MAKALAH FARMAKOTERAPI II “DISFUNGSI TIROID (HIPERTIROID)”
DISUSUN OLEH :
NAMA
: NELVIRA DARA SHANDY
NIM
: 1401032
KELAS/PRODI
: VI.C / S1
PEMBIMBING
: Ibu HUSNAWATI,M.Farm.Apt
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU T/P : 2017/2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin...... Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridonya akhirnya kami dapat menyelesaikan makala ini untuk mata kuliah FARMAKOTERAPI II, yang membahas mengenai, “ DISFUNGSI TIROID” TIROID” yang merupakan pengetahuan penting yang harus diketahui. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya. Kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah membantu mensukseskan makalah ini hingga selesai, baik secara langsung maupun tidak. Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang setulusnya. Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan makala ini kedepan. Semoga taufik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju terciptanya keridhoan Allah SWT.
Amin ya Robbal Alamin......
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Hormon tiroid menjadi salah satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir seluruh proses tubuh termasuk metabolisme, sehingga keadaan hipo/ hipertiroid berpengaruh pada berbagai peristiwa dijaringan tubuh manusia. Hipotiroid dianggap sebagai keadaan di mana efek hormon tiroid di jaringan tubuh menurun, sedangkan hipertiroid adalah kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi akibat kelenjar tiroid yang hiperaktif (hiperfungsi). American Association of Clinical Endokrinologis memperkirakan terdapat 27 juta orang Amerika menderita hipertiroid/hipotiroid, dimana lebih dari setengah penderita tidak terdiagnosis. Di Indonesia, kejadian hipertiroid berkisar antara 44% - 48% dari seluruh kelainan kelenjar tiroid yang ditemui dan diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid pada tahun 1960. Data tersebut memperlihatkan jumlah kasus hipertiroid yang cukup tinggi terjadi pada populasi negara maju maupun negara berkembang. Distribusi menurut jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat bervariasi, hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 5:1. Data beberapa rumah sakit di Indonesia juga memperlihatkan hal yang hampir sama. Kasus di RSUP Palembang adalah 3,1:1, di RSCM Jakarta 6:1, di RS Dr. Sutomo 8:1, dan di RSHS Bandung 10:1. Pasien hipertiroid umumnya berusia antara 20-40 tahun, sedangkan kasus hipertiroid di RSUP dr. M. Djamil Padang terbanyak ditemukan pada usia 30-40 tahun. Hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mempunyai efek spesifik terhadap berbagai metabolisme sel, termasuk metabolisme lipid. Kondisi peningkatan kadar hormon tiroid dan penurunan kadar TSH serum pada penderita hipertiroid akan meningkatkan biosintesis kolesterol sel, sekresi kolesterol oleh hati, proses konversi HDL menjadi VLDL di hati, aktivitas enzim LPL di membran sel, dan meningkatkan modulasi aktivitas reseptor LDL sel tubuh. Perubahan proses metabolisme lipid tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan profil lipid darah, yakni berupa penurunan nilai profil lipid darah pada penderita hipertiroid. Penelitian ahli di Nepal juga memperlihatkan hubungan yang jelas antara profil lipid darah dengan kadar FT4 dan TSH serum pada hipertiroid. Terjadi perubahan
profil lipid darah pada penderita hipertiroid dengan nilai rerata kolesterol 143,12 mg/dl dan rerata trigliserida 87,32 mg/dl, serta perubahan nilai FT4 dan TSH serum dengan rerata FT4 2,66 pg/ml dan TSH serum 0,32 mU/L Kadar kolesterol darah penderita hipertiroid yang rendah dari nilai normal tersebut dapat menimbulkan bahaya yang mungkin tidak disadari. Pada titik penurunan kadar kolesterol tertentu akan menyebabkan gangguan proses fisiologis sel neuron otak yang berdampak timbulnya gangguan kesehatan mental karena terjadinya penurunan kadar serotonin sebagai neurotransmiter pengaturan pusat suasana hati di otak. Peneliti dari Universitas San Diego California melalui sebuah studi yang dilakukan menyatakan adanya kecenderungan peningkatan perilaku kekerasan pada seseorang dengan hipokolesterolemia. Selain itu, peneliti dari Institut Max Plank Psikiatri menyatakan ada korelasi antara kadar kolesterol darah yang rendah dengan resiko bunuh diri, gangguan mood, perilaku depresi, dan perilaku agresif. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan timbulnya gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan penyerapan vitamin, dan potensi timbulnya kanker pada kondisi hipokolesterolemia. Dalam diagnosis klinis hipertiroid, tes fungsi tiroid berupa pengukuran kadar hormon tiroid darah biasa digunakan. Pemeriksaan kadar FT4 dan TSH serum menjadi pemeriksaan standar yang banyak dipakai oleh dokter. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan FT4 secara umum tidak terpengaruh oleh perubahan konsentrasi protein pengikat (TBG) di dalam plasma dan FT4 menjadi fraksi aktif hormon tiroid di dalam tubuh. Selain itu, pemeriksaan TSH serum juga dipercaya dapat memprediksi fungsi tiroid berdasarkan prinsip umum umpan balik negatif dan juga tidak terpengaruh oleh perubahan konsentrasi protein pengikat (TBG) di dalam plasma. Berbeda dengan sifat T3 dan T4 yang terikat dengan protein TBG di dalam plasma, sehingga dengan terjadinya lonjakan konsentrasi TBG (seperti dalam kehamilan) atau penurunan konsentrasi TBG (seperti pada pasien gangguan fungsi hati) akan juga mempengaruhi kadar T3 dan T4 darah. Berdasarkan hal tersebut, pemeriksaan FT4 dan TSH serum dianggap sebagai metode diagnosis klinis yang tepat pada kasus hipertiroid. Dengan diketahuinya hubungan hormon tiroid dengan metabolisme lipid, adanya efek perubahan kadar lipid dalam darah pada penderita hipertiroid seperti efek negatif penurunan kadar kolesterol diatas, serta belum adanya penelitian yang menghubungkan kadar FT4 dan TSH serum dengan profil lipid darah pada pasien hipertiroid yang dirawat inap di RSUP DR. M. Djamil Padang, oleh karena itu dilakukanlah penelitian tentang hubungan kadar FT4 dan TSH serum dengan profil lipid darah pada pasien hipertiroid yang dirawat inap di RSUP dr. M. Djamil Padang.
1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan disfungsi tiroid ? 2. Bagaimana etiologi dari penyakit tersebut ? 3. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit tersebut ? 4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tersebut ? 5. Bagaimana penegakkan diagnosis nya ? 6. Bagaimana penatalaksnaannya ? 7. Dan bagaimana algoritma terapi ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kefarmasian dalam menganalisa suatu penyakit DISFUNGSI TIROID. Sehingga mahasiswa kefarmasian mampu memilihkan obat yang tepat bagi penderita DISFUNGSI TIROID.
BAB II ISI
2.1 Tinjauan Pustaka Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan dasar pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung yodium. Kelenjar tiroid normal terletak di leher bagian depan, dengan berat sekitar 15-20 gram. Konsistensi kelenjar tiroid lunak, simetrik, terdiri dari 2 lobus, dan tidak nyeri tekan (non-tender). Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon spesifik kalsitonin (calcitonin) dan tiroksin (thyroxine). Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi. Hormon tiroid menjadi salah satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir seluruh proses tubuh termasuk metabolisme, sehingga keadaan hipo/ hipertiroid berpengaruh pada berbagai peristiwa dijaringan tubuh manusia. Hipotiroid dianggap sebagai keadaan di mana efek hormon tiroid di jaringan tubuh menurun, sedangkan hipertiroid adalah kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi akibat kelenjar tiroid yang hiperaktif (hiperfungsi). Hipertiroid Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.29 Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar
tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot. Hipertiroid ialah hiperfungsi kelenjar tiroid dan sekresi berlebihan dari hormon tiroid dalam sirkulasi darah. Adapun subklinis hipertiroid, secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormon normal tetapi Tyroid Stimulating Hormon (TSH) rendah. Jika hormon berlebihan, berat badan akan turun, pasien merasa panik, tegang, sulit tidur, jantung berdebar-debar, tangan gemetaran, dan mata terbelalak keluar (eksophtalmus). Gambaran khas ini merupakan suatu hipertiroid, yang disebabkan oleh pembakaran atau metabolisme tubuh yang melebihi semestinya. Tanda-tanda hipertiroid ini sangat khas, oleh karena itu pasien hipertiroid lebih cepat datang ke dokter untuk memperoleh pengobatan, terutama apabila pasien mengalami pembesaran pada leher (Tandra,2011). American Association of Clinical Endokrinologis memperkirakan terdapat 27 juta orang Amerika menderita hipertiroid/hipotiroid, dimana lebih dari setengah penderita tidak terdiagnosis. Di Indonesia, kejadian hipertiroid berkisar antara 44% - 48% dari seluruh kelainan kelenjar tiroid yang ditemui dan diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid pada tahun 1960. Data tersebut memperlihatkan jumlah kasus hipertiroid yang cukup tinggi terjadi pada populasi negara maju maupun negara berkembang.
2.2 Definisi Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan divisi. Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga tirotoksikosis, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3). Hipertiroid adalah keadaan di mana kadar hormone tiroid yang berlebihan dan terlalu aktif. Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan
atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya). Thyroid-Stimulating Hormon (TSH) adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis atau pituari. Ketika hormon tiroid yang beredar didalam darah menurun, TSH akan banyak dikeluarkan. Sebaliknya, jika kebanyakan hormon tiroid, pembentukan TSH akan dikurangi. Pemeriksaan ThyroidStimulating Hormon (TSH) adalah tes fungsi tiroid yang akurat untuk me ngukur fungsi kelenjar tiroid. Di dalam darah, sebagian besar hormon T4 dan T3 terikat oleh protein dan bersifat tidak aktif. Satu persen berada dalam bentuk bebas (free) sehingga disebut FT4 dan FT3, yang aktif mengendalikan metabolisme tubuh. Pengukuran hormon tiroid total (T4 total atau T3 total) atau bentuk bebas (FT4 atau FT3) biasanya memberikan informasi yang sama, sehingga tidak perlu diperiksa sekaligus.
Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung
Merangsang pembentukan sel darah merah
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
Menurut kelainan fungsinya , gangguan tiroid dibedakan jadi 3 jenis : -
HIPOTIROID
: kumpulan manifestasi klinis akibat berkurang atau terbentuknya
produksi hormone. -
HIPERTIROID
: kumpulan manifestasi klinis akibat berlebihnya hormone tiroid eutiroid
-
Keadaan tiroid yang terbentuk tidak normal tapi fungsinya normal.
Menurut kelainan bentuknya , gangguan tiroid dapat dibedakan dalam 2 bentuk difus : -
Pembesaran kelenjar yang merata ,bagian kanan dan kiri kelenjar sama – sama membesar dan disebut dengan struma difusa ( tiroid difusa no dul )
-
Terdapat benjolan seperti bola , bisa tunggal (mononodosa) atau banyak (multinodosa) bisa padat atau berisi cairan ( kista ) atau tumor jinak/ganas
2.3 Etiologi American Association of Clinical Endokrinologis memperkirakan terdapat 27 juta orang Amerika menderita hipertiroid/hipotiroid, dimana lebih dari setengah penderita tidak terdiagnosis. Di Indonesia, kejadian hipertiroid berkisar antara 44% - 48% dari seluruh kelainan kelenjar tiroid yang ditemui dan diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid pada tahun 1960. Data tersebut memperlihatkan jumlah kasus hipertiroid yang cukup tinggi terjadi pada populasi negara maju maupun negara berkembang. Faktor Risiko
Penyakit
Adapun factor – factor yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid adalah
Umur
Jenis kelamin
Genetik
Merokok
Stress
Zat kontras yang mengandung iodium
Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya penyait tirod
Distribusi menurut jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat bervariasi, hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 5:1. Data beberapa rumah sakit di Indonesia juga memperlihatkan hal yang hampir sama. Kasus di RSUP Palembang adalah 3,1:1, di RSCM Jakarta 6:1, di RS Dr. Sutomo 8:1, dan di RSHS Bandung 10:1. Pasien hipertiroid umumnya berusia antara 20-40 tahun, sedangkan kasus hipertiroid di RSUP dr. M. Djamil Padang terbanyak ditemukan pada usia 30-40 tahun. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu : 1. Penyakit Graves Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating. Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak. 2. Toxic Nodular Goiter Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. 3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping. 4. Produksi TSH yang Abnormal Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak. 5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid) Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid. 6. Konsumsi Yoidum Berlebihan Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
2.4 Tanda dan Gejala Gejala klinis yang didapatkan akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan, diantaranya: meningkatnya laju metabolik, rasa cemas yang berlebihan, meningkatnya nafsu makan tetapi berat badan menurun, gerakan yang berlebihan, gelisah dan instabilitas emosi, penonjolan pada bola mata, dan tremor halus pada jari tangan. Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan indeks New Castle yang didasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, kemudian diteruskan dengan pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid, dan etiologi. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor : gugup berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan pembesaran tiroid. Hipertiroid biasanya disertai dengan berbagai keluhan dan gejala. Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Pada orang tua, gangguan irama jantung dapat mengakibatkan gagal jantung. Pada kasus yang berat dapat timbul tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung, bahkan bisa bingung pada gangguan mental sampai tidak sadar. Bila kita temukan seseorang dengan tangan gemetar, banyak keringat, kulit halus dan tipis, rambut rontok, denyut jantung cepat, serta pembesaran kelenjar tiroid, maka patut dicurigai ada hipertiroid. Mata sering tampak menonjol keluar. Gejala akan jelas terlihat pada hipertiroid yang sudah lanjut, namun pada kasus dini apalagi pada orang tua, seringkali tidak terdeteksi, pada keadaan demikian perlu pemeriksaan darah untuk memastikan diagnosis.
Kelebihan hormone tiroid menyebabkan proses metabolic dalam tubuh berlangsung cepat . Adapun tanda dan gejala dari penyakit tersebut adalah :
2.5 Patofisiologi Penyebab hipertiroidisme adalah kelebihan iodium, gangguan organic kelenjar tiroid, penyakit grave, gangguan hipotalamus/hipofisis. Kelebihan iodium mengakibatkan peningkatan monoiodatironin dan diiodotironin mengakibatkan produksi hormone T3 dan T4 meningkat. Gangguan organic kelenjar tiroid juga mengakibatkan peningkatan T3 dan T4. Dari penyakit grave menyebabkan respon autoimun menghasilkan antibody terhadap reseptor TSH sehingga merangsang reseptor TSH itu sendiri yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan produksi hormone T3 dan T4. Gangguan hipotalamus dan hipofisis mengakibatkan produksi TSH meningkat sehingga produksi T3 danT4 meningkat. Disamping itu produksi TSH yang meningkat merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi pengeluaran sitokin yang mendorong terjadinya suatu peradangan dan oedema, sehingga mngakibatkan eksoftalmus yang merusak saraf mata menyebabkan timbulnya double vision. Dari penyebab umum peningkatan produksi T3 dan T4 merangsang peningkatan proses glukoneogenesis dan glikogenesis serta peningkatan aktivitas GIT. Peningkatan glukoneogensis mengakibatkan massa otot menurun dan terjadi kelemahan. Peningkatan tersebut juga mengakibatkan peningkatan pembakaran lemak dan
protein sehingga terjadi penurunan BB. Dari meningkatnya glikogenesis penggunaan oksigen juga meningkat sehingga terjadi hiperventilasi, selain itu peningkatan glkogenesis menyebabkan suhu tubuh meningkat, cardiac output meningkat, dan aktivitas GIT meningkat. Cardiac output yang meningkat menyebabkan takikardi sehingga timbul kegelisahan Aktivitas GIT yang meningkat merangsang peningkatan
nafsu
makan.
2.6 Penegakkan Diagnosa Penegakkan diagnosis gangguan tiroid selain berdasarkan tanda dan gejala , juga memerlukan pemeriksaan laboratorium minimal diketahui kadar TSH , hormone triiodotironin dan tiroksin .
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone) 2. Bebas T4 (tiroksin) 3. Bebas T3 (triiodotironin) 4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid 5. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid 6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum 7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik • Palpasi : Dapat terasa pulsasi ( detakan / den yutan) dan vibrasi ( getaran ) pada posisi kelenjar tiroid.
• Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran pada posisi kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium : • Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
• T4 dan T3 serum : Meningkat • T4 dan T3 bebas serum : Meningkat • TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon) • Tiroglobulin : Meningkat • Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH • Ambilan tiroid131 : Meningkat • Ikatan protein iodium : Meningkat • Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal). • Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat. • Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal • Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis. • Katekolamin serum : Menurun. • Kreatinin urine : Meningkat
Pemeriksaan radiologi : EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. TSH serum (biasanya menurun) 2. T3, T4 (biasanya meningkat) 3. Test darah hormon tiroid
Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon sensitive (TSHs) Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon sensitive (TSHs) memiliki akurasi lebih tinggi atau lebih sensitif jika dibandingkan dengan TSH, yaitu sampai 1/1000 sedangkan TSH hanya sampai 1/100. Kadar normal TSHs adalah 0,25 - 5 μlU/mL (mikroliter unit per mililiter). Kadar TSHs yang rendah menunjukkan hipertiroid, kadar TSHs yang tinggi menunjukkan hipotiroid (Tandra, 2011). Pemeriksaan Free Thyroxine (FT4) Pemeriksaan Free Thyroxine (FT4) merupakan cara paling baik untuk mengukur hormon tiroid yang bebas dalam peredaran darah. FT4 menggambarkan hormon yang aktif bekerja pada sel-sel tubuh. Obat-obatan atau penyakit-penyakit lain bisa mempengaruhi kadar T4 total, tetap tidak bisa mempengaruhi jumlah FT4 yang beredar dalam darah. Kadar FT4 normal adalah 9 - 20 pmol/L (piko mol per liter). Kadar FT4 yang tinggi menunjukkan hipertiroid, sedangkan kadar FT4 yang rendah menunjukkan hipotiroid (Tandra, 2011). 2.7 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total) Secara FARMAKOLOGI :
1. Obat antitiroid Digunakan dengan indikasi : a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis. b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif. c. Persiapan tiroidektomi d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia e. Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan : Obat Dosis awal (mg/hari) Karbimatol 30 – 60 Metimazol 30 – 60 Propiltiourasil 300 – 600
Pemeriksaan (mg/hari) 5 – 20 5 – 20 50 – 200
Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18 – 24 bulan. Pada pasien hamil biasanya diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu, oasis yang dipakai 100-500 mg tiap 8 jam. 2. Pengobatan dengan yodium radioaktif Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada : a. Pasien umur 35 tahun atau lebih b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik 3. Operasi Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah : a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif. d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid. 4. Pengobatan tambahan a. Sekat β-adrenergik Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberik 10 mg/6 jam. b. Yodium Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan dengan yodium radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada dosis 100-300 mg/hari. c. Ipodat Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid. d. Litium Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.
Secara non-FARMAKOLOGI : Diet
yang diberikan harus tinggi kalori -memberikan kalori 2600 -3000 kalori/hari baik dari makanan maupun suplemen konsumsi protein harus tingi 100-125 gram (2,5 g/kg BB) /hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur Olahraga secara teratur Mengurangi rokok , alkohol dan kafein
2.8 Algoritma
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 1. Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga tirotoksikosis, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3). Hipertiroid adalah keadaan di mana kadar hormone tiroid yang berlebihan dan terlalu aktif. Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. 2. Pemeriksaan Thyroid-Stimulating Hormon (TSH) adalah tes fungsi tiroid yang akurat untuk mengukur fungsi kelenjar tiroid.
3. Gejala klinis yang didapatkan akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan, diantaranya: meningkatnya laju metabolik, rasa cemas yang berlebihan, meningkatnya nafsu makan tetapi berat badan menurun, gerakan yang berlebihan, gelisah dan instabilitas emosi, penonjolan pada bola mata, dan tremor halus pada jari tangan. 4. Pemeriksaan Free Thyroxine (FT4) merupakan cara paling baik untuk mengukur hormon tiroid yang bebas dalam peredaran darah.
DAFTAR PUSTAKA Ganong, W.F. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi:22. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Guyton, Arthur C. 1990. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran ECG Pearce, Evelin.C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk para medis. Jakarta : PT. Gramedia. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi : 6 . Jakarta : Buku Kedokteran EGC Sloane, Ethel. 1994. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran ECG Tandra, H., 2011. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.