MAKALAH MANAJEMEN KEBIDANAN PADA BALITA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Kebidanan OLEH KELOMPOK 5 1. DIAN FERLIYA ANGGRENI
(16.14.02.006)
2. FEPY SISILIAY
(16.14.02.011)
3. KHOLIFAH ANGGRAENI
(16.14.02.015)
4. NANIK SURYANI
(16.14.02.019)
5. PASIH PAULINA
(16.14.02.024)
6. SURYA INDAH PRADINA
(16.14.02.033)
7. ZUNISTIA AZIZZAHARRO’IFAH
(16.14.02.037)
AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG JL. SOEKARNO HATTA NO. 15 BENDO PARE KEDIRI TELEPON (0354) 393102 TAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengayaan. Sedangkan menurut profil kesehatan, balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan akan aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari makan, buang air kecil dan kebersihan diri. Masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia, kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selajutnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Balita? 2. Bagaimana pertumbuhan balita? 3. Bagaimana perkembangan fisik balita? 4. Bagaimana perkembangan psikososial balita? 5. Bagaimana perawatan kesehatan balita? 6. Bagaimana komunikasi pada balita? 7. Bagaimana peran keluarga dan bidan dalam tumbuh kembang balita? 1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Konsep Kebidanan.
b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui definisi dari Balita. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan balita. 3. Untuk mengetahui perkembangan fisik balita. 4. Untuk mengetahui perkembangan psikososial balita. 5. Untuk mengetahui perawatan kesehatan balita. 6. Untuk mengetahui komunikasi pada balita. 7. Untuk mengetahui peran keluarga dan bidan dalam tumbuh kembang balita
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Balita Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengayaan. Sedangkan menurut profil kesehatan (2013), balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Secara psikologis, rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya. 2.2 Pertumbuhan Balita Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni : 1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh bagian bawah ( sefalokaudal ). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ujung kaki, anak
akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya. 2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya. 3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain. Usia Tiga Sampai Empat Tahun 1. Gerakan Pada usia tiga tahun anak prasekolah tidak lagi harus berkonsentrasi pada mekanisme berdiri, berlari, melompat, atau berjalan. Gerakannya sekarang cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang, atau naik dan turun tangga. Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu ditarik ke belakang dan perutnya di tahan oleh otot perut yang kuat. Dia menggunakan gerakan berjinjit, dengan melangkah pada jarak, lebar, dan kecepatan yang sama. Dia juga dapat mengendarai sepeda roda tiga dengan mudah. Akan tetapi, tidak semuanya datang dengan mudah. Anak masih perlu membuat usaha secara sadar untuk berdiri dengan ujung jari kaki atau dengan satu kaki. Anak yang berusia tiga tahun masih selektif seperti ketika dia berusia dua tahun,tetapi dia lebih tertarik pada permainan yang terstruktur pada usia ini Anak prasekolah kelihatan terus-menerus bergerak sepanjang waktu. Ini karena dia menggunakan tubuhnya untuk menyampaikan pikiran dan emosi yang tidak dapat dia gambarkan melalui bahasa. Karena kendali diri, penilaian, dan koordinasi anak masih berkembang, pengawasan oleh orang dewasa tetap penting untuk mencegah kecelakaan dan cidera. 2. Keterampilan Tangan dan Jari Pada usia tiga tahun, anak sedang mengembangkan kendali otot dan konsentrasi yang dia butuhkan untuk menguasai banyak gerakan jari dan tangan yang
akurat. Aktifitas yang membutuhkan waktu, dan dapat membantu memperbaiki keterampilan tangan anak adalah : a. Membangun balok-balok. b. Puzzle jigsaw sederhana ( empat atau lima potong besar ). c. Kotak-kotak kayu. d. Manik-manik kayu besar. e. Mewarnai dengan krayon atau kapur. f. Membuat istana dari pasir. g. Menuangkan ke dalam wadah dari berbagai ukuran. h. Memakai pakaian dan melepas pakaian boneka dengan ritsleting besar, kancing dan tali. 3. Perkembangan Bahasa Pada usia tiga tahun anak harus mempunyai kosakata yang aktif kira-kira tiga ratus sampai seribu kata. Dia akan dapat berbicara dalam kalimat lima sampai enam kata, dan meniru sebagian besar bunyi perkataan orang dewasa. Kadang-kadang dia tampak mengoceh terus menerus suatu fenomena yang kadang-kadang mengganggu, tetapi sangat penting untuk proses belajar kata-kata baru dan mendapatkan pengalaman dalam menggunakan bahasa dan berpikir dengan kata tersebut. 4. Perkembangan Kognitif Anak yang berusia tiga tahun akan menghabiskan kebanyakan waktunya dengan bertanya tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Pertanyaan “ mengapa “ yang lebih abstrak umumnya lebih menyulitkan, sebagian karena pertanyan ini muncul beratus kali sehari dan juga karena beberapa di antaranya tidak ada jawabannya atau tidak di ketahui. Ketika anak yang berusia tiga tahun di hadapkan dengan tantangan belajar yang khusus, anda akan mendapatkan bahwa penalarannya masih satu sisi. Dia belum dapat melihat masalah dari dua sudut, tidak juga dapat memecahkan masalah yang mengaharuskan dia melihat lebih dari satu faktor pada waktu yang sama.
5. Perkembang Sosial Pada usia tiga tahun anak tidak terlalu egois dibanding ketika dia berusia dua tahun. Dia juga tidak terlalu bergantung pada anda, suatu tanda bahwa penginderaan identitasnya lebih kuat dan lebih aman. Sekarang dia benar-benar bermain dengan anak lain, berinteraksi alih-alih hanya bermain berdampingan sendiri-sendiri. Dalam proses ini, dia akan mengenali bahwa tidak setiap orang berpikir tepat sama seperti dia, dan bahwa masing-masing teman bermainnya mempunya banyak kualitas yang unik, beberapa menarik dan beberapa lagi tidak. Anak-anak pada usia ini seringkali mengalami proses identifikasi yang sangat ekstrem. Anak perempuan akan memaksa untuk mengenakan rok, cat kuku, dan rias muka ke sekolah atau tempat bermain. Anak laki-laki akan bersikap gagah, sangat asertif, dan membawa pistol mainan ke mana saja mereka pergi. Perilaku ini memperkuat rasa kelaki-lakiannya atau kewanitaannya. 6. Perkembangan Emosional Kehidupan fantasi anak usia tiga tahun akan membantu mengeksplorasi dan mendapatkan berbagai emosi, dari cinta dan ketergantungan sampai marah, protes, dan ketakutan. Dia tidak saja mencoba berbagai identitas sendiri, tetapi juga seringkali memberikan kualitas hidup dan emosi terhadap benda-benda tidak bernyawa, sperti pohon, jam, truk atau bulan.
2.3 Perkembangan Fisik Balita Setiap anak tentu memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda antara anak satu dengan anak yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah: 1. Faktor Internal Adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik balita seperti: ras, etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom. 2. Faktor Eksternal Adalah faktor berasal dari luar diri anak antara lain: prenatal, ini berhubungan dengan gizi, toksin atau zat kimia. Bisa pula faktor pascanatal yang berhubungan dengan gizi, kelainan, ekonomi, sosial, psikologis, pengasuhan , stimulasi dan obat-obatan. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasiorgan tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh : a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan. b. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham. c. Bertambahnya ukuran lingkar kepala. d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot. e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya. Berat badan balita dipengaruhi jenis kelamin, asupan gizi dan umur. Gen atau keturunan juga bisa mempengaruhi berat badan balita, contoh keturuanan bertubuh besar. Pada balita yang normal umumnya perubahan yang paling dramatis akan terjadi pada proporsi tubuh balita. Pada waktu yang sama tingginya akan meningkat , terutama pada tungkainya dan sampai batas tertentu. Batang tubuhnya akan tumbuh
dengan cepat. Tubuh anak akan terus kehilangan lemaknya dan mulai berotot selama waktu ini, memberikan penampilan yang matang dan lebih kuat. Kenaikan tinggi badan jauh lebih cepat daripada kenaikan berat badan. Pada usia anak 3 tahun, gerakannya sekarang cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang atau naik dan turun tangga. Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu di tarik ke belakang dan perutnya ditahan oleh otot-otot perut yang kuat. Anak mampu berdiri dengan 1 kaki, mampu menendang bola kedepan, melempar bola dengan tangan. Wajah anak juga akan matang pada tahun-tahun ini. Panjang dari tengkoraknya akan meningkat sedikit, rahang bagian bawah akan menjadi menonjol. Pada waktu bersamaan, rahang atas akan melebar untuk member ruang gigi permanennya. Wajahnya akan tampak lebih besar. Anda akan melihat
bahwa balita sekarang dapat
mengerakkan masing-
masing jarinya secara mandiri atau bersama-sama. Dapat mengambar segi empat, lingkaran, dan menulis dengan bebas. Anak prasekolah sekarang sudah mempunyai koordinasi dan keseimbangan seorang dewasa. Selagi anak berjalan dan berlari dengan langkah- langkah panjang, mengayun, penuh percaya diri, naik turun tangga tanpa memegang pegangan tangga, berdiri berjinjit, berputar dalam lingkaran dan mengayun. 2.4 Perkembangan Psikososial Balita Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan psikososial Erickson. 1. Psikososial Tahap 1 Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan) Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy). Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan tetapi, jika penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak
percaya pada lingkungan sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi tersebut akan selalu curiga pada orang lain. 2. Psikososial Tahap 2 Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu. Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau. Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun sebalikny, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri. 3. Psikososial Tahap 3 Inisiatif vs kesalahan Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age). Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungak sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan. 4. Psikososial Tahap 4 Kerajinan vs inferioritas
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age) ditingkat ini anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga semua aspek memiliki peran misal orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Pada usia ini anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil melalui tuntutan tersebut. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi yakni kompetensi. 5. Psikososial Tahap 5 Identitas vs kekacauan identitas Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut. 6. Psikososial Tahap 6 Keintiman vs isolasi Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia sekitar 18/20-30 tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan nilai positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan universal (misal pada keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
7. Psikososial Tahap 7 Generatifitas vs stagnasi Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia yang berusia sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult). Dalam tahap ini juga terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generational merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin kurang baik antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya aturan-aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan. 8. Psikososial Tahap 8 Integritas vs keputusasaan Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan tahap yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung melakukan introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan menimbulkan kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak mengalami kegagalan maka akan timbul keputus asaan. 2.5 Perawatan Kesehatan Balita a. Perawatan Sehari-hari Anak 1. Kebersihan anak
Memandikan dengan sabun 2 kali sehari.
Cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu.
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar, buang air kecil, dan setelah makan.
Jaga kebersihan telinga anak.
Gunting kuku tangan dan kaki anak jika panjang.
Ajari anak buang air besar dan kecil di kamar mandi.
Jaga kebersihan pakaian, mainan,dan tempat tidur.
Jaga kebersihan perlengkapan makan dan minum.
2. Perawatan gigi
Gogok gigi anak dengan pasta gigi dan sikat gigi khusus untuk anak sesudah sarapan dan sebelum tidur.
Tanyakan petugas kesehatancara menggosok gigi.
Ajari anak menggosok gigi sendiri.
Jangan biasakan anak makan manis dan lengket.
Periksakan setiap 6 bulan sekali ke puskesmas atau dokter gigi.
3. Kebersihan lingkungan
Jauhkan anak-anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, dan polusi kendaraan bermotor.
Buang air besar dan kecil di kamar mandi.
Bersihkan rumah dan lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.
Balita sebaiknya tidur di dalam kelambu.
Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu antinyamuk (mengandung insektisida).
Jauhakan anak dari bahaya seperti : Benda yang disangka makanan dan minuman
:
obat-obatan,
racun tikus, racun serangga, minyak tanah, sabun atau detergen. Benda panas : kompor, setrika, termos air panas. Benda berbahaya
: pisau, colokan listrik, kabel.
Jangan biarkan anak bermain di dekat
: sumur, kolam, sungai,
jalan raya. b. Perawatan Anak Sakit 1. Obat yang harusa disediakan di rumah, seperti
Oralit untuk diare.
Obat merah (povidone iodine) untuk luka.
:
Paracetamol untuk demam.
2. Batuk
Berikan air minum lebih banyak.
Beri kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipir.
Jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, dan asap pembakaran sampah.
Bawa ke fasilitas kesehatan jika : Batuk tidak sembuh dalam 2 hari. Anak sesak napas. Demam.
3. Diare
Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar.
Jika tidak ada oralit, berikat air minum, kuah sayur, atau air tajin.
Jika anak masih menyusu, terus berikan ASI dan MP-ASI.
Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan
Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika
:
Timbul demam. Ada darah di dalam tinja. Diare semakin parah. Muntah terus menerus. Air terlihat sangat haus. Anak tidak mau makan dan minum. 4. Demam
Beri minum lebih sering dan lebih banyak
Jika masih menyusu, berikan ASI lebih sering.
Jangan diselimuti atau diberi baju tebal.
Kompres dengan air biasa atau air hangat.
Jangan kompres dengan air dingin karena anak bias menggigil.
Jika demam tinggi, beri obat penurun panas (parasetamol) sesuai dosis.
Untuk derah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu anti nyamuk (mengandung insektisida)
Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika : Demam disertai kejang. Demam tidak turun selama 2 bari. Demam disertai bitnik-bintik merah, perdarahan di hidung, dana tau buang air besar berwarna hitam.
5. Luka dan sakit kulit
Luka Beri obat merah atau povidone iodine.
Koreng Tutup dengan kain bersih. Jangan dibubuhkan ramuan apapun.
Jaga kebersihan kulit Mandi secara teratur. Ganti pakaian jika basah atau kotor. Cuci tangan dan kaki dengan sabun setiap habis bermain.
Bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika
:
Kulit kemerahan. Terasa gatal. Luka bernanah atau berbau. c. Memberi Makan Anak 1. Beri makan anak makanan orang dewasa yang berisi nasi, lauk pauk, dan sayuran. 2. Beri makan anak 3 kali sehari, masing-masing ½ posi (piring) orang dewasa. 3. Berikan makanan selingan 2 kali sehari. 4. Jangan berikan makanan manis atau minuman manis sebelum waktu makan, karena bias mengurangi nafsu makan.
2.6 Komunikasi Pada Balita Pada umur 1 bulan, bayi bisa :
1. Menatap ke ibu 2. Mengeluarkan suara ketika diajak berbicara ibu sebagai tanda respon 3. Tersenyum 4. Lengan dan kaki bergerak aktif Pada umur 3 bulan bayi bisa : 1. Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap 2. Tertawa ketika ada yang mengajak bercanda 3. Menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan 4. Mengamati tangannya Pada umur 6 bulan bayi bisa : 1. Meniru bunyi yang ditunjukkan ibu 2. Meraih benda yang ada di dekatnya 3. Tengkurap sendiri 4. Menoleh ke arah sumber suara Pada umur 9 bulan bayi bisa : 1. Duduk sendiri 2. Mengucapkan ma... ma.. ma... ma... da... da.. da... da... 3. Senang bermain sendiri dan bertepuk tangan 4. Mulai mengerti ketika disuruh/disarankan Pada umur 12 bulan bayi bisa : 1. Bermain CI LUK BA 2. Menjimpit benda kecil 3. Meniru kata sederhana papa, dada 4. Berdiri dan jalan berpegangan Pada umur 2 tahun anak bisa : 1. Dapat menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh 2. Meniru perkataan yang diucapkan ibu atau orang terdekatnya
3. Menirukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mengelap 4. Mencoret-coret di kertas Pada umur 3 tahun anak bisa : 1. Berbicara dengan kata-kata yang dapat dimengerti 2. Menyebut warna dan angka 3. Sering mengulang kalimat yang dia mengerti 4. Mulai banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang apa yang menarik perhatiannya. 5. Bicara tanpa peduli dan tanpa peduli seseorang yang diajak bicara mengerti atau tidak. 6. Mulai memiliki empati, misalnya memeluk dan mencium orang yang terdekat dengan anak. Pada umur 4 tahun anak bisa : 1. Menceritakan cerita dengan penuh antusias dan dilebih-lebihkan 2. Mulai mengetahui lagu-lagu sederhana, dan cenderung untuk ingin bisa menyayikannya. 3. Menyebutkan satu atau lebih warna 4. Memahami analogi seperti “ bila api panas” Pada umur 5 tahun anak bisa : 1. Dapat menghitung sampai 10 2. Mulai mengenal dan mampu menyebut nama teman-temannya satu per satu 3. Mulai bisa menjawab beberapa pertanyaan sederhana seperti “siapa namamu? Siapa nama ibumu?” 4. Mengerti lawan kata seperti panas-dingin, tinggi-rendah 5. Menceritakan pengalaman kepada orang-orang yang baru dikenal dan dianggap dekat kecuali orang tua. 6. Mulai mengetahui nama-nama hari dalam seminggu
2.7 Peran Keluarga Dan Bidan Dalam Tumbuh Kembang Balita 1. Peran orang tua saat anak berusia 2 tahun a. Orang tua mulai mengajari anak naik ke tangga dan berlari b. Orang tua mengawasi anak saat mencoret-coret pensil pada kertas c. Orang tua mengajari anak untuk menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya d. Orang tua mengajari anak untuk menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti, seperti bola, piring, dan sebagainya. e. Orang tua mengajari anak untuk memegang cangkir sendiri f. Orang tua mengajari anak untuk makan-minum sendiri 2. Peran orang tua saat anak berusia 2-3 tahun a. Orang tua mengajari anak untuk berpakaian sendiri b. Orang tua mengajak anak untuk melihat buku bergambar c. Orang tua membacakan cerita kepada anak d. Orang tua mengajari anak makan di piringnya sendiri e. Orang tua mengajari anak untuk mencuci tangan f. Orang tua mengajari anak buang air besar dan kecil di tempatnya 3. Peran orang tua saat anak berusia 3 tahun a. Orang tua mengajari anak untuk mengayuh sepeda roda tiga b. Orang tua mengajari anak berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan c. Orang tua mengajari anak bicara dengan baik menggunakan dua kata d. Orang tua mengajari anak mengenal 2-4 warna e. Orang tua mengajari anak menyebut nama, umur dan tempat f. Orang tua mengajari anak menggambar lurus g. Orang tua mengawasi anak saat bermain dengan teman h. Orang tua mengajari anak melepas pakaiannya sendiri i. Orang tua mengajari anak menggunakan sepatu 4. Peran orang tua saat anak berusia 3-5 tahun a. Orang tua meminta anak menceritakan apa yang ia lakukan b. Orang tua mendengarkan anak ketika berbicara
c. Jika anak gagap, orang tua mengajari bicara dengan pelan-pelan d. Orang tua mengawasi anak yang mencoba hal baru 5. Peran orang tua saat anak berusia 5 tahun a. Orang tua mengawasi anak saat melompak-lompat dengan satu kaki, menari, dan berjalan lurus b. Orang tua melihat dan mengawasi anak saat menggambar tiga bagian tubuh orang (kepla, badan, tangan/kaki) c. Orang tua megawasi anak menggambar tanda silang dan lingkaran d. Orang tua mengawasi anak menangkap bola kecil dengan kedua tangan e. Orang tua mendengarkan anak menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar f. Orang tua mendengar anak menyebut angka, menghitungjari g. Orang tua mendengar anak saat bicaranya mudah dimengerti h. Orang tua mengawasi anak saat berpakaian sendiri tanpa dibantu i. Orang tua mengawasi anak mengancing baju atau pakaian boneka j. Orang tua mengawasi anak menggosok gigi tanpa bantuan 6. Peran bidan a. Melakukan pelayanan stimulasi deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang anak b. Melakukan anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasihat pemberian makan pada orang tua c. Melakukan pemantauan penyakit dan masalah perkembangan pada anak d. Melakukan pemantauan perkembangan, test daya lihat, dan test daya dengar, serta mental emosional pada anak e. Melakukan skrining dini penyimpangan tumbuh kembang anak f. Melakukan pemantauan saat penimbangan anak setiap bulan di posyandu dan apabila berat badan anak tidak naik dua kali berturut-turut atau BGM bidan harus segera melakukan tindakan pemenuhan gizi pada anak.
2.8 Contoh ASKEB
ASUHAN MANAJEMEN KEBIDANAN PADA An”N” DENGAN BALITA FISIOLOGIS Hari/Tanggal Pengkajian
: Senin,17 Oktober 2016
Jam
: 16.00 WIB
Tempat
: BPS
Nama Pengkaji
: Kelompok 5
I. PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Anak
: An.”N”
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat
: Dsn. Jatisari 005/002 Krenceng
Nama Ibu
: Ny.”B”
Umur
: 25 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat
: Dsn. Jatisari 005/002 Krenceng
Nama Suami :Tn.”L” umur
: 28 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat 2.
: Dsn. Jatisari 005/002 Krenceng
Keluhan Utama Ibu mengatakan ingin Memeriksakan dan menimbang berat badan anaknya.
3. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit kejang, TBC, dan diare. Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit kejang, TBC, dan diare Riwayat kesehatan keluarga
: Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung, asma, darah tinggi, kencing manis, dan TBC. 4. Riwayat Imunisasi BCG
: 1x
Hepatitis B
: 2x
DPT
: 3x
Polio
: 4x
Campak
: 1x
5. Riwayat Persalinan Jenis Persalinan
: Spontan
Tempat
: Rumah
Penolong
: Bidan
Penyulit
: Tidak Ada
Afgarscor
: Tidak terkaji
Refleks Moro
: Tidak terkaji
Suchlin
: Tidak terkaji
Plantar
: Tidak terkaji
Roting
: Tidak terkaji
Baby sky
: Tidak terkaji
Antropometri Waktu Lahir
BB
: 3700 gr
LD
: 33 an
PB
: 51 an
LK
: 34 an
6. Kebutuhan Sehari-hari Jenis Kebutuhan Sekarang 1. Nutrisi a. Makanan
b.
Frekuensi
: 3x/1 Hari
Porsi
: 1 Piring
Jenis
: Bervariasi
Keluhan
: Tidak ada
Minuman Jumlah
: 3-4x/hari
Jenis
: Air Putih + susu
Keluhan
: Tidak Ada
2. Eliminasi a.
b.
BAB Frekuensi
: 1-2x/Hari
Konsistensi
: Lembek
Keluhan
: Tidak Ada
BAK Frekuensi
: 4-5x/Hari
Warna
: Kuning Jernih
Keluhan
: Tidak Ada
3. Istirahat dan Tidur Tidur Siang
: ±5Jam
Keluhan
: Tidak ada
Tidur Malam : ±10jam Keluhan
: Tidak ada
4. Personal hygine Mandi
: 2x/hari setiap basah+Kotor
Ganti Baju
: 2x/hari setiap basah+Kotor
5. Aktifitas sehari-hari Pergerakan
: Normal
Keaktifan
: Aktif
Keluhan
: Tidak Ada
B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmenthis
Tanda-tanda vital
Nadi
: 120x/Menit
RR
: 40x/Menit
Suhu
: 36,7ºC
Tinggi Badan
: 80 cm
Berat Badan
: 14 kg
Lingkar Kepala
:-
Lingkar Badan
:-
Lila
:-
2. Pemeriksaan Fisik a.
Kepala Rambut
b.
Distribusi
: Merata
Kebersihan
: Bersih
Warna
: Hitam
Nyeri tekan
: Tidak Ada
Benjolan
: Tidak ada
Muka Warna
c.
: Tidak Pucat
Mata Bentuk
: Simetris
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Sklera
: An Itenik
Konjungtiva
: An Anemis
Hidung Kebersihan
: Bersih
Polip
: Tidak Ada
Pengeluaran cairan/Secret
: Tidak Ada
Mulut Bibir
: Lembab
Caries
: Tidak ada
Gusi
: Tidak ada
Telinga Bentuk
: Simetris
Kebersihan
: Bersih
Pengeluaran secret
: Tidak Ada
Pendengaran
:+
Leher Pembesaran Vena Jugularis
: Tidak ada
Pembesaran kelenjar Limfe
: Tidak ada
Dada/Payudara Bentuk
: Simetris
Pernafasan
: Normal
Bunyi jantung
: Normal
Abdomen Pembesaran Hepar
: Tidak ada
Nyeri Tekan
: Tidak ada
Genetalia
: Bersih
Lubang vulva dan anus
: Ada
Keluhan
: Tidak ada
Ekstriminitas a.
Atas Bentuk
: Simetris
Pergerakan b.
: Aktif
Bawah Bentuk
: Simetris
Kuku
: Tidak pucat
Pergerakan
: Aktif
II. Interprestasi Data Diagnosa : An. “N” Umur 2 tahun, kondisi umum baik dengan balita normal III.Masalah potensial
: Tidak ada
IV. Tindakan Segera
: Tidak ada
V. Intervensi 1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan anaknya 2. Jelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi pada anaknya 3. Jelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya 4. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat anaknya 5. Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygiene pada anaknya 6. Jelaskan pada ibu tanda bahaya pada anaknya 7. Jelaskan pada ibu aktivitas anaknya 8. Anjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang VI. Implementasi Tanggal
: 17 Oktober 2016
Jam
: 16.00 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan anak baik yaitu berat badan dan tinggi badan normal karena sesuai dengan usianya dan angka kecukupan gizi yaitu berat badan 13-14 kg dan tinggi badan 80-91 cm. 2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya dengan memberi anak makan makanan yang bergizi yaitu makan tiga kali sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk, serta tambahan susu, buah dan air yang cukup agar anak tidak dehidrasi.
3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya yaitu BB meningkat sesuai dengan usia dan angka kecukupan gizi. 4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygienenya yaitu mandi dua kali sehari. 5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anaknya yaitu memberikan imunisasi tambahan untuk menambah kekebalan tubuh misalnya imunisasi meningitis, tambahan asupan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh serta susu sebagai tambahan asupan kalsium. 6. Menjelasakan pada ibu tentang bahaya pada anaknya yaitu demam tinggi. Suhu tubuh normal anak balita yaitu 36.50 - 37.50 Celcius, sehingga apabila suhu tubuh anak melebihi 37.50 Celcius, maka anak tersebut mengalami demam. 7. Menjelaskan pada ibu tentang aktivitas anaknya yaitu dengan memberikan mainan boneka, puzzle, masak-masakan untuk merangsang sifat feminim dan rangsangan saraf motorik pada anak. 8. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan yang akan datang dan jika saat anak dalam keadaan bahaya atau saat ada keluhan. VII. Evaluasi 1. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keadaan anaknya saat ini. 2. Ibu mampu mengulangi penjelasan bidan 3. Ibu Tahu kapan harus kunjungan ulang kebidanan yaitu datang setiap bulan dan saat anak dalam keadaan bahaya atau saat ada keluhan.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengertian balita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan anak usia dibawah 5 tahun. Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Anak sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan parameter baku perkembangan anak. 3.2 Saran Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu bertugas memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan melibatkan keluarga. Salah satunya adalah mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang balita agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan ada makalah lain yang dapat melengkapi makalah kami, serta saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : Tridasi Printer. ______________________. 2006. Pedoman Manajemen Kebidanan. Jakarta. ______________________. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Dinas Kesahatan Kota Mojokerto. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta FKUI. Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yoyakarta : Fitah Maya. Hassan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Purwoastuti dan Walyani. 2015. Konsep Kebidanan. Klaten : Pustaka Baru Press. Steven, Robert. 2005. Buku Perawatan Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta : Arcan. Sunaryo, Nano. 2005. Panduan Merawat Bayi dan Balita agar Tumbuh Sehat dan Cerdas. Yogyakarta : Diva Press. Yulifah dan Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
LAMPIRAN
Gambar balita