BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Adapun yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah karena dewasa ini banyak kasus pasien dengan penyakit atau gangguan pada telinga, hidung tenggorokan, kepala dan leher. Dan semua gejala pada kelainan tersebut mempunyai gejala yang mirip-mirip. Jadi untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan ditelinga, hidung
dan
keterampilan
tenggorokan
diperlukan
melakukan
pemeriksaan
kemampuan organ-organ
melakukan
anamnesis
tersebut.
Kemampuan
dan ini
merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat keluhan atau gajala yang berhubungan dengan kepala dan leher. Banyak penyakit sitemik yang bermanifestasi didaerah telinga, hidung, hidung, atau tenggorok demikian juga sebaliknya. Untuk mendaptkan kemampuan dan keterampilan ini perlu latihan yang berulang. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang, tersedia sebuah meja kecil tempat melatkkan alat-alat pemeriksaan dan obat-obatan atau meja khusus ENT istrumen unit yang sudah dilengkapi dengan pompa pompa pengisap, kursi pasien yang yang dapat berputar dan dinaik turunkan tingginya serta kursi untuk pemeriksa dan meja tulis. Salah satu gejala atau manifestasi klinik yang sering timbul adalah sakit tenggorokan atau sakit menelan ( odinofagi ) akibat adanya kelainan atau peradangan didaerah nasofaring, orofaring dan hipofaring. Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Pada faring inilah bisa terjadi infeksi atau peradangan yang disebut faringitis dan gejala utamanya adalah odinofagi.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan istilah yang belum diketahui 2. Mencari dan mejelaskan masalah yang ada pada skenario 3. Menetukan diagnosis banding penyakit pasien pada skenario 4. Menegakkan diagnosis penyakit pasien pada skenario 5. Menjelaskan penatalaksanaan untuk pasin pada skenario
1
LBM I “SAKIT TELAN”
C.
Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan istilah yang belum diketahui 2. Mahasiswa dapat mejelaskan masalah yang ada pada skenario 3. Mahasiswa dapat menetukan diagnosis banding penyakit pasien pada skenario 4. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosis penyakit pasien pada skenario 5. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan untuk pasin pada skenario
2
LBM I “SAKIT TELAN”
BAB II PEMBAHASAN SKENARIO LBM I SAKIT TELAN
Seorang laki-laki, berusia 25 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan tenggorokan sakit, tidak mau makan karena setiap kali menelan terasa sakit. Keluhan disertai demam yang sudah berlangsung sejak 3 hari yang lalu. Pasien seorang perokok berat. Pada pemeriksaan fisik didaptkan keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, RR 24x/menit, suhu 37,8ᵒ C. Inspeksi tenggorokan ditemukan tonsil T1-T1, faring hiperemi. Pada pemeriksaan hidung dan telinga pada batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 14.000/mm 3. A. TERMINOLOGI Hiperemi merupakan kemerahan akibat peradangan, gangguan sirkulasi, kongesti
sehingga menyebabkan darah berlebihan dalam pembuluh darah dan melebar. B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan-keluhan pada pasien : a. Tenggorokan sakit b. Tidak mau makan c. Demam : 37,8C d. Faring hipermeis e. leukositosis 2. Sebutkan pembesaran-pembesaran Tonsil! 3. Anatomi dasar? PEMBAHASAN
1. Mekanisme keluhan-keluhan: Dilihat dari skenario, bahwa faktor yang mempengaruhi gejala-gejala yang dialami pasien adalah rokok. Dimana di dalam rokok terkandung nikotin dan zat spesies O2 reaktif/radikal bebas, kemudian terhirup dan masuk ke dalam faring dan menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa faring disertai hilangnya epitel bersilia yang 3
LBM I “SAKIT TELAN”
menyebabkan peradangan dengan infiltrasi neutrofil. Karena terjadi peradangan maka leukosit akan melepaskan pyrogen endogen (contohnya IL-1 dan TNF) kemudian memasuki daerah preoptik hipotalamus, pyrogen akan merangsang phospolipase A2 untuk melepaskan asam arakidonat yang akan masuk ke jalur cox sehingga meningkatkan ekspresi cox untuk melepaskan PGE2. PGE2 kemudian merangsang termoregulatory neuron untuk meningkatkan termostat set point di hipotalamus sehingga menyebabkan peningkatan suhu dan sebagai hasilnya adalah demam. Demam akan terjadi bersamaan dengan hiperemi dari reaksi peradangan akut. Ini terjadi dimana pada saat peradangan timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut berdilatasi. Dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagaian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah sehingga menimbulkan warna merah (hiperemi) lokal karena peradangan akut. Ini semua disebabkan oleh pengeluaran zat histamin. Dari reaksi peradangan dapat dihasilkan berbagai cara, seperti pengeluaran zat kimia tertentu seprti histamin dan zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu juga, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal sehingga tenggorokan terasa sakit. Terutama mengenai saraf IX dan saraf X yang berfungsi dalam menelan sebagai akibatnya nafsu makan menurun. 2. Pembesaran-pembesaran Tonsil : T0 : Sudah dioperasi T1 : ukuran normal T2 : pembesaran Tonsil tidak sampai garis tengah T3 : pembesaran Tonsil mencapai garis tengah T4 : pembesaran Tonsil melewati garis tengah
4
LBM I “SAKIT TELAN”
3. Anatomi
5
LBM I “SAKIT TELAN”
C. KEYWORD ( KATA KUNCI )
Laki-laki 25 tahun
Tenggorokan sakit
Tidak mau makan karena Sakit menelan
Demam
Onset 3 hari
Perokok berat
TD 120/80 mmHg
RR 24X/menit
T=37,8°C
Faring hiperemi
Pemeriksaan fisik (tonsil T1-T1)
Leukosit 14.000
Hidung dan telinga normal.
D. DIAGNOSIS BANDING 1. FARINGITIS
Fringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus ( 40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. 1. Faringitis Akut a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejala dan tanda
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachae virus dan sitomegalovirus
tidak
menghasilkan
eksudat.
Coxsachae
virus
dapat
menimbulkan lesi vesikular diorofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.
6
LBM I “SAKIT TELAN”
Adenovirus selain dapat menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Ebstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfe diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV 1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi group A streptococcus β Hemoliticus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa ( 15%) dan pada anak ( 30%) Gejala dan Tanda
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis, dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak peteckiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan
7
LBM I “SAKIT TELAN”
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di rongga mulut dan faring Gejala dan Tanda
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih diorofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdpat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
2. Faringitis Kronis
Terdapat dua bentuk, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi faringitis kronik difaring ini adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring, dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan dinding mukosa posterior faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan didapat mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular. Gejala dan Tanda
Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan kering dan gatal dan akhirnya batuk.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan Tanda
Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
3. Faringitis spesifik 8
LBM I “SAKIT TELAN”
a. Faringitis Leutika
Treponema Pallidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga penyakit lues diorgan lain. Gambaran Kliniknya tergantung stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Stadium Primer
Kelaian pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yanitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan. Stadium Sekunder
Dtadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring. Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang pada dinding psoterior faring. Guma pda dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat dipalatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.Diagnosis ditegakkan sengan cara serologik.
b. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul Ttuberkulosis faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis milliaris. Buila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding psoterior faring, arcus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum durum.
Kelenjar regional leher membesar. Saat ini juga penyebaran secara
limfogen.
9
LBM I “SAKIT TELAN”
Gejala dan Tanda
Keadaan umum pasien buruk karena infeksi dan odinofagia. Pasine mengeluh nyeri yang hebat ditenggorok, nyeri ditelinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa sevikal. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asma, foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis
paru dan biopsi jaringan yang
terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam dijaringan. 2. Tonsilitis Definisi
Adalah peradanagn tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / gerlach’s tonsil). Penyebab infeksi melalui udara (airborn droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. a) Tonsilitis akut
1) Tonsilitis viral Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab yang paling seringbadalah viris Epstein Barr (EBV).
Hemofilius influenza merupakan penyebab tonsilitis akut suprative. Jika terjadi infeksi virus coxchaki, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak lukaluka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien. 2) Tonsilitis bakterial Radanga akut tonsil dapat disebabkan kuman group A stertococus β hemolitikus dikenal sebagai strept throat, pneumokokus, streptokokus viridan, dan stertococus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa kluarnya leukosit polimorfnukleat sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupak kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
10
LBM I “SAKIT TELAN”
terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil & tampak sebagai bercak kuning Bentuk tonsililitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis polikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini melebar sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembran) yang menutup tonsil
Gejala dan Tanda
Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf n. Glosofaringeus (n.IX). pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil (quincy throat), abses parafarin, bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis serta septikemia akibat infeksi V. Jugularis interna (sindrom lamierre). Akibat
hipertrofi
tonsil
akan
menyebabkan
pasien
bernfas
menggunakan mulut, tdur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadi sleep apnea yang dikenal sebagai obstructive sleep apnea s yndrome (OSAS)
11
LBM I “SAKIT TELAN”
b) Tonsil Membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah (a) tonsilitis defteri (b) tonsilitis septic (septic sore throat) , (c)angina plaut vincent, (d)penyakit klainan darah seperti leukimia akut, anemia pernisiosa, neutropnia maligna serta infeksi mono-nukleusis, (e)proses spesifik lues dan tuberkulosis (f)infeksi jamur monoliasis atimolikosis dan blastomikosis, (g)onfeksi virus morbili pertusis dan skarlatini. 1. Tonsilitis defteri Frekuensi penyeakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi kepada bayi dan anak. Penyebab tonsilitis defteri adalah kuman myobacterium coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung du saluran nafas bagian atas, yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini tergantung titer antitoksi dalam darah seseorang. Titer antitoksim sebsesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup meberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai dalam tes Schick. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini. Gejala dan tanda
Gambaran klinis dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal dan gejala akibat eksotoksin. a. Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasanya subfebtis, nyeri kepala, tidak napsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan b. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini melekat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan ini, bila infeksi bejalan terus, kelenjar limfa leher akan membesar sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bullneck) atau disebut juga burgemester’s hals
12
LBM I “SAKIT TELAN”
c. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluatkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis
sampai
dekompensasi
kordis,
mengenai
saraf
kranial
menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria. Diagnosis
Diagnosis tonsilitis difteri ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang di ambil dari permukaan bawah membran semu dan didapatkan kuman corynebacterium difteriae.
2. Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena itu di indonesia susu sapi dimasak dulu dangan cara pasteorisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina plaut vincent (stomatitis ulsero membranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygen mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala
Demam sampai 39oC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan busi sering berdarah. 4. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleus timbul difaring atao tonsil yang tertutup membran semu. Kadangkadang terdapat perdarahan diselaput lendir mulut dan faring serta pembesaran kelenjar submandibula. Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epitaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi, dan dibawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak
13
LBM I “SAKIT TELAN”
ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat ditenggorokan. Angina agranulositosis
Penyebabnya ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta disekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan digenitalia dan saluran cerna. Infeksi mononukleusis
Pada penyakit ini terjadi tonsilofaringitis ulsero membranosa bilateral. Membran semu yang menutupi ulkus mudah di angkat tanpa timbul perdarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfa leher, ketiak dan regioinguinal gambaran darah khas yaitu redapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khasa yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi paul bunnel).
c) Tonsilitis Kronik
Faktor predisposis timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahan dari rokok, berapa jenis makanan, higene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negative. Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limpa submandibula.
14
LBM I “SAKIT TELAN”
Gejala dan tanda
Pada pemeriksaa tampa tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh det ritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorokan, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau.
3. ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS) DEFINISI
ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis (amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis.
ETIOLOGI
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, micoflasma, jamur, dll. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mikoflasma, ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptococcus, stapylococus, pneumococus, hemofilus, bordetella, dan korinekbakterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornakirus, mikoplasma, herpes virus, dll.
MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal perjalanan
infeksi.
Kadang-kadang
beberapa
jam
sebelum
tanda-tanda
yang
berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang lebih tua dapat menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung yang encer kadang batuk., nyeri kepala lesu dan demam ringan. Dalam satu sekresi biasanya lebih kental dan akhirnya perulen. Obstruksi hidung menyebabkan pernapasan melalui mulut. PATOFISIOLOGI 15
LBM I “SAKIT TELAN”
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu : a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa. b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk. d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia. E. DIAGNOSIS
Dari pembahasan diatas dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien pada skenario mengarah pada faringitis, dan karena keluhan baru 3 hari, maka diagnosis faringitis akut F. PENATALKSAAN FARINGITIS AKUT
Analgetika
Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali ( bila perlu saja ) Kumur dengan air hangat atau antiseptik
EDUKASI o
Istirahat yang banyak
o
Jangan minum es dan makan yang berminyak
o
Kurangi merokok
o
Dan hindari makanan pedas
o
Sering-sering berkumur
G. PRONOSIS FARINGITIS AKUT
Prognosis pasien pada skenario yang menderita faringtis akut adalah baik. H. KOMPLIKASI FARINGITIS AKUT
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien faringitis akut adalah faringitis kronik, faringitis eksaserbasi akut, dan Otitis Media Akut ( OMA ) 16
LBM I “SAKIT TELAN”
BAB III PENUTUP KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat di buat kesimpulan : 1. Diagnosis pasien pada skenario adalah faringitis akut karena keluhan baru disrakan 2 hari 2. Faringitis disebabkan oleh iritasi asap rokok 3. Dan penatalaksanaannya dengan analgetik, kumur air hangat atau antiseptik
17
LBM I “SAKIT TELAN”