MAKALAH SISTEM HORMON II Tugas kelompok sebagai salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan Anatomi Fisiologi Manusia Semester Ganjil 2016/2017
DI SUSUN OLEH: Retno Puri Wulandari
:140384205056
Wan Didit Saputra
:140384205006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada. Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penulis dalam upaya penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tanjungpinang, 27 November 2016 Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3
Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2 2.1
Kelenjar Adrenal ..................................................................................................... 2
2.2
Kelenjar Pienalis ..................................................................................................... 4
2.3
Jaringan Endokrin Sistem Lain ............................................................................... 5
2.4 2.5
Susunan Interaksi Hormon....................................................................................13 Integrasi dengan Sistem Lain ................................................................................ 21
2.6
Gangguan Kesehatan Pada Sistem Hormon ......................................................... 22
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 26 3.1
Kesimpulan ...........................................................................................................26
3.2
Saran ..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1
Latar Belakang
Sehabis berolahraga, tenggorokan kita akan terasa kering dan kehausan. Ini terjadi karena tubuh banyak mengeluarkan keringat, sehingga air dalam tubuh juga banyak yang keluar. Keadaan demikian membuattubuh segera mengeluarkan zat yang menghentikan pengeluaran cairan tersebut. Zat yang dimaksud dinamakan hormon. Apabila kita minum air, segera hormon yang dikeluarkan tubuh tersebut akan berhenti. Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan adanya hormon dalam tubuh maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik.Untuk dapat melakukan kegiatan dan dapat memberikan reaksi terhadap perubahan-perubahan eksternal maupun internal diperlukan adanya koordinasi yang tepat di antara kegiatan organ- organ tubuh. Dalam hal ini sistem endokrin merupakan suatu sistem yang dapat menjaga berlangsungnnya integrasi kegiatan organ tubuh. Hormon yang diahasilakan oleh sistem endokrin ini memegang peranan yang sangat penting. Pembahasan lebih lanjut mengenai sistem hormon akan dijelaskan secara eksplisit didalam makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja hormon yang terdapat pada manusia? 2. Apa saja susunan interaksi hormon? 3. Bagaimana integrasi hormon dengan sistem lain dan gangguan kesehatan pada hormon? 1.3
Tujuan
1. Mengetahui hormon yang terdapat pada manusia 2. Mengetahui susunan interaksi hormon 3. Mengetahui hormon dengan sistem lain dan gangguan kesehatan pada hormon.
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Kelenjar Adrenal
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper pada bagian atas dari ginjal. Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah dua buah sesuai dengan jumlah ginjal. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (korteks) yang berasal dari sel mesodermal, dan bagian dalam disebut medula yang berasal dari ektodermal. Bagian korteks menghasilkan hormon-hormon yang dikategorikan sebagai hormon steroid, sedangkan bagian medula menghasilkan katekolamin. Kelenjar adrenal terbagi atas : 1. Korteks adrenal. Bagian luar berwarna kekuning-kuningan menghasilkan kortisol, yang disebut korteks yang terdiri atas sel epitel yang besar berisi lipoid atau foam cells, terdiri dari zona glomerulosa (lapisan luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis (lapisan dalam yang langsung mengelilingi medula). Pemeliharaan struktur tubuh dan aktifitas sekresi dari korteks suprarenal dipengaruhi oleh hormon adrenokortikotropin (ACTH) dari lobus anterior hipofisis. Korteks adrenal menghasilkan hormon : a. Aldosteron (Kortikosteroid (kortkoid), seperti glukokortikoid) b. Kortisol (glikokortikoid) c. Mineralokortikoid d. Hormon seks (berupa androgen)
2. Medula adrenal. Terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin / katekolamin) dan hormon norepinefrin (noradrenalin/ simpatomimetik (menyerupai syaraf simpatis)) yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar medula adrenal. Kelenjar medula adrenal dapat membentuk dan melepaskan adrenalin disamping noradrenalin. Hormon-hormon ini sekresinya dirangsang oleh impuls simpatis dari hipotalamus dan fungsinya meniru dan memperlama efek simpatis sistem saraf otonom. Dalam medula adrenal norepinefrin diubah oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol.
2
Tabel Fungsi Hormon di Kelenjar Adrenal Kelenjar Endokrin
Hormon
Sel Sasaran
Korteks Adrenal Zona glumerolusa
Aldosteron (mineralokort ikoid)
Tubulus Ginjal
Fungsi Utama Hormon
Meningkatkan Reabsorpsi ion natrium oleh
Pengaturan Sekresi 3.
ginjal ke dalam darah Meningkatkan ekskresi ion kalium (K+) oleh 4. ginjal di dalam urine. 5.
Kadar natrium dalam darah rendah dan adar kalium dalam darah tinggi Volume darah atau tekanan darah rendah pH darah menurun (asidosis)
Fisiologis Ketika ion Na+ direabsorpsi, ion H + diekskresikan sebagai penukarnya. Ini merupakan suatu mekanisme untuk mencegah akumulasi ion H+ berlebih yang akan menyebabkan asidosis pada cairan tubuh. Selain itu, selama ion Na+ direabsorpsi, ion negatif seperti klorida dan bikarbonat, mengikuti ion natrium kembali kedalam darah bersama air melalui osmosis. Efek tidak langsung dari aldosteron adalah reabsorpsi air oleh ginjal sangat penting utk menjaga tekanan dan volume darah normal.
Zona fasikulata dan zona retikularis
Kortisol (glikokortiko id)
Sebagian besar sel.
Androgen
Wanita: tulang dan otak
Meningkatkan penggunaan lemak dan kelebihan asam amino sebagai sumber energi Menurunkan penggunaan
ACTH (anterior hipofisis) selama stres fisiologis.
glukosa untuk energi (kecuali otak) Meningkatkan pengubahan glukosa menjadi glikogen didalam hati Efek antiimflamatorik: menstabilkan lisosom dan menghambat efek histamin Berperan dalam lonjakan pertumbuhan masa pubertas dan dorongan seks wanita
3
Selama inflamasi, histamin dari jaringan yang rusak membuat kapiler lebih permeabel, dan lisosom pada sel yang rusak melepas enzimnya, yang membantu menghancurkan jaringan yang rusak, tapi juga dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan sehat disekitarnya. Kortisol menghambat efek histamin dan menstabilkan membran lisosom yang mencegah kerusakan jaringan yang berlebihan.
ACTH bereaksi
-
Estrogen
Tubuh secara keseluru han
Berperan penting bagi wanita Cadangan estrogen bagi pria disepanjang hidupnya Fungsinya masih belum terlihat
ACTH bereaksi
-
Impulsimpuls simpatis dari hipotalamus pada situasi stres
Perangsangan saraf simpatis dapat melepaskan noradrenalin dari ujung saraf simpatis dan melepaskan noradrenalin dan adrenalis dari kelenjar adrenal. Pada keadaan tertentu dapat merangsang pelepasan adrenalin dari medula adrenal pada keadaan darurat dengan
jelas. Medula Adrenal
Epinefrin dan norepinefrin
Reseptor simpatis diseluruh tubuh
2.2
Menyebabkan vasokontriksi (pengurangan diameter pembuluh darah yang disebabkan oleh kontraksi otot polos dalam dinding pembuluh darah) pada kulit, visera dan otot skelet. Meningkatkan frekuensi jantung dan kekuatan kontraksi jantung Menurunkan peristaltis Meningkatkan laju respirasi sel Meningkatkan pengubahan glikogen menjadi glukosa didalam hati. Meningkatkan pemakaian lemak dihati
gejala marah, dingin, takut, hipoglikemia, hipotensi, dan anoksia (kekurangan oksigen di otak).
Kelenjar Pienalis
Kelenjar pienalis terdapat di ventrikel otak, berbentuk kecil dengan warna merah seperti sebuah cemara. Kelenjarnya menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang lobus optik. Fungsinya belum diketahui dengan jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin berperan penting dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia. Hormon yang terdapat pada kelenjar pienalis adalah melantonin, dengan organ sasaran yaitu hipofisis anterior (organ reproduksi), yang diyakini berfungsi untuk menghambat gonadotropin melalui masa pubertas, mungkin disebabkan oleh penurunan sekresi melantonin.
4
Glandula pienalis diatur oleh isyarat syaraf yang di timbulkan oleh cahaya yang terlihat oleh mata, menyekresi melantonin, dan zat lain yang serupa melewati aliran darah atau cairan ventrikel III (jalur bagi cairan serebrospinal) ke glandula hipofisis anterior, menghambat sekresi gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi (pengecilan dan kembali ke ukuran normalnya). Sekresi melantonin ini paling banyak dalam keadaan gelap dan menurun apabila ada cahaya yang masuk ke dalam mata, lalu retina akan memberikan sinyal ke hipotalamus.
2.3
Jaringan Endokrin Sistem Lain
1. Kelenjar Timus, terletak dirongga mediastinum (rongga antara paru-paru kanan dan kiri) dibelakang os sternum (tulang dada), didalam rongga
toraks, kira-kira
setinggi bifurfikasi (percabangan dua) trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari dua lobus. 2. Kelenjar Pankreas, terletak dikuadran kiri atas rongga abdomen dan menghubungan lengkung duodenum dan limpa. Walaupun pankreas merupakan kelenjar eksokrin (pencernaan), tetapi juga terdapat kelenjar endokrin. Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut sel pulau langerhans yang terdiri atas sel alfa yang memproduksi glukagon dan sel beta yang memproduksi insulin. Selain itu terdapat sel D yang membuat somatostatin dan sel F yang mengandung pankreatik polipeptida. 3. Kelenjar Gonad, terdiri atas ovarium (pada wanita) dan testis (pada pria). Ovarium terletak dirongga pelvis, masing-masing satu buah disisi kanan dan kiri uterus. Hormon yang dihasilkan adalah estrogen, progesteron dan inhibin. Testis terletak di dalam skrotum. Hormon yang dihasilkan adalah testosteron dan inibin. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa estrogen tidak lagi dianggap sebagai hormon wanita. Estrogen mempunyai efek pada banyak organ. Di otak, testosteron yang dihasilkan korteks adrenal atau testis dapat diubah menjadi estrogen, yang penting untuk memori, khususnya bagi lansia. 4. Selain itu, terdapat sejumlah hormon di jantung, ginjal, lambung, duodenum dan hati. Pembahasan mengenai jaringan endokrin sistem lain akan dijelaskan melalui tabel berikut.
5
Tabel Jaringan Endokrin Sistem Lain Kelenjar Endokrin
Hormon
Sel Sasaran
Timus
Timosin
Limfosit T
Fungsi Utama Hormon
Meningkatkan proliferasi
Pengaturan Sekresi
(pertumbuhan dan perkembangan), maturasi dan fungsi limfosit T. Mengaktifkan pertumbuhan badan, sehingga berkembang pesat dari masa bayi hingga remaja, dan setelah dewasa akan berkurang
Fisiologis atau Keterangan Tambahan
Sel-sel T mulai tampak
Fungsi utamanya adalah untuk memproduksi dan
dalam tubuh
memproses limfosit atau Sel-T (di mana ‘T’ singkatan berasal dari timus). Limfosit adalah sel darah putih (leukosit), yang juga dikenal sebagai leukosit. Setelah sel-sel darah putih matang, mereka meninggalkan kelenjar dan menetap di limpa dan kelenjar getah bening, di mana Sel-T segar akan
Mengurangi aktifitas kelamin
dihasilkan. Sel-sel darah putih ini adalah sistem kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dengan memproduksi antibodi yang menghentikan invasi agen-agen asing, bakteri dan virus. Sel-sel ini juga menjamin berfungsinya sistem tubuh. Kemudian, Limfosit T melakukan perjalanan dari sumsum tulang ke timus dimana mereka bisa tetap sampai mereka diaktifkan. Setelah matang, limfosit memasuki aliran darah dari mana mereka melakukan perjalanan ke organ limfatik lainnya dan memberikan mekanisme pertahanan terhadap penyakit.
Pankreas
Insulin (sel beta)
Sebagian besar sel.
Meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel dan penggunaannya untuk produksi energi. Meningkatkan pengubahan
6
Hiperglikemi a.
Sekresi dirangsang hiperglikemia. Keadaan ini terjadi setelah makan, khususnya makanan yang tinggi karbohidrat, ketika glukosa diabsorpsi dari usus halus ke dalam darah,
Glukagon (sel alfa)
Sebagian besar sel
Gonad wanita di ovarium
Somatostatin sel D
Sistem pencerna an sel pulau pankreas
Estrogen
Organ seks wanita Tubuh secara keseluru
han dan tulang
Progesteron
Uterus
glukosa yang berlebihan menjadi glikogen dihati dan otot Meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak ke dalam
insulin disekresi untuk memingkinkan sel menggunakan glukosa untuk energi yang dibutuhkan segera. Semua kelebihan glukosa akan disimpan dihati dan otot
sel dan penggunaannya dalam reaksi sintesis
sbg glikogen.
Meningkatkan pengubahan glikogen menjadi glukosa dalam hati meningkatkan penggunaan asam amino yang berlebihan dan lemak menajdi sumber energi Menghambat pencernaan dan penyerapan nutrien serta menghamabt sekresi semua hormon pankreas Membantu pematangan ovum difolikel ovarium dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah
Hipoglikemi a
Sekresi glukagon dirangsang oleh hipoglikemia. Hal ini dapat terjadi pada keadaan lapar atau selama stres fisiollogis seperti olahraga.
-
-
FSH dari kelenjar hipofisis anterior
Selama kehamilan estrogen di produksi diplasenta. Estrogen berada terikat pada protein plasma. Urine wanita hamil banyak
endometrium uterus dalam mempersiapkan kemungkinan pembuahan ovum Berperan dalam perkembangan ciri seks skunder Merangsang pertumbuhan payudara Merangsang sekresi hormon LH Penutupan epifisis tulang panjang
Mempersiapkan rahim untuk
7
mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Pada wanita yang tidak hamil, estrogen merupakan produk degradasi steroid.
LH dari kelenjar
Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan
Pria (testis)
Testosteron
Organ seks pria, tubuh secara keseluru han, dan tulang.
kehamilan Membantu penyimpanan glikogen dan pertumbuhan pembuluh darah pada endometrium(lapi
hipofisis anterior.
san terdalam rahim tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi), yang nantinya akan menjadi plasenta. Menghambat sekresi hormon FSH dan LH (berhubungan erat dengan menstruasi)
Merangsang produksi sperma Bertanggung jawab dalam perkembangan sekunder Meningkatkan dorongan seks Meningkatkan lonjakan masa pubertas Penutupan epifisis tulang panjang
kelenjar sumber hormon reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan hormon FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium dan menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan menstimulasi corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).
Sel interstitial atau sel leydig testis
FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.
Testis dan Ovarium
Inhibisi
Hipofisis Anterior
Menghambat sekresi FSH
8
Peningkatan testosteron dan estrogen
Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior)
maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus seminiferus dan estrogen oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior). Ginjal
Renin (angiotensin)
Zona glomerul osa korteks adrenal (dipengar uhi oleh angiotens in) yang di aktifkan renin
Eritroprotein
Sum-sum tulang
Merangsang sekresi aldosteron
Merangsang produksi eritrosit
Penurunan volume atau tekanan darah
Penurunan tekanan darah menstimulasi ginjal untuk mensekresi renin, renin mengubah protein plasma angiotensinogen (yang disintesis hepar) menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh enzim yang ditemukan terutama dalam jaringan paru. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi dan perangsangan sekresi aldosteron.
Penurunan jumlah oksigen
Di dalam perangsangan produksi eritrosit sangat bergantung dengan
dalam akibat tubuh hipoksia ginjal.
eritroprotein, yaitu suatu glikoprotein yang di produksi sebagian besar 90 % di dalam sel epitel tubulus ginjal dan 10 %nya di dalam hati. Eritropoietin meningkat ketika proses pengoksigenasi ( jumlah oksigen) didalam tubuh menurun. Hal ini terjadi karena proses kompensasi atas kekurangan oksigen dalam jaringan organ tubuh. Pengeluaran eritroprotein dari ginjal dipicu karena darah yang kaya oksigen dari kapiler peritubular tidak dapat
9
mengirim oksigen ke sel epitel tubulus ginjal dimana epitel tubulus ginjal memakai banyak sekali oksigen. Selain dipicu oleh hipoksia di ginjal, pengeluaran juga dipicu oleh epinefrin dan norepinefrin serta beberapa prostaglandin Lambung
Gastrin
Kelenjar eksokrin dan otot polos
Merangsang sekresi asam lambung (HCL)
Dirangsang oleh sel G lambung yang distensi (perbesaran)s etelah makan dan adanya protein di dalam makanan
Gastrin diproduksi oleh sel yang disebut dengan sel G, di dinding lambung.Ketika makanan memasuki lambung, sel G memicu pelepasan gastrin dalam darah. Dengan meningkatnya gastrin dalam darah, maka lambung mengeluarkan asam lambung yang membantu memecah dan mencerna makanan. Ketika asam lambung yang diproduksi telah cukup untuk memecah makanan, kadar gastrin dalam darah akan kembali menurun. Jadi, pengaruh hormon ini dalam adalah mengatur pencernaan sebagai perangsang sekresi terusmenerus getah lambung. Gastrin juga dapat mempunyai pengaruh dan peran pada pancreas, hati, dan usus. Gastrin membantu pancreas memproduksi enzim untuk pencernaan dan membantu hati menghasilkan empedu. Gastrin juga membantu merangsang usus untuk membantu memindahkan makanan melalui saluran pencernaan.
Duodenum
Sekretin, koleistokinin,
Saluran pencerna
Memudahkan pencernaan dan
10
Sekretin : suasana asam
Sekretin menyebabkan pankreas untuk
gastrik inhibitori peptida
an, hati dan kandung empedu
Hati
Trombopoieti n
Sum-sum tulang
penyerapan. produksi asam amino atau asam lemak, dan merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan
empedu ke dalam usus (koleisitokinin dan gastrik inhibitori peptida) Untuk menghambat gastrin (gastrik inhibitori peptida)
Mengendalikan pembentukan keping darah (protrombin)
diusus Koleistokinin : sel epitel mukosa Gastrik inhibitori peptida : suasana asam
mengirimkan cairan pencernaan yang kaya akan bikarbonat. Bikarbonat ini membantu menetralisir asam isi perut saat mereka memasuki usus halus. Netralasisasi
di lambung ketika makanan hendak masuk ke usus
asam penting karena enzim yang diperlukan untuk pencernaan di dalam usus halus tidak dapat bekerja dalam lingkungan yang asam. Sekretin juga memperlambat pergerakan makanan dari lambung ke usus halus, memungkinkan waktu yang cukup untuk mencerna makanan yang sudah berada di usus halus.
Dirangsang oleh adanya vitamin K
Ketika terjadinya luka, maka trombosit pecah, lalu menghasilkan trombin. Trombin memerlukan protrombin. Protrombin dibuat dihati dan untuk proses pembuatannya dibutuhkan vitamin K. Dalam pembentukan ternyata dibantu oleh hormon sehingga berjalan dengan lancar dan terkendali.
Jantung
peptida nutriuretik atrium atau atrial nutriuretik hormon (ANH)
Tubulus ginjal
Menghambat reasorpsi natrium, antagonis terhadap aldosteron
Kadar natrum dalam darah tinggi atau sesuai. Volume dan tekanan darah tinggi
Saat tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat dan berkontraksi, untuk itu sekresi hormon peptida nutriuretik atrium mengurangi resorpsi natrium oleh ginjal sehingga air dan natrium akan diekskresikan oleh ginjal.
11
Gambar Anatomi Hormon Pada Manusia 12
2.4
Susunan Interaksi Hormon
1. Hormon dan Pertumbuhan Beberapa hormon pertumbuhan dan perkembangan pada manusia :
a) Hormon
tiroksin, dihasilkan oleh kelenjar gondok/tiroid. Hormon ini
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan mental, dan metabolisme karbohidrat dalam tubuh.. b) H ormon
pertumbuhan (Growth hormon - GH ), hormon ini dihasilkan oleh
hipofisis bagian depan. Hormon ini disebut juga
hormon somatotropin (STH ).
Peranannya adalah memengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seorang anak tidak akan tumbuh dengan normal jika kekurangan hormon pertumbuhan. GH meningkatkan transpor amino ke dalam sel dan meningkatkan sintesis protein. Hormon ini merangsang jaringan untuk pembelahan mitosis. Sekresi GH dipengaruhi oleh 2 releasing hormone yaitu GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone, yang meningkatkan sekresi GH, diproduksi selama keadaan hipoglikemia dan ketika olahraga, dan ketika asam amino tinggi, yang akan diubah menjadi protein. Selain itu bahwa Growth Hormone Inhibiting Hormone (GHIH), hormon ini menurunkan sekresi GH. c) H ormon
testosteron, mengatur perkembangan organ reproduksi dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder pada pria. d) H ormon
estrogen/progresteron, mengatur perkembangan organ reproduksi dan
munculnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita.
2. Hormon dan Stres. Stress adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap setiap jenis stress adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari sitem pertahanan tubuh.Sumber stress atau penyebab stress dikenali sebagai stressor. Stressor dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : i.
Stressor fisik biologis adalah sressor yang bersumber dari fisik seseorang.
ii.
Misalnya dingin, panas, infeksi dan rasa nyeri. Stressor psikologis adalah stressor yang bersumber dari psikis, misalnya takut, khawatir, cemas, marah, kesepian dan lain-lain.
13
iii.
Stressor sosial budaya adalah stressor yang bersumber dari kultur yang melatarbelakangi kehidupan seseorang, misalnya perceraian, perselisihan, pengangguran dan lain-lain.
Penyebab stress juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab eksternal dan internal. Penyebab eksternal misalnya kondisi fisik yang kurang baik dan lingkungan yang tidak menyenangkan. Sedangkan penyebab internal dapat berhubungan dengan kondisi fisik maupun psikis. Kondisi fisik yang dapat menjadi penyebab stress antara lain infeksi, radang. Sedangkan kondisi psikis yang dapat menyebabkan stress misalnya kecemasan yang berlebihan terhadap suatu keadaan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan mungkin terjadi. Bila stress terjadi secara berkepanjangan dan tidak mendapatkan penanganan dengan baik, maka akan mengakibatkan terjadinya kerugian pada beberapa aspek, antara lain : i.
Akibat fisik, dapat terjadi beberapa penyakit fisik yang terkait dengan kondisi stress, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) akibat peningkatan tekanan darah serta peningkatan kadar gula darah yang dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Selain itustres juga dapat mengakibatkan ganggguan pada saluran pernapasan, saluran pencernaan, pertumbuhan jaringan dan tulang, nyeri kepala, ketegangan otot dan penurunan system ekkebalan tubuh yang dapat mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi.
ii.
Akibat emosional, dapat terjadi kecemasan akibat terus menerus mempersepsikan akan adanya ancaman atau bahkan depresi, dimana orang yang bersangkutan cenderung mengisolasi doro dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
iii.
Akibat
pada
perilaku,
dapat
mengakibatkan
orang
yang
bersangkutan
mengalihkan perhatian pada aktivitas-aktivitas yang merugikan, misalnya merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, mengkonsumsi alcohol, makan berlebihan tanpa control yang kesemuanya dapat berakibat buruk bagi tubuh. Reaksi fisiologis terhadap stres adalah ketika tubuh bereaksi terhadap stressor yang memulai seurutan kompleks respons bawaan terhadap ancaman yang dihadapi. Jika ancaman dapat dipecahkan dengan segera respon darurat tersebut menghilang, dan kondisi fisiologis kembali normal. Jika situasi stress terus terjadi, timbul respon inteernal sebagai upaya untuk beradaptasi dengan stressor. Jenis stressor apapun, secara otomatis megakibatkan tubuh mempersiapkan diri untuk menangani keadaan darurat tersebut. Kondisi ini dinamakan respon melawan atau melarikan diri. Pada saat ini dibutuhkan
14
energi yang cepat sehingga hati melepaskan lbih banyak glukosa untuk dijadikan sebagai sumber energi. Metabolisme meningkat
sebagai persiapan untuk pemakaian energi, terjadi
peningkatan kecepatan denyut jatung, peningkatan tekanan darah dan peningkatan pernafasan. Demikian pula endofrin disekresikan, sel darah merah lebih banyak dilepaskan untuk membantu membawa oksigen, dan sel darah putih dihasilkan lebih banyak untuk melawan infeksi. Sebagian besar perubahan psikologis tersbut terjadi akibat ativitas dari dua sistem neuro endokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu sistem simpatetik dan sistem korteks adrenal. Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang menjadi pusat stress karena fungsi gandanya dalam keadaan darurat, yaitu: pertama adalah mengaktivasi cabang simpatis dari sistem saraf otonom. Cabang simpatis dari sistem saraf otonom bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk menghaslkan beberapa perubahan dalam tubuh. Sistem simpatis juga menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin dan norepirefrin. Kedua, hipotalamus melakukan aktivasi sistem korteks adrenal dengan mengirim sinyal ke kelenjar hipofisis agar mensekresikan adrenocorticotropin (ACTH). ACTH menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan pelepasan sekelompok hormon (kortisol) yang meregulasi kadar glukosa dan mineral tertentu di dalam darah. Jumlah kortisol di dalam sampel darah atau urin seringkali digunakan sebagai parameter stres. ACTH juga memberi sinyal kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon, masing-masingnya memiliki peranan dlam menyesuaikan tubuh terhadap situasi darurat. Respon hormonal tubuh pada awal mula stress adalah respon
fight and flight,
yaitu bertahan atau melawan. Dapat diartikan bila berhadapan dengan suatu ancaman, tubuh akan mudah terangsang melalui system saraf simpatetik dan system endokrin. Respon yang muncul adalah meningkatnya detak jantung, tekanan darah, gula darah, dan pernafasan; berkurangnya peredaran darah ke kulit; dan meningkatnya peredaran darah ke otak. Saat stres, beberapa kadar hormon meningkat dalam tubuh. Ada 3 hormon stres yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi serta contohnya, yaitu:
Adrenalin Dinamakan juga sebagai epinephrineyang diproduksi oleh kelenjar adrenal, bersama
hormon kedua
(noradrenalin/ norepinephrine),
bertanggung
jawab
terhadap efek instan ketika ada rangsangan stres. Seperti ketika akan pindah jalur di jalan tol, tiba-tiba Anda menyadari ada mobil dengan kecepatan tinggi melaju pada 15
jalur tersebut. Respon Anda adalah kembali ke jalur semula, tapi sesuatu terjadi pada tubuh Anda: jantung Berdegup kencang, otot menjadi tegang, nafas memburu, dan keluar keringat di tubuh Anda. Kondisi tersebut membuat Anda mampu bereaksi lebih cepat dari fikiran Anda untuk menghindari kecelakaan. Itu adalah efek adrenalin. Setelah kondisi stres mereda, kadar adrenalin dalam tubuh pun segera berkurang.
Noradrenalin Selain diproduksi oleh kelenjar adrenal, noradrenalin juga diproduksi oleh otak kita. Kerja hormon ini adalah back up dari kerja adrenalin yang membuat kita menjadi lebih ‘bangun’ dan ‘sadar’ kemudian menjadi lebih fokus dan lebih responsif. Yang dilakukannya adalah mengatur aliran darah untuk daerah-daerah yang lebih krusial untuk bertindak seperti otot, dan mengurangi aliran ke daerah yang kurang penting seperti organ reproduksi. Tidak seperti adrenalin, dibutuhkan waktu beberapa jam sampai dua hari untuk menurunkan kadar noradrenalin bila terjadi suatu rangsang stres yang panjang.
Cortisol Merupakan hormon golongan steroid yang juga diproduksi oleh kelenjar adrenal. Bila ada rangsangan stres yang bersifat lama, dengan sistem kompleks di otak kita, tubuh akhirnya melepaskan hormon ini ke dalam peredaran darah. Hormon inilah yang membuat seseorang tidak bisa tidur bila stres. Dia akan melepaskan asam amino dari otot sehingga tubuh mendapatkan ekstra energi. Selain menyebabkan berbagai penyakit, efek dari cortisol bila hadir terlalu lama akan menurunkan kemampuan belajar dan daya ingat, mencetus insomnia, menurunkan libido, merangsang jerawat, menyebabkan gangguan jiwa dan depresi; yang pada ujungnya menurunkan angka harapan hidup kita. 3. Hormon dan Sifat Pola laku makhluk hidup tidak terlepas dari sifat biokimia tubuh. Pada hewan,
perilaku dipengaruhi kelenjar hormon, sedangkan perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, latar belakang dan lingkungan keagamaan.
EMOSI.
Yang mempengaruhi emosi adalah hormon adrenalin dan noradrenalin yang dihasilkan
16
oleh kelenjar adrenalin yang menempel pada bagian atas ginjal. Kelebihan produksi hormon ini akan menimbulkan gejala-gejala psikologis negatif seperti panik, takut, murung, sedih berkepanjangan, cemas, kehilangan pegangan dan terharu tanpa sebab. Emosi tersebut dapat berlanjut pada sikap marah, berang, berani tidak terkendali bila diiringi perilaku agresif.
AGRESIF.
Yang memegang peranan penting dalam perilaku agresif adalah hormon vasopresin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofosis yang berada di bawah otak. Tidak terkendalinya hormon
ini akan meningkatkan agresifitas yang negatif misalnya
perilaku perkosaan. Hormon vasopresin memiliki efek yang kurang baik, yaitu memaksa pembuluh darah kecil berkontraksi (mengerut). Pengerutan ini bertahan lama, terutama terhadap pembuluh darah jantung koroner. Oleh karena itu, orang yang bertipe agresif cenderung terkena serangan jantung dan stoke.
PERILAKU SOSIAL.
Hormon bulbus olfaktorius, yang letaknya di bagian otak, adalah hormon pengatur perilaku sosial. Homon ini diproduksi sepanjang hidup manusia, terbanyak yaitu ketika menginjak usia reproduksi yang diawali dengan masa pubertas. Oleh karena itu, pada masa remaja ini ada kecenderungan berperilaku reproduksi, yaitu kecenderungan mencari teman dari lawan jenis.
PERILAKU KEIBUAN.
Insting keibuan dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis. Hormon oksitosin akan memacu produksi hormon prolaktin. Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi hormon steroid yang dikeluarkan oleh organ-organ reproduksi atau indung telur.
PERILAKU REPRODUKSI dan SEKSUAL.
Hormon yang berkaitan dengan perilaku reproduksi dan seksualitas dihasilkan oleh organ indung telur dan testis serta kelenjar hipofisis. Hormon-hormon tersebut berperan sebagai pembeda jenis kelamin pada awal kehidupan janin dan sebagai pelestari manusia ketika memasuki tahap reproduksi. Keseimbangan mekanisme hormon akan berdampak bagi perilaku positif, yaitu perilaku benar dan terkendali. a) Perubahan Perilaku hormon pada Wanita o
Siklus Menstruasi bulanan: Selama siklus menstruasi pada wanita, kadar hormon seperti follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH),
17
estrogen dan progesteron terlihat berfluktuasi. Fluktuasi ini menyebabkan berbagai perubahan perilaku, yang menunjukkan bahwa wanita akan melalui siklus ovulasi. Studi menunjukkan bahwa sebagai perempuan dekat siklus ovulasi mereka, mereka akan makan lebih sedikit dan memiliki hasrat seksual yang lebih besar. Mereka lebih memperhatikan laki-laki, menjadi lebih genit dan berpakaian seksi untuk menarik lawan jenis. Semua ini terjadi sebagai akibat dari fluktuasi hormonal yang terjadi selama menstruasi. o
Kehamilan:
Perubahan
hormon
selama
kehamilan
juga
terlihat
untuk
mempengaruhi perilaku dengan cara yang besar. Hal ini menyebabkan keengganan makanan, kelelahan ekstrim, sembelit, mual, muntah, dll Tubuh melepaskan berbagai tingkat hormon untuk menampung dan merawat bayi, yang mengapa perubahan ini terlihat terjadi dalam tubuh. Perubahan suasana hati juga dilihat sebagai akibat dari perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh. Wanita hamil menjadi sangat mudah marah dan marah pada bahkan pemicu sedikit. Mereka bahkan menangis tiba-tiba, setelah bahagia semenit yang lalu. Semua gejolak emosional ini dikaitkan dengan peningkatan produksi hormon. o
Hormon estradiol, yang merupakan bentuk utama dari estrogen diproduksi dalam jumlah besar selama kehamilan. Hormon lainnya yang dihasilkan selama kehamilan progesteron, human chorionic gonadotropin (HCG), relaxin, dll Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita hamil memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membaca emosi di wajah orang-orang. Pada hari-hari ketika tingkat hormon progesteron yang lebih tinggi, wanita hamil lebih baik dapat mengidentifikasi emosi dari rasa takut dan jijik.
o
Setelah Melahirkan: Tingkat hormon yang terlihat melonjak selama kehamilan terlihat jatuh dengan cepat, setelah anak lahir. Penurunan ini tiba-tiba tingkat hormon juga diketahui menyebabkan depresi postnatal pada beberapa perempuan. Sementara semua wanita yang sedikit emosional rentan setelah melahirkan, beberapa serangan yang parah pengalaman perubahan hormonal yang ujung tombak depresi. Sementara apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini tidak diketahui, faktor-faktor tertentu yang menyebabkan kondisi ini adalah kurangnya dukungan keluarga, masalah hubungan, masalah keuangan, masalah menyusui, kelelahan ekstrim dan kelelahan, dll Mereka yang pernah melahirkan bayi prematur atau bayi dengan kesehatan masalah atau kelainan bentuk sering
18
terlihat untuk terjebak dalam depresi. Dalam kasus ekstrim, seseorang dikatakan dalam psikosis pasca-persalinan. o
Menopause: Dibandingkan dengan pria, wanita lebih mungkin untuk masuk ke depresi besar pada tahun-tahun sebelum menopause. Tepat sebelum serangan menopause, kadar hormon terus memantul atas dan ke bawah dan secara bertahap ovarium menghentikan produksi hormon seperti progesteron, estrogen dan testosteron. Sebagai hasil dari perubahan hormonal, perempuan akan melalui pengalaman fase ini gejala menopause seperti hot flushes, keringat malam, gangguan tidur, ketidakteraturan menstruasi dan perubahan kelamin. Perempuan juga diamati lebih rentan terhadap tergelincir ke dalam depresi karena fluktuasi hormon.
o
Atlet Wanita: Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika atlet perempuan dalam panas persaingan, tubuh mereka mengeluarkan lebih banyak testosteron dibandingkan pada wanita non-atletik.
b) Perubahan Perilaku hormon pada Pria
Seperti pada wanita, pria juga pergi melalui siklus perubahan hormonal. Hormon laki-laki testosteron siklus setiap 15 sampai 20 menit, serta dalam puncak bulanan dan musiman dan berperan dalam fungsi ereksi, hasrat seksual gairah dan fluktuasi suasana hati, yang dapat berbeda dari satu hari ke hari lainnya. Meskipun pria juga memiliki waktu tertentu selama bulan bahwa mereka merasa terangsang secara seksual, mereka biasanya bekerja di sekitar respon seksual pasangan perempuan mereka dan fluktuasi hormon. Hormon ini, testosteron juga bertanggung jawab untuk bos kesal, mitra bola tangan yang sangat kompetitif dan suami menyendiri. Terlalu banyak testosteron dapat menyebabkan pria menjadi sangat agresif dan mudah marah. Lalu ada menopause laki-laki atau andropause, dimana, kadar hormon testosteron pria menurun tiap tahun, dari usia 40. Penurunan hasil dalam gejala seperti dorongan seks rendah, perubahan suasana hati, kelelahan, dll Pria akan melalui andropause juga mengembangkan tertarik pada urusan hal yang terjadi di sekitar mereka.
19
4. Penuaan dan Produksi Sebagian besar kelenjar endokrin akan mengalami penurunan sekresinya sejalan dengan pertambahan usia, tetapi penuaan yang normal biasanya tidak menyebabkan defisiensi hormon pada korteks adrenal, tetapi kadar hormon biasanya cukup untuk mempertahankan homeositas air, elektrolit, dan nutrien. Penurunan sekresi hormon pertumbuhan menyebabkan penurunan massa otot dan peningkatan simpanan lemak. laju metabolik basal yang rendah umumnya terjadi pada lansia karena tiroid memperlambat sekresi tiroksinnya. Namun, sistem endokrin biasanya akan terus berfungsi dengan kuat sampai usia lanjut kecuali ada perubahan patologis tertentu. Menurut Nugroho (1995), perubahan yang terjadi pada lansia yaitu : a. Produksi hampir semua hormon menurun b. Penurunan kemampuan mendeteksi stres c. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan dengan orang yang lebih muda d. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah e. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice stimulating hormone selama menopause, yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis f. Penurunan kadar progesteron g. Penurunan kadar aldesteron serum sebanyak 50% h. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahanperubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah.Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron 20
meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti. 2.5
Integrasi dengan Sistem Lain
Sistem
Keterangan
Seluruh Sistem Tubuh
Bersama-sama dengan sistem saraf, hormon dari sistem endokrin mengatur aktivitas dan pertumbuhan sel target seluruh tubuh. Beberapa hormon mengatur metabolisme, penyerapan glukosa dan molekul yang digunakan untuk produksi ATP oleh sel-sel tubuh.
Sistem Integumen
Androgen merangsang pertumbuhan rambut aksila dan pubis dan aktivitas kelenjar sebasea. Hormon penstimulasi melanosit (MSH)
Sistem Rangka
bisa menyebabkan penggelapan kulit. Hormon pertumbuhan manusia (HGH) dan faktor pertumbuhan mirip insulin (IGFs) merangsang pertumbuhan tulang. Estrogen menyebabkan penutupan lempeng epifisis pada akhir pubertas dan membantu memelihara massa tulang pada orang dewasa. Hormon paratiroid (PTH) meningkatkan pelepasan kalsium dan mineral lainnya dari matriks tulang ke dalam darah. Hormon tiroid dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan normal dari tulang. Selain itu, estrogen juga membantu dalam menekan reasorpsi tulang dan progesteron merangsang remodelling tulang.
Sistem Otot/Mascular
Epinefrin dan norepinefrin membantu meningkatkan aliran darah ke otot yang berolahraga. PTH mempertahankan kadar yang tepat dari Ca2+ dalam darah dan cairan interstisial, yang diperlukan untuk kontraksi otot. Glukagon, insulin dan hormon lainnya mengatur metabolisme dalam serat otot. IGFs, hormon tiroid, dan insulin merangsang sintesis protein dan dengan demikian membantu memelihara massa otot.
Sistem Saraf
Beberapa hormon, khusunya hormon tiroid, insulin dan IGFs mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf.
Sistem Kardiovaskuler
Eritropoietin meningkatkan produksi sel darah merah. Aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH) meningkatkan volume darah. Epinefrin dan norepinefrin meningkatkan denyut jantung dan kekuatan kontraksinya. Beberapa hormon meningkatkan tekanan darah selama latihan dan stres lainnya. ANP menurunkan tekanan darah, bekerja antagonis terhadap andosteron. 21
Limfatik Dan Sistem Imun
Glukokortikoid seperti kortisol menekan peradangan dan respons imun. Hormon dari timus meningkatkan pematangan sel T, suatu jenis sel darah putuh yang ikut serta dalam respons imun.
Sistem Respirasi
Epinefrin dan norepinefrin melebarkan jalan nafas selama latihan dan stres lainnya. Eritrosit mengatur jumlah oksigen yang dibawa dalam darah dengan menyesuaikan jumlah sel darah merah.
Sistem Pencernaan
Epinefrin dan norepinefrin menekan aktivitas sistem pencernaan. Gastrin, kolesistokinin, sekretin dan GIP membantu mengatur pencernaa. Kalsitriol meningkatkan penyerapan kalsium makanan. Leptin menekan nafsu makan. Lalu, hormon gastrin juga berperan dalam merangsang HCL, dan hormon intestine yang sudah disebutkan sebelumnya juga membantu proses pencernaan.
Sistem Perkemihan
ADH, aldosteron dan atrial natriuretik peptida (ANP) mengatur tingkat kehilangan air dan ion dalam urine, dengan demikian mengatur volume darah dan kadar ion dalam darah.
Sistem Reproduksi
Hormon pelepas dan penghambat hipotalamus, FSH, dan LH mengatur perkembangan,pertumbuhan dan sekresi dari gonad (ovarium dan testis). Estrogen dan testoteron berkontribusi pada perkembangan oosit dan sperma serta menstimulasi perkembangan dari karakteristik seksual. Prolaktin meningkatkan produksi susu di dalam kelejar payudara. Oksitoksin menyebabkan kontraksi rahim dan pengeluaran ASI dari kelenjar susu.
2.6
Gangguan Kesehatan Pada Sistem Hormon
1.Penyakit Addison
Terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun. Gejala – gejalanya berupa :
a.Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air dari cairan tubuh. b.Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau kelaparan. c.Lesu mental dan fisik.
2.Sindrom Cushing
22
Kumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi berlebihan dari glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat disebabkan oleh pemerian obat – obatan kortikosteroid yang berlebihan. Gejalanya berupa: a.Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein. b.Osteoporosis c.Luka yang sulit sembuh d.Gangguan mental.
3.Sindrom Adrenogenital
Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita yang disebut virilisme yang timbulnya janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot tubuh seperti pria, perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis dan kadang – kadang kebotakan. Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda – tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas tertutup oleh tanda – tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari estrogen dan progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder wanita antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).
4.Peokromositoma
Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut: a.Basa metabolisme meningkat b.Glukosa darah meningkat c.Jantung berdebar d.Tekanan darah meninggi e.Berkurangnya fungsi saluran pencernaan f.Keringat pada telapak tangan
6.Diabetes Mellitus (DM)
23
Penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika dalam darah tidak terdapat cukup insulin dalam darah. Pada kedua hal tersebut, sel – sel tubuh tidak mendapat cukup glukosa daridarah sehingga kekurangan energi dan akhirnya terjadi pembakaran cadangan lemak dan protein tubuh. Sementara itu, system pencernaan tetap dapat meyerap glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi sangat tinggi dan akhirnya diekskresi bersama urin. Penderita DM dapat meninggal karena penyakit yang dideritanya atau karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. DM terdapat dua macam tipe yaitu DM Tipe I (insuline dependent) yaitu diabetes yang timbul akibat dari kerusakan sel – sel beta pancreas karena infeksi virus atau kerusakan gen. Gen adalah materi genetic yang membawa sifat – sifat yang diturunkan. Diabetes tipe I biasanya timbul sebelum penderita berusia 15 tahun. Penderita membutuhkan suplemen insulin yang diberikan dengan cara penyuntikan. DM tipe II timbul karena sel – sel tubuh tidak mampu bereaksi terhadap indulin walaupun sel – sel beta pancreas memproduksi cukup insulin. Penyakit ini bersifat mneurun dan merupakan akibat kerusakan gen yang mengkode reseptor insulin pada sel. Biasanya DM tipe II berasosiasi dengan kegemukan dan baru timbul setelah penderita berusia 40 tauhn. Penyakit ini dapat dikontrol dengan pengaturan konsumsi gula dan mengurangi berat badan. Selain itu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak dan garam. Cara mendeteksi diabetes, gejala awal diabetes ialah penderita merasa lemas, tidak bertenaga, ingin makan yang manis, sering buang air kecil, dan mudah sekali merasa haus. Kombinasi dari gejala – gejala di atas serta memiliki kerabat yang juga menderita diabetes mengharuskan seseorang melakukan tes toleransi glukosa. Pada tes toleransi glukosa diharuskan minum larutan gula kemudian kadar glukosanya diukur pada tiap interval waktu.
7.Hipotiroidea
Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran mental karena sel – sel otak kurang berkembang. Anak yang keratin memiliki muka bulat, perut buncit, leher pendek, dan lidah yang besar. Kretinisme dapat diobati dengna pemberian hormone tiroid asalkan 24
tidak terlambat. Bila terjadi pada orang dewasa, hipotiroidea menimbulkan miksedema. Gejala – gejala berupa kulit tebal, muka bengkak, rambut kasar, mudah gemuk, lemah, denyut jantung lambat, suhu tubuh rendah, lamban secara fisik atau mental. Hipotiroid dapat terjadi bila terdapat defisiensi yodium pada makanan. Hal ini dapat dihindarkan dengan mengkonsumsi garam beryodium.
8.Hipertiroidea
Keadaan dimana hormone tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejala – gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar.Hipertiroidea paling sering terdapat pada penyakit Graves, suatu penyakit auto imun dimana terbentuk antibody (thyroid stimulating antibody, TSA6) terhadap reseptor TSH pada sel –sel tiroid, mengaktifkan reseptor – reseptor. Ini, maka kadar T4 dan T3 darah meninkat. Penyakit Graves juga disertai dengan goiter (struma, pembengkakan kelenjar tiroid, dan penonjolan bola mata (eksoptalmus) yang disebabkan oleh reaksi radang terhadap imun kompleks pada otot bola mata eksternal dan jaringan sekitar bola mata.
25
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Hormon adalah zat kimia dalam bentuk senyawa organic yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon mengatur aktivitas seperti : metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan. Hormon mengatur aktivitas seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh hormon dapat terjadi dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan, dan bahkan beberapa tahun. Kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu karena hormon yang dihasilkan tidak dialirkankan melalui suatu saluran tetapi langsung masuk kedalam pembuluh darah. Hormon dari kelenjar endokrin mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh hingga mencapai organ – organ tertentu. Meskipun semua hormone mengadakan kontak dengan semua jaringan dalam tubuh, namun hanya sel / jaringan yang mengandung reseptor yang spesifik terhadap hormon tertentu yang terpengaruh hormon tersebut. Kelenjar dalam tubuh manusia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : ·
Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam penyaluran hasil sekretnya/getahnya. Contoh : kelenjar-kelenjar pencernaan.
·
Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam penyaluran hasil sekretnya/getahnya. Contoh : kelenjar hipofisis, thyroid, thymus dll. Di dalam tubuh manusia ada beberapa jenis kelenjar endokrin, yakni kelenjar
hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, ovarium, testis, dan kelenjar pencernaan. 3.2 Saran
Kepada mahasiswa, hendaknya makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam menambah pengetahuan maupun dalam mempratekkan ilmu yang telah tertuang didalamnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. http://nikenkusumawardanikenny.blogspot.co.id/2013/03/makalah-biologisistem-hormon.html. Diakses pada 27 November 2016. Sanders, Tina. Dkk. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 2006. Jakarta: EGC Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta :EGC
27