BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat.
Hal
itu
disebabkan
karena
obat
digunakan
untuk
menyelamatkan jiwa, memulihkan atau memelihara kesehatan. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakatakan arti pentingnya kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk menyediakan obat dalam jenis dan jumlah yang memadai serta kualitas yangbaik. Industri farmasi merupakan salah satu tempat Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian
dan
pengembangan
obat.
Untuk
menghasilkan produk obat yang bermutu, aman dan berkhasiatdiperlukan suatu tahap kegiatan yang sesuai CPOB yang meliputi perencanaan, pengendalian dan pemantauan bahan awal, proses pembuatan sertapengawasan terhadap mutu, peralatan yang digunakan, bangunan, bangun an, hygiene,sanitasi serta personalia yang terlibat di setiap proses produksi. CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI SK Menkes RI No.43/Menkes/SK/II/1998 sebagai suatu persyaratan dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat
1
terjamin keamanannya dalam mengkonsumsi obat-obatan yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang baik .
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimanakah industri farmasi itu sendiri dan seperti apa syarat dari area-area yang terdapat pada industri farmasi ?
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui industri farmasi itu sendiri dan seperti apa syarat dari area-area yang terdapat pada industri farmasi.
4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui mengenai industri farmasi itu sendiri dan seperti apa syarat dari area-area yang terdapat pada industri farmasi.
2
BAB II ISI 1. Bangunan Industri Farmasi
Bangunan industri adalah sesuatu yang didirikan oleh manusia, seperti gedung, rumah, dan lain-lain yang digunakan untuk mengolah barang dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat (Sagita dkk., 2012).
Gambar 1. Bangunan Industri Farmasi
3
BANGUNAN DAN FASILITAS PRINSIP
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat (BPOM, 2012).
UMUM
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan fasilitas
4
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a. kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan; dan b. pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.
Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan: 1. Penerimaan bahan 2. Karantina barang masuk 3. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas 4. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk 5. Pengolahan 6. Pencucian peralatan 7. Penyimpanan peralatan 8. Penyimpanan produk ruahan 9. Pengemasan 10. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir 11. Pengiriman produk 12. Laboratorium pengawasan mutu
5
Desain dan tata letak ruang hendaknya memastikan kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana
yang
berdampingan.
Selain
itu,
pencegahan
area
produksi
dimanfaatkansebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Di dalam Petunjuk CPOB 2012 dalam Bangunan dan Fasilitas disebutkan bahwa konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang berlaku untuk bangunan. Hendaklah diadakan sarana perlindungan seperlunya terhadap : Lingkungan Cuaca
Tindakan Pencegahan o
memberikan cat tahan cuaca pada tembok
o
memasang alat penyerap kelembaban udara secara pendinginan atau penyerapan oleh bahan kimia yang higroskopis
Banjir
o
mendesain letak bangunan dibuat cukup tinggi terhadap permukaan air banjir
Rembesan air
o
memasang saluran pembuangan air yang efektif
o
memasang saluran pembuangan air yang efektif
o
membuat pondasi dan lantai bangunan yang tahan rembesan air sesuai dengan tehnik bangunan
yang
berlaku.
Masuk
dan
bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga dan hewan lain- memasang saringan udara pada alat pengendali udara
6
o
memasang kawat kasa dan/atau tirai plastic
o
melaksanakan pest control
Pest Control merupakan sistem pengendalian hewan di area pabrik untuk menjaga kebersihan lingkungan. Adapun pest control di bagi menjadi beberapa bagian : Chemical bait adalah cara menangkap tikus atau hewan pengerat lainnya dengan menaruh kotak di sepanjang dinding bangunan pabrik yang diisi dengan racun tikus. Fogging dilakukan dengan pengasapan untuk membunuh nyamuk dan lalat. Spraying adalah penyemprotan untuk membunuh kecoa. Glue trap yakni pemasangan perangkap yang dilengkapi dengan lem. Flying catcher berupa pemasangan kotak lampu dilengkapi lem akan menjebak serangga yang masuk dan serangga itu akan tertempel di lampu tersebut. Biasanya diletakkan sebelum masuk ruangan dan ruangan itu tidak boleh ada kotoran serangga.
7
Insect killer berupa pemasangan kotak lampu yang dilengkapi dengan penyetrum listrik untuk membunuh serangga. Biasanya diletakkan sebelum masuk ruangan. Penggunaan lem agar hewan yang mati tidak terbawa kemana – mana, sehingga mudah dibersihkan. Perlu diingat, bahwa ruang produksi tidak boleh ada pest control, karena justru pest control itu zat kimianya akan dapat mengkontaminasi. 2. Dinding Bangunan Permukaan dinding, lantai dan langit langit bagian dalam ruangan di mana
terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh. Untuk daerah pengolahan dan pengemasan primer hendaklah dihindarkan pemakaian bahan dari kayu. Bila terpaksa menggunakan bahan dari kayu hendaklah diberi lapisan misal cat poliuretan atau enamel. Lapisan cat tidak mudah mengelupas.
8
9
3. Lantai Dalam bangunan suatu industri farmasi permukaan bagian dalam ruangan
seperti dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi. Di koridor produksi dimana anda akan menemukan lantai halus yang terbuat dari bahan epoksi dan anda tidak akan menemukan sudut dimanapun. Sudut-sudut yang terbentuk, misal pada pertemuan antara lantai dan dinding, tidak berbentuk siku, namun melengkung. Hal yang mungkin tidak bisa dilihat atau dirasakan adalah bahwa ada perbedaan tekanan udara antara ruangan dengan koridor. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi antar bahan karena adanya partikel-partikel yang berterbangan (Pawestrisiwi, T, 2012). Pada ruang produksi tablet, kapsul, dan sirup terbuat dari semen yang dilapisi epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata, mudah dibersihkan, tidak menahan parikel dan tahan terhadap detergent dan desinfektan. Sedangkan pada ruangan produksi sediaan sterilisasi injeksi lantai tidak boleh ada sekat . Hal ini meminimalisir adanya bakteri, mudah dibersihkan. Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah tumbuhnya lumut dan jamur (misalnya cat Epoxy atau cat minyak). Menurut BPOM, 2012 :
1) Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memung-kinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
2) Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
10
Lantai pada ruang aseptic dispensing harus memenuhi spesisfikasi permukaan datardan halus,tanpa sambungan, keras,resisten terhadap zat kimia danfungi, serta tidak mudah rusak.
Gambar 2. Lantai ruangan yang terbuat dari bahan epoksi
4. Pembagian Area dalam Industri Farmasi
Ruangan di industri farmasi merupakan salah satu aspek yang harus dijaga kebersihannya. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang antar produk maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1) Permukaan ruangan harus kedap air, tidak terdapat sambungan atau retakan, tidak merupakan tempat pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan, bagian sudut dan tepi dinding dibuat melengkung.
11
2) Pipa saluran udara, listrik dipasang diatas langit-langit. 3) Lampu penerangan harus dipasang rata dengan langit-langit. 4) Tahan terhadap bahan pembersih. Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi : a. Unclassified Area Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik. b. Black area (Daerah Kelas 4) Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala). Jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm. c. Grey area (Daerah Kelas 3) Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock. Jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks. 100.000/ft3. d. White area (Daerah Kelas 2) Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku
12
produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril , background ruang filling , laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock. Jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks. 100/ft3. Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate. Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi persyaratan tertentu, untuk memenuhi persyaratan tersebut harus digunakan HVAC ( Heating, Ventilating, and Air Conditioner ) yang mengontrol kondisi lingkungan produksi seperti suhu, kelembaban relative (RH), tekanan udara, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas yang dipersyaratkan). Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti
pengisian produksi steril. Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini
adalah lingkungan latar belakang untuk zona A.
Kelas C merupakan koridor ruangan steril.
Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan pengemasan primer. Kelas E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan
bahwa kelas E disebut juga sebagai gudang. Dalam CPOB Terkini (cGMP), penentuan kelas ditentukan oleh parameter parameter sebagai berikut :
13
1. Jumlah partikel di udara lingkungan 2. Jumlah mikroba di udara lingkungan dan permukaan obyek 3. Jumlah pergantian udara ( air exchange ) 4. Kecepatan alir udara ( air flow ) dan pola aliran udara ( air flow pattern ) 5. Perbedaan tekanan antar ruang 6. Temperatur (t) dan Kelembaban relatif ( Relative Humidity/RH)
5. Persyaratan Area
Persyaratan area bangunan industri farmasi : 1.
Area Penimbangan Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
Gambar 3. Desain Area Penimbangan
14
Gambar 4. Area Penimbangan
2.
Area Produksi a)
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
b) Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memung-kinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
c)
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
15
d)
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepen tingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini hendaklah dapat diakses dari luar area pengolahan.
e)
Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
f)
Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.
g)
Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
h)
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak kontrol untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
i)
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.
j)
Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16
k)
Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat.
l)
Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
Gambar 5. Desain Tata Letak Ruang Produksi NonSteril dan Steril
17
Gambar 6. Area Produksi
3.
Area Penyimpanan a)
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
b)
Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan.
18
c)
Apabila
kondisi
penyimpanan
khusus
(misal
suhu,
kelembaban)
dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan. d)
Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.
e)
Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
f)
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia.
g)
Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
h)
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
i)
Bahan
pengemas
cetakan
merupakan
bahan
yang
kritis
karena
menyatakan kebenaran produk menurut penandaannya. Perhatian khusus 19
hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci.
Gambar 7. Desain Tata Letak Ruang penyimpanan
Gambar 8. Area Penyimpanan
4.
Area Pengawasan Mutu a)
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
20
b)
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah
pencampurbauran
dan
pencemaran
silang.
Hendaklah
disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan. c)
Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen.
d)
Desain
laboratorium
hendaklah
memerhatikan
kesesuaian
bahan
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
Gambar 9. Desain Tata Letak Ruang Laboratorium Pengawasan Mutu
21
Gambar 10. Area Pengawasan Mutu
5.
Sarana Pendukung a)
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu.
b)
Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses.
c)
Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.
d)
Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat tersebut.
e)
Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan dilengkapi pintu masuk terpisah (akses hewan) serta unit pengendali udara yang terpisah (BPOM, 2012).
6. Jumlah Partikel Tiap Ruang
Pembagian kelas juga didasarkan atas perbedaan risiko terapetiknya. Kelas untuk risiko terapetik paling tinggi adalah kelas A, sementara kelas yang paling tidak berisiko terapetik adalah kelas G. Untuk obat nonsteril sebenarnya tidak pernah
22
ditetapkan, hanya ada kelas A, B, C, D saja. Namun, di Indonesia dimodifikasi dengan adanya penambahan kelas E, F, dan G sehingga masalah standar untuk obat nonsteril dapat diatasi. Mengenai debu atau partikel, mutlak untuk dipenuhi batasan jumlahnya pada tiap kelas. Sebelum mengetahui masing-masing jumlah partikel dari tiap kelas, ada baiknya untuk mengetahui macam-macam debu atau partikel, yaitu: 1. Coarse dust : 50 sampai 500 mikrometer. 2. Fine dust : 1 sampai 50 mikrometer. 3. Ultra fine dust : kurng dari 0,5 sampai 1 mikrometer. 4. Partikel: kurang dari 0,05 mikrometer. Di bawah ini adalah persyaratan dari tiap kelasnya.
Catatan: Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril.
23
Rekomendasi jumlah partikel di lingkungan produk nonsteril CPOB : Jumlah maksimum partikel/m3 yg diperbolehkan Kelas
Non-operasional
Operasional
0,5 (µm)
5,0 (µm)
0,5 (µm)
5,0 (µm)
E (ruang proses)
≤ 3.520.000
≤ 29.000
NS
NS
F (ruang
NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS
NS
pengemasan sekunder) G (gudang, kantin)
Untuk mencapai syarat dari kelas A, digunakan UDAF (Uni Directional Air Flow). Dalam kelas-kelas ini jadi ada syaratnya, dalam 1 meter kubik, berapa jumlah partikel yang diperbolehkan. Contohnya pada kelas A yang diperbolehkan pada saat istirahat atau tidak sedang proses produksi, jumlah partikl ukuran 0,5 mikrometer yang diperbolehkan adalah 3.520, dan seterusnya. Dalam hal ini, ada alat yang dapat menghitung jumlah partikel, yaitu particle counter , alat ini dapat menghisap udara 1 meter kubik, lalu menghitung jumlah partikelnya (CPOB, 2012).
24
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah : Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Fungsi industri farmasi yaitu pembuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan. Adapun bagian atau fasilitas dari industri farmasi itu sendiri terdiri dari : Bangunan industri farmasi Dinding bangunan Lantai Pembagian area dalam industri farmasi Persyaratan area Jumlah partikel tiap ruang Semua bagian atau fasilitas di atas memiliki aturan yang harus dipatuhi dalam suatu industri farmasi yang telah diatur dalam peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia. 2. Saran Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis guna memperbaiki kesempurnaan dari makalah ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Y ang Baik . Jakarta: Badan POM RI. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan CPOB. Jakarta: Badan POM RI. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Sagita, S.S., Rizky N., dan Yohan, B.I. 2012. CPOB Bangunan dan Fasilitas. Jurusan Farmasi. Fakultas kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan. Purwokerto.
Pawestrisiwi, T.2012. Laporan praktek kerja profesi Apoteker di PT. Merch Tbk.
26
PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Mengapa pabrik seperti phapros dapat berkembang dengan pesat? Lalu mengapa di kendari sendiri tidak didirikan pula pabrik? Kendala apa yang dihadapi? Jawab : PHAPROS merupakan pabrik yang telah lama berkembang dan sekrang merupakan pabrik yang maju. Sudah lama didirikan sejak tahun 1954 sehingga sudah memproduksi 342 item obat dan juga sudah mempunyai karyawan >1000 orang dan sebagian besar diantaranya adalah karyawan tetap. Wajar jika hingga saat ini perkembangannya sangat pesat. Ditambah lagi letak gedung pabriknya yang sesuai dengan persyaratan dan kebersihan serta keamanannya yang terjaga. Jika dibandingkan dengan kota kendari masih sangat jauh terutama untuk persyaratan lokasi yang terlindung dari cemaran, kota kendari belum bisa mendirikan pabrik karena lokasi yang belum cocok karena banyaknya polusi, dengan dibuatnya pabrik malah akan menambah masalah khususnya dalam kebersihan lingkungan dan udara. Disamping itu proses pengiriman barang impor yaitu alat-alat pabrik akan sulit ketika di suplai ke kendari nantinya dan otomatis akan memakan biaya pengiriman yang cukup besar sehingga ditakutkan biaya kirim mengirim akan lebih besar dari harga keuntungan sendiri. 2. Bagaimana cara mebersihkan bangunan industry serta alat-alatnya ? Jawab: Cara membersihkan bangunan industry farmasi yaitu dengan cara pembagian piket untuk membersihkan jadi tidak mungkin ada alat yang akan dibiarkan rusak. Dimana contohnya seperti alat pencampuran pada sediaan serbuk setelah kita gunakan harus langsung dibersihkan dan ditutup dengan rapat. Dinding bangunan tidak melepaskan partikel artinya seperti yang kita ketahui bahwa tembok atau dinding bangunan yang mudah terkelupas pasti akan menimbulkan debu atau partikel, dimana partikel seperti itu tidak diharapkan pada industry farmasi sediaan obat yang harus tetap bersih dan hygenis. Jadi,biasanya dinding bangunan indsutri farmasi dilapisi dengan bahan tertentu untuk mencegah pelepasan dari partikel.
Menurut Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2012 Jilid I (Popp-03/Cpob/2013), tentang program pembersihan pada industry farmasi
27
3. Kenapa terjadi pelepasan partikel pada dinding dan partikel seperti apa yang dimaksud ? jawab 28
Terjadi pelepasan partikel pada dinding karena penggunaan bahan baku atau pelapis dinding yang tidak sesuai dengan bahan-bahan yang ditentukan oaleh CPOB. Bahan yang biasa digunakan untuk melapisi diding yaitu poli akrilik, epoksi, poliureten, dan powder coating. Partikel yang terlepas dapat berupa cat yang terkelupas, beton yang terkikis. Maka akan mengakibatkan adanya partikel yang tidak diinginkan dalam industry karena dapat mempengaruhi kualitas dan kestabilan sediaan yang dihasilkan. 4. Hubungan antara kelas kebersihan dengan ruang kelas A, B, C dan D ? Jawab 1. Ruang kelas 1 (white area), mencakup kelas A dan kelas B. dimana kelas A ; zona untuk kegiatan yang beresiko tinggi missal zona penguraian, wadah tutup karet, ampul, dan vial terbuka, dan penyambungan secara aseptis, semua kegiatan dilakukan dibawah LAF. Dimana kelas B: untuk pembuatan dan penguraian secara aseptis, kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A. 2. Ruang kelas 2 (clean area) : mencakup kelas C 3. Ruang kelas 3 (grey area) : mencakup kelas D 4. Ruang kelas 4 (black area) Diaman kelas C dan kelas D : area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang menganding resiko lebih rendah.
29