9
hBAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian.
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian.Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah "Bagaimana pengkajian psikologis pada lansia ?".
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah "Mengetahui Bagaimana pengkajian psikologis pada lansia"
.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Pengkajian psikologis pada lansia meliputi :
Kondisi mental pasien, kecurigaan depresi, dan berbagai hal lainnya. Ada beberapa tes yang dapat dipakai dalam melakukan pemeriksaan psikologis pada lansia yaitu sebagai berikut :
FACT ( Fruit Animal Colour Town ).
DETEKSI TERHADAP DEPRESI.
Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE).
Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lansia. Banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali, hal ini disebabkan tidak dilakukannya pengujuan status mental secara rutin. Diperkirakan 30 % sampai 80 % lansia yang mengalami demensia teridentifikasi melalui pemeriksaan skrining status mental. Komponen MMSE yang dipengaruhi usia adalah orientasi, recall dan bahasa sedangkan komponen MMSE yang dipengaruhi tingkat pendidikan adalah orientasi, atensi-kalkulasi, registrasi dan bahasa.
TEKNIK PENGKAJIAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Teknik pengkajian psikologis pada lansia meliputi :
Komunikasi
Untuk mengetahui fungsi konitif termasuk daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
Perubahan umum yang terjadi
Penurunan daya ingat.
Proses pikir lambat.
Adanya perasaan sedih.
Merasa kurang perhatian.
Hal-hal yang perlu dikaji
Apakah lansia mengenal masalah utamanya?
Apakah lansia optimis memandang hidup?
Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan?
Apakah lansia merasa dirinya dibutuhkan?
Bagaimana lansia mengatasi masalah/stres yang dialaminya?
Apakah lansia mudah menyesuaikan diri?
Apakah lansia mampu untuk menyesuaikan diri?
Apakah lansia menggali kesadaran?
Apakah harapan lansia saat ini dan masa datang?
Beberapa tes yang dapat dipakai dalam melakukan pemeriksaan psikologis pada lansia yaitu sebagai berikut :
FACT ( Fruit Animal Colour Town )
Pemeriksaan ini merupakan tes termudah untuk mengetahui adanya gangguan kognitif awal pada seseorang khususnya seorang lansia. Berikut cara pemeriksaannya :
Sebutkan 5 nama buah-buahan yang anda ketahui?
Sebutkan 5 nama binatang yang anda ketahui?
Sebutkan 5 nama warna yang anda ketahui?
Sebutkan 5 nama kota yang anda ketahui?
Cara penilaian :
Tiap jawaban yang benar diatas diberi angka 1. Bila jumlahnya kurang dari 16 maka dapat dicurigai awal gangguan kognitif.
DETEKSI TERHADAP DEPRESI
Deteksi depresi terhadap pasien dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pertanyaan
Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa sangat cemas dan gelisah
Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa tenang dan damai
Seberapa sering anda dalam 1 bulan terakhir anda merasa sedih
Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa bahagia
Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa rendah diri dan tidak ada yang dapat menghibur anda
Seberapa sering dalam 1 bulan terakhir anda merasa hidup ini tidak berarti lagi
Jawaban :
Setiap saat
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Jawaban-jawaban seperti "setiap saat" atau "sering" mengindikasikan kecurigaan adanya depresi ( kecuali untuk pertanyaan B dan D).
Deteksi depresi pada lansia juga dapat diukur menggunakan skala depresi geriatrik Yesavage, 1983 yaitu sebagai berikut :
N0
Apakah Bapak Ibu Dalam Satu Minggu Terakhir :
Jawaban
1
Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ?
Ya
2
Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda?
Tidak
3
Merasa bahwa kehidupan anda hampa?
Tidak
4
Sering merasa bosan ?
Tidak
5
Penuh penghargaan akan masa depan ?
Ya
6
Mempunyai semangat yang baik setiap waktru ?
Ya
7
Diganggu oleh pikiran - pikiran yang tidak dapat diungkapkan ?
Tidak
8
Merasa bahagia di sebagian besar waktu ?
Ya
9
Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ?
Tidak
10
Serng kali merasa tidak berdaya ?
Tidak
11
Sering merasa gelisah dan gugup ?
Tidak
12
Memilih tinggal di rumah daripada pergiu melakukan sesuatu yang bermanfaat ?
Tidak
13
Sering kali merasa khawatir akan masa depan ?
Tidak
14
Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain ?
Tidak
15
Berpikire bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang ?
Ya
16
Sering kali merasa merana ?
Tidak
17
Merasa kurang bahagia ?
Tidak
18
Sangat khawatir terhadap masa lalu ?
Tidak
19
Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan ?
Ya
20
Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru ?
Tidak
21
Merasa dalam keadaan penuh nbsemangat ?
Tidak
22
Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
Tidak
23
Berpikir bahwa orang yang lebih baik daripada anda ?
Tidak
24
Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele?
Tidak
25
Sering kali merasa ingin menangis ?
Tidak
26
Merasa sulit untuk berkonsentrasai ?
Tidak
27
Menikmati tidur ?
Ya
28
Memilih menghindari dari perkumpulan sosial ?
Tidak
29
Mudah mengambil keputusan?
Ya
30
Mempunyai pikiran yang jernih ?
Ya
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU
Analisa Hasil :
Terganggu --- nilai
Normal --- nilai 0
Nilai : 6 – 15 : Depresi ringan s.d sedang
Nilai : 16 – 30 : Depresi berat
Nilai : 0 – 5 : Normal
Short Portable Mental Status Quesioner ( SPMSQ)
Kuisioner menunjukan bahwa pendidikan dan suku mempengaruhi kinerja pada kuestioner status mental dan ini harus dengan sesuai dilakukan dalam mengevaluasi nilai yang dicapai individu.
Pada pemeriksaan dengan cara SPMSQ ini pertanyaan yang diberikan pada lansia meliputi :
Tanggal berapa hari ini ?
Apa nama tempat ini ?
Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
Dimana tempat anda lahir ?
Berapa saudara yang anda miliki ?
Hari apa sekarang ?
Kapan anda masuk tempat ini ?
Apa pekerjaan anda sebelumnya ?
Kurangi 1 dan 10 seterusnya ?
Interpretasi hasil dari pertanyaan diatas sebagai berikut :
Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh
Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual Ringan
Salah 6-8 : Kerusakan Intelektual Sedang
Salah 9-10 : Kerusakan Intelektual Berat
Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE)
Tujuan
MMSE dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta standarisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri.Mini-mental state exam(MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi,regristrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa. Nilai kemungkinan adalah 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan dianostik, karena pemeriksaan mini mental mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan, ini suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhibungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif digunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati rendah umum pada banyak orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar wawancara.
Pelaksanaan MMSE
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.
Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia. Tes ini juga digunakan secara luas pada praktik klinis dan kecermelangannya sebagai instrumen skrining kognitif telah dibukt ikan dengan pencatuman bersama dengan Diagnostic Interview Schedule (DIS), dalam studi National Institute of Mental Health ECA dan oleh daftarnya yang menyebutkan MMSE sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan untuk kriteria diagnosis penyakit Alzheimer dikembangkan oleh konsorsium National Institute of Neurological and Communication Disorders and Stroke and the Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (McKhann dkk, 1984).
Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia.
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment), MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan- batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush, 2000).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
ORIENTASI
Sekarang (tahun),( musim),( bulan),( tanggal) dan (hari) apa ?
Kita berada dimana ? ( negara), ( provinsi), (kota)
(rumah sakit ), (lantai/kamar).
Normal : Berorientasi terhadap orang tempat, dan waktu.
Penyimpangan : Tidak mampu memberikan data biografi akurat (nama, alamat, tanggal lahir), tidak mampu mengidentifikasi tahun musi, tanggal.
(catatan : bila tidak mampu mengingat tanggal, tentukan petunjuk yang secara normal ada apa pada lingkungan klien untuk orientasi).
REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda ( apel, meja, koin ) tiap benda 1detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan.
ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban atau suruh mengeja terbalik"WAHYU" ( nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya nyahw = 2 nilai.
MENGINGAT KEMBALI
Pasien disuruh mengingat kembalai 3 nama benda diatas.
BAHASA
Pasien disuruh menyebutkan nama benda ditunjukkan ( pensil, buku).
Pasien disuruh mengulang kata-kata : "namun", "tanpa", "bila".
Pasien disuruh melakukan perintah : "Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan dilantai".
Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah "pejamkan mata anda".
Pasien disuruh menulis dengan spontan.
Pasien disuruh menggambarkan sesuatu bentuk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam melakukan pemeriksaan psikologis pada lansia, terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu sebagai berikut :
FACT ( Fruit Animal Colour Town ).
DETEKSI TERHADAP DEPRESI.
Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawatan profesional harus menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan, meliputi pengumpilan data, analisis data, dan menghasilkan diagnosis keperawatan. Tujuan pengkajian yaitu :
Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
Melengkapi dasar rencana perawatan individu.
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan sebaiknya mempelajari mengenai pengkajian gerontik karena saat kita akan melakukan asuhan keperawatan gerontik maka kita harus mengetahui cara pengkajian pada pasien lanjut usia dan akan memudahkan kita dalam melakukan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta :EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ; Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. (2002). Keperawatan Gerontik,edisi ke 2. Jakarta ; EGC