BANGUNAN / FASILITAS UMUM Pengertian tipologi pawongan dan fasilitas umum Pengertian kata Umum juga dikenal dalam bahasa inggris yang dikenal dengan kata Public ( umum ) , yang berkonotasi dalam hal yang berkaitan dengan banyak orang ,contohnya adalah kegiatan – kegiatan yang melibatkan banyak orang yang berinteraksi antara orang-orang sekitar . Kegiatan – kegiatan dari contoh diatas perlu diwadahi , dimana wadah dapat berbentuk tempat , ruang ataupun bangunan . Dari banyaknya kawasan yang ada di Bali, baru sedikit yang menampilkan dan menyediakan fasilitas umum yang layak. Artinya, saat ini banyak kawasan fasilitas umum yang kelihatan krodit dan tanpa tatanan yang jelas, sehingga terkesan kumuh. Misalkan, jalan banyak yang lebarnya pas-pasan dan bahkan banyak yang kurang lebar (tidak sesuai aturan) serta tak dibuatkan irigasi (got/saluran air). Sama dengan fasilitas lainnya seperti tempat ibadah ,social dan lapangan umum yang tak terawat, sehingga terkesan kumuh atau mengotori lingkungan . Dari berbagai bangunan / fasilitas umum yang ada di Bali dalam bentuk Arsitektur Tradisional Bali menurut fungsi dan kegunaanya adalah sebagai berikut :
Wantilan Bale Banjar Pasar/tenten Pura Setra/kuburan Pempatan Agung Alun-alun Taman Sari
Wantilan merupakan suatu bangunandengan dimensi yang cukup luas bila dibandingkan dengan bangunan arsitektur tradisional Bali lainnya, dapat menampunganggota masyarakat yang melaku kan kegiatan di sana dalamjumlah sekitar 500 orang. Keberadaan wantilan diawali olehadanya ke inginan untuk mengatapi tempat kegiatan atau punupacara yang dilaksanakan di lapangan terbuk a atau pun natahagar terlindung dari terik matahari. Wantilan mempunyai pengertian sebagai bangunan besarterbuka, atapnya biasanya dibuat berting kat, berguna sebagaitempat pertemuan untuk menampung berbagai aktivitas umum yang padapokoknya tergolong ke dalam kegiatan tri warga(dharma, artha, khamaspiritual, sosial ekonomi, budaya. Dilihat dari arti kata, wantilan terkait dengan kata wanti ataumawantiwanti yang mempunyai arti "terusmenerus". Kata wantiatau mawantiwanti dalam hal ini bermakna adanya pengulangan.Peng ulangan pada atap terlihat jelas dengan wantilan yangmemiliki atap berulang, baik itu berulang s
ekali (satu anda) ataupun berulang dua kali(dua anda). Pengulangan pada lantai jugadapat disaksi kan pada beberapa wantilan yang mempunyaiketinggian lantai pada daerah saka utama yang lebi h rendah ataulebih tinggi daripada daerah sekitar saka jajar. Demikian pula halnya, terjadi pengulangan pada saka. Padawantilan satu anda, terdapat empat sa ka saka utama danpengulangan saka berupa saka jajar di sekeliling saka utama.Pada wantilan dua Anda, terdapat empat saka utama denganpengulangan dua jejer saka jajar mengelilingi saka utam a. Selainpengulangan pada bentuk, pada wantilan juga terjadipengulangan fungsi. Wantilan difun gsikan berulang bergantian,suatu saat sebagai tempat tempat sangkep (pertemuan), sekaliwaktu s ebagai tempat tabuh rah, sekali waktu sebagai tempatbalih-balihan. Wantilan merupakan bangunan terbuka ke segala arah. Hal inimencerminkan bahwa bangunan in i sama sekali tidakdipersiapkan untuk kegiatan yang bersifat pribadi. Wantilandengan atapnya ya ng maanda mampu mengatasi sirkulasi udarasaat sedang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Ini suatucerminan makna wantilan sebagai fasilitas publik. Wantilandengan daya tampung yang besa r dapat ditemukan di banjar,jaba pura, dan bencingah puri. Wantilan juga dapat ditemukan di dalam lingkungan purakahyangan tiga dan pura banjar. Pada p ura besar yang tidaktermasuk pura kahyangan tiga juga dapat ditemukan adanyawantilan. Salah s atu contohnya dapat ditemukan di Pura Petilanyang sering disebut Pura Dalem Petilan Kesiman, Denpasar.Wantilan juga ditemukan di bencingah puri (halaman di luartembok penyengker puri). Wantilan di bencingah Puri Gianyaryang fotonya termuat pada buku "Bali Abad XIX" adalah sal ah satucontoh. Pun dalam buku "Kunst Op Bali" ada. Denah wantilan pada awalnya berbentuk bujur sangkar. Hal initidak lepas dari perkembangan fu ngsi awalnya. Keberadaanwantilan salah satunya diawali oleh adanya keinginan untukmengatapi suatu kegiatan atau pun upacara yang dilaksanakan diareal terbuka (natah). Kegiatan tersebut dap at berupa sangkep,tari wali, balih-balihan dan dapat juga berupa tabuh rah. Wantilan seperti bangunan tradisional lainnya menggunakanbahanbahan alami seperti batu, tanah polpolan, kayu, bambudan alangalang. Penutup (atap) wantilan terbuat dari bahan ambengan ata u alangalang. Pondasinya mempergunakan batualam dapat berupa batu kali atau pun batu padas, sedangkanlantai menggunakan tanah polpolan agar dapat digunakan sebagaitempat tabuh rah at au tajen. Struktur wantilan satu andadibentuk oleh empat saka utama (kolom utama) sebagaipeny okong utama wantilan. Saka jajar di sekeliling sisi bangunanberjumlah bervariasi. Konstruksi atapnya mempergunakan konstruksi payung. Padapuncak konstruksi payung tersebut terdapat petaka sebagai titiksimpul seluruh iga-iga, pemucu, dan pemade. Pondasi wantilanmeng gunakan pondasi titik (jongkok asu) tanpa diikat oleh baloksloof. Di atas pondasi, diletakkan sen di untuk menerima bebankonstruksi yang disalurkan lewat saka (kolom). Ragam hiasornamen wa ntilan sangat sedikit jika dibandingkan denganornamen pada balebale peruntukan pribadi. Selain itu, wantilanhampir dapat dikatakan tanpa dekorasi.
Bale Banjar merupakan juga berarti balai (dalam bahasa Indonesia) yang artinya gedung, rumah (umum), atau bangunan terbuka. Kata banjar, selain berarti jajar atau berderet ke samping, juga memiliki arti kelompok. Misalnya, mabanjar berarti masuk kelompok suatu unit sosial yang di Bali disebut banjar. Kata banjar juga memiliki arti yang sama dengan banjah yang artinya "membentang". Sehingga, bale banjar mengandung arti suatu balai atau tempat membentangkan suatu masalah yang dihadapi oleh krama banjar atau suatu bangunan terbuka yang digunakan untuk kepentingan bersama warganya. Pasar/tenten merupakan tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membli barang dengan harga tertentu. Pura merupakan tempat pemujaan bagi masyarakat hindu khususnya di Bali dalam cakupan yang
luas dan berfungsi sebagai tcmpat untuk memuja Hyang Widhi Wasa . Setra/kuburan merupakan tempat / area pesemayaman mayat baik di kubur / di bakar ( ngaben ) ,dimana pada cakupan daerah Desa ,Setra/kuburan terletak pada bagian nista suatu Desa tersebut . Contoh gambar : KETERANGAN : 1 = PURA DESA 2 4 5 6 7 8
= = = = = =
PERUMAHAN BALE BANJAR WANTILAN PASAR PURA DALAM KUBURAN DESA
Pempatan Agung atau Caturpartha merupakan ungkapan pola ruang salib sumbu, sebagai persilangan sumbu bumi dengan sumbu matahari, yang berorientasi ke titik pusat perempatan
jalan (Pempatan Agung) di pusat pemukiman. Dalam konsep Catuspata, nilai "titik pusat" Pempatan Agung adalah nol atau kosong (pralina), dengan makna "mahasempurna". Karena itulah konon, di titik pusat persilangan sumbu bumi dengan sumbu matahari di perempatan jalan ini, hal-hal yang bersifat negatif akan menjadi netral. Di masing-masing sudut perempatan, disediakan tanah kosong (Karang Tuang) seluas satu persil, yang berfungsi sebagai "ruang terbuka hijau bebas bangunan . KETERANGAN :
a = LAMAN/BENCINGAH b = POHON BERINGIN c = PURA MELANTING d = HALAMAN BALE BANJAR 1 2 3 4
= = = =
PURI RUANG TERBUKA PASAR BALE BANJAR
Dan berfungsi untuk pelaksanaan upacara ritual pelaksanaan Tawur Agung Kesanga yang merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi umat Hindu. Di titik pusat yang memiliki nilai "nol" (Mahasempurna) inilah umat Hindu di pedesaan seluruh Bali akan melaksanakan upacara kurban suci untuk "membersihkan alam semesta" (memarisuda bumi), agar kehidupan di bumi menjadi selaras, serasi dan seimbang, terbebas dari kebatilan, terbebas malapetaka dan kekacaun, sehingga umat manusia menjadi sejahtera. Alun-alun merupakan tanah lapang dan biasanya dipergunakan sebagai arena berkumpul , bermain atau berolahraga . Dimana biasanya terletak di kawasan perempatan / pempatan agung . Taman Sari merupakan hamper sama dengan pengertian dari alun-alun tetapi taman sari disini lebih banyak ruang – ruang kebun ( bunga , buah atau tanaman-tanaman lainya ) .
Dari tipologi pawongan atau jenis pawongan terdapat juga tipologi bangunan yang terdapat didalam bangunan pawongan berbentuk fasilitas umum yaitu : Bale Bengong adalah Bale yang biasanya bertiang 4 ( empat ) beratapkan alang-alang ( ambengan ) / genteng fungsinya sebagai tempat untuk beristirahat . Loteng adalah Ruangan yang terletak biasanya dilantai atas rumah yang biasa digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang . Bale Kulkul adalah tempat untuk menaruh KulKul. Kulkul nama lain dari kentongan yang digunakan oleh orang Bali. Kulkul dipergunakan oleh masyarakat Bali atau warga banjar yang memiliki kulkul itu sebagai sarana untuk memberi tanda akan ada suatu kegiatan adat atau gotong royong. Ketika kulkul dibunyikan oleh kelian banjar atau yang ditunjuk oleh kelian, itu artinya warga atau anggota banjar harus datang ke tempat kegiatan dilaksanakan. Misalnya dalam acara gotong royong, rapat banjar, upacara adat, ada salah satu warga meninggal dunia, dan lainnya yang berkaitan dengan pengerahan warga banjar itu. Kori Agung adalah tempat keluar masuknya pengunjung , dimana biasanya terdapat di area pura berbentuk seperti gunung yang berisikan ukiran-ukiran bali dan patung naga . Candi Bentar adalah pintu gerbang utama dan hampir sama dengan pengertian kori agung , dimana bentuknya berbeda dengan adanya belahan bentuk yang sama di kiri kanan tanpa atap . Fungsinya sebagai keluar masuknya pengunjung . Bencingah adalah tempat untuk kegiatan – kegiatan besar kerajaan yang biasanya terletak di bagian nista dari halaman kerajaan. Bale Kembar adalah Tempat / pelinggih yang terdapat biasanya di pintu masuk utama pekarangan rumah ( kori ) Bale Pegambuhan adalah tempat digelarnya kesenian Legong pada saat upacara tertentu. Bale Loji adalah salah satu bentuk bangunan pada bale banjar yang berbeda dengan lainnya, bangunan ini terbagi menjadi dua ruang, yakni bagian terbuka dan bagian tertutup. Pada bagian terbuka digunakan sebagai tempat duduk para pimpinan banjar dan sebagai ruang koordinasi apabila ada kegiatan pada banjar tersebut. Pada bagian yang tertutup digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan milik banjar apabila kegiatan telah usai. Nama loji ini merupakan pengaruh dari Belanda (lodge), mengingat bangunan pada arsitektur nusantara biasanya diberi nama berdasarkan fungsinya. Bale Mudramanik adalah Tempat/ pelinggih untuk mengistanakan pralina sebuah pura . Bale Gong adalah Bale / Tempat penyimpanan barang-barang atau gambelan dan sebagai tempat untuk menabuh gambelan tersebut .
Arsitektur Wong Pejah / Orang Mati Merupakan Bangunan untuk orang mati , dimana di Bali dikenal dengan Upacara Pitra Yadnya . Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat di Bali . Bangunan untuk orang mati ini sering dikenal dengan sebutan Bade / Wadah . Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi atau kelahiran kembali. Bade/Wadah adalah Tempat atau bias disebut dengan kendaraan orang meninggal menuju setra/kuburan yang bebentuk seperti rumah beratap dengan berbagai ornament-ornamen .