EVALUASI A. Definisi Evaluasi
Evaluasi (bahasa Inggris: Evaluation) Evaluation) adalah proses penilaian. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan t erhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971). Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Berdasarkan dari ketiga pendapat tersebut maka kami menarik kesimpulan bahwa, definisi evaluasi adalah suatu proses penilaian yang berdasarkan proses pembelajaran peserta didik secara sistematis untuk memperoleh informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Menurut Suharsini Arikunto evaluasi bertujuan untuk menyeleksi, menganalisa, menempatkan dan pengukuran keberhasilan. Selain itu evaluasi dapat digunakan untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang t erkait dengan proses proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran. Adapun pelaksanaan evaluasi dapat digunakkan dua alat yaitu : tes dan non tes. Teknik tes terdiri dari : tes diagnostik, tes formatif, tes sumatif. Teknik Non tes terdiri dari : Skala bertingkat (rating scale), Kuisioner, Daftar cocok, Wawancara, Pengamatan, Riwayat hidup.
1
B.
PRINSIP PRINSIP EVALUASI
1. Keterpaduan. Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara
tujuan instruksional 2.
pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
Keterlibatan peserta didik. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak,
karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak. 3.
Koherensi. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah
dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur. 4. Pedagogis. Perlu adanya alat penilai dari aspek pedagogis untuk melihat
perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa. 5. Akuntabel. Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. C. VALIDITAS
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Scarvia B.Anderson). Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris. Dari dua hal ini diadikan dasar pengelompokan validitas tes. Cara mengetahui validitas alat ukur
Sekali lagi dikatakan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran dantara hasil tes tersebut dengan riterium. Teknik yang digunakan adalah teknik kolerasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson ada dua maca m:
2
a.Rumus kolerasi product moment dengan si mpangan r xy =
xy ((x
2
) (x
2
1/2
))
rxy = koefisien kolerasi antar variable x dengan varaiabel y
x = (X-X) y = (Y-Y) Koefisien kolerasi selalu tepat antara -1.00 samapai 1.00. untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien kolerasi adalah s ebagai berikut a. Antara 0.8 ± 1.0 = sangat tinggi b. Antara 0.6 ± 0.79 = tinggi c. Antara 0.4 ± 0.59 = cukup d. Antara 0.2 ± 0.39 = rendah e. Antara 0.0 ± 0.19 = sangat rendah Validitas butir soal
Contoh diatas adalah validitas soal secara keseluruhan tes. Disamping itu perlu juga dlakukan validitas item/butir soal. Jika seorang peneliti mengetahui bahwa validitas soal tes misalnya terlalu rendah , maka selanjutnya ingi mengetahui butir2 tes mana sajakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah. Untuk keperluan inilah dicari validitas butir soal.cara yang digunakan adalah pbi = (M p ± Mt )/St . (p/q)1/2 pbi = koefisien kolerasi belatreral M p = rerata skor dari subjek yang menjawab benar Mt = rerata skor total
3
St = standard deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah D. REABILITAS
Sudah diterangkan dalam persyaratan tes, bahwa reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyasi suatu taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Scravia B. Anderson berpendapat bahwa persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reabilitas ini penting. Validitas memang penting dan reabilitaslah yang menyokong terbentuknya validitas. Beberapa hal yang secara garis besar mempengaruhi hasil tes dapat dikelompokan menjadi a. hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir2 soalnya.
Tes yang terdiri dai banyak butir, tentu saja lebih valid dibandinkan dengan hanya tes yang terdiri dari beberapa butir soal. Tingi rendahnya validitas menunjukan tinggi rendahnya reabilitas tes. Rumus yang digunakan oleh Spearman dan Brown adalah r nn =
rn 1+(n-1)r
r nn = besarnya koefisien reabilitas seudah tes tersebut ditambah butir soal baru n = berapakali butir2 soal itu dirambah r = besarnya koefisien reabilitas sebelum butir2 soalnya ditambah b.
Hal
yang berhubungan dengan tercoba
4
Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan
mencerminkan keragaman hasi yang menggambarkan besar kecilnya
reabilitas tes. Tes yang dicobakan kepada kelompok bukan terpilih, akan menunjukan reabilitas yang lebih besar dari pada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara terpilih. E.TAKSONOMI
Taksnonomi Bloom adalah telah memberikan bnayak inspirasi kepada banyak orang. Taksonomi yang dirancang oleh Bloom dan Krathwohl merumuskan tujuan2 pendidikan pada tiga tingkatan: 1. Kategori tingkah laku yang masih verbal 2. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan 3. Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas2 dalam pertanyaan2 sebagai ujian dan butir2 soal. Ada tiga ranah yang terletak pada tingkatan yang ke2 1. Ranah kognitif (mengenal, memahami, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) 2. Ranah afektif (pandangan atau pendapat) 3. Ranah psikomotorik
SUPERVISI
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : ³S upervision
is assistance in the devolepment of a better teaching learning
situation´. S upervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (tujuan, material, teknik, metode, guru,
5
student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).1)
EtimologiIstilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa
Inggris ³ Supervision´ artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : ³ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik ³. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Ciri-ciri supervisi pendidikan : 1. Research : meneliti situasi sebenarnya di sekolah. 2. Evaluation : penilaian 3. Improvement : mengadakan perbaikan 4. Assitence : memberi bantuan dan bimbingan 5. Cooperation : kerjasama antara supervisor dan supervisit ke arah perbaikan situasi
6
A. Fungsi Supervisi Pendidikan
1. Penelitian (research) untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan. 2. Penilaian (evaluation) lebih menekankan pada aspek daripada negative. 3. Perbaikan (improvement) dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya. 4. Pembinaan berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang disupervisi. B.
Tujuan Supervisi Pendidikan
a. meningkatkan mutu kinerja guru , membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan a lat pengajaran. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru. b. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik. c. Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada
untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa d. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasu belajar sebagaim,ana yang diharapkan. e. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang
tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
7
C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
1. Prinsip-prinsip fundamental Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang panca silais sejati. 2. Prinsip-prinsip praktis a. Negatif: Tidak otoriter; Tidak berasas kekuasaan; Tidak lepas dari tujuan pendidikan; Bukan mencari kesalahan; Tidak boleh terlalu c epat mengharapkan hasil b. Positif: Konstruktif dan kreatif; Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri; Propessional; Sanggup mengembangkan potensi guru dkk; Memperhatikan kesejahteraanguru dkk; Progresif; Memperhitungkan kesanggupan supervisid; Sederhana dan informal; Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri D. Pelaksanaan Supervisi
Suatu program supervisi pendidikan adalah rangka program perbaikan pendidikan &
pengajaran
1.Perancanaan . Perencanaan adalah pemikiran dan perumusan tentang apa,
bagaimana, mengapa, siapa, kapan dan dimana. a. prinsip-prinsip : kooperatif, kreatif, komprehensif, flexible, kontinu b. Syarat-syarat : Tilikan jelas tentang tujuan pendidikan; Pengetahuan tentang mengajar yang baik; Pengetahuan tentang pengalaman belajar murid; Pengetahuan tentang guru-guru; Pengetahuan tentang murid-murid; Pengaetahuan tentang masyarakat; Pengetahuan tentang sumber-sumber fisik; Faktor biaya; Factor waktu c. proses : merumuskan what, why, how, who, when, where 2.
organisasi program
a. langkah-langkah mengorganisir program :
8
Persiapakan suasana; Pertimbangan situasi; Penyusunan program; Pembagian tanggung jawab; Perwujudan program; Pembinaan perkembangan program integrasikan program dengan masyarakat; Persiapan program evaluasi 3. evaluasi
Evaluasi dalam hubungannya dengan pendidikan a dalah menentukan sampai dimana tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan telah tercapai. a. Prinsip-prinsip: Rencana harus komprehensif; Penyusunan harus kooperatif; Program harus kontinu dan berinteraksi dengan kurikulum; Lebih menggunakan data yang objektif daripada yang subyektif; Menghargai para participan. b. Proses. Merumuskan tujuan evaluasi; Menyeleksi alat-alat evaluasi; Menyusun alat-alat evaluasi; Menerapkan alat-alat evaluasi mengelola hasil; Menyimpulkan c. aspek-aspek yang dievaluasi : peronil murid, guru, karyawan, wali murid, kepsek, supervisi materiil kurikulum, perlengkapan sekolah, a dministrasi, perlengkapan murid operational proses kepemimpinan, proses mengajar, usaha kesejahtraan personil, usaha integrasi sekolah dan masyarakat ¾ 4. alat-alat
a. Objektif : Ujian karangan (essay examination); Ujian objektif b. lebih ke subjektif: Observasi; Wawancara; Angket; Checklist dan rating-scale; Laporan pribadi dan tekhnik projektif; Catatan-catatan anekdot; Catatan-catatan Komulatif; Case study; Sosiometri; Laporan stenografi; Buku-buku catatan; Kotak saran; Rapat-rapat supervisi. Supervisor pengajaran menurut Sergiovani dan Starratt ( 1983 ) seharusnya membantu dalam perbaikan pengajaran. Namun pada kenyataannya supervisor pengajaran bekerja lebih menekan kepada tanggung jawab administratif guru, sedangkan disisi lain para guru menginginkan bantuan langsung untuk memperbaiki pengajaran. Oleh karena itu supervisor yang diharapkan adalah yang dapat mengkombinasikan tanggung jawab supervisi dan administratif untuk mencapai tujuan yang lebih luas dari pada yang terdapat pada level kelas. Pengalaman menunjukan bahwa sistem supervisi dan penilaian guru cendrung
9
bersifat pemeriksaan administratif sebagai pegawai dari pada sebagai guru. Kinerja guru banyak dinilai dari aspek administratif, sedangkan penilaian sebagai fungsional
yang
bersifat
pedagogis
kurang
mendapat
penilaian.
Penilaian dan pengawasan yang terlalu administratif tdak akan dapat memberikan motivasi para guru untuk melaksanakan tugas pedagogisnya. Disini para guru hanya menyiapkan bukti - bukti administratif bukan seperti kenyataan di dalam dokumen yang dibuat oleh si guru.
Karena itu di samping pengawasan administratif para guru sebenarnya juga membutuhkan supervisi dan bimbingan untuk mewujudkan kinerja profesionalnya secara lebih efektif dan terukur. Artinya proses pelayanan pedidikan yang dilakukan oleh guru tidak semu tetapi konkrit mencapai hasil. Program supervisi adalah program pengembangan staf. kegiatan ini dirancang dengan tema - tema yang bekisar kepada penyajian informasi tentang jenis pendekatan untuk membantu guru memahami informasi, mengaplikasikan pemahaman pengajaran dan memahami tingkat pengetahuan serta integrasi nilai dan sikap. Ada empat faktor kritis yang dapat diperbaiki dalam pengajaran melalui kegiatan pengembangan staf, yaitu: 1. Pengertian dan pemahaman guru terhadap tujuan 2. Persepsi siswa terhadap guru 3. Penguasaan bahan mata pelajaran oleh guru 4. Penguasaan guru oleh teknik - teknik mengajar. Dengan bantuan supervisi para guru akan lebih mengetahui bagaimana mengembangkan mata pelajaran utama menjadi tanggung jawabnya, dan mendemontrasikan dengan baik pekerjaannya. Sejalan dengan hal itu tampak supervisi adalah suatu proses melakukan pendekatan yang fleksibel atau tidak kaku, bukan antara atasan dan bawahan tetapi kemitraan dalam arti interaksi profesi kependidikan.
10
Berkaitan dengan pendekatan dalam supervisi ini ada tiga kategori pola yang umum dilakukan, yaitu: 1. Pendekatan tradisional dan tanggung jawab a dministrasi 2. Pendekatan informal dan tanggung jawab guru 3. Pendekatan intermediate dan tanggung jawab supervisi.
Ketiga pendekatan itu akan menggambarkan hasil supervisi yang profesional, yaitu guru berpartisipasi dalam jabatan profesionalnya, mendapat pengalaman yang beragam, berperan aktif ( mengkontruksi, menyusun bahan, ide dan prilaku ), memberi bantuan timbal balik pada guru lain, dan memilih atau menentukan tujuan dengan baik. Pada perakteknya tugas supervisi bukanlah pekerjaan inspeksi tetapi menggunakan sejumlah teknik atau pendekatan dalam memberikan dorongan dan bantuan karena guru memerlukan bantuan profesional langsung dari ahlinya untuk memperbaiki pengajaran. Dari uraian di atas menunjukan bahwa pekerjaan supervisi adalah melakukan pengembangan staf dan pendidikan dalam jabatan untuk membantu guru dan personel sekolah dalam memahami pekerjaannya dan mendapat informasi baru dalam pengembangan jabatan. Pekerjaan supervisi merupakan kebutuhan bagi setiap guru sebagai penyegaran melaksanakan tugas pengajaran dengan efektif bukan sebagai momok ( hantu ) yang selalu menghantui guru dalam melengkapi administrasi.
Sekolah
pekerjaannya,
dan
kebutuhan
para
guru
perbaikan
memerlukan
manajemen
pembenahan
sekolah,
pengajaran yang dilakukan oleh para a hli yang dapat diandalkan.
11
dan
dalam perbaikan