivitas
kehidupan
manusia
mulai
mempengaruhi keadaan lingkungan yang ada di sekitar. Merosotnya kondisi lingkungan pada akhir-akhir ini ternyata sudah pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Ada banyak penyebab yang menimbulkan merosotnya kondisi lingkungan saat ini yaitu gencarnya pembangunan industrialisasi sebagai dasar adanya pembangunan. Melalui pembangunan ini memang menjawab permasalahan-permasalahan yang ada saat ini yaitu kesenjangan sosial dan kemiskinan. Namun keberhasilan ini ternyata harus dibayar mahal dengan adanya dampak negatif yang mulai mengusik kelestarian alam. Dampak yang muncul ini dapat berupa kerusakan sumber daya tanah, penyusutan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, berkurangnya lahan
produktif
pertanian
dan
penggundulan
hutan
yang
akhirnya
memunculkan banyak masalah bagi kehidupan. Pada sisi lain air semakin tercemar dan tidak layak untuk diminum serta udara yang semakin terpolusi. Apabila kondisi tersebut dibiarkan dimungkinkan kehidupan ekosistem alam akan rusak atau terganggu
dan kehidupan manusia akan sengsara
karena alam sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kondisi ini menuntut kita untuk peduli terhadap keadaan lingkungan alam yang kini mulai banyak memunculkan kesadaran dan kepedulian lingkungan masyarakat dunia dengan melakukan gerakan aksi lingkungan atau kampanye lingkungan. Kegiatan ini yang kini mulai melahirkan persyaratan dalam perdagangan dan perindustrian. Hal ini yang kini dijadikan dasar bagi para pelaku usaha untuk peduli terhadap lingkungan. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap berbagai usaha yang memanfaatkan sumber daya alam harus memperhatikan isu isu 1
lingkungan dalam mengelola usahanya. Namun yang memiliki kesadaran ini ternyata hanya sebagian kecil yang dapat memahami dan memperhatikan keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan. Alasan ekonomi kini menjadi alasan yang sangat diandalkan bagi para pelaku usaha. Tidak heran jika bencana akibat pengrusakan lingkungan ini semakin terbiasa dengan masyarakat. Atas nama ekonomi masyarakat rela mengeksploitasi sumber daya alam yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam jangka pendek mungkin akan menguntungkan namun dapat berakibat besar terhadap keslamatan dan kehidupan masyarakan nantinya. Halnya di Kabupaten Kebumen ini yang pada dasarnya merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai kekayaan alam yang melimpah, salah satunya tanah liat persawahan yang notabene sebagai bahan galian dimana dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi genteng keramik yang merupakan komoditas utama daerah ini. Oleh karena itu penulis memilih lokasi penelitian di kabupaten Kebumen dengan mengambil objek berupa kerusakan lingkungan berupa kerusakan lahan pertanian produktif yang diakibatkan oleh penambangan tanah liat dimana di Kebumen ini merupakan daerah dengan komoditas utama genteng yang bahan bakunya berupa tanah liat. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang dibuatnya makalah ini didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan rusaknya produktivitas lahan persawahan menurun? 2. Seberapa besar pengaruh adanya industrialisasi genteng di Daerah Kebumen terhadap keadaan lahan pertanian yang ada disekitarnya? 3. Bagaimana cara mengatasi rusaknya lahan persawahan yang ada di Kabupaten Kebumen? 4. Apa solusi yang tepat bagi para pengusaha genteng di Kabupaten Kebumen untuk ikut berperan dalam mengatasi kerusakan lahan pertanian ini tanpa mempengaruhi perekonomian mereka?
2
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk :
1. Menambah pengetahuan tentang permasalahan lingkungan yang ada di Kabupaten Kebumen 2. Mengetahui pengaruh adanya industrialisasi genteng bagi keadaan lingkungan disekitar 3. Menambah wawasan tentang cara mengatasi kerusakan lingkungan yang ada di sekitar Kabupeten Kebumen 4. Mengetahui solusi yang tepat bagi para pengusaha genteng
D. Manfaat Manfaatnya dibuat makalah ini adalah agar :
1. Meningkatkan kesadaran pembaca akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam seperti tanah yang ada di sekitar 2. Memberikan informasi mengenai cara mengatasi kerusakan lingkungan yang ada di daerah sekitar 3. Memberikan solusi kepada para pengusaha genteng bagi kelanjutan profesinya tersebut tanpa mempengaruhi kondisi alam yang kian parah.
3
E. METODE PENULISAN Metode penulisan ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Obyek Penulisan Obyek penulisan ini adalah kerusakan lingkungan berupa Rusaknya Area Sawah Produktif Akibat Penambangan Tanah Liat Pada Produksi Genteng Keramik.
2. Sumber Data Sumber data dalam makalah ini dibagi menjadi dua kelompok: a.
Data Primer: Data primer ini diperoleh melalui wawancara warga
sekitar daerah Kebumen dan sekitarnya maupun orang-orang yang relevan untuk menggali informasi sedalam-dalamnya mengenai masalah yang sedang dikaji. b.
Data Sekunder: berupa buku literatur e/jurnal, artikel, makalah,
dan buku-buku yang terkait dengan penulisan makalah.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Wawancara Dengan
teknik
ini
akan
digali
informasi
selengkap-lengkapnya
mengenai apa yang diketahui oleh narasumber tentang masalah kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah Kebumen ini. b. Observasi Dengan teknik ini penulis melihat langsung kerusakan lingkungan yang terjadi ditemani oleh salah satu narasumber dengan penjelasan penjelasan yang beliau berikan. c. Studi Pustaka Studi pustaka adalah suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan dengan mengambil data-data dari berbagai sumber. 4
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data, fakta atau informasi yang diperoleh kemudian diolah dengan cara menguraikan secara naratif dalam bentuk teks. Data yang telah diolah kemudian ditafsirkan dengan menggunakan metode analisis data. . Pengumpulan data dimulai dari kegiatan melakukan studi dokumen terhadap buku-buku jurnal, artikel,
makalah yang relevan
dengan masalah ini dan dilanjutkan dengan kegiatan wawancara dan observasi terhadap narasumber. Data
yang
diperoleh
dari
lapangan
kemudian
dianalisis
berdasarkan tema yang ada. Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan
intisari-intisari sumber
bacaan
sebagai
hasil
pengolahan dan penafiran data, fakta atau informasi. Berdasarkan hasil korelasi tersebut, maka diungkap permasalahan-permasalahan yang ada. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dicari alternatif pemecahannya serta upaya apa yang dapat dilakukan. Berdasarkan hasil analisis itu kemudian dilakukan penafsiran-penafsiran sehingga ditemukan maknanya atas fenomena yang ada.
5
BAB II PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat : Minggu, 15 Maret 2015 di Desa Sruweng Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen dan Desa Sidoharjo Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen.
B. Subjek / Narasumber Observasi : Bapak Akhmad Amin Masroh Ketua Rt 01 Rw 01 Sruweng Kebumen serta pelaku usaha kerajinan genteng keramik.
C. Teknik Pengumpulan Permasalahan : Pengumpulan masalah dilakukan dengan observasi secara langsung pada tempat kejadian yaitu di Desa Sruweng Kecamatan Seruweng Kabupaten Kebumen.
Observasi
dilakukan
dengan
teknik
wawancara
dengan
narasumber dan mendatangi tempat kejadian.
6
BAB III HASIL
A. Permasalahan yang terjadi : Tanah persawahan yang ada di kabupaten Kebumen ini sekarang kondisinya sangat memprihatinkan terkait penggunaannya yang mulai beralih fungsi, salah satunya sebagai bahan baku pembuatan industri rumahan genteng yang memang menjadi komoditi unggulan di kabupaten Kebumen ini. Sawah yang berada di kabupaten Kebumen ini sebenarnya cukup subur karena berada di daerah dataran yang mendapat pasokan air dari atas hulu dari sungai Lukulo. Di daerah ini pula saluran irigasi sebenarnya telah tertata bagus. Namun ternyata saat ini pemandangan sawah ini mulai berubah. Dibeberapa tempat terdapat petak petak sawah yang menjadi lubang galian dalam yang terbengkalai. Hal ini yang menjadi permasalahan utama dalam produksi genteng keramik dimana kebutuhan genteng meningkat sementara bahan baku yang tersedia semakin berkurang dan merusak lingkungan.
B. Penyebab : Adanya industri genteng rumahan yang menjamur di kabupaten Kebumen ini kian hari kian memberikan dampak yang signifikan bagi lingkungan yang ada disekitarnya. Kebutuhan akan genteng keramik semakin meningkat sehingga kebutuhan akan bahan baku tanah liat persawahan kian hari kian meningkat kebutuhannya, namun pengambilan bahan baku yang ada berpengaruh buruk terhadap lingkungan alam disekitarnya. .
Dari sisi pemenuhan pasokan tanah liat inilah yang sebenarnya cukup
mengganggu kelestarian lingkungan. Apalagi saat ini pengambilan tanah tidak hanya menggunakan alat cangkul secara sedikit demi sedikit namun pengambilan dilakukan menggunakan alat bernama “bergo” yang membuat 7
pengambilan tanah liat terambil terlalu dalam dan kesehatan tanah menjadi berkurang. Hal ini dapat kita lihat di beberapa titik di Kabupaten Kebumen yang terdapat gundukan tanah liat di pinggir jalan raya. Disisi lain dengan semakin terbatasnya lapangan pekerjaan, sementara bekal pengetahuan yang kurang maka pilihan untuk menjadi pengolah genteng keramik ini tetap menjadi salah satu alternatif. Pemerintah pun tidak bisa mengatur hal ini karena tidak bisa menyediakan lapangan kerja lainnya. Terlebih mereka melakukan penggalian di wilayah mereka sendiri. Sementara pasar juga banyak memerlukan pasokan genteng keramik yang sangat banyak. Jadi memang produksi genteng keramik ini tidak memungkinkan untuk dihentikan karena menyangkut banyak orang. Apalagi di daerah Kebumen sendiri genteng menjadi salah satu komuditas utama yang mana perekonomian daerah Kebumen ini sangat bergantung pada industri genteng
C. Akibat yang ditimbulkan : Lahan sawah yang seharusnya mampu menghasilkan beras untuk konsumsi manusia kini harus dibiarkan terlantar karena sudah tidak dapat ditanami lagi sehingga produksi beras di daerah Kebumen berkurang. Penggalian tanah yang terlalu dalam mengakibatkan bagian top soil yang notabene
adalah
bagian
tanah
paling
subur
ini
menghilang
dan
mengakibatkan tanah persawahan ini tidak dapat ditanami lagi karena unsur haranya sudah terangkat. Selain itu keadaan tanah persawahan yang tadinya tinggi kini mulai mengalami penurunan sekitar kurang lebih 1 meter. Ini dikarenakan keadaan tanah persawahan yang tidak rata menyebabkan beberapa tanah sawah banyak kekurangan air dan memaksa lahan lainnya untuk ikut digali. Penggalian tanah liat ini dari lokasi sawah untuk mengambil tanah subur tentu saja akan menghasilkan galian di lokasi tersebut. Jika proses berlangsung terus menerus maka yang tersisa adalah lubang yang relatif dalam dan tertinggal di areal persawahan yang subur dan indah tersebut. Tapi memang kondisi inilah yang saat ini terjadi.
8
D. Solusi : Manusia khususnya para pengusaha genteng dituntut untuk mampu mengeluarkan ide ide kreatifnya dalam mengatasi hal ini. Masyarakat yang menyalahkan kondisi ini tentunya harus sadar bahwa para produsen genteng ini tidak sepenuhnya salah karena genteng juga merupakan suatu kebutuhan yang memang kita perlukan saat ini, walaupun hal ini memang sangat merugikan bagi alam dan lingkungan manusia itu sendiri. Untuk itu yang diperlukan bukan hanya kritisi melainkan solusi berupa inovasi-inovasi baru mengenai permasalahan lingkungan ini. Beberapa solusi yang mungkin dilakukan bagi para pelaku usaha ini diantaranya : Mencari sumber sumber tanah baru di daerah daerah yang masih tinggi jika masih memungkinkan untuk diambil tanahnya untuk bahan baku agar tanah persawahan dapat pulih kembali ke fungsi aslinya. Apabila tidak memungkinkan dan harus tetap mengambil di area persawahan diusahakan cara pengambilan tanah dengan pengambilan secara merata, jadi tidak ada yang terlalu dalam agar keadaan lahan tidak ada yang terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jadi tanah persawahan dapat memperoleh cakupan air yang merata sehingga tidak ada lahan yang kekurangan air dan kesuburan tetap terjaga.
9
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dapat dianalisis sebagai berikut :
Penambangan merupakan salah satu aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang telah dimulai sejak dulu dan berlanjut hingga sekarang. Keuntungan yang diperoleh memang sangat besar khususnya dalam aspek ekonomi. Kendati demikian kerugian yang akan muncul adalah lebih besar dari keuntungan yang diperoleh jika melihat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tanpa adanya upaya perbaikan.
Pada
umumnya
pembukaan
lahan
pertanian
dimulai
dengan
pembersihan lahan yaitu menyingkirkan vegetasi kemudian dilanjutkan dengan penggalian tanah bagian atas (top soil). Saat ini penggalian tanah tidak hanya penggunakan alat tradisional seperti cangkul yang dalam pengambilannya tentu sedikit demi sedikit, namun sekarang proses penggalian dilakukan menggunakan alat berat yang cakupannya lebih besar sehingga akan banyak sekali tanah yang didapat dalam jangka waktu yang sebentar. Hal ini dapat kita lihat di beberapa titik di Kabupaten Kebumen yang terdapat gundukan tanah liat di pinggir jalan raya. Dalam sehari setiap pabrik membutuhkan sekitar 2 m3 tanah liat atau sekitar ½ truk. Pada satu kecamatan terdapat lebih dari 20 pabrik genteng. Bayangkan berapa banyak tanah liat yang diambil jika ada 1.025 pabrik genteng di kabupaten Kebumen. Proses penggalian tanah ini tentunya secara nyata akan merubah topografi dari lahan yang tadinya rata menjadi lubang yang dalam dan mengakibatkan lahan disekitar kekurangan air karena air mengalir ke daerah yang lebih rendah yaitu lubang galian tersebut.
Industrialisasi di daerah Kebumen khususnya Desa Sruweng ini memang sudah terjadi berabad abad lamanya. Daerah yang awalnya
10
merupakan tempat yang
teduh dan asri kini mulai dijamah oleh tangan
tangan jahil manusia yang berkedok alasan ekonomi. Hal ini dikarenakan pola pikir
manusia
yang
belum
mampu
mengeluarkan
inovasinya
dalam
mengendalikan permasalahan tersebut. Alasan ekonomi kini menjadi alasan yang sangat diandalkan bagi para pelaku usaha. Tidak heran jika bencana akibat pengrusakan lingkungan ini semakin terbiasa dengan masyarakat. Atas nama ekonomi masyarakat rela mengeksploitasi sumber daya alam yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam jangka pendek mungkin akan menguntungkan namun dapat berakibat besar terhadap keslamatan dan kehidupan masyarakan nantinya.
Pola kepemilikan usaha berbahan baku tanah liat di wilayah Kebumen merupakan usaha perorangan. Usaha tersebut dilakukan atas usaha turun temurun yang sudah berlangsung sejak lama, sehingga usaha tersebut tidak terbentuk secara rapi. Organisasi yang berperan dalam menjalankan usaha inipun tidak ada akibatnya para pengrajin genteng keramik ini sulit dalam menyeragamkan
harga.
Harga
terbentuk
sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan. Apabila sedang banyak dibutuhkan dan barang langka harga naik namun apabila sedang langka pembeli dan barang melimpah ruah harga turun. Seperti yang kita ketahui tanah persawahan yang ada di kabupaten Kebumen
ini
sekarang
kondisinya
sangat
memprihatinkan
terkait
penggunaannya yang mulai beralih fungsi, salah satunya sebagai bahan baku pembuatan industri rumahan genteng yang memang menjadi komoditi unggulan di kabupaten Kebumen ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh sawah yang berada di kabupaten Kebumen ini sebenarnya cukup subur karena berada di daerah dataran yang mendapat pasokan air dari atas hulu dari pegunungan dan aliran dari sungai Lukulo. Di daerah ini pula saluran irigasi sebenarnya telah tertata bagus.
Adanya industri genteng rumahan yang menjamur di kabupaten Kebumen ini kian hari kian memberikan dampak yang signifikan bagi lingkungan yang ada disekitarnya. Saat ini pemandangan sawah yang tadinya penuh padi kini mulai berubah. Dibeberapa tempat terdapat petak petak yang 11
dulunya sawah kini menjadi lubang galian dalam yang terbengkalai. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan genteng keramik semakin meningkat sehingga kebutuhan akan bahan baku tanah liat persawahan kian hari kian meningkat pula kebutuhannya, namun penggalian bahan baku tanah liat persawahan ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan alam disekitarnya.
Dampak positifnya yaitu sebagai sumber devisa negara, sebagai sumber pendapatan asli daerah, menciptakan lapangan pekerjaan dll. Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat berupa dampak jangka panjang seperti kekurangan bahan pangan serta kerusakan lingkungan hidup dan sebagainya.
Dengan semakin terbatasnya lapangan pekerjaan, sementara bekal pengetahuan yang kurang maka pilihan untuk menjadi pengolah genteng keramik ini tetap menjadi salah satu alternatif. Pemerintah pun tidak bisa mengatur hal ini karena tidak bisa menyediakan lapangan kerja lainnya. Terlebih mereka melakukan penggalian di wilayah mereka sendiri. Sementara pasar juga banyak memerlukan pasokan genteng keramik yang sangat banyak. Jadi memang produksi genteng keramik ini tidak memungkinkan untuk dihentikan karena menyangkut banyak orang. Apalagi di daerah Kebumen sendiri genteng menjadi salah satu komuditas utama yang mana perekonomian daerah Kebumen ini sangat bergantung pada industri genteng.
Lahan sawah yang seharusnya mampu menghasilkan beras untuk konsumsi manusia kini harus dibiarkan terlantar karena sudah tidak dapat ditanami lagi sehingga produksi beras di daerah Kebumen berkurang. Penggalian tanah yang terlalu dalam mengakibatkan bagian top soil yang notabene
adalah
bagian
tanah
paling
subur
ini
menghilang
dan
mengakibatkan tanah persawahan ini tidak dapat ditanami lagi karena unsur haranya sudah terangkat.
Selain itu keadaan tanah persawahan yang tadinya tinggi kini mulai mengalami penurunan sekitar kurang lebih 1 meter. Ini dikarenakan keadaan tanah persawahan yang tidak rata menyebabkan beberapa tanah sawah 12
banyak kekurangan air dan memaksa lahan lainnya untuk ikut digali. Penggalian tanah liat ini dari lokasi sawah untuk mengambil tanah subur tentu saja akan menghasilkan galian di lokasi tersebut. Jika proses berlangsung terus menerus maka yang tersisa adalah lubang yang relatif dalam dan tertinggal di areal persawahan yang subur dan indah tersebut. Tapi memang kondisi inilah yang saat ini terjadi.
Sehingga para pengusaha genteng ini dituntut untuk mampu mengeluarkan ide ide kreatifnya dalam mengatasi hal ini. Masyarakat yang menyalahkan kondisi ini tentunya harus sadar bahwa para produsen genteng ini tidak sepenuhnya salah sehingga yang diperlukan bukan hanya kritisi melainkan solusi berupa inovasi-inovasi baru mengenai permasalahan lingkungan ini.
Beberapa solusi yang mungkin dilakukan bagi para pelaku usaha ini diantaranya : Mencari sumber sumber tanah baru di daerah daerah yang masih tinggi jika masih memungkinkan untuk diambil tanahnya untuk bahan baku agar tanah persawahan dapat pulih kembali ke fungsi aslinya. Apabila tidak memungkinkan dan harus tetap mengambil di area persawahan diusahakan cara pengambilan tanah dengan pengambilan secara merata, jadi tidak ada yang terlalu dalam agar keadaan lahan tidak ada yang terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jadi tanah persawahan dapat memperoleh cakupan air yang merata sehingga tidak ada lahan yang kekurangan air dan kesuburan tetap terjaga.
B. Referensi Data
Tabel 1. Data Sentra Industri Kerajinan Genteng di Kabupaten Kebumen
No.
Nama Kecamatan
Unit Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
1
Petanahan
20
163
2
Klirong
122
1.350
3
Pejagoan
379
5.833
4
Kebumen
322
2.316
13
5
Sruweng
Jumlah
182
3.009
1.025
12.671
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Kebumen Tahun 2009
Penuturan langsung dari narasumber di tempat kejadian
14
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa Penggalian sumber daya alam sejatinya memang sangat diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namun dalam pemenuhan kebutuhan manusia akan potensi tanah liat ini juga harus berorientasi terhadap lingkungan dimana ada pengambilan juga ada pelestarian lingkungan jadi tetap harus memperhatikan keberlajutan lingkungan. Kegiatan usaha kerajian genteng merupakan sumber utama perekonomian daerah di kabupaten Kebumen maka pemerintah perlu memikirkan langkah terbaik dalam pengambila keputusan yang ada karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Pengusaha genteng dituntut untuk mampu mengeluarkan ide ide kreatifnya dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh kegiatan mereka. Jadi sebenarnya masalah utama dalam upaya pengendalian penggunaan bahan baku tanah liat ini adalah masih kurangnya lapangan pekerjaan yang mampu menghidupi masyarakat yang hidupnya bergantung pada produksi genteng keramik ini.
Solusi yang mungkin dilakukan diantaranya : Mencari sumber sumber tanah baru di daerah daerah yang masih tinggi jika masih memungkinkan untuk diambil tanahnya untuk bahan baku agar tanah persawahan dapat pulih kembali ke fungsi aslinya. Apabila tidak memungkinkan dan harus tetap mengambil di area persawahan diusahakan cara pengambilan tanah dengan pengambilan secara merata, jadi tidak ada yang terlalu dalam agar keadaan lahan tidak ada yang terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jadi tanah persawahan dapat memperoleh cakupan air yang merata sehingga tidak ada lahan yang kekurangan air dan kesuburan tetap terjaga.
15
B. SARAN Pada industrialisasi kerajinan genteng di daerah Kebumen ini sedikit banyak mempengaruhi kondisi lingkungan yang ada, walaupun kini dampaknya belum begitu terasa, namun dalam jangka panjang kerusakan lingkungan yang ada di Kebumen ini nantinya akan berdampak sangat buruk apabila tidak ditangani dengan serius. Setidaknya apabila tidak dapat menghilangkan kegiatan penambangan tanah liat yang menjadi pusat perekonomian di kabupaten Kebumen ini, hendaknya ada solusi yang tepat dalam mengatasi masalah ini agar t ercipta keadilan bagi manusia dan lingkungannya. Selain itu perlu ada langkah kongkret dari pemerintah dalam mengatur pembangunan industri yang berbahan baku dari alam. Sehingga dalam pengerjaannya para pengusaha tidak seenaknya mengambil bahan dari ala m tanpa memperhatikan kelestarian dan dampaknya dikemudian hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arwan. 2011. Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Pertambangan. Artikel Online. http://www.arwansoil.blogspot.com/2011/03/kerusakanlahan-akibat-aktivitas.html?m=1 (diunduh pada tanggal 17 April 2015 pukul 15.00 WIB)
Tahir, Iqmal.2011. Wajah Bopeng Alam Akibat Produksi Bata Merah. Artikel Online. http://www.iqmaltahir.wordpress.com/2011/10/13/wajahbopeng-alam-persawahan-akibat-produksi-bata-merah/ (diunduh pada tanggal 17 April 2015 pukul 19.00 WIB)
Tobirin.2010. ANALISIS SOSIAL-EKONOMI DALAM KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN PEMANFAATAN POTENSI TANAH LIAT DI DESA LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS. Artikel Online. http://www.tobirin.blog,unsoed.ac.id/2010/05/17/analisis-sosialekonomi-dalam-kajian-dampak-lingkungan-pemanfaatn-potensitanah-liat-di-desa-lumbir-kabupaten-banyumas/ (diunduh pada tanggal 17 April 2015 pukul 20.00 WIB)
Arif S, M. Kurniawan. BAB I PENDAHULUAN . Artikel Pdf . http://www.aresearch.upi.edu (diunduh pada tanggal 29 April 2015 pukul 21.00 WIB)
17
LAMPIRAN
Pengamatan di berbagai tempat di dareah kebumen
Gambar 1. pengamat di daerah kerusakan lahan pertanian dibelakang SMP N 1 Sruweng, Desa Sruweng
Gambar 2. Pegamat di daerah kerusakan lahan pertanian di daerah Dusun Srawapit Desa Sidoharjo
18
Gambar 3. Pengamat di daerah kerusakan lahan pertanian di daerah dekat pemakaman umum Desa Sruweng
Gambar 4. Dalam melaksanakan observasi pengamatan ditemani oleh narasumber yaitu Bapak Akhmad Amin Masroh Ketua RT 01 RW 01 Desa Sruweng Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen
19
Gambar 5. Timbunan tanah liat yang hendak diangkut di Desa Sruweng
Gambar 6 timbunan tanah liat yang belum diangkut dan terbengkalai di Dusun Soka Tengah Desa Sruweng
20
Gambar 7. Lahan persawahan yang terbengkalai di daerah Dusun Srafvjcwapit DesaSidoharjo
Gambar tingginya penurunan tanah persawahan yang tadinya sejajar dengan jalan kini menjadi turun sekitar 1 meter
21
Gambar timbunan tanah sawah yang baru diambil di daerah Dusun Soka Tengah Desa Sruweng
Gambar timbunan tanah liat yang siap diangkut di daerah Dusun Soka Tengah Desa Sruweng
22
Gambar proses pengangkutan tanah liat hasil penggalian di Dusun Soka Tengah Desa Sruweng
Gambar proses pengankutan tanah liat di Dusun Soka Tengah Desa Sruweng untuk didistribusikan ke para produsen pengrajin genteng di sekitar Kebumen
23
Gambar padi yang gagal ditanami karena kondisi lahan yang tidak sehat
24